Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DHF (DENGUE HEMORACIG FEVER)

Oleh:
Dwi Putri Ambarwati
NIM 20.30029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
202
Laporan Pendahuluan
DHF ( Dengue Demoragic Fever)
1.1 Pengertian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph
(Hadinegoro & Sugeng, 2015)

Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua
hari pertama (Arif, Triyanti, Savitri, Wardhani, & Setiawulan, 2015)

1.2 Etiologi

Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe

virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di

Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan

menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang

terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan

perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah

epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat

serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif &

Hardhi, 2015).

Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Vektor

dari DHF adalah Aedes aegypti, aedes albopictus, aedes aobae, aedes hakanssoni,

aedes polynesis, aedes pseudoscutellaris, aedes rotumae. Demam berdarah terjadi

ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti

adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Faktor risiko untuk demam

2
3

berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi

sebelumnya (Sutaryo, 2015)

1.3 Patofisiologi

Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya


permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma
keruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh
penderita adalah vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit (petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegli) dan pembesaran limpa.

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume


plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan
renjatan (syok).

Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,


trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >
20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Sutaryo, 2015)

1.4 Tanda dan Gejala

Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat yang

mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan kematian.

Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai dengan 2 dari

gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual,

muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7

hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.

Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor,

akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ.


4

Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya

dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit parah perut,

muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di

muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang

tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.

2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat

lain.

3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan

lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit

dingin dan gelisah.

4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak

terukur.

Gejala awal demam berdarah dengue yang mirip dengan demam berdarah. Tapi

setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah Darah, gelisah, dan

berkeringat. Terjadi perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan

patch lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan

perdarahan.

Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai

setelah masa krisis 1-hari.

a. Gejala awal termasuk:

1) Nafsu makan menurun


5

2) Demam

3) Sakit kepala

4) Nyeri sendi atau otot

5) Perasaan sakit umum

6) Muntah

b. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:

1) Bercak darah di bawah kulit

2) Bintik-bintik kecil darah di kulit

3) Ruam Generalized

4) Memburuknya gejala awal

c. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:

1) Dingin, lengan dan kaki berkeringat

2) Berkeringat

1.4 Klasifikasi

Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue menurut (Nurarif & Hardhi, 2015)

yaitu :

Tabel 1 Klasifikasi Penyakit Infeksi Virus Dengue


DD/DBD Derajad Derajad Laoratorium
DD Demam disertai Leukopenia Serologi
2 atau lebih Trombositopenia, dengue
tanda : mialgia, tidak ditemukan positif
sakit kepala, bukti ada
nyeri kebocoran plasma
retroorbital,
artralgia
DBD I Gejala diatas
ditambah uji
bendung positif
DBD II Gejala diatas
ditambah
perdarahan
spontan
6

DBD III Gejala diatas


ditambah
kegagalan
sirkulasi (kulit
dingin dan
lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat
disertai dengan
tekanan darah Trombositopenia (<100.000/ul)
dan nadi tidak bukti ada kebocoran plasma
teratur

1.5 Komplikasi

Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:

1. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah

trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya

megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup

trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie,

ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.

2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7

yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi

kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,

hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan

berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah

jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga

disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas

sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi

darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
7

progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien

akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.

3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang

dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus

hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang

lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus

antibody.

4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi

cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam

rongga pleura dan adanya dipsnea.

1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboraturium

Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD

adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan

apusan darah tepi.

Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :

a. Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis

relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15%

dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.

b. Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.

c. Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya

peningkatan hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di temukan

pada hari ke-3 demam


8

d. Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau

FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan

pembekuan darah.

e. Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma

f. SGOT/SGPT: dapat meningkat.

g. Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal

h. Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

i. Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau

komponen darah

j. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.

2. Radiologi

Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila

terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.

Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.

1.7 Penatalaksanaan

Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas

nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita berikan sesuai

dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit

1. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit

karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri

epigastrium, dan perputaran bola mata. Perawat: istirahat baring, makanan

lunak (bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum yang banyak 1500-

2000cc/hari), diberi kompres dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi,


9

nadi dan perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-

obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder

2. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis.

Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara,

bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi

hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar

tidak terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat

mungkin membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan

diberikan sesuai dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan

infus, jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu,

nadi, tensi dan pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan

keperawatan, bila keadaan memburuk segera lapor dokter.

3. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung menurun,

penderita mengalami pre shock/ shock.Perawatan: mengatur posisi tidur

penderita, tidurkan dengan posisi terlentang denan kepala extensi, membuka

jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender

dibersihkan dari mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan

jangan ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan

transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin perhatian

kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering. Ada 2 macam pemberantasan

vektor antara lain :

1) Menggunakan insektisida

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam

berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa


10

dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara

penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan.

Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam

sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air

bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 %

per 10 liter air.

2) Tanpa insektisida

Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan tempat

penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk

lamanya 7 – 10 hari), Menutup tempat penampungan air rapat-rapat,

Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan

benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang


11

Konsep Asuhan Keperawatan pada DHF (Dengue Hemoracig Fever)

2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses

yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Data yang dikumpulkan dalam pengkajian

ini meliputi unsur bio-psiko-sosial-spiritual. Beberapa pengkajian yang dilakukan antara

lain adalah:

1. Identitas pasien

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, bahasa yang

digunakan, suku, bangsa, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan,

status perkawinan, asuransi, golongan darah, tanggal MRS, diagnosa

medis dan nomor registrasi (Asikin & Nasir, 2016).

2. Keluhan utama

Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF dengan masalah

keperawatan hipertermia. Demam tinggi dan mendadak, perdarahan

(petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas, dada, epistaksis,

perdarahan gusi), kadang – kadang disertai kejang dan penurunan

kesadaran

3. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan sekarang yang dikaji meliputi suhu tubuh meningkat,

mukosa mulut kering, terdapat ruam pada kulit (kemerahan).Badan panas,

suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 – 7 hari, terdapat bintik

merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering, epistaksis,
12

gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan penurunan

kesadaran

4. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan dahulu meliputi pernah menderita DHF atau tidak,

riwayat kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari, pola hidup (life style).

5. Riwayat kesehatan keluarga

Hal ini mencakup riwayat penyakit keluarga, riwayat ekonomi keluarga,

riwayat sosial keluarga, Riwayat adanya penyakit DHF dalam anggota

keluarga ,sistem dukungan keluarga dan pengambilan keputusan keluarga.

6. Riwayat psikososial

Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan

peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun

dalam masyarakat.

7. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi hidup sehat

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan

yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan

baju di kamar).

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan

berkurang, napsu makan menurun. Eliminasi atau buang air besar.

Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara

Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.


13

3) Pola eliminasi

Kebiasaan pola eliminasi biasanya tidak terganggu, tetapi perlu dikaji

frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses pada pola eliminasi alvi.

Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya,

warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini dikaji ada kesulitan atau

tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria

4) Pola istirahat dan tidur

Tidur dan istirihat sering mengalami kurang tidur karena mengalami

sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur

maupun istirahatnya ,lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur

serta penggunaan obat tidur.

5) Pola aktivitas dan latihan

Gejala: keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya,

pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi

6) Pola persepsi dan konsep diri

Dampak yang timbul pada pasien DHF yaitu, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

gangguan citra diri.

7) Pola hubungan dan peran

Pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.

Karena pasien harus menjalani rawat inap, pasien biasanya merasa

rendah diri terhadap perubahan dalam penampilan, pasien mengalami

emosi yang tidak stabil.


14

8) Pola reproduksi seksual

Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami perubahan pola seksual

dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien tidak akan

mengalami gangguan pola reproduksi seksual.

9) Pola tata nilai dan keyakinan

Pasien fraktur tidak dapat melaksankan kebutuhan beribadah dengan

baik terutama frekuensi dan konsentrasi.

8. Pemeriksaan fisik

Menurut Krisdiyana (2019) pemeriksaan fisik ada dua macam

pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan fisik secara umum (status general)

untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (local).

Hal ini diperlukan untuk dapat melaksanakan perawatan total.

1) Keadaan umum, yaitu keadaaan baik dan buruknya klien. Tanda-

tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran klien:

a) Kesadaran pasien:

a. Composmentis: berorientasi segera dengan orientasi

sempurna

b. Apatis: terlihat mengantuk tetapi mudah dibangunkan

dan pemeriksaan penglihatan, pendengaran dan perabaan

normal.

c. Samnolen: dapat dibangunkan bila dirangsang dapat

disuruh dan menjawab pertanyaan, bila rangsangan

berhenti penderita tidur lagi.


15

d. Sopor: dapat dibangunkan bila dirangsang dengan kasar

dan terus menerus

e. Koma: tidak ada respon terhadap rangsangan

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan

perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau

(grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik adalah sebagai berikut:

1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-

tanda vital dan nadi lemah.

2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan

perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi

lemah, kecil dan tidak teratur.

3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi

lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.

4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,

tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,

berkeringat, dan kulit tampak biru.

9. Pemeriksaan B1-B6

a) B1 (Breathing)

Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada

sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai

keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan oksigen.

Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan

pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara napas


16

tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal

dan cepat disertai penurunan kesadaran

b) B2 (Blood)

Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi 2 –

7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah; derajat 3

dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami penurunan

kesadaran, gelisah dan kejang. Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji

torniquet positif,merupakan satu- satunya manifestasi perdarahan.

Derajat 2 terdapat petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan

konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada daerah akral, nadi cepat,

hipotensi, sakit kepala, menurunnya volume plasma, meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah, trombositopenia dan diatesis

hemorhagic. Derajat 4 shock, nadi tidak teraba dan tekanan darah

tidak dapat diukur.

c) B3 (Brain)

Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel

karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan

tingkat kesadaran. Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2

konjungtiva mengalami perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi

penurunan tingkat kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis

atau midriasis, reflek fisiologis atau patologis sering terjadi.


17

d) B4 (Bladder)

Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.

Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria),

warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.

e) B5 (Bowel)

Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu

makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati, konstipasi.

Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hiperemia

tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeri tekan,

sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrium,

hematemisis dan melena.

f) B6 (Bone)

Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah sebagai berikut:

Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot,

persendian dan punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah

memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan

otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama. Pemeriksaan fisik

: Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot, punggung dan kepala;

kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat

10. Pemeriksaan diagnostic

Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut (Murwani,

2011):

a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%,

normal:
18

pria 40-50%; wanita 35-47%

b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem

antara tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa

dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah

(petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.

c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan

memakai kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada

waktu pasien masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan

pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua.

Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu saat

pengiriman.

d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau

jaringan jaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy

sedang untuk penderita yang meninggal melalui autopay. Hal ini

jarang dikerjakan

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada diagnosa DHF (Dengue

Hemoragic Fever) menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) :

1. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit

2. Nyeri berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis proses inflamasi.

3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi

4. Defisit nutrisi kurang berhubungan ketidakmampuan mencerna makanan

5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan

ketidakseimbangan cairan
2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Medis (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

1. Hipertemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertemia


dengan proses penyakit selama 3x24 jam maka diharapkan
termoregulasi membaik dengan kriteria
(D.0130)
hasil : Observasi
1. Menggigil menurun 1. Identifitkasi penyebab hipertemia ( dehidrasi, terpapar
2. Kulit merah menurun lingkungan panas)
3. Pucat menurun 2. Monitor suhu tubuh
4. Takikardia menurun 3. Monitor haluaran urin
5. Takipnea menurun 4. Monitor komplikasi akibat hipertemi
6. Bradikardi menurun Terapeutik
7. Suhu tubuh membaik 1. Sediakan lingkungan yang dingin
8. 2. Longgarkan pakaian pasien
3. Basahi atau kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

19
20

2 Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan perdarahan


berhubungan dengan selama 3x24 jam maka diharapkan
Observasi
gangguan koagulasi tingkat perdarahan menurun dengan
kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala peradarahan
(D.0012)
2. Monitor hasil laboratorium (Hb, Ht)
1. Kelembapan membrane mukosa
3. Monitor tanda- tanda vital
meningkat Terapeutik
2. Kelembapan kulit meningkat 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
3. Hematuria menurun 2. Gunakan kasur pencegah dekubitus
4. Hb membaik Edukasi
5. Hematokrir membaik 1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
6. Tekanan darah membaik 2. Anjurkan melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pencegah perdarahan
2. Kolaborasi transfusi darah

3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantuan Nutrisi


selama 3x24 jam maka diharapkan
Observasi
ketidakmampuan tstatus nutrisi membaik dengan kriteria
hasil : 1. Identifikasi pola makan
mencerna makanan 2. Monitor mual muntah
1. Porsi makan yang dihabiskan
3. Monitor warna konjungtiva
meningkat
(D.0019) 4. Monitor hasil laboratorium (Hb, Ht, kadar kolesterol,
2. Frekunsi makan membaik
albumin serum)
3. Nafsu makan membaik
Terapeutik
4. Bising usus membaik
1. Atur intreval pemantuan sesuai dengan kondisi pasien
5. Membran mukosa lembab
Edukasi
1. Jealskan tujuan dari pemantuan
2. Informasikan hasil pemantuan
21

2.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada pasien

sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi menutup kemungkinan akan

menyimpang dari rencana yang ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi pasien.

2.5 Evaluasi Keperawatan

Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau

dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini

ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai sebagaian atau

timbul masalah baru.


22

WOC

Nyamuk mengandung virus


Dengue

Menggigit manusia

Virus masuk aliran


darah
Masuk ke pembuluh darah
Mekanisma tubuh untuk
otak melalui aliran darah
melawan virus Viremia sehingga mempengaruhi
hipotalamus
Peningkatan asam lambung
Komplemen antigen
antibodi meningkat Hipertermia
Mual, muntah

Pelepasan peptida

Pembebasan histamin
Defisit Nutrisi

Peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah
Plasma banyak
Hb turun Kebocoran plasma mengumpul pada
jaringan interstitial
tubuh
Nutrisi dan O2 ke jaringann
Intoleransi aktivitas
menurun
Perdarahan ekstraseluler Oedema

Tubuh lemas

Menekan sya
Risti syok
hipovolemik
Gangguan rasa
nyaman: nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, I. W., & Setiawulan, W. (2015).

Kapita Selekta Kedokteran (3 Jilid 1). Jakarta: Media Aesculapius.

Asikin, M., & Nasir, M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hadinegoro, S. R. H., & Sugeng, S. (2015). Tatalaksana Demam Dengue/Demam

Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta: FKUI.

Krisdiyana. (2019). Asuhan Keperawatran pada Pasien Post Orif Fraktur Femur di

Ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahrane Samarinda Kalimantan.

Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur.

Sutaryo. (2015). Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta:

FKUI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai