I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Dengue Haemorrhagic fever adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti.(Suriadi & Yuliani, 2011, hal 57)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina),
terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan sering kali menyebabkan
kematian bagi penderita. (Effendy, 2015:1)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina). (Seoparman, 2010).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DHF adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, terutama menyerang anak
remaja dan dewasa dengan gejala utama demam manifestasi perdarahan,
nyeri otot dan sendi dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang
menyebabkan kematian.
B. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk
Aedes Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlndungan terhadap serotipe lain.
IDA YANRIATUTI
20
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti :
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada
siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap
(terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan
senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan
berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian
dalam waktu singkat. (Suriadi & Yuliani, 2011)
C. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi
mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam
berdarah dengue sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi
berdasarkan derajat Demam berdarah dengue.
1. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak,
malaise muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
2. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin,
lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan
nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan
tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta
berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau
makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling
mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus.
Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya
keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan
saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak
terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 2012, diagnosa DBD (DHF) harus
berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab
jelas).
IDA YANRIATUTI
20
2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turniket positif dari
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif,
ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki,
pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
D. Patofisiologi
IDA YANRIATUTI
20
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.Yang menentukan
beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit
meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
kematian.
E. Komplikasi
Menurut WHO, 2012, komplikasi Dengue Haemorrhagic fever adalah:
1. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue
dengan shock atau tanpa shock.
2. Kejang halus terjadi selama fase demam pada bayi. Kejang ini
mungkin hanya kejang demam sederhana, karena cairan cerebrospinal
ditemukan normal.
3. Oedema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama
proses penggantian cairan.
4. Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik serta
tirah baring yang lama.
IDA YANRIATUTI
20
5. Sepsis gram negatif dapat terjadi karena penggunaan i.v line
terkontaminasi.
F. Penatalaksanaan Terapeutik
1. Medis
a. Tanpa renjatan
Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 liter sehari )
Antipiretik jika terdapat demam.
Antikonvulsan jika terdapat kejang.
Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
b. DHF dengan renjatan
Pasang infus RL
Jika dengan infus tidak ada respon beri plasma expander ( 20 – 30
ml/kgBB )
Tranfusi Hb dan Ht jika turun
2. Keperawatan
a. Pengawasan tanda vital secara kontinue
Pemeriksaan Hb dan Ht tiap 4 jam
Obesrvasi intake da output
Pada pasien DHF derajat 1 pasien diistirahatkan, observasi vital
sign, beri kompres dan perbanyak minum
Pada pasien DHF derajat II pemeriksaan tanda vital dan observasi
hasil darah lengkap
Pada pasien derajat III infus guyur, beri posisi semi fowler, berikan
oksigen dan pengawasan tanda vital tiap 15 menit, pasang kateter,
observasi produksi urine tiap jam
IDA YANRIATUTI
20
b. Resiko perdarahan
Observasi perdarahan : petechie, epitaksis, hematemesis dan melena,
catat perdarahan,
c. Peningkatan suhu tubuh
Observasi tanda vital secara periodik, beri banyak minum dan beri
kompres. (Depkes RI, 2010 : 26)
G. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
Serotogi : uji HI (Hemaglutination Inhibition test).
Rongten thorax : effusi pleura. (Soegijanto 2012)
IDA YANRIATUTI
20
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur <
15 tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
2. Keluhan Utama : Panas / demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin
dan lembab, demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah,
nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu
hati, konstipasi atau diare.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa
berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah diderita dahulu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga
ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas and ban bekas.
7. ADL
Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan
dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktifitas bermain.
Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan
nyeri.
Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
IDA YANRIATUTI
20
Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas dapat
meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
8. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C),
menggigithipotensi,nadi cepat dan
lemah.
Kulit : tampak bintik merah (petekil),
hematom,ekimosit.
Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan
gusi, lidah kotor (kadang).
Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat
dan
Sering berat.
Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati
dan limfe pada keadaan dehidrasi
turgor kulit menurun.
Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/
konstipasi.
Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
Pemeriksaan Penunjang : Pada pemeriksaan darah pasien
DHF akan di jumpai: Hb dan PCV meningkat (≥20%),
Trombositopenia (≤100.000/ml), Leukopenia (mungkin normal atau
leukositosis), Ig.D.dengue positif, Hasil pemeriksaan kimia darah
menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia, dan hiponatremia,
Urium dan PH darah mungkin meningkat, Asidosis metabolik: pCO
<35-40 mmHg HCO rendah, SGOT/SGPT memungkinkan
meningkat. (Nursalam,2014)
IDA YANRIATUTI
20
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada pasien DHF adalah :
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kebocoran
plasma darah
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ektravaskuler
6. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan; perpindahan
cairan intravaskuler ke ektravaskuler
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ; mual muntah
8. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan
darah (trombositopeni). (Amin Huda dkk, 2015)
IDA YANRIATUTI
20
C. Intervensi
IDA YANRIATUTI
20
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi
pasien
observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yangmelebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
IDA YANRIATUTI
20
kriteria hasil : Monitor wbc, hb dan
Tanda vital normal hct
TD (systole 110- Kompres pada lipatan
130mmHg, diastole paha dan axila
70-90mmHg), Monitor intake dan
HR(60-100x/menit), output
RR (16-24x/menit), Tingkatkan sirkulasi
suhu (36,5-37,50C) udara
Tidak ada Kolaborasi pemberian
perubahan warna cairan intravena dan
kulit antipiretik
Temperatur
Regulation
Monitor suhu per 2
jam
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu
Beri tahu tentang
penanganan
emergency yang
diperlukan
IDA YANRIATUTI
20
kemampuan kognitif antibiotik
Menunjukkan fungsi Monitor adanya
sensori motori tromboplebitis
cranial yang utuh : Dikusikan penyebab
tingkat kesadaran perubahan sensasi
membaik, tidak ada
gerakan involunter
IDA YANRIATUTI
20
keefektifan dari
tindakan mengontrol
nyeri yang telah
digunakan
Berikan dukungan
terhadap klien dan
keluarga
Berikan informasi
tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan
pencegahan
Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
klien terhadap
ketidaknyamanan
Anjurkan klien untuk
memonitor sendiri
nyeri
Ajarkan penggunaan
teknik non-
farmakologi, ex:
relaksasi, guided
imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi
panas-dingin,
massase)
Evaluasi keefektifan
dari tindakan
mengontrol nyeri
Beritahu dokter jika
tindakan tidak berhasil
atau terjadi keluhan
Pemberian Analgetik
Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik,
kualitas,dan keparahan
sebelum pengobatan
Berikan obat dengan
prinsip 5 benar
Cek riwayat alergi
obat
IDA YANRIATUTI
20
Libatkan klien dalam
pemilhan analgetik
yang akan digunakan
Pilih analgetik secara
tepat /kombinasi lebih
dari satu analgetik jika
telah diresepkan
Tentukan pilihan
analgetik (narkotik,
non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda
vital, sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik, monitor
reaksi obat dan
efeksamping obat
Dokumentasikan
respon dari analgetik
dan efek-efekyang
tidak diinginkan
Manajemen
lingkungan :
kenyamanan
Batasi pengunjung
Tentukan hal-hal yang
menyebabkan
ketidaknyamanan
seperti pakaian
lembab, Perhatikan
hygiene pasien untuk
menjaga kenyamanan
Sediakan tempat tidur
yang nyaman dan
bersih
Tentukan temperatur
ruangan yang paling
nyaman
Sediakan lingkungan
yang tenang
Atur posisi pasien
yang membuat
nyaman.
IDA YANRIATUTI
20
5 Kekurangan volume Fluid balance Fluid management
Hydration Timbang
cairan berhubungan
Nutritional Status : popok/pembalut jika
dengan pindahnya Food and Fluid diperlukan
Intake Pertahankan catatan
cairan intravaskuler
Kriteria Hasil : intake dan output yang
ke ektravaskuler Mempertahankan akurat
urine output Monitor status hidrasi
sesuaidengan usia dan ( kelembaban
BB, BJ urine membran mukosa,
normal,HT normal nadi adekuat, tekanan
Tekanandarah, nadi, darah ortostatik ), jika
suhutubuhdalam batas diperlukan
normal Monitor hasil lAb
Tidak ada tanda yang sesuai dengan
tandadehidrasi, retensi cairan (BUN ,
Elastisitas turgor Hmt , osmolalitas
kulit baik, urin )
membranmukosa Monitor vital sign
lembab, tidak ada rasa Monitor masukan
hausyang berlebihan makanan / cairan
dan hitung
intakekalori harian
Kolaborasi pemberian
cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan diuretik sesuai
interuksi
Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar
Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih
munculmeburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk
tranfusi
IDA YANRIATUTI
20
6 Resiko syok Syok prevention Syok Prevention
hipovolemik Syok management monitor status
Kriteria hasil sirkulasi HR, warna
berhubungan
Nadi, pernapasan, kulit, suhu, nadi
dengan perdarahan; dalam batas yang perifer dan CRT
perpindahan cairan diharapkan monitor tanda
Irama jantung dalam inadekuat oksigenasi
intravaskuler ke
batas normal monitor suhu dan
ektravaskuler Laboratorium dalam pernapasan
batas normal (Na, K, monitor input dan
Cl, Mg, PH, Hct) output
Tidak ada tanda pantai nilai
dehidrasi laboratorium
monitor tanda asites
monitor tanda awal
syok
tempatkan pasien
dalam posisis supine
pantau kepatenan
jalan napas
berikan cairan IV yang
tepat
ajarkan keluarga dan
pasien tanda awal
syok
ajarkan keluarga dan
klien cara mengatasi
syok
syok management
monitor fungsi
neurologis
monitor fungis renal
monitor tekanan nadi
monitor status cairan
catat gas darah arteri
dan oksigen
monitor nilai
laboratorium
IDA YANRIATUTI
20
kebutuhan tubuh nutrisi dapat kaji kemampuan
berhubungan dipertahankan dengan pasien mendapatkan
kriteria hasil: nutrisi yang
dengan intake
Adanya peningkatan dibutuhkan
nutrisi yang tidak berat badan kolaborasi ahli izi
adekuat Mampu yakinkan diet yang
mengidentifikasikan dikonsumsi
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi
turgor kulit baik serat
tidak ada tanda Nutrition Monitoring
malnutrisi monitor penurunan
peningkatan fungsi berat badan
menelan monitor lingkungan
tidak terjadi selama makan
penurunan berat jadwalkan pengobatan
badan yang berarti dan tindakan tidak saat
makan
monitor turgor kulit
monitor mula muntah
monitor kadar
albumin, hct, total
protein dan hb
IDA YANRIATUTI
20
Monitor penentu
pengiriman oksigen ke
jaringan
Pertahankan patensi
IV line
Sumber Aplikasi Askep berdasarkan Nanda NIC NOC 2015
IDA YANRIATUTI
20
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & Yuliani, 2011, Asuhan Keperawatan Pada Anak, EGC, Jakarta
IDA YANRIATUTI
20