Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus

genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2,

DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti (Stegomiya

aegypti) atau Aedes albopictus (Stegomiya albopictus).1

Spektrum klinis bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile

illness), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah

dengue disertai syok (dengue shock syndrome = DSS).1

Beberapa tahun terakhir, kasus demam berdarah dengue (DBD) seringkali muncul di

musim pancaroba. Karena itu, masyarakat perlu mengetahui penyebab penyakit DBD,

mengenali tanda dan gejalanya, sehingga mampu mencegah dan menanggulangi dengan baik.

Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi

di Indonesia sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut

lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita

sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.2

Pada saat seseorang terjangkit demam berdarah dengue (DBD), fase pertama yang terjadi

disebut fase demam dengan timbulnya gejala demam yang berlangsung selama 2 sampai 7

hari. Setelah itu akan masuk ke dalam fase kritis dimana pada saat ini terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran plasma. Fase kritis ini berlangsung

antara 1-2 hari. Apabila kebocoran plasma berhenti dan reabsorbsi dimulai, hal ini

menunjukkan fase kritis yang berakhir dan masuk ke fase konvalesens. Pada kasus lain yang

1
tidak mendapat tatalaksana adekuat saat fase kritis cenderung akan mengalami kondisi

perburukan dan pasien akan mengalami syok.3

Expanded dengue syndrome merupakan suatu manifestasi klinis yang tidak lazim terjadi

pada penderita demam dengue atau demam berdarah dengue yang melibatkan beberapa organ

target. Expanded dengue syndrome dapat meyebabkan kematian pada penderita dengue.

Penyulit infeksi berupa kelebihan cairan sedangkan manifesatasi klinis yang tidak lazim ialah

ensefalopati dengue, perdarahan hebat, infeksi ganda, kelainan ginjal dan miokarditis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Demam Berdarah

Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh

nyamuk Aedes Aegypti dan dapat juga ditularkan oleh nyamuk Aedes Albopictus.

Nyamuk ini tersebar luas di rumah-rumah, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya

seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai desa dan lain-lain sehingga setiap keluarga dan

masyarakat mengandung risiko untuk ketularan penyakit DBD.

Penyakit DBD ditandai dengan: Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,

berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet

positif, trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/μl), hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa perbesaran hati.5

2.1.2 Epidemiologi demam berdarah dengue

Infeksi virus dengue merupakan infeksi virus mosquito bone yang paling cepat

menyebar di seluruh dunia. Infeksi virus ini banyak ditemukan di kawasan asia tenggara yang

merupakan negara endemik dengue fever. Semenjak tahun 2000 angka kematian akibat

dengue mencapai rata-rata 1%. Namun, di indonesia angka kematian mencapai 3-5%

3
Di negara indonesia sendiri, pada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan

sebanyak 68.407 dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 49 orang. Jumlah ini menurun

dibandingkan tahun 2016 dengan kasus sebanyak 204.171 dengan jumlah kematian 1.589

orang. Jawa timur merupakan urutan pertama daerah dengan jumlah kasus DBD terbanyak di

indonesia sedangakan provinsi jambi menempati urutan 24.3

2.1.3 Etiologi Demam Berdarah Dengue

Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus

dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan

penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-

4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu

dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda.6

Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan

mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke dua

kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa

4
hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem

imun tubuh yang terbentuk.6

2.1.4 Klasifikasi

WHO mengklasifikasikan infeksi dengue menjadi 3 besar yaitu demam yang tidak

terklasifikasikan, demam dengue, dan demam berdarah dengue (DBD). DBD memiliki 4

derajat menurut keparahan penyakitnya, derajat 3 dan 4 merupakan dengue shock syndrome

(DSS).4

DF/DHF Grade Gejala Laboratoris


DF Demam dan diikuti dengan gejala: Leukopenia ≤5000
- Sakit kepala Trombositopenia <150.000
- Nyeri retro orbita Peningkatan hematojrit 5-10%
- Myalgia Tidak ada kebocoran plasma
- Atralgia
- Tidak ada kebocoran plasma
DHF I Demam, dengan dua atau lebih Trombositopenia < 100.000
gejala; nyeri kepala, nyeri retro- Peningkatan hematokrit ≥ 20%
orbita, myalgia/arthralgia. Ditambah
dengan tes tourniquet positif.
DHF II Demam, dengan dua atau lebih Trombositopenia < 100.000
gejala; nyeri kepala, nyeri retro- Peningkatan hematokrit ≥ 20%
orbita, myalgia/arthralgia. Ditambah
dengan perdarahan spontan.
DHF III Demam, dengan dua atau lebih Trombositopenia < 100.000
gejala; nyeri kepala, nyeri retro- Peningkatan hematokrit ≥ 20%
orbita, myalgia/arthralgia. Ditambah
dengan tes tourniquet positif dan/
atau perdarahan spontan, dan tanda-
tanda kegagalan sirkulasi (nadi cepat
& lemah, hipotensi, dan kelemahan).
DHF IV Shock dengan tekanan darah yang Trombositopenia < 100.000
tidak terukur dan nadi tidak teraba. Peningkatan hematokrit ≥ 20%

Tabel 1. Grading demam berdarah dengue4

5
Gambar dibawah ini merupakan kriteria WHO 20124

Gambar 3.1 Klasifikasi kasus dengue dan tingkat keparahannya

2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologi Demam Berdarah Dengue

Patogenesis Demam Berdarah Dengue belum diketahui dengan pasti. Namun ada

beberapa teori yang diperkirakan berperan dalam munculnya tanda dan gejala pada penyakit

ini. Terdapat tiga sistem organ yang diperkirakan berperan dalam patogenesis DBD, yakni

sistem imun, hati, dan sel endotel pembuluh darah. Selain itu, respon imun penjamu yang

diturunkan (faktor genetik) juga berperan dalam manifestasi klinis yang ditimbulkan.6

Virus dengue diinjeksikan oleh nyamuk Aedes ke aliran darah. Virus ini secara tidak

langsung mengenai sel epidermis dan dermis sehingga menyebabkan sel Langerhans dan

keratinosit terinfeksi. Sel sel yang terinfeksi ini bermigrasi ke nodus limfe, dimana makrofag

dan monosit kemudian direkrut dan menjadi target infeksi berikutnya. Selanjutnya terjadi

amplifikasi infeksi dan virus tersebar melalui darah (viremia primer). Viremia primer ini

menginfeksi makrofag jaringan beberapa organ seperti limpa, sel hati, sel endotel, dan

6
sumsum tulang. Infeksi makrofag, hepatosit, dan sel endotel mempengaruhi hemostatis dan

respon imun pejamu terhadap virus dengue.6

Sel-sel yang terinfeksi kebanyakan mati melalui apoptosis dan hanya sedikit yang

melalui nekrosis. Nekrosis mengakibatkan pelepasan produk toksik yang mengaktivasi sistem

fibrinolitik dan koagulasi. Bergantung kepada luasnya infeksi pada sumsum tulang dan kadar

IL-6,IL-8, IL-10, dan IL-18, hemopoesis ditekan sehingga menyebabkan penurunan

trombogenisitas darah. Produk toksik yang menyebabkan peningkatan koagulasi dan

konsumsi trombosit sehingga terjadi trombositopenia. Trombositopenia juga terjadi akibat

supresi sumsum tulang, destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit akibat pengikatan

fragmen C3a, dan terdapatnya antibodi.6

Trombosit memiliki interaksi yang dekat dengan sel endotel. Sejumlah trombosit

fungsional diperlukan untuk mempertahankan stabilitas vaskular. Gangguan fungsi trombosit

terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin,

dan PF4 (tromosit faktor 4). Koagulopati terjadi karena interkasi virus dengan endotel yang

memicu disfungsi endotel (jalur ekstrinsik) dan aktivasi faktor Xia (jalur intrinsik). Namun

sel endotel memiliki tropisme tersendiri terhadap virus dengue. Bersama dengan tingginya

kadar virus dalam darah, trombositipenia, serta disfungsi trombosit, keempat faktor ini

menyebabkan peningkatan kerapuhan kapiler yang bermanifestasi sebagai ptekie, memar, dan

perdarahan mukosa saluran cerna.6

Pada waktu yang bersamaan, infeksi menstimulasi berkembangnya antibodi spesifik dan

respon imun seluler terhadap virus dengue. Antibodi spesifik (IgM) bereaksi silang dengan

endoteliosit, plasmin, dan trombosit, memperkuat peningkatan permeabilitas vaskular dan

koagulopati. Sedangkan antibodi IgG berperan dalam peningkatan jumlah titer virus pada

infeksi sekunder.6

7
Gambar 3.2 Hipotesis infeksi sekunder

Infeksi sekunder oleh serotipe yang berbeda memicu peningkatan aktivitas antibodi

spesifik terhadap infeksi pertama. Antibodi ini memediasi serotipe virus dengue lain untuk

berikatan dengan reseptor Fc-gamma pada makrofag sehingga saat virus berada dalam

makrofag tidak dapat dicerna dengan baik. Akibatnya virus semakin bereplikasi dan infeksi

semakin berlanjut, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengueyang berbeda,

respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi

limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit,

proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini

mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem

komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding

pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan

8
peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga

serosa.8

Setelah periode inkubasi, penyakit demam berdarah dengue terjadi melalui 3 fase yaitu

fase febris, kritis, dan recovery/ pemulihan.4

Gambar 3.3 Perjalanan penyakit DBD

9
2.1.6 Diagnosis Demam Berdarah Dengue

Ini merupakan manifestasi klinik menurut WHO:

10
2.1.6.1 Anamnesis

1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2 – 7 hari.

2. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-bintik merah di kulit, mimisan, gusi berdarah,

muntah berdarah, atau buang air besar berdarah.

3. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.

4. Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut (biasanya di ulu hati atau di

bawah tulang iga)

5. Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri menelan, batuk, pilek.

6. Pada kondisi syok, rasa lemah, gelisah, atau mengalami penurunan kesadaran.4

2.1.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang bisa ditemui pada demam berdarah dengue, antara lain ;

1. Suhu > 37,5 derajat celcius

2. Ptekie, ekimosis, purpura

3. Perdarahan mukosa

4. Rumple Leed (+)

5. Hepatomegali

6. Splenomegali

7. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda efusi pleura dan

asites.

8. Hematemesis atau melena4

Syok Terkompensasi
4
Tanda dan gejala syok terkompensasi :

- Takikardi

11
- Takipnea

- Tekanan nadi < 20 mmHg

- CRT > 2 detik

- Kulit dingin

- Produksi urin menurun < 1 mL/kgBB/jam

- Anak gelisah

Syok Dekompensasi
4
Tanda dan gejala syok dekompensasi :

- Takikardi

- Hipotensi

- Nadi cepat dan kecil

- Pernafasan kusmaull

- Sianosis

- Kulit lembab dan dingin

- Profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur

12
Expanded Dengue syndrome (EDS)

Merupakan manifestasi klinis infeksi virus dengue yang tidak biasa ditemukan

pada penyakit dengue secara umum. EDS juga disebut sebagai isolated organopathy yang

merupakan manifesatasi klinis dengan keterlibatan organ spesifik seperti hati, ginjal, otak,

maupun jantung. Kondisi ini, biasanya terjadi pada pasien demam berdarah dengue karena

terkait dengan koinfeksi, komorbid, atau komplikasi dari syok berkepanjangan.

13
2.1.6.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan:

a. Trombositopenia (≤ 100.000/μL).

b. Leukopenia < 4000/μL.

c. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:

- peningkatan hematokrit (Ht) ≥ 20% dari nilai standar data populasi menurut umur

- Ditemukan adanya efusi pleura, asites

- Hipoalbuminemia, hipoproteinemia

2. Serologi Dengue

Virus dengue ditubuh pasien hanya bisa terdeteksi 2-3 hari saat onset demam dan

berakhir 4-7 hari setelah timbulnya penyakit. Selama periode ini, asam nuclead dan

antigen virus dapat terdeteksi. Respons antibodi terhadap infeksi dapat muncul dengan

berbagai jenis imunoglobulin dan isotipe imunoglobulin IgM dan IgG dapat menjadi nilai

diagnostik dalam demam berdarah.

Antibodi IgM dapat terdeteksi 3-5 hari setelah timbulnya penyakit, naik dengan cepat dua

minggu kemudian dan dapat menurun bahkan tidak terdeteksi setelah 2-3 bulan.

Sedangkan antibodi IgG terdeteksi dengan titer yang rendah pada akhir minggu pertama,

kemudian meningkat dan tetap untuk periode yang lebih lama (selama bertahun-tahun.

