Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF (Dengue Haeomagic

Fever)
Dosen Pembimbing
Lina Ema Purwanti, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
 Regar Candi P. ( 22632096 )
 Etika Rahmawati ( 22632080 )
 Devina Eka V. ( 22632081 )
 Yayuk Puji Lestari ( 22632083 )
 Elsa Prabasusila ( 22632084 )
 Dyah Ayu R. ( 22632086 )
 Gelin Perista E. ( 22632102 )
 Feby Diva Ayunda ( 22632089 )
 Anisah Qotrun N. ( 22632104 )
 Yuzkie F. ( 22632131 )
 Carissa Aquilina ( 22632088 )

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2022/2023

BAB 1

PEMBAHASAN
A. Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus
flavivirus, famili flaviviridae. Penyakit DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti, dan aedes albopictus dimana faktor utama penyakit dari DHF. Terjadi
sepanjang tahun dan bisa menyerang seluruh kelompok umur mulai dari anak – anak
berumur <15 tahun hingga orang dewasa. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes, 2015).
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis berupa demam yang terjadi
secara mendadak 2-7 hari. Dapat disertai gejala perdarahan dengan atau tanpa adanya
syok, dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya
trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20%
atau lebih dari nilai normal 1,4,5 Infeksi virus dengue dapat disertai dengan terjadinya
kebocoran plasma. Perubahan patofisiologi pada infeksi virus dengue menentukan
perbedaan perjalanan penyakit antara DHF dengan dengue fever (DF). Perubahan
patofisiologis tersebut dapat berupa kelainan hemostasis dan perembesan plasma.
Kedua kelainan tersebut dapat diketahui dengan terjadinya trombositopenia dan
peningkatan hematokrit. 1 Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus dengan manifestasi klinis berupa
demam, nyeri otot (myalgia) dan/ atau nyeri sendi (arthralgia) yang disertai
leukopenia, ruam (maculopapular skin rush), limfadenopati, trombositopenia dan
hemoragik.

B. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN 3, DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan Den-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan
menimbulkan antibody terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody
yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotype selama
hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. (Nurarif, dan Kusuma,2016)
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu :
a. Aedes Aegypti
1. Paling sering ditemukan.
2. Nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembangbiak di dalam rumah, yaitu di tempat
penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar
rumah.
3. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4. Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5. Jarak terbang 100 meter.

b. Aedes Albopictus
1. Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2. Menggigit pada waktu siang hari.
3. Jarak terbang 50 meter.

(Rampengan T H, 2009).

C. Manifestasi klinis
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah penyakit seperti flu berat yang
mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan
kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40°C/104°F) disertai dengan 2
dari gejala berikut : sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi,
mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung
selama 2-7 hari setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang
terinfeksi. Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena
plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau
gangguan organ. Tanda- tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama
dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38°C/100°F) dengan tanda
gejala : sakit parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah,
kelelahan, kegelisahan dan keluar darah saat muntah. berikutnya dari tahap kritis
dapat mematikan perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari
komplikasi dan risiko kematian.
Menurut WHO Tahun 2015 DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan dalam
uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan
darah turun (20 MmHg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
4. Derajat IV
Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak Terukur.

Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal pada penyakit DHF (dengue hemoragic
fiver) setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan
berkeringat. Terjadi perdarahan dan muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada
kulit dan patch lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan
perdarahan. Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan,
pemulihan dimulai setelah masa krisis 1- hari.
1. Gejala awal termasuk :
a. Nafsu makan menurun
b. Demam
c. Sakit kepala
d. Nyeri sendi atau otot
e. Perasaan sakit umum
f. Muntah

2. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh :


a. Bercak darah di bawah kulit
b. Bintik-bintik kecil darah di kulit
c. Ruam Generalized
d. Memburuknya gejala awal
3. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan :
a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat
b. Berkeringat

D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. DHF tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam
pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24
jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres
hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan dosis : anak
yang berumur 1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada
pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat
diberikan minum sehingga mengancan terjadinya dehidrasi atau hematokrit
yang cenderung meningkat.

b. DHF disertai renjatan Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan
berat pemberian infus harus diguyur. Apabila renjatan sudah teratasi,
kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan
renjatan berat atau renjatan berulang perlu dipasang CVP (central venous
pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau
vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

2. Penatalaksaan keperawatan
a. Perawatan pasien DHF derajat I
Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa dengan
gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala
perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam,
periksa Ht, Hb dan trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum
1,5-2 liter dalam 24 jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya
disamping kompres hangat jika pasien demam.
b. Perawatan pasien DHF derajat II
Umumnya pasien dengan DHF derajat II, ketika datang dirawat sudah dalam
keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah dalam perawatan baru
beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih
baik jika pasien segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus
lebih baik dipasang pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan
hematokrit dan hemoglobin serta trombosit.

c. Perawatan pasien DHF derajat III Dengue Shock Sindrome (DSS)


Pasien Dengue Shock Sindrome (DSS) adalah pasien gawat maka jika tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah kebocoran
plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya dengan ditemuinya
tubuh pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena menjadi kental
sehingga mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf
pusat. Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan
cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk
meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2. Pengawasan
tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan darah, nadi dan
pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap dilakukan secara periodik
dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.
E. Web of Cauntio
F. Pengkajian data fokus (Keluhan utama, RPS, RPD, Pemeriksaan fisik head to
toe dengan pendekatan IPPA)
1. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien DHF adalah panas tinggi dan lemah

2. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat penyakit sekarang pada pasien DHF didapatkan adanya keluhan
panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran
composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan tubuh
terasa lemah. Disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu
hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.

3. Riwayat penyakit dahulu


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada penyakit Dengue Hemorragic
Fever, biasanya mengalami serangan ulang Dengue Hemorragic Fever dengan
type virus yang lain.

4. Pemeriksaan fisik head to toe (IPPA)


Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut:
a. Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda -
tanda vital dan nadi lemah.
b. Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

1. Sistem Integumen
a. Ditemukan ptechiae pada kulit atau tidak, turgor kulit menurun atau
tidak, dan lembab atau tidak
b. Kuku sianosis atau tidak

2. Kepala dan leher


Kepala terasa nyeri atau tidak, muka tampak kemerahan atau tidak, mata
anemis atau tidak, hidung mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II,
III, IV atau tidak, mukosa mulut kering atau tidak, terjadi perdarahan gusi
atau tidak, dan nyeri telan atau tidak.
3. Dada
Bentuk simetris atau tidak, terasa sesak atau tidak. Pada foto thorak
terdapat cairan yang tertimbun atau tidak pada paru
4. Abdomen mengalami nyeri tekan atau tidak, pembesaran hati
(hepatomegaly) atau tidak, asites atau tidak
5. Ekstremitas : Dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang atau tidak.

G. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


o Gangguan pemenuhan nutrisi
o Suhu tubuh meningkat
o Intoleransi aktivitas
o Gejala syok hipovolemik
o Gangguan rasa nyaman

Daftar Pustaka :
Stiikes gunung maria tomohon. (2022). Jurnal, 3.

Suciari, E. (2019). DHF (DENGUE HEMORRHAGIC FEVER) GRADE II. Jurnal, 45-46I

SURAKARTA, P. K. (2017). 3. Retrieved from LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORRAGIC


FEVER KONSEP TEORI: KTI

Anda mungkin juga menyukai