A. KASUS
An. A, balita perempuan dibawa ke Poliklinik Tumbuh Kembang pada tanggal 28 April
2020 untuk dilakukan imunisasi MMR. Sebelum diberikan imunisasi, perawat melakukan
pengkajian perkembangan pada anak. Perawat melakukan pengkajian perkembangan dengan
menggunakan Denver II/ Denver Developmental Screening Test (DDST).
Berdasarkan Buku Pemantauan Tumbuh Kembang, An. A lahir pada tanggal 20 Januari
2019 dengan riwayat persalinan spontan, ditolong oleh dokter rumah sakit. Tidak ada riwayat
penyakit yang diderita anak. Imuniasi diberikan dengan lengkap. Pemeriksaan perkembangan
dilakukan pada semua sektor mulai dari sektor personal sosial, motorik halus, bahasa dan
motorik kasar.
Perawat bertanya kepada ibu terkait items/gugus penilaian report atau penilaian yang
didapat berdasarkan laporan keluarga, kemudian perawat melakukan tes pada items/gugus
penilaian pada anak dengan menggunakan alat bantu. Perawat mulai melakukan tes pada
items sektor personal sosial. Menurut ibu anak An. A sudah dapat menirukan kegiatan anak
yang lebih besar, memegang cangkir pada saat minum, menggunakan sendok, membuka
pakaian, tepuk tangan, menyatakan keinginan memegang benda, melambaikan tangan kepada
orang lain, namun anak belum bisa membantu kegiatan lain seperti disuruh membawa sebuah
benda yang mampu dilakukan anak. Saat dilakukan tes, An. A sudah bisa bermain bola
dengan perawat dan menyuapi boneka. An. A belum bisa menggosok gigi dan
mencuci/mengeringkan tangan serta belum bisa menyebut nama teman.
Perawat melanjutkan tes pada sektor motorik halus. An. A sudah dapat memegang
dengan ibu jari dan jari, membenturkan dua kubus, mengambil manik-manik yang
ditunjukkan perawat, namun An. A belum bisa menaruh kubus dalam cangkir, belum bisa
membuat menara dari kubus, belum bisa menirukan garis vertikal dan belum bisa mencoret-
coret pada kertas.
Selanjutnya perawat melakukan penilaian pada sektor bahasa dan motorik halus. An. A
sudah bisa melakukan items tes pada sektor bahasa dan motorik halus, namun masih gagal
untuk melakukan 3 items lain yang terletak pada sebelah kanan garis usia.
1. Mampu menjelaskan pengertian, tujuan dan alat yang diperlukan untuk pengkajian
perkembangan menggunakan Denver/DDST.
Jawab
Denver II adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan dan
penyimpangan perkembangan pada anak. Denver II merupakan revisi dari Denver
Developmental screening test (DDST) yang pertama kali dipublikasikan pada tahun
1961. Denver II bukan merupakan test IQ, tidak meramalkan kemampuan adaptif atau
intelektual seorang anak, tidak dibuat untuk menegakkan diagnosis seperti
ketidakmampuan belajar atau ganguan emosional, namun hanya untuk mengetahui
adanya perkembangan yang normal atau tidak pada anak.
Denver II dibuat untuk membantu petugas kesehatan melakukan deteksi dini pada
anak berumur kurang dari 6 tahun dengan memerhatikan 4 aspek yaitu aspek sosial,
motorik kasar, bahasa dan motorik halus sesuai dengan kelompok usia anak dan sesuai
dengan panduan yang sudah tertera pada bagian bagan pemeriksaan.