14
Terdapat dua kriteria diagnosis laboratoris, yaitu:

(1) Probable dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat oleh hasil pemeriksaan serologi anti

dengue, dan

(2) Confirmed dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat dengan deteksi genome virus

Dengue dengan pemerikaan RT-PCR, antigen dengue pada pemeriksaan NS1, atau

apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari negatif menjadi positif)
4
pada pemeriksaan serologi berpasangan.

15
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue

2.1.7 Tatalaksana Demam Berdarah Dengue berdasarkan Guidline WHO 20124

Gambar 3.4 Penggolongan tatalaksana kasus DBD

Group A, adalah pasien yang mungkin dapat dirawat di rumah

1. Anjuran rehidrasi per oral dengan larutan rehidrasi oral, jus buah, dan minuman lain yang

mengandung eletrolit dan gula untuk menggantikan cairan yang hilang melalui demam

dan muntah

2. Beri paracetamol untuk demam tinggi jika pasien merasa tidak nyaman. Interval

pemberian paracetamol sebaiknya tidak kurang dari 6 jam. Jangan berikan aspirin,

ibuprofen atau NSAID lainnya karena dapat merangsang terjadinya gastritis atau

perdarahan.

3. Bawa ke rumah sakit apabila : tidak ada perbaikan klinis, nyeri perut hebat, muntah terus-

menerus, akral dingin dan lembab, letargi atau gelisah, perdarahan ( contoh : BAB warna

hitam atau muntah seperti kopi), tidak BAK selama lebih dari 4-6 jam.

16
Group B, adalah pasien yang sebaiknya dirujuk untuk penanganan rumah sakit.

Untuk pasien dengue dengan tanda bahaya (warning signs) :

1. Periksa hematokrit sebelum memulai terapi cairan. Berikan cairan isotonis seperti NaCl

0,9%, RL, atau lauratan hartman. Mulailah dengan 5-7 ml/kgBB/jam selama 1-2 jam lalu

kurangi menjadi 3-5 ml/kgBB/jam selama 2-4 jam, dan lalu kurangi menjadi 2-3

ml/kgBB/jam atau kurang, bergantung dari respon klinis.

2. Periksa ulang keadaan klinis dan hematokrit. Jika hematokrit tetap sama atau meningkat

sedikit, maka lanjutkan pemberian cairan dengan kecepatan sama 2-3 ml/kgBB/jam

selama 2-4 jam lagi. Jika tanda vital memburuk dan hematokrit meningkat cepat maka

naikan cairan menjadi 5-10 ml/kgBB/jam selama 1-2jam. Periksa ulang keadaan klinis,

hematokrit, dan kaji ulang pemberian cairan.

3. Berikan cairan IV minimal yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi adekuat dan

urine ouput sekitar 0,5 ml/kgBB/jam. Cairan IV biasanya diperlukan 24-48 jam. Kurangi

cairan IV secara bertahap bila laju plasma leakage menurun ketika mendekati akhir fase

kritis. Hal ini diindikasikan dengan adekuatnya urine ouput dan/ atau intake oral adekuat,

atau hematokrit menurun dibawah nilai batas pasien stabil.

4. Pasien dengan tanda bahaya (warning signs) harus dipantau oleh tenaga kesehatan hingga

periode risiko berakhir. Balance cairan perlu dipertahankan. Parameter yang harus

dipantau adalah tanda vital dan perfusi perifer (pantau tiap 1-4 jam hingga pasien

melewati fase kritis), urine output (tiap 4-6 jam), hematokrit (sebelum dan sesuadah terapi

cairan, lalu tiap 6-12 jam), glukosa darah, dan fungsi organ lain (seperti ginjal, hepar,

koagulasi, dll)

17
Untuk pasien dengue dengan kondisi penyerta dan masalah sosial tanpa tanda bahaya

(warning signs) :

1. Kondisi penyerta antara lain kehamilan, usia tua, diabetes melitus dan masalah sosial

seperti tinggal sendiri, tempat tinggal jauh dari rumah sakit

2. Berikan cairan peroral. Jika tidak dapat ditoleransi, berikan cairan IV dengan NaCl 0,9%

atau RL dengan atau tanpa dextrose dengan kecepatan rumatan. Untuk pasien obesitas,

gunakan kalkulasi berdasarkan berat badan ideal. Pasien dapat diberikan cairan peroral

beberapa jam setelah pemberian cairan IV. Oleh karena itu, pemberian cairan harus terus

direvisi. Berikan volume minimal yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi

adekuat dan urine ouput. Cairan IV biasanya hanya diperlukan 24-48 jam.

