PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti (Stegomiya
Spektrum klinis bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah
Beberapa tahun terakhir, kasus demam berdarah dengue (DBD) seringkali muncul di
musim pancaroba. Karena itu, masyarakat perlu mengetahui penyebab penyakit DBD,
mengenali tanda dan gejalanya, sehingga mampu mencegah dan menanggulangi dengan baik.
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi
di Indonesia sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita
sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.2
Pada saat seseorang terjangkit demam berdarah dengue (DBD), fase pertama yang terjadi
disebut fase demam dengan timbulnya gejala demam yang berlangsung selama 2 sampai 7
hari. Setelah itu akan masuk ke dalam fase kritis dimana pada saat ini terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran plasma. Fase kritis ini berlangsung
antara 1-2 hari. Apabila kebocoran plasma berhenti dan reabsorbsi dimulai, hal ini
menunjukkan fase kritis yang berakhir dan masuk ke fase konvalesens. Pada kasus lain yang
1
tidak mendapat tatalaksana adekuat saat fase kritis cenderung akan mengalami kondisi
Expanded dengue syndrome merupakan suatu manifestasi klinis yang tidak lazim terjadi
pada penderita demam dengue atau demam berdarah dengue yang melibatkan beberapa organ
target. Expanded dengue syndrome dapat meyebabkan kematian pada penderita dengue.
Penyulit infeksi berupa kelebihan cairan sedangkan manifesatasi klinis yang tidak lazim ialah
ensefalopati dengue, perdarahan hebat, infeksi ganda, kelainan ginjal dan miokarditis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Demam Berdarah
Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti dan dapat juga ditularkan oleh nyamuk Aedes Albopictus.
Nyamuk ini tersebar luas di rumah-rumah, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya
seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai desa dan lain-lain sehingga setiap keluarga dan
Penyakit DBD ditandai dengan: Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet
Infeksi virus dengue merupakan infeksi virus mosquito bone yang paling cepat
menyebar di seluruh dunia. Infeksi virus ini banyak ditemukan di kawasan asia tenggara yang
merupakan negara endemik dengue fever. Semenjak tahun 2000 angka kematian akibat
dengue mencapai rata-rata 1%. Namun, di indonesia angka kematian mencapai 3-5%
3
Di negara indonesia sendiri, pada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan
sebanyak 68.407 dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 49 orang. Jumlah ini menurun
dibandingkan tahun 2016 dengan kasus sebanyak 204.171 dengan jumlah kematian 1.589
orang. Jawa timur merupakan urutan pertama daerah dengan jumlah kasus DBD terbanyak di
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus
dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan
penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-
4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu
dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda.6
Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan
mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke dua
kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa
4
hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem
2.1.4 Klasifikasi
WHO mengklasifikasikan infeksi dengue menjadi 3 besar yaitu demam yang tidak
terklasifikasikan, demam dengue, dan demam berdarah dengue (DBD). DBD memiliki 4
derajat menurut keparahan penyakitnya, derajat 3 dan 4 merupakan dengue shock syndrome
(DSS).4
5
Gambar dibawah ini merupakan kriteria WHO 20124
Patogenesis Demam Berdarah Dengue belum diketahui dengan pasti. Namun ada
beberapa teori yang diperkirakan berperan dalam munculnya tanda dan gejala pada penyakit
ini. Terdapat tiga sistem organ yang diperkirakan berperan dalam patogenesis DBD, yakni
sistem imun, hati, dan sel endotel pembuluh darah. Selain itu, respon imun penjamu yang