Untuk alat yang diperlukan dalam skrining perkembangan menggunakan Denver
II adalah form atau bagan Denver II yang sudah disesuaikan dengan pemeriksa, apakah
akan menggunakan bagan berbahasa inggris atau indonesia. Hal selanjutnya yang
diperlukan adalah barang-barang untuk mengetahui kemampuan motorik kasar dan halus
seperti pensil untuk menggambar, kertas kosong, balok kayu, benang wool warna merah,
kismis, krincingan, botol kaca kecil bening dengan lubang 2,5 cm, bel kecil, bola tennis,
boneka kecil dengan botol susu, cangkir plastic dengan pegangan. Alat yang digunakan
juga harus sesuai dengan kondisi anak dan tidak membahayakan anak tersebut.
2. Mampu menjelaskan prosedur pengkajian perkembangan menggunakan Denver/DDST.
Jawab
Prosedur pengkajian menggunakan Denver/DDST dilakukan dalam ruangan yang
didalamnya terdapat berbagai alat yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
anak dalam perkembangan motorik halus/kasar, kemampuan sosial dan berbahasa.
Tahap awal yang dilakukan adalah melakukan perkenalan dan informed consent
pada orang tua serta anak guna mendapatkan kerjasama antara kedua pihak. Setelah
didapatkan kerjasama antara kedua pihak, dilanjutkan dengan menanyakan identitas klien
atau anak dan menanyakan tanggal lahir untuk menentukan usia dari anak. Jika anak lahir
prematur maka akan ada penambahan perhitungan dalam menghitung usia yaitu dengan
mengurangi hasil perhitungan demgan usia gestasi.
Tahap kedua, yakni melakukan pemeriksaan dengan memulai menarik garis pada
bagan sesuai perhitungan usia anak untuk memudahkan pemeriksa dalam mengetahui
aspek yang akan dinilai, seperti contoh dibawah ini
Dalam proses pengkajian, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dimana
pada saat mengkaji status perkembangan anak, dilakukan evaluasi minimal 3 tugas
perkembangan di sebelah kiri garis untuk mengetahui status perkembangan klien apakah
terdapat hambatan atau tidak. Jika tidak terdapat penyimpangan dalam perkembangan,
maka dapat dilanjutkan dengan mengkaji tugas perkembangan selanjutnya sampai anak
gagal atau menolak dalam melakukan tugas perkembangan tersebut.
Pada saat mengkaji tugas perkembangan anak, bila anak dapat melakukan tugas
dapat diberi tanda P/Pass, dan jika gagal diberi tanda F/Fail, jika menolak diberi tanda
R/Refusal dan jika tugas tidak dapat dikaji maka dituliskan NO/No Opportunity. Contoh
pengisian bagan dapat dilihat paa gambar berikut
3. Mampu menghitung usia kronologis dalam pengkajian perkembangan pada anak sesuai
kasus.
Jawab
Rumus menghitung usia kronologis :
(Tahun,bulan,tanggal ketika test) - (Tahun,bulan,tanggal lahir anak)
Pada kasus diketahui :
Test : 2020 4 28
Lahir :2019 1 20
Usia kronologis : 1 tahun 3 bulan 8 hari
Intervensi : Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat
seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan
Daftar Pustaka
Apriani, D., & Febrianti, T. (2020). ANAK USIA PRA SEKOLAH ANTARA METODE
PEMERIKSAAN KPSP DENGAN DENVER II STUDI KASUS DI PUSKESMAS
GANDUS PALEMBANG. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 7(1), 34-38.
Asthiningsih, N. W. W., & Muflihatin, S. K. (2018). Deteksi dini perkembangan balita dengan
metode DDST II di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda. Jurnal
Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 3(2), 367-374.
PRAKTIKUM LAPANGAN KEPERAWATAN ANAK
A. KASUS
Seorang bayi laki-laki lahir pada tanggal 20 Oktober 2019 dibawa ke Poliklinik
tumbuh kembang untuk dilakukan pemeriksaan karena bayinya belum bisa telungkup sendiri.
Ibu merasa khawatir dengan keadaan bayinya. Petugas kesehatan melakukan pengkajian
pertumbuhan dan perkembangan pada bayi. Hasil pemeriksaan pertumbuhan didapatkan:
Berat Badan 6.5 kg, Panjang Badan 58 cm dan Lingkar Kepala 42 cm.