3. Pasien sebaiknya dipantau oleh tenaga kesehatan untuk pola suhu, intake dan kehilangan

cairan, urine output (volume dan frekuensi), tanda bahaya, hematokrit, sel darah putih,

serta platelet. Pemeriksaan lab lain (seperti fungsi hepar, ginjal) juga dapat dilakukan,

bergantung dari gambaran klinis dan fasilitas rumah sakit.

Kalkulasi kebutuan cairan rumatan normal dapat menggunakan formula Holiday Segar:

1. 4 ml/kgBB/jam untuk 10 kg pertama

2. Ditambah 2 ml/kgBB/jam untuk 10 kg kedua

3. Ditambah 1 ml/kgBB/jam untuk sisa berat badan

Untuk pasien overweight atau obesitas, gunakan berat badan ideal untuk perhitungan

cairan rumatan normal

Ideal Body Weight :

1. Wanita : 45,5 kg + 0,91 (TB – 152,4) cm

2. Pria : 50,0 kg + 0,91 (TB – 152,4) cm

18
Group C, adalah pasien dengan dengue berat yang memerlukan penangan darurat dan

rujukan darurat.

1. Resusitasi cairan dengan kristaloid isotonik secepatnya sangat penting untuk menjaga

volume ekstravaskular saat periode kebocoran plasma atau larutan koloid pada keadaan

syok hipotensi. Pantau hematokrit sebelum dan sesudah resusitasi. Tujuan akhir dari

resusitasi cairan adalah meningkatkan sirkulasi sentral dan perifer (takikardi berkurang,

tekanan darah dan nadi meningakt, ekstremitas tidak pucat dan hangat, CRT < 3 detik)

dan meningkatkan perfusi organ (level kesadaran membaik, urine output > 0,5

ml/kgBB/jam, asidosis metabolik menurun).

19
Tatalaksana Dengue Shock Syndrom

1. Algoritme penanganan syok terkompensasi

Gambar 3.5 Tatalaksana syok terkompensasi

2. Algoritme penanganan syok dekompensasi

20
Gambar 3.6 Tatalaksana syok hipotensi

2.1.8 Tatalaksana Demam Berdarah Dengue berdasarkan PPK Dokter Pelayanan

Primer 20148

1. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3 x 500- 1000 mg).

2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi

- Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue, yaitu:

pemeriksaan penunjang Lanjutan

- Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial

Gambar 3.6 Tatalaksana demam berdarah dengue

21
2.1.9 Konseling dan Edukasi

1. Pinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan pengertian kepada

pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga pasien

dapat mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa untuk penanganan DBD, terapi

hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai

dengan perjalanan alamiah penyakit.

2. Modifikasi gaya hidup

a. Melakukan kegiatan 3M: menguras, mengubur, menutup.

b. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan melakukan

olahraga secara rutin.9

2.1.10 Kriteria Pulang Rawat

Kriteria pulang pada pasien yang dirawat adalah sebagai berikut:

1. Tidak demam minimal 24 jam tanpa terapi antipiretik

2. Nafsu makan membaik

3. Perbaikan klinis yang jelas

4. Jumlah urin cukup

5. Minimal 2-3 hari setelah syok teratasi

6. Tidak tampak distress pernafasan yang disebabkan efusi pleura atau asites

7. Jumlah trombosit >50.000/mm3.

Apabila masih rendah namun klinis baik, pasien boleh pulang dengan nasihat jangan

melakukan aktivitas yang memudahkan untuk mengalami trauma selama 1-2 minggu (sampai

trombosit normal). trombosit akan kembali ke kadar normal dalam waktu 3-5 hari.6

22
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 03-03-1996
Umur : 23 Tahun
Alamat : Desa Mantiasa
Agama : Islam
No. CM : 09.61.86
Tanggal Masuk : 14 Januari 2020
Tanggal keluar : 17 Januari 2020

3.2 ANAMNESA
Seorang pasien laki-laki berumur 23 tahun datang ke Poli Penyakit Dalam
Keluhan utama : Demam sejak 5 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Demam bersifat naik-
turun, naik pada malam hari dan turun keesokan paginya. O.s juga mengeluhkan
mual, namun tidak muntah. Badan terasa pegal-pegal dibagian persendian. BAB
lancar konsistensi biasa dan warna biasa, BAK lancar konsistensi biasa dan warna
biasa. Keluhan keluar darah dari hidung dan mulut disangkal. Sebelumnya o.s tidak
pernah sakit seperti ini. Tetangga atau lingkungan disekitar tidak ada yang menderita
penyakit yang sama.
RPO: Paracetamol

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak pernah mengeluhkan penyakit yang sama
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhhan seperti pasien
Riwayat Kebiasaan Sosial :
Tidak ada kebiasaan pasien yang berhubungan dengan penyakit yang dialami.

23
3.3 Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 107/66 mmHg
Nadi : 65 x/ menit
Nafas : 18x/ menit
Suhu : 37,3 oC
Kulit : Akral hangat, rumple leed test positif pada volar lengan bawah
Kepala : bentuk simetris, ukuran normocephal
Rambut : hitam lebat
Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik
Telinga & Hidung : tidak ada kelainan, epistaksis tidak ada.
Mulut : mukosa bibir dan mulut basah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring
tidak hiperemis. Tampak gusi berdarah (+)
Leher : tidak ada pembesaran KGB,tidak ada pembesaran tiroid.
Dada
Paru-paru :
Inspeksi : simetris, normochest, retraksi tidak ada, ketinggalan bernafas (-)
Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP: vesikuler
ST: rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : teraba ictus cordis di 1 jari medial dari linea mid
clavicula sinistra RIC V
Perkusi : batas jantung atas RIC II, kanan Linea Sternalis
Dextra, kiri 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : irama teratur, gallop (–) murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Normal, tidak ada pembasaran

24
Palpasi : Supel, Nyeri tekan epigastrium (-), hepar permukaan rata, pinggir
tajam, konsistensi kenyal, lien tidak teraba
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus positif normal
Alat kelamin : laki-laki, tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas :
Atas : akral hangat, perfusi baik, refleks fisiologis ada +/+ normal,
refleks patologis -/- ptekhie: +/+, Ekimosi -/-, purpura -/-
Bawah : akral hangat, perfusi baik, refleks fisiologis ada +/+ normal,
refleks patologis -/-, ptekhie: +/+, Ekimosi -/-, purpura -/-
Punggung : tidak ditemukan kelainan
Alat kelamin : tidak ditemukan kelainan,
Anus : colok dubur tidak dilakukan
Rumple Leed : (+)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 – 17 Januari 2020

Hasil Hasil Hasil Hasil

14-01-20 15-01-20 16-01-20 17-01-20


Pemeriksaan Nilai normal
(14.20 (06.30 (06.00 (06.00
WIB) WIB) WIB) WIB)

Hemoglobin 15.4 gr % 16.6 gr % 15.3 gr % 15,0 gr % 12 – 16 gr %

5,39 juta / 5,87 juta / 5,40 juta / 5,25 juta / 4,5 – 5,5 juta
Eritrosit
µL µL µL µL / µL

5000 – 10000
Leukosit 2.680 /µL 2.820 /µL 5.140 /µL 5.750 /µL
/µL

Hematokrit 44.7 % 49 % 44,9 % 44 % 43 – 51 %

25
150.000 –
58.000 50.000 43.000 47.000
Trombosit 400.000
/mm3 /mm3 /mm3 /mm3
/mm3

MCV 82 fl 83 fl 83 fl 84 fl 82 – 92 fl

MCH 28 pg 28 pg 28 pg 29 pg 27 – 31 pg

MCHC 34 % 34 % 34 % 34 % 32-37 %

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Hematologi

3.5 RESUME

Pasien An. S, usia 23 tahun, dengan keluhan demam hari ke 5, demam bersifat naik
turun. Naik pada malam hari dan berangsur turun keesokan paginya. O.s juga
mengeluhkan mual, namun tidak muntah. Badan terasa pegal-pegal dibagian
persendian. BAB lancar konsistensi biasa dan warna biasa, BAK lancar konsistensi
biasa dan warna biasa. Keluhan keluar darah dari hidung dan mulut disangkal.
Sebelumnya o.s tidak pernah sakit seperti ini. Tetangga atau lingkungan disekitar
tidak ada yang menderita penyakit yang sama.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan ekstremitas ditemukan akral dingin. Hasil


laboratorium didapatkan

14 Januari 2020 15 Januari 2020 16 Januari 2020 17 Januari 2020

Hemoglobin 15.4 gr % 16.6 gr % 15.3 gr % 15.0 gr %

Leukosit 2.680 /µL 2.820 /µL 5.140 /µL 5.750 /µL

Hematokrit 44.7 % 49 % 44,9 % 44 %

Trombosit 58.000 /mm3 50.000 /mm3 43.000 /mm3 47.000 /mm3

26
3.6 DIAGNOSA

Dengue Haemorrhagik Fever Grade 2

3.7 DIAGNOSA BANDING

Diagnosis banding pada pasien ini adalah Dengue Haemorrhagik Fever Grade 1

3.8 PENATALAKSANAAN

Rawat Cempaka

- Diet lambung II

- IVFD RL 8jam/kolf

- Inj. Ranitidin 2x50mg

- Paracetamol 3x500mg

- Imunos 1x1

- Observasi TTV dan tanda-tanda perdarahan

3.9 FOLLOW UP

TIME SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESSMENT PLANNING

S : O.s Keadaan Umum : DHF - Diet lambung II


14/01/20
mengeluhkan Baik
- IVFD RL
10.00 nyeri sendi Kesadaran :
8jam/kolf
WIB dan sakit Compos Mentis
kepala TD : 100/60 - Inj. Ranitidin
mmHg, HR : 65 2x50mg
x/i, reguler, kuat
- Paracetamol
angkat
3x500mg
RR : 22 x/i, T :

27
37,60C - Imunos 1x1
HCT: 44,7%
- Observasi TTV
dan tanda-tanda
perdarahan

S: demam (+), KU : Baik, DHF Grade 2 - Diet lambung II


15/01/20
keluar darah Kesadaran : CM,
- IVFD HES 500cc
10.00 dari hidung TD : 98/58
10-15 menit tetes
WIB (+) mmHg, HR : 118
cepat
x/i, RR : 22 x/i, T:
37,8 0C - Inj. Ranitidin
HCT: 49% 2x50mg

- Paracetamol
3x500mg

- Imunos 1x1

S: Demam mulai TD: 101/56 DHF Grade 2 - Diet lambung II


16/01/20
menurun, mmHg, HR:
- IVFD RL
10.00 darah dari 95x/i, RR: 20x/i,
350cc/jam
WIB hidung (-) T: 37,6 0C
HCT: 44,9% - Inj. Ranitidin
2x50mg

- Paracetamol
3x500mg

- Imunos 1x1

S: Demam (-) TD: 110/66 DHF Grade 2 - ACC pulang


17/01/20
mmHg, HR:
Obat pulang:
10.00 95x/i, RR: 20x/i,

WIB T: 37,2 0C - Paracetamol


HCT: 44% 3x500mg

Tabel 2. Follow up Pasien selama rawat inap di RSUD Meranti

28
BAB IV
KESIMPULAN

1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty.

2. Penyakit DBD ditandai dengan: Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,

berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan, termasuk uji

Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/μl), hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa perbesaran hati

3. Tujuan terapi hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi AH, dkk. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia jilid 1. Edisi
ke-1. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
2. Mayetti. Hubungan Gambaran Klinis dan Laboratorium Sebagai Faktor Risiko Syok
Pada Demam Berdarah Dengue. Sari Pediatri 2010;11(5):367-73.
3. World Health Organization, 2012. Handbook For Clinical Management of Dengue.
Geneva : World Health Organization.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman tatalaksana klinis infeksi
dengue di sarana pelayanan kesehatan. Jakarta.

5. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT, 2009. Demam Berdarah Dengue. Di


dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke-5, Sudoyo AW, Setiyohadi B, Aiwi I,
Simadibrata M, Setiati S (Eds). Jakarta : Interna Publishing.

6. World Health Organization, 1997. Dengue Haemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment,


Prevention and control. Geneva, 1997

7. Chen K, Pohan HT, Sinto R, 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam
Berdarah Dengue. Leading Article, Medicinus; Scientific Journal of Pharmaceutical
Development and Medical Aplication, 22(1) : 3-7.

8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis bagi


Dokter di Pelayanan Kesehatan Primer, hal : 66-72. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai