Anda di halaman 1dari 13

Klien anak K, perempuan, umur 7 tahun, BB 18 Kg; TB 100 cm.

Anak datang ke rumah


sakit dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan demam tinggi yang sudah berlangsung selama 3
hari dan terdapat juga nyeri sendi. Menurut ibu anak K, anak K juga mengalami mual dan
muntah. Mual dan muntah terjadi sekitar 3x/hari, muntah berupa makanan yang belum dicerna.
Hasil pengkajian menunjukkan tekanan darah anak K 90/70 mmHg, nadi 96x/menit, pernapasan
28x/menit, dan suhu 39 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan abdomen, pada
ektremitas bawah sinistra terdapat ptekie yang hilang dengan penekanan, dan terdapat nyeri
tekan pada tulang, CRT < 2 detik, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan sero-immunologis
menunjukkan kadar anti dengue Ig G positif dan anti dengue IgM positif. Hasil pemeriksaan
darah perifer lengkap didapatkan: kadar Hb 14,4 gr/dL; Hematokrit 43%; leukosit 2.800/mm3 ;
dan trombosit 95.000/mm3 . Hasil pemeriksaan apus darah tepi didapatkan kesan: Leukosit
dengan jumlah menurun, limposit atifik (+); Trombosit dengan jumlah menurun, morfologi
normal; Kesan leucopenia dan trombositopenia suspect infeksi viral. Klien mendapatkan terapi
IVFD ringer laktat 16 tetes/menit melalui makrodrip. Klien juga mendapatkan paracetamol 3 x
15 mg/KgBB. Klien diobservasi ketat setiap 4 jam dan dilakukan pemeriksaan darah perifer
lengkap setiap 8 jam. Klien mendapat diet makanan biasa 1000 kkal dan 2 kali ekstra susu @
200 ml.

Learning Objectives

1. Menjelaskan definisi dan penyebab DHF pada anak

Dengue Haemorhagic Fever (DBD) adalah suatu penyakit yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk betina yang dalam tubuhnya terdapat virus dengue. Virus masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aides aegypti. Virus dengue termasuk ke dalam genus Flavivirus,
famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-
4. Keempat serotipe dengue terdapat di Indonesia, dengan DEN-3 merupakan serotipe
dominan dan sering berhubungan dengan kasus yang berat. Nyamuk aides aegypti merupakan
vektor utama untuk penularan penyakit DBD. Nyamuk lain yang lebih jarang adalah Aedes
albopictus dan yang sangat jarang adalah Aedes polynesiensis dan Aedes scutellaris
Nyamuk ini biasa hidup di sekitar perumahan atau tempat-tempat umum, beristirahat di
tempat yang agak gelap, seperti pada baju atau kain yang bergantungan di balik pintu, atau
beristirahat di kolong meja atau kursi. Jarak terbangnya sekitar 100–200 meter dan senang
meletakkan telurnya pada tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan langsung
dengan tanah seperti vas bunga, tempat minum burung, ban bekas/ kaleng bekas/gelas plastik
bekas tempat minuman/batok kelapa yang didalamnya terisi genangan air hujan.

2. Menjelaskan mekanisme cara penularan (transmisi) DHF pada anak


Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
ini mendapat virus Dengue sewaktu menggigit/mengisap darah orang yang sakit atau tidak
sakit tetapi di dalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang di dalam darahnya
mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah.
Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari dimulai saat 1-2 hari sebelum
demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut
terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri
(bereplikasi) dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar
liurnya. Satu minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk
menularkan kepada orang lain hal ini disebut masa inkubasi ekstrinsik. Virus ini akan tetap
berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang
telah menghisap virus dengue itu menjadi penular atau infektif sepanjang hidupnya. Penularan
ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/menggigit, sebelum menghisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya yang disebut proboscis agar darah yang dihisap
tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke manusia
(Siregar, 2004)

3. Menjelaskan klasifikasi DHF pada anak dan manifestasi klinisnya (dengue fever, dengue
hemorraghic fever, dan dengue shock syndrome) :

Suriadi,(2010) mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,


yaitu :

1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari,
Uji tourniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 ,
120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
4. Derajat IV : Terjadi syok berat dimana nadi tidak teraba/ sangat lemah, tekanan darah
tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.

Manifestasi Klinis dengue fever, dengue hemorraghic fever, dan dengue shock syndrome :

1. Manifestasi Klinis dengue fever, Klasifikasi WHO (2009) terhadap keparahan DF


dibagi menjadi tiga, yaitu: dengue tanpa tanda peringatan, dengue dengan tanda
peringatan, dan dengue berat.
● dengue tanpa tanda peringatan terdiri atas: mual, muntah, rash atau ruam, nyeri,
leukopenia, dan test tourniquet positif.
● dengue dengan tanda peringatan terdiri atas: nyeri perut, muntah persisten,
akumulasi cairan ( asites, efusi pleura), perdarah mukosa, letargi,
perbesaran hepar >2 cm, dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat
peningkatan HCT (Hematocrit) bersamaan dengan penurunan jumlah
trombosit.
● dengue berat: dengue dengan minimal satu dari kritera berikut, kebocoran
plasma yang parah (timbul syok (Dengue Shock Syndrome), akumulasi
cairan dengan gangguan pernapasan), perdarahan hebat, keterlibatan organ
yang parah ( pada hepar AST atau ALT ≥1000, pada CNS terjadi gangguan
kesadaran, dan adanya gangguan hepar serta organ lainnya)

2. Manifestasi Klinis DHF menurut WHO (1986), dalam Hadinegoro dan Satari (2005)
DHF (Dengue Haemoragic Fever) biasanya ditandai oleh empat manifestasi klinik utama,
yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, trombositopenia, dan kebocoran plasma.
Hepatomegali dan syok juga sering menyertai pada kasus DHF.

3. Manifestasi Klinis DSS (dengue shock syndrome) terjadi pada tingkatan DBD derajat III
dan derajat IV. DBD derajat III terdapat tanda perdarahan spontan dikulit, kegagalan
sirkulasi ringan, tekanan nadi yang menurun, kulit dingin, lembab dan gelisah. Pada DBD
derajat IV terdapat tanda - tanda pada derajat III, ditambah syok berat dengan nadi yang
tidak teraba, tekanan darah yang tidak terukur, penurunan kesadaran, sianosis dan
asidosis. Kebocoran plasma pada DSS sangat masif sehingga dapat menyebabkan
terjadinya syok hipovolemik.

4. Menjelaskan patofisiologi DHF pada anak : Muna

Nyamuk Aedes yang sudah terinfeksi Dengue, akan tetap infektif sepanjang hidupnya dan
terus menularkan kepada individu yang rentang pada saat menggigit dan menghisap darah.
Setelah masuk masuk ke tubuh manusia, virus Dengue akan menuju sasaran yaitu sel kuffer
hepar, endotel pembuluh darah nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa
penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunya peran pada infeksi ini, dimulai
dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan
membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus.
Arbovirus yang menyebar melalui gigitan nyamuk kemudian racun masuk melalui alran
darah, badan menjadi panas akibat toksin yang dikelola oleh nyamuk, akibat toksin tersebut
hipotalamus tidak bisa mengontrol sehingga menimbulkan panas tinggi atau demam.efek dari
panas Dengue tersebut yaitu demam akut disertai nyeri kepala, nyeri belakang mata,
perdarahan, leucopenia. Demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan
bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah,
kebocoran plasma, efusis pleura, hematemesis, melena, dan kematian
5. Menjelaskan patomekanisme dari tanda dan gejala DHF pada anak : Fitri
Dalam klasifikasi diagnosis WHO 1997, infeksi virus dengue dibagi dalam tiga spektrum
klinis yaitu undifferentiated febrile illness, demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue
(DBD). Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue ditegaskan bahwa DBD bukan lanjutan dari
DD namun merupakan spektrum klinis yang berbeda. .Perbedaan antara DD dan DBD adalah
terjadinya plasma (plasma leakage) pada DBD, sedangkan pada DD tidak. DBD
diklasifikasikan dalam empat derajat penyakit yaitu derajat I dan II untuk DBD tanpa syok,
dan derajat III dan IV untuk sindrom syok dengue.
Dengue without warning signs disebut juga sebagai probable dengue, sesuai dengan demam
dengue dan demam berdarah dengue derajat I dan II. Pada kelompok dengue without warning
signs, perlu diketahui apakah pasien tinggal atau baru kembali dari daerah endemik dengue.
Diagnosis tersangka infeksi dengue ditegakkan apabila terdapat demam ditambah minimal dua
gejala berikut: mual disertai muntah ruam (skin rash) nyeri pada tulang, sendi, atau retro-
orbital uji torniquet positif, leukopenia, dan gejala lain yang termasuk dalam warning signs.
Pada kelompok dengue without warning signs tersebut perlu pemantauan yang cermat untuk
mendeteksi keadaan kritis.
Dengue with warning signs, secara klinis terdapat gejala nyeri perut, muntah terus-menerus,
perdarahan mukosa, letargi/gelisah, pembesaran hati ≥2cm, disertai kelainan parameter
laboratorium, yaitu peningkatan kadar hematokrit yang terjadi bersamaan dengan penurunan
jumlah trombosit dan leukopenia. Apabila dijumpai leukopenia, maka diagnosis lebih
mengarah kepada infeksi dengue. Pasien dengue tanpa warning signs dapat dipantau harian
dalam rawat jalan.Namun apabila warning signs ditemukan maka pemberian cairan intravena
harus dilakukan untuk mencegah terjadi syok hipovolemik.
Warning signs berarti perjalanan penyakit yang sedang berlangsung mendukung ke arah
terjadinya penurunan volume intravaskular. Pasien dengan warning signs harus diklasifikasi
ulang apabila dijumpai salah satu tanda severe dengue. Di samping warning signs, klinisi
harus memperhatikan kondisi klinis yang menyertai infeksi dengue seperti usia bayi, ibu
hamil, hemoglobinopati, diabetes mellitus, dan penyakit penyerta lain yang dapat
menyebabkan gejala klinis dan tata laksana penyakit menjadi lebih kompleks.
Gejala awal termasuk: Nafsu makan menurun, Demam, Sakit kepala, Nyeri sendi atau otot,
Perasaan sakit umum. Muntah
Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh: Bercak darah di bawah kulit, Bintik-bintik
kecil darah di kulit, Ruam Generalized, Memburuknya gejala awal
Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan : Dingin, lengan dan kaki berkeringat

6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang DHF pada anak


Jawaban:
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DHF adalah
melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan apusan darah
tepi.
Parameter Laboratorium yang dapat diperiksa antara lain :
a. Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15% dari
jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat
b. Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
c. Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya ditemukan pada hari ke-3
demam
d. Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D'timer, atau FDP
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
e. Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
f. SGOT/SGPT: dapat meningkat.
g. Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal
h. Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
i. Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah
j. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
2. Radiolog
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.

7. Menjelaskan penatalaksanaan DHF pada anak : Wiwit


Jawaban :
Dasar penatalaksanaan penderita DBD adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat
dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga
mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun panas
(Rampengan, 2007).
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Penggantian volume cairan pada DBD
Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma yang terjadi pada fase
penurunan suhu sehingga dasar pengobatannya adalah penggantian volume plasma yang
hilang. Penggantian cairan awal dihitung untuk 2–3 jam pertama, sedangkan pada kasus
syok lebih sering sekitar 30–60 menit. Tetesan 24–48 jam berikutnya harus selalu
disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit dan jumlah volume urin. Apabila
terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang
diberikan harus sama dengan plasma. Volume dan komposisi cairan yang diperlukan
sesuai seperti cairan dehidrasi untuk diare ringan sampai sedang yaitu cairan rumatan
ditambah defisit 6% (5-8%).
2. Antipiretika.
Antipiretikum yang diberikan ialah parasetamol, tidak disarankan diberikan
golongan salisilat karena dapat menyebabkan bertambahnya pendarahan (Rampengan,
2007).
3. Antikonvulsan
Apabila timbul kejang – kejang diatasi dengan pemberian antikonvulsan.
a) Diazepam: diberikan dengan dosis 0,5 mg/KgBB/kali secara intravena dan dapat
diulang apabila diperlukan.
b) Phenobarbital: diberikan dengan dosis, pada anak berumur lebih dari satu tahun
diberikan luminal 75 mg dan dibawah satu tahun 50 mg secara intramuscular. Bila
dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti dapat diulangi dengan dosis 3mg/Kg
BB secara intramuskular (Anonim, 1985).
4. Pengamatan Penderita
Pengamatan penderita dilakukan terhadap tanda–tanda dini syok.
Pengamatan ini meliputi: keadaan umum, denyut nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan,
dan monitoring Hb, Hct dan trombosit (Anonim, 1985).
8. Menjelaskan jenis-jenis cairan yang dapat diberikan dalam penatalaksanaan pada anak
dengan DHF : Hesty
● Cairan kristaloid isotonik, cairan ini digunakan untuk menggantikan volume plasma yang
keluar dari pembuluh darah
● Cairan Hipotonik, cairan ini digunakan untu mengatasi kehilangan cairan intraseluler
● cairan isotonik untuk meningkatkan isi intra-vaskuler.
● cairan hiper-tonik merupakan ion estraseluler yang akan menarik cairan intraseluler
kedalam ekstra seluler
● Caira koloid : Cairan koloid memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan
kristaloid sehingga berada lebih lama di intravaskular dan dapat mencegah syok.
● Cairan intravena jika klien dehidrasi dan muntah hebat, beri cairan ini sesuai dengan
kebutuhan pasien.
● Cairan rumatan : cairan yang diperlukan sesuai seperti cairan dehidrasi untuk diare ringan
sampai sedang
9. Menjelaskan cara-cara pencegahan DHF pada anak : Euis
Menurut Kementrian Kesehatan pada tahun 2019 pencegahan dhf dapat dengan cara :
1. Menguras atau membersihkan tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tempat air minum dan lain lain.
2. Menutup : menutup tempat penampungan air denga cara yang benar seprt drum, kendi
dan toren air
3. Memanfaatkan kembali barang bekas pada barang yang memiliki potensi untuk menjadi
tempat kembang biak nyamuk
4. Menggunakan lotion nyamuk
5. Menggunakan kelambu pada tempat tidur
6. Memakai pakaian panjang saat pergi keluar rumah
7. Tidak menggantung pakaian di tempat terbuka
8. Menyimpan tanaman pengusir pengusir nyamuk didalam rumah
10. Memahami pengkajian fokus pada klien anak dengan DHF : Sulis
1. Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut
(Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam
kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri
ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada
kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,
dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, nafsu
makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil
Perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam
Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
j. Tidur dan istirahat.
Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian
sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
k. Kebersihan.
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak
adalah sebagai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
n. Sistem integument
Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan
nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing ( pada Grade
II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+),
Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepatomegali), asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

11. Membuat asuhan keperawatan menggunakan evidence based practice/ hasil penelitian
terkait kasus diatas (analisa data, diagnosis keperawatan, dan rencana asuhan
keperawatan) pada klien anak dengan DHF : Yulia

Data Menyimpang Etiologi Diagnosa Keperawatan

DS : Hipertermia
Pasien mengalami demam
tinggi selama 3 hari

DO :
Suhu 39 C
nadi 96x/menit
DO: Terpajan toksik Ketidaksemimbangan nutrisi :
● TD 90/70 mmHg . kurang dari kebutuhan tubuh
● Nadi 96x/menit Tidak mampu mencerna
● RR 28x/menit makanan
● Suhu 39 derajat .
celcius Mual dan muntah
● Nyeri tekan abdomen .
DS: Ketidaksemibangan nutrisi
● Ibu K mengatakan wkwk
bahwa pasien mual
dan muntah 3x/hari
berupa makanan yang
belum dicerna

DO : Infeksi virus dengue Resiko Perdarahan


- Trombositopenia
dengan jumlah
trombosit 95.000/mm3 Replikasi virus
- Pada ektremitas
bawah sinistra
terdapat ptekie yang Kompleks virus antibodi
hilang dengan
penekanan, Agregasi trombosit
- leucopenia dengan
jumlah leukosit
2.800/mm3 Penghancuran trombosit oleh
DS : RES

Trombositopenia

Resiko perdarahan

Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemia b.d dehidrasi d.d suhu 39 C
2. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.c ketidakmampuan mencerna
makanan d.d mual dan muntah
3. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi (penurunan trombosit)
ditandai dengan trombositopenia
Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Keperawatan

Hipertermia b.d Setelah 1. monito 1. Supaya 1. Memonit 1. Dapat


dehidrasi dilakukan r suhu dapat or suhu paling diidentifikasi
perawatan paling tidak mengidentifi tidak setiap 2 suhu paling
selama 1 x 24 setiap 2 kasi suhu jam sesuai tidak setiap 2
jam kriteria jam sesuai paling tidak kebutuhan jam sesuai
hasil yang kebutuhan setiap 2 jam 2. Memonit kebutuhan
didapatkan : 2. monito sesuai or monitor dan 2. Dapat
1. memonitor r dan kebutuhan laporkan mengidentifikas
lingkungan laporkan 2. Untuk adanya tanda i dan
terkait adanya dapat hipertermia melaporkan
faktor yang tanda mengidentifi 3. Meningk adanya tanda
meningkatk hipertermia kasi dan atkan intake hipertermi
an suhu 3. Tingka laporkan cairan dan 3. Dapat
tubuh tkan intake adanya tanda nutrisi adekuat meningkat
2. Memodifika cairan dan hipertermia 4. Memberi intake cairan
si nutrisi 3. Supaya kan dan nutrisi
lingkungan adekuat dapat pengobatan adekuat
sekitar 4. Berika meningkatka antipiretik 4. Dapat
untuk n nintake sesuai memberi
mengontrol pengobatan cairan dan kebutuhan pengobatan
suhu tubuh antipiretik nutrisi antipiretik
3. Memodifika sesuai adekuat sesuai
si intake kebutuhan 4. Untuk kebutuhan
cairan dapat
sesuai memberikan
kebutuhan pengobatan
antipiretik
sesuai
kebutuhan

12. Memahami peran perawat anak pada asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan
pada keluarga terkait DHF pada anak : Teh Nisa

- Peran adalah perilaku yang diharapkan, sedangkan perawat adalah orang yang telah lulus
dalam pendidikan formal keperawatan (PUSBANKES, 2008). Peran perawat merupakan
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan masing-masing individu.
- Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian utama dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada klien. Perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten
selama 24 jam per hari dan 7 hari per minggu menjalin kontak dengan klien, maka
perawat harus mengetahui dan memahami tentang paradigma kesehatan, peran, fungsi
dan tanggung jawab sebagai seorang perawat agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal (Perry & Potter, 2005).
- Peran perawat terhadap penyakit DHF salah satunya adalah pemberi informasi kepada
penderita penyakit DHF, untuk menghindari kemungkinan efek yang lebih lanjut. Banyak
sekali efek buruk yang terjadi pada penyakit DHF, oleh karena itu penting sekali perawat
dalam memberikan informasi tetang DHF.
- Peran perawat dalam Care giver adalah peran yang dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar klien yang membutuhkan. Melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan
yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar klien, kemudian dapat dievaluasi
tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai yang kompleks (Hidayat, 2004). Menurut Potter & Perry (2005), peran
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan perawat dapat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan
lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun keterampilan tindakan yang
meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Dan
perawat diharapkan lebih memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara
holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.
- Peran sebagai advokat klien dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada klien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi
akibat kelalaian (Hidayat, 2004).
- fasilitator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
- Perawat sebagai educator atau pendidik dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan. Metode pengajaran yang digunakan oleh perawat adalah metode yang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan orang-orang yang dekat
dengan klien seperti keluarganya (Perry & Potter, 2005).
- Peran sebagai koordinator dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan
kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
- Peran sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan tugas perawat sebagai seorang
pembaharu (Hidayat, 2004).
- Perawat juga mempunyai peran sebagai penyuluh dan komunikator, peran ini sangat
dibutuhkan dalam sosialisasi terutama di rumah sakit dan masyarakat. Peran sebagai
penyuluh, perawat dapat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah
klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam
pembelajaran. Dan peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar
sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Peran
sebagai komunikasi juga dapat dilakukan dengan memberikan perawatan yang efektif,
memberikan perlindungan bagi klien dari ancaman terhadap kesehatannya,
mengoordinasi dan mengatur asuhan keperawatan, membantu klien dalam rehabilitasi,
memberi kenyamanan, membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan.
Komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu,
keluarga dan komunitas (Potter & Perry, 2005).

Anda mungkin juga menyukai