diturunkan (faktor genetik) juga berperan dalam manifestasi klinis yang ditimbulkan.6
Virus dengue diinjeksikan oleh nyamuk Aedes ke aliran darah. Virus ini secara tidak
langsung mengenai sel epidermis dan dermis sehingga menyebabkan sel Langerhans dan
keratinosit terinfeksi. Sel sel yang terinfeksi ini bermigrasi ke nodus limfe, dimana makrofag
dan monosit kemudian direkrut dan menjadi target infeksi berikutnya. Selanjutnya terjadi
amplifikasi infeksi dan virus tersebar melalui darah (viremia primer). Viremia primer ini
menginfeksi makrofag jaringan beberapa organ seperti limpa, sel hati, sel endotel, dan
6
sumsum tulang. Infeksi makrofag, hepatosit, dan sel endotel mempengaruhi hemostatis dan
Sel-sel yang terinfeksi kebanyakan mati melalui apoptosis dan hanya sedikit yang
melalui nekrosis. Nekrosis mengakibatkan pelepasan produk toksik yang mengaktivasi sistem
fibrinolitik dan koagulasi. Bergantung kepada luasnya infeksi pada sumsum tulang dan kadar
supresi sumsum tulang, destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit akibat pengikatan
Trombosit memiliki interaksi yang dekat dengan sel endotel. Sejumlah trombosit
dan PF4 (tromosit faktor 4). Koagulopati terjadi karena interkasi virus dengan endotel yang
memicu disfungsi endotel (jalur ekstrinsik) dan aktivasi faktor Xia (jalur intrinsik). Namun
sel endotel memiliki tropisme tersendiri terhadap virus dengue. Bersama dengan tingginya
kadar virus dalam darah, trombositipenia, serta disfungsi trombosit, keempat faktor ini
menyebabkan peningkatan kerapuhan kapiler yang bermanifestasi sebagai ptekie, memar, dan
Pada waktu yang bersamaan, infeksi menstimulasi berkembangnya antibodi spesifik dan
respon imun seluler terhadap virus dengue. Antibodi spesifik (IgM) bereaksi silang dengan
koagulopati. Sedangkan antibodi IgG berperan dalam peningkatan jumlah titer virus pada
infeksi sekunder.6
7
Gambar 3.2 Hipotesis infeksi sekunder
Infeksi sekunder oleh serotipe yang berbeda memicu peningkatan aktivitas antibodi
spesifik terhadap infeksi pertama. Antibodi ini memediasi serotipe virus dengue lain untuk
berikatan dengan reseptor Fc-gamma pada makrofag sehingga saat virus berada dalam
makrofag tidak dapat dicerna dengan baik. Akibatnya virus semakin bereplikasi dan infeksi
semakin berlanjut, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengueyang berbeda,
respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi
limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit,
proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini
pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan
8
peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga
serosa.8
Setelah periode inkubasi, penyakit demam berdarah dengue terjadi melalui 3 fase yaitu
9
2.1.6 Diagnosis Demam Berdarah Dengue
10
2.1.6.1 Anamnesis
4. Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut (biasanya di ulu hati atau di
5. Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri menelan, batuk, pilek.
6. Pada kondisi syok, rasa lemah, gelisah, atau mengalami penurunan kesadaran.4
Pemeriksaan fisik yang bisa ditemui pada demam berdarah dengue, antara lain ;
3. Perdarahan mukosa
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda efusi pleura dan
asites.
Syok Terkompensasi
4
Tanda dan gejala syok terkompensasi :
- Takikardi
11
- Takipnea
- Kulit dingin
- Anak gelisah
Syok Dekompensasi
4
Tanda dan gejala syok dekompensasi :
- Takikardi
- Hipotensi
- Pernafasan kusmaull
- Sianosis
- Profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
12
Expanded Dengue syndrome (EDS)
Merupakan manifestasi klinis infeksi virus dengue yang tidak biasa ditemukan
pada penyakit dengue secara umum. EDS juga disebut sebagai isolated organopathy yang
merupakan manifesatasi klinis dengan keterlibatan organ spesifik seperti hati, ginjal, otak,
maupun jantung. Kondisi ini, biasanya terjadi pada pasien demam berdarah dengue karena
13
2.1.6.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Trombositopenia (≤ 100.000/μL).
- peningkatan hematokrit (Ht) ≥ 20% dari nilai standar data populasi menurut umur
- Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
2. Serologi Dengue
Virus dengue ditubuh pasien hanya bisa terdeteksi 2-3 hari saat onset demam dan
berakhir 4-7 hari setelah timbulnya penyakit. Selama periode ini, asam nuclead dan
antigen virus dapat terdeteksi. Respons antibodi terhadap infeksi dapat muncul dengan
berbagai jenis imunoglobulin dan isotipe imunoglobulin IgM dan IgG dapat menjadi nilai
Antibodi IgM dapat terdeteksi 3-5 hari setelah timbulnya penyakit, naik dengan cepat dua
minggu kemudian dan dapat menurun bahkan tidak terdeteksi setelah 2-3 bulan.
Sedangkan antibodi IgG terdeteksi dengan titer yang rendah pada akhir minggu pertama,
kemudian meningkat dan tetap untuk periode yang lebih lama (selama bertahun-tahun.
14
Terdapat dua kriteria diagnosis laboratoris, yaitu:
(1) Probable dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat oleh hasil pemeriksaan serologi anti
dengue, dan
(2) Confirmed dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat dengan deteksi genome virus
Dengue dengan pemerikaan RT-PCR, antigen dengue pada pemeriksaan NS1, atau
apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari negatif menjadi positif)
4
pada pemeriksaan serologi berpasangan.
15
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue
1. Anjuran rehidrasi per oral dengan larutan rehidrasi oral, jus buah, dan minuman lain yang
mengandung eletrolit dan gula untuk menggantikan cairan yang hilang melalui demam
dan muntah
2. Beri paracetamol untuk demam tinggi jika pasien merasa tidak nyaman. Interval
pemberian paracetamol sebaiknya tidak kurang dari 6 jam. Jangan berikan aspirin,
ibuprofen atau NSAID lainnya karena dapat merangsang terjadinya gastritis atau
perdarahan.
3. Bawa ke rumah sakit apabila : tidak ada perbaikan klinis, nyeri perut hebat, muntah terus-
menerus, akral dingin dan lembab, letargi atau gelisah, perdarahan ( contoh : BAB warna
hitam atau muntah seperti kopi), tidak BAK selama lebih dari 4-6 jam.
16
Group B, adalah pasien yang sebaiknya dirujuk untuk penanganan rumah sakit.
1. Periksa hematokrit sebelum memulai terapi cairan. Berikan cairan isotonis seperti NaCl
0,9%, RL, atau lauratan hartman. Mulailah dengan 5-7 ml/kgBB/jam selama 1-2 jam lalu
kurangi menjadi 3-5 ml/kgBB/jam selama 2-4 jam, dan lalu kurangi menjadi 2-3
2. Periksa ulang keadaan klinis dan hematokrit. Jika hematokrit tetap sama atau meningkat
sedikit, maka lanjutkan pemberian cairan dengan kecepatan sama 2-3 ml/kgBB/jam
selama 2-4 jam lagi. Jika tanda vital memburuk dan hematokrit meningkat cepat maka
naikan cairan menjadi 5-10 ml/kgBB/jam selama 1-2jam. Periksa ulang keadaan klinis,
3. Berikan cairan IV minimal yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi adekuat dan
urine ouput sekitar 0,5 ml/kgBB/jam. Cairan IV biasanya diperlukan 24-48 jam. Kurangi
cairan IV secara bertahap bila laju plasma leakage menurun ketika mendekati akhir fase
kritis. Hal ini diindikasikan dengan adekuatnya urine ouput dan/ atau intake oral adekuat,
4. Pasien dengan tanda bahaya (warning signs) harus dipantau oleh tenaga kesehatan hingga
periode risiko berakhir. Balance cairan perlu dipertahankan. Parameter yang harus
dipantau adalah tanda vital dan perfusi perifer (pantau tiap 1-4 jam hingga pasien
melewati fase kritis), urine output (tiap 4-6 jam), hematokrit (sebelum dan sesuadah terapi
cairan, lalu tiap 6-12 jam), glukosa darah, dan fungsi organ lain (seperti ginjal, hepar,
koagulasi, dll)
17
Untuk pasien dengue dengan kondisi penyerta dan masalah sosial tanpa tanda bahaya
(warning signs) :
1. Kondisi penyerta antara lain kehamilan, usia tua, diabetes melitus dan masalah sosial
2. Berikan cairan peroral. Jika tidak dapat ditoleransi, berikan cairan IV dengan NaCl 0,9%
atau RL dengan atau tanpa dextrose dengan kecepatan rumatan. Untuk pasien obesitas,
gunakan kalkulasi berdasarkan berat badan ideal. Pasien dapat diberikan cairan peroral
beberapa jam setelah pemberian cairan IV. Oleh karena itu, pemberian cairan harus terus
adekuat dan urine ouput. Cairan IV biasanya hanya diperlukan 24-48 jam.
3. Pasien sebaiknya dipantau oleh tenaga kesehatan untuk pola suhu, intake dan kehilangan
cairan, urine output (volume dan frekuensi), tanda bahaya, hematokrit, sel darah putih,
serta platelet. Pemeriksaan lab lain (seperti fungsi hepar, ginjal) juga dapat dilakukan,
Kalkulasi kebutuan cairan rumatan normal dapat menggunakan formula Holiday Segar:
Untuk pasien overweight atau obesitas, gunakan berat badan ideal untuk perhitungan
18
Group C, adalah pasien dengan dengue berat yang memerlukan penangan darurat dan
rujukan darurat.
1. Resusitasi cairan dengan kristaloid isotonik secepatnya sangat penting untuk menjaga
volume ekstravaskular saat periode kebocoran plasma atau larutan koloid pada keadaan
syok hipotensi. Pantau hematokrit sebelum dan sesudah resusitasi. Tujuan akhir dari
resusitasi cairan adalah meningkatkan sirkulasi sentral dan perifer (takikardi berkurang,
tekanan darah dan nadi meningakt, ekstremitas tidak pucat dan hangat, CRT < 3 detik)
dan meningkatkan perfusi organ (level kesadaran membaik, urine output > 0,5
19
Tatalaksana Dengue Shock Syndrom
20
Gambar 3.6 Tatalaksana syok hipotensi
Primer 20148
21
2.1.9 Konseling dan Edukasi
1. Pinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan pengertian kepada
pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga pasien
dapat mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa untuk penanganan DBD, terapi
hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai
b. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan melakukan
6. Tidak tampak distress pernafasan yang disebabkan efusi pleura atau asites
Apabila masih rendah namun klinis baik, pasien boleh pulang dengan nasihat jangan
melakukan aktivitas yang memudahkan untuk mengalami trauma selama 1-2 minggu (sampai
trombosit normal). trombosit akan kembali ke kadar normal dalam waktu 3-5 hari.6
22
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 03-03-1996
Umur : 23 Tahun
Alamat : Desa Mantiasa
Agama : Islam
No. CM : 09.61.86
Tanggal Masuk : 14 Januari 2020
Tanggal keluar : 17 Januari 2020
3.2 ANAMNESA
Seorang pasien laki-laki berumur 23 tahun datang ke Poli Penyakit Dalam
Keluhan utama : Demam sejak 5 hari yang lalu
23
3.3 Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 107/66 mmHg
Nadi : 65 x/ menit
Nafas : 18x/ menit
Suhu : 37,3 oC
Kulit : Akral hangat, rumple leed test positif pada volar lengan bawah
Kepala : bentuk simetris, ukuran normocephal
Rambut : hitam lebat
Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik
Telinga & Hidung : tidak ada kelainan, epistaksis tidak ada.
Mulut : mukosa bibir dan mulut basah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring
tidak hiperemis. Tampak gusi berdarah (+)
Leher : tidak ada pembesaran KGB,tidak ada pembesaran tiroid.
Dada
Paru-paru :
Inspeksi : simetris, normochest, retraksi tidak ada, ketinggalan bernafas (-)
Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP: vesikuler
ST: rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : teraba ictus cordis di 1 jari medial dari linea mid
clavicula sinistra RIC V
Perkusi : batas jantung atas RIC II, kanan Linea Sternalis
Dextra, kiri 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : irama teratur, gallop (–) murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Normal, tidak ada pembasaran
24
Palpasi : Supel, Nyeri tekan epigastrium (-), hepar permukaan rata, pinggir
tajam, konsistensi kenyal, lien tidak teraba
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus positif normal
Alat kelamin : laki-laki, tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas :
Atas : akral hangat, perfusi baik, refleks fisiologis ada +/+ normal,
refleks patologis -/- ptekhie: +/+, Ekimosi -/-, purpura -/-
Bawah : akral hangat, perfusi baik, refleks fisiologis ada +/+ normal,
refleks patologis -/-, ptekhie: +/+, Ekimosi -/-, purpura -/-
Punggung : tidak ditemukan kelainan
Alat kelamin : tidak ditemukan kelainan,
Anus : colok dubur tidak dilakukan
Rumple Leed : (+)
5,39 juta / 5,87 juta / 5,40 juta / 5,25 juta / 4,5 – 5,5 juta
Eritrosit
µL µL µL µL / µL
5000 – 10000
Leukosit 2.680 /µL 2.820 /µL 5.140 /µL 5.750 /µL
/µL
25
150.000 –
58.000 50.000 43.000 47.000
Trombosit 400.000
/mm3 /mm3 /mm3 /mm3
/mm3
MCV 82 fl 83 fl 83 fl 84 fl 82 – 92 fl
MCH 28 pg 28 pg 28 pg 29 pg 27 – 31 pg
MCHC 34 % 34 % 34 % 34 % 32-37 %
3.5 RESUME
Pasien An. S, usia 23 tahun, dengan keluhan demam hari ke 5, demam bersifat naik
turun. Naik pada malam hari dan berangsur turun keesokan paginya. O.s juga
mengeluhkan mual, namun tidak muntah. Badan terasa pegal-pegal dibagian
persendian. BAB lancar konsistensi biasa dan warna biasa, BAK lancar konsistensi
biasa dan warna biasa. Keluhan keluar darah dari hidung dan mulut disangkal.
Sebelumnya o.s tidak pernah sakit seperti ini. Tetangga atau lingkungan disekitar
tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
26
3.6 DIAGNOSA
Diagnosis banding pada pasien ini adalah Dengue Haemorrhagik Fever Grade 1
3.8 PENATALAKSANAAN
Rawat Cempaka
- Diet lambung II
- IVFD RL 8jam/kolf
- Paracetamol 3x500mg
- Imunos 1x1
3.9 FOLLOW UP
27
37,60C - Imunos 1x1
HCT: 44,7%
- Observasi TTV
dan tanda-tanda
perdarahan
- Paracetamol
3x500mg
- Imunos 1x1
- Paracetamol
3x500mg
- Imunos 1x1
28
BAB IV
KESIMPULAN
disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty.
2. Penyakit DBD ditandai dengan: Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,
1. Pudjiadi AH, dkk. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia jilid 1. Edisi
ke-1. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
2. Mayetti. Hubungan Gambaran Klinis dan Laboratorium Sebagai Faktor Risiko Syok
Pada Demam Berdarah Dengue. Sari Pediatri 2010;11(5):367-73.
3. World Health Organization, 2012. Handbook For Clinical Management of Dengue.
Geneva : World Health Organization.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman tatalaksana klinis infeksi
dengue di sarana pelayanan kesehatan. Jakarta.
7. Chen K, Pohan HT, Sinto R, 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam
Berdarah Dengue. Leading Article, Medicinus; Scientific Journal of Pharmaceutical
Development and Medical Aplication, 22(1) : 3-7.