Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis


1. Defenisi
Septum Deviasi adalah abnormalitas dari septumnasi atau kelainan
bentuk septum dimana septum nasi tidak terletak lurus ditengah rongga hidung
( Arif Mansjoer tahun 2001, Kapita Selekta Kedokteran )
2. Anatomi Fisiologi
Hidung terdiri dari : hidung bagian luar dan rongga hidung.
a. Hidung bagian luar / pyramid hidung
Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas
kebawah : pangkal hidung, dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela
dan lubang hidung. Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang
rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yang
berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan lubang hidung. Kerangka
tulang terdiri dari : tulang hidung (os nasalis), profesus frontyalis os maksila,
profesus nasalis os frontyalis, sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari :
Beberapa pasang tulang rawan yang terletak dibagian bawah hidung yaitu
sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang kartilago nasalis
inferior yang disebut alar mayor, beberapa pasang kartilago ala minor dan
tepi anterior septum.

b. Rongga hidung ( kavum nasi )


Berbentuk tetowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh septyum
nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau
lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut kares anterior dan lubang
belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi
1
dan naso faring. Bagian cavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi,
tepat dibelakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi
oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang
disebut vibrise. Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dindind
medial, lateral, inferior dan suferior. Dinding medial hidung adalah septum
nasi yang dibentuk oleh tulang rawan dan tulang. Bagian tulang : lamina
perpendikularis os etmoid, vomer, Krista nasalis os maksila, Krista nasalis os
platina. Bagian tulang rawan : kartilago septum dan kalumela. Septum
dilapisi oleh pericondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada
bagian tulang. Sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh mucosa hidung.
Bagian depan dinding lateral hidung licin (ager nasi) dan dibelakangnya
terdapat concha yang mengisi sebagian besar dinding lateral hidung.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah concha yang terbesar dan letaknya
paling bawah: concha inferior, yang lebih kecil : koncha media, lebih kecil
lagi; konka superior, yng terkecil : konca suprema. Koncha iunferior
merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirinetmoid,
sedangkan konkha media, superior dan suprema merupakan bagian dari
labirin etmoid. Diantara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga
sempit yang disebut meatus, ada 3 : meatus inferior terletak diantara konkha
inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung, terdapat
muara (ostium duktus naso lakrimalis). Meatus medius terletak diantara
konka media dan dinding lateral rongga hidung, terdapat pula bula etmoid,
prosesus unsinatus, hiatus semikularis, dan infundibulun etmoid. Hiatus
semikularis merupakan celah sempit melengkung dimana terdapat muara
sinus frontalis, sinus maksila, dan sinus etmoid anterior.
Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan
media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus stenoid. Dinding
inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os
palatum. Dinding superior/atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh
2
lamina kibriformis yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.
Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari arteri etmoid anterior
dan posterior yang merupakan cabang arteri oftalmika yang berasal dari
arteri karotis interna.

c. Fungsi hidung.
1. Sebagai jalan nafas.
Pada inspirasi udara masuk melalui nares anterior, lalu naik keatas
setinggi konka media dan kemudian turun kebawah kearah naso faring,
sehingga aliran darah ini berbentuk lengkungan/arcus. Pada ekspirasi
udara masuk melalui koana dan mengikuti jalan yang sama seperti udara
inspirasi. Akan tetapi dibagian depan udara memecah , sebagian akan
melalui nares anterior dan sebagian lain kembali kebelakang membentuk
pusaran dan bergabung dengan aliran dari naso faring.
2. Pengatur kondisi udara.
Fungsi ini untuk mempersiapkan udara yang akan masuk kealveolus
paru, fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban uadara dan
mengatur suhu.
# Mengatur kelembaban udara.
Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir (mucous blanket), pada musim
panas udara hamper jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini
sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
# Mengatur suhu.
Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah dibawah
efitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga
radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara
setelah melalui hidung kurang lebih 37 0 C.
3. Sebagai penyaring dan pelindung.

3
Berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bacteri dan
dilakukan oleh: rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, sillia, palut
lendir (mucus blanket), debu dan bacteri akan melekat pada palut lendir
dan vartikel-vartikel yang besar akan dikelurkan dengan refleks bersin,
palut lendir ini akan dialirkan kenaso faring oleh gerakan sillia. Enzyme
yang dapat menghancurkan beberapa jenis bacteri disebut ; lyzosime.
4. Indra penciuman.
Hidung juga bekerja sebagai indra penciuman dengan adanya mucosa
olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian
septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi
dengan palut lendir atau bila menarik nafas kuat.
5. Resonasi suara.
Resonasi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonasi berkurang atau
hilang, sehingga terdengar sengau (rinolalia).
6. Proses berbicara.
Hidung membantu proses pembentukan kata-kata, kata dibentuk oleh
lidah, bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan (m,n,ng)
rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum mole turun
untuk aliran udara
7. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan
saluran cerna, cardiovaskuler dan pernafasan. Iritasi mucosa hidung
menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Ransangan bau tertentu
menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pancreas.

4
5
3. Etiologi
a). Penyebab yang paling sering adalah trauma.
Dapat terjadi sesudah lahir, pada waktu partus, atau bahkan pada masa
janin intrauterine.
b). Ketidak seimbangan pertumbuhan
tulang rawam septum nasi terus tumbuh, meskipun batas superior dan
inferior telah menetap. Dengan demikian terjadilah deviasi pada septum
nasi.

4. Patofisiologi
Bentuk septum yang tidak normal akibat trauma atau ketidak seimbangan
pertumbuhan dapat menyebabkan bentuk deformitas dari septum. Septum
deviasi biasnya berbentuk hurup C, S, dislokasi yaitu bagian bawah kartilago
septum keluar dari Krista maksila dan masuk kedalam rongga hidung
menyebabkan Penonjolan tulang rawan septum, bila memanjang dari depan
kebelakang disebut Krista dan bila sangat runcing dan pipih disebut spisna.
Bila deviasi atau Krista septum bertemu dan melekat dengan konka
dihadapannya disebut sineksia (perlekatan), bentuk ini akan menambah
beratnya obstruksi. Deviasi septum dapat menyumbat ostium sinus, sehingga
merupakan factor predisposisi terjadinya sinusitis.

5. Tanda dan gejala


1.Sumbatan hidung adalah keluahan yang paling sering terjadi pada
septum deviasi, sumbatan bisa unilateral, dapat pula bilateral, sebab pada
sisi deviasi terdapat konka hipotropia, sedangkan pada sisi sebelahnya
terjadi konka yang hipertropia, sebagai akibat mekanisme kompensasi ,
bertambah berat bila terserang flu/rhinitis.
2. Rasa nyeri dikepala dan disekitar mata, efistaksis, gangguan
penciuman, mendekur, nafas yang bersuara, postnasal drif.
6
3. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat rongga hidung tidak sama
besarnya antara kanan dan kiri.

6. Penatalaksanaan medik
1. Bila gejala tidak ada atau keluhan sangat ringan, tidak perlu
dilakukantindakan koreksi septum.
2. Tindakan operatif pada pasien dengan keluhan yang nyata ada dua
jenis :
 Reseksi submukosa : pada operasi ini muko perikondrium dan muko
periostium kedua sisi dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum,
Bag.tulang/tulang rawan dari septum kemudian diangkat, sehingga
mukoperikondrium dan mukoperiostium sisi kiri dan kanan akan
langsung bertemu digaris tengah.
 Septoplasty / reposisi septum.
Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok direposisi, hanya bagian
yang berlebihan saja yang dikeluarkan, dengan cara ini dapat dicegah
komplikasi yang mungkin timbul, dapat dilakukan dengan anestesi
local.

8. Komplikasi
a.Bila tidak dilakukan tindakan operasi pada keluhan yang berat dapat
menyebabkan sinusitis.
b. Post operasi :
1. Pendarahan
2. Infeksi lokal
3. Kolaps hidung
4. Aspirasi
5. Hdung pelana akibat turunnya puncak hidung Oleh karena bagian atas
tulang rawan septum terlalu banyak diangkat
7
6. Perporasi septum
7. Obstruksi menetap akibat Obstruksi saluran pernafasan septum nasi
yang tidak lengkap.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Adapun pengkajian pada penyakit septum deviasi secara teoritis adalah :
1) Kaji identitas pasien
- Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan.
2) Kaji riwayat kelainan kongenial
- Misalnya agenesis hidung, kista, kelainan pertumbuhan
3) Kaji riwayat infeksi
- Seperti sinusitis kronik, selulitis, TBC, dll
4) Kaji kelainan bentuk hidung
- Apakah ada septum deviasi, hematoma septum, impaksi septum
5) Kaji adanya riwayat trauma dan perdarahan hidung
- Apakah pasien pernah mengalami trauma atau benturan yang
menyebabkan perdarahan hidung
6) Kaji adanya gangguan penciuman
- Kaji apakah pasien bisa mencium bau dan membedakannya dengan
bau yang lain (anosmia).
7) Kaji riwayat masuknya benda asing kedalam hidung
- Apakah pasien pernah mengalami masuknya benda asing kedalam
hidung dan bagaimana cara mengatasinya

2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien deviasi septum teoritis
adalah :
1. Masalah keperawatan pre operasi :
8
a. kecemasan
b. ketidak efektifan pola pernafasan
2. Masalah Keperawatan post operasi
a. nyeri
b. Risiko tinggi terjadi perdarahan
c. Risiko tinngi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)

3. Prioritas perawatan pada septoplasty (pembedahan)


#. Mempertahankan fungsi pernafasan yang adekuat
#. Mengontrol/meminimalkan rasa nyeri
#. Mencegah komplikasi : pendarahan, infeksi local, aspirasi
#. Memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/ prognosis, komplikasi,
dan pengobatan yang dilakukan

4. Rencana Keperawatan
Adapun rencana keperawatan secara teoritis adalah :
A. Pre operasi
1. Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukannya prosedur pembedahan
Tujuan : kecemasan pasien berkurang / terkontrol setelah diberi tindakan
keperawatan
Hasil yang diharapkan :
 Pasien mengatakan cemasnya berkurang
 Pasien dapat bekerja sama dan menyetujui surat izin operasi
 Ekspresi wajah tampak rileks
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan dan kecemasan pasien tentang prosedur
pembedahan.
R/ menjadi pasar bagi perawat dalam memberikan informasi
9
2. Beri informasi ulang pada pasien tentang tindakan operasi .
R/ sehingga mau ikut berpartisipasi dalam perawatan dan pengobatan.
3. Ajak diskusi pasien mengenai rasa cemas dan proses pembedahan.
R/ hubungan dan keterbukaan dapat mengurangi kecemasan.
4. Beri dukungan moral kepada pasien
R/ dukungan moral dapat meningkatkan mekanisme koping yang baik
5. Libatkan keluarga untuk mendampingi dan memberikan dukungan
pada pasien.
R/ dukungan keluarga dapat memberikan suppor mental bagi pasien

2. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan okstruksi hidung


akibat kelainan bentuk atau posisi septum.
Tujuan : pola nafas pasien kembali efektif setelah diberi tindakan
keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
 Frekuensi pernafasan efektif/normal 12-20 x/menit
 Pasien dapat menyatakan factor penyebab (jika diketahui) dan
mengatakan cara adatif mengatasi factor tersbut
 Pasien mengatakan tidak ada keluhan sesak nafas
Rencana tindakan :
1. Kaji ulang penyebab ketidakefektifan pola pernafasan.
R/ mem pengaruhi pilihan intervensi yang tepat.
2. Beri posisi semi fowler jika ada keluhan sesak nafas.
R/ untuk memaksimalkan ekspansi paru-paru
3. Kaji tanda-tanda vital terutama pernafasan.
R/ untuk mengetahu adanya sesak nafas dan menentukan intervensi lebih
lanjut
4. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk latihan bernafas secara perlahan-lahan
dan dalam.
10
R/ membuat pola nafas lebih efektif
5. Kaloborasi dengan dokter dalam memberikan O2 bila perlu.
R/ membantu menguatkan suplay O2

B. Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan ( terpasang tampon, drain)
dan pembengakan.
Tujuan : nyeri pasien berkurang / terkontrol setelah diberi
tindakankeperawatan.
Hasil yang diharapkan :
#. Pasien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol
#. Pasien menunjukan sikap yang rileks, dapat beristirahat/ tidur yang cukup
#. Skala nyeri 0-3
Rencana tindakan :
1. Kaji keluhan nyeri pasien meliputi : lokasi, intensitas, frekuensi dan
karakteristik.
R/ perubahan tingkat nyeri menunjukan respon pasien terhadap nyeri
2. Kaji tanda-tanda vital pasien.
R/ perubahan tanda-tanda vital menunjukan peningkatan rasa nyeri
3. Beri penjelasan bahwa ketidaknyamanan dan nyeri adalah wajar setelah
selesai pembedahan.
R/ ketidaknyamanan dan nyeri terjadi karena adanya tampon yang
menekan luka pada post operasi.
4. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas
dalam bila nyeri timbul.
R/ untuk membantu mengurangi ketegangan otot dan mengurangi nyeri.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
R/ untuk membantu pasien mengatasi / mengontrol nyeri

11
2. Resiko tinggi terjadinya pendarahan berhubungan dengan adanya luka
operasi yang terpasang tampong.
Tujuan : pendarahan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
 Pendarahan dan pembengkakan dapat diminimalkan
 Pasien mengatakan tidak ada darah yang merembes lewat tampon
 Rembesan darah tidak terjadi.
Rencana tindakan :
1. Kaji tanda-tanda vital pasien
R/