Petugas kesehatan mencoba menyentuhkan pensil di ujung jari bayi dan bayi dapat
menggenggam pensil itu selama 3 detik. Bayi dapat mempertahankan lehernya secara kaku
pada saat dipegang tangannya lalu ditarik ke posisi duduk dari posisi terlentang. Pada saat
bayi telungkup di alas yang datar, bayi dapat mengangkat dada dengan kedua lengan sebagai
penyangga.
Tanyakan kepada orang tua/pengasuh atau periksa anak sesuai petunjuk pada instrumen
KPSP. Hasil interpretsi dengan menghitung jawaban “Ya”
Jawaban “Ya” 9 Sesuai Umur Puji keberhasilan orang tua/pengasuh. Lanjutkan stimulasi
atau 10 sesuai umur. Jadwalkan kunjungan berikutnya.
Jawaban “Ya” 6 Penyimpangan Rujuk ke Rumah Sakit rujukan tumbuh kembang level 1.
atau kurang
3. Mampu menjelaskan stimulasi perkembangan pada anak.
Jawab
Stimulasi perkembangan pada anak berdasarkan kasus di atas pada bayi 6 bulan yaitu :
1. Gerak Kasar
a) Berbalik dari terlentang ke telungkup dan sebaliknya
- Berguling
- Menahan kepala tetap tegak
b) Mengangkat kepala setinggi 90°
- Menyangga berat badan. Angkat badan bayi melalui bawah ketiaknya ke posisi
berdiri. Perlahan-lahan turunkan badan bayi hingga kedua kaki menyentuh
meja, tempat tidur atau pangkuan anda. Coba agar bayi mau mengayunkan
badannya dengan gerakan naik turun serta menyangga sebagian berat badannya
dengan kedua kaki bayi.
c) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
- Mengembangkan kontrol terhadap kepala. Latih bayi agar otot-otot lehernya
kuat. Letakkan bayi pada posisi telentang. Pegang kedua pergelangan tangan
bayi, tarik bayi perlahan-lahan ke arah anda, hingga badan bayi terangkat ke
posisi setengah duduk. Jika bayi belum dapat mengontrol kepalanya (kepala
bayi tidak ikut terangkat), jangan lakukan latihan ini. Tunggu sampai otot-otot
leher bayi lebih kuat.
- Duduk. Bantu bayi agar bisa duduk sendiri, mula-mula bayi didudukkan di
kursi dengan sandaran agar tidak jatuh ke belakang. Ketika bayi dalam posisi
duduk , beri mainan kecil ditangannya. Jika bayi belum bisa duduk tegak,
pegang badan bayi. Jika bayi bisa duduk tegak, dudukkan bayi di lantai yang
beralaskan selimut, tanpa sandaran atau penyangga.
2. Gerak Halus
a) Menggenggam jari orang lain
- Melihat, meraih dan menendang mainan gantung
- Memperhatikan benda bergerak
- Melihat benda-benda kecil
- Meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan
b) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
- Memegang benda dengan kuat. Letakkan sebuah mainan kecil yang berbunyi
atau berwarna cerah di tangan bayi. Setelah bayi menggenggam mainan
tersebut, tarik pelan-pelan untuk melatih bayi memegang benda dengan kuat.
c) Memegang tangannya sendiri
- Memegang benda dengan kedua tangan. Letakkan sebuah benda atau mainan
ditangan bayi dan perhatikan apakah dia akan memindahkan benda tersebut
ketangan lainnya. Usahankan agar tangan bayi , kiri dan kanan, masing-masing
memegang benda pada waktu yang sama Mula-mula bayi dibantu, letakkan
mainan disatu tangan dan kemudian usahakan agar bayi mau mengambil mainan
lainnya dengan tangan yang paling sering digunakan.
d) Menengok ke kanan dan ke kiri serta ke atas dan kebawah.
- Mengambil benda-benda kecil Letakkan benda kecil seperti potongan-potongan
biskuit di hadapan bayi. Ajari bayi mengambil benda-benda tersebut. Jika bayi
telah mampu melakukan hal ini, jauhkan pil/obat dan benda kecil lainnya dari
jangkauan bayi.
e) Berusaha memperluas pandangannya. dan mengarahkan matanya pada benda-
benda kecil.
- Jatuhkan sebuah kancing atau benda kecil lainnya yang berwarna terang di
depan anak ke permukaan putih seperti kertas putih dengan jarak yang mudah
dijangkau oleh anak. Gendong anak dengan menghadap kedepan dan bawa ke
taman atau halaman rumah.
3. Bicara dan Bahasa
a) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
- Stimulasi yang perlu dilanjutkan.
Bicara
Meniru suara-suara
Mengenali berbagai suara
- Mencari sumber suara.
Latih bayi agar menengok ke arah sumber suara
Arahkan mukanya ke arah sumber suara. Mula-mula muka bayi dipegang
dan dipalingkan perlahan lahan ke arah sumber suara, atau bayi dibawa
mendekati sumber suara.
- Menirukan kata-kata.
Ketika berbicara dengan bayi, ulangi beberapa kata berkali-kali
dan usahakan agar bayi menirukannya. Yang paling mudah ditirukan oleh
bayi adalah kata yang menggunakan huruf vocal dan gerakan bibir.
Contohnya: papa, mama, baba.
4. Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri.
a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan.
Memberi rasa aman dan kasih sayang.
Mengajak bayi tersenyum.
Mengamati.
Mengayun.
Menina bobokan.
b) Bermain "Cilluk-ba"
c) Tutup wajah sampai tertutup semua bagian wajah anda dan buka secara tiba-tiba
untuk dilihat bayi. Cara lain adalah mengintip bayi dari balik pintu atau tempat
tidumya.
d) Melihat dirinya dikaca. Pada umur ini,bayi senang melihat dirinya di
cermin.Bawalah bayi melihat dirinya dicermin yang tidak mudah pecah.
e) Berusaha meraih mainan. Letakkan sebuah mainan sedikit diluar jangkauan bayi.
Gerak-gerakkan mainan itu didepan bayi sambil bicara kepadanya agar ia
berusaha untuk mendapatkan mainan itu.Jangan terlalu lama membiarkan bayi
berusaha meraih mainan tersebut, agar anak merasa berhasil.
4. Mampu menghitung usia kronologis dalam pengkajian perkembangan pada anak sesuai
kasus.
Jawab
Rumus menghitung usia kronologis :
(Tahun,bulan,tanggal ketika test) - (Tahun,bulan,tanggal lahir anak)
Jadi, dalam kasus usia anak:
Test: 2020 04 28
Lahir: 2019 10 20
Usia Kronologis = 6 Bulan 8 Hari
5. Mampu menggunakan lembar formulir KPSP kuesioner yang dipilih sesuai usia
kronologis pada anak sesuai kasus.
Jawab
6 Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari Gerak Kasar ✓
terlentang ke telungkup atau sebaliknya?
SESUAI:
Beri pujian ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.
Teruskan pola asuh sesuai dengan tahapan perkembangan
Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai usia dan
kesiapan anak.
Ingatkan untuk pemeriksaan KPSP pada usia 3 bulan selanjutnya.
MERAGUKAN :
PENYIMPANGAN:
Kemenkes RI. (2016). Pedoman Pelaksanaan: Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Kadi, F. A., Garna, H., & Fadlyana, E. (2016). Kesetaraan hasil skrining risiko penyimpangan
perkembangan menurut cara kuesioner praskrining perkembangan (KPSP) dan denver II
pada anak usia 12-14 bulan dengan berat lahir rendah. Sari Pediatri, 10(1), 29-33.