Oleh:
Dwi Putri Ambarwati
NIM 20.30029
Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua
hari pertama (Arif, Triyanti, Savitri, Wardhani, & Setiawulan, 2015)
1.2 Etiologi
Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah
epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif &
Hardhi, 2015).
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Vektor
dari DHF adalah Aedes aegypti, aedes albopictus, aedes aobae, aedes hakanssoni,
ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti
adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Faktor risiko untuk demam
2
3
berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi
1.3 Patofisiologi
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat yang
mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan kematian.
Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai dengan 2 dari
gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual,
muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7
hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor,
Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya
dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit parah perut,
muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di
muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit
4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
terukur.
Gejala awal demam berdarah dengue yang mirip dengan demam berdarah. Tapi
setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah Darah, gelisah, dan
berkeringat. Terjadi perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan
patch lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan
perdarahan.
Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai
2) Demam
3) Sakit kepala
6) Muntah
3) Ruam Generalized
2) Berkeringat
1.4 Klasifikasi
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue menurut (Nurarif & Hardhi, 2015)
yaitu :
1.5 Komplikasi
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie,
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7
jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga
darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
7
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus
antibody.
cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam
1. Laboraturium
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD
a. Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15%
dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.
pembekuan darah.
i. Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah
2. Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila
1.7 Penatalaksanaan
dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit
karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri
lunak (bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum yang banyak 1500-
nadi dan perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-
obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder
2. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara,
bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi
tidak terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat
jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender
dibersihkan dari mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan
jangan ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan
transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin perhatian
kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering. Ada 2 macam pemberantasan
1) Menggunakan insektisida
2) Tanpa insektisida
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Data yang dikumpulkan dalam pengkajian
lain adalah:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
kesadaran
suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 – 7 hari, terdapat bintik
merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering, epistaksis,
12
kesadaran
riwayat kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari, pola hidup (life style).
6. Riwayat psikososial
dalam masyarakat.
baju di kamar).
3) Pola eliminasi
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses pada pola eliminasi alvi.
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini dikaji ada kesulitan atau
Dampak yang timbul pada pasien DHF yaitu, rasa cemas, rasa
8. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran pasien:
sempurna
normal.
perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau
9. Pemeriksaan B1-B6
a) B1 (Breathing)
b) B2 (Blood)
c) B3 (Brain)
d) B4 (Bladder)
warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.
e) B5 (Bowel)
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu
makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati, konstipasi.
f) B6 (Bone)
otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama. Pemeriksaan fisik
: Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot, punggung dan kepala;
2011):
normal:
18
waktu pasien masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan
pengiriman.
jarang dikerjakan
ketidakseimbangan cairan
2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Medis (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
19
20
Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada pasien
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi menutup kemungkinan akan
menyimpang dari rencana yang ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi pasien.
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau
dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini
ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai sebagaian atau
WOC
Menggigit manusia
Pelepasan peptida
Pembebasan histamin
Defisit Nutrisi
Peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah
Plasma banyak
Hb turun Kebocoran plasma mengumpul pada
jaringan interstitial
tubuh
Nutrisi dan O2 ke jaringann
Intoleransi aktivitas
menurun
Perdarahan ekstraseluler Oedema
Tubuh lemas
Menekan sya
Risti syok
hipovolemik
Gangguan rasa
nyaman: nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, I. W., & Setiawulan, W. (2015).
Krisdiyana. (2019). Asuhan Keperawatran pada Pasien Post Orif Fraktur Femur di
FKUI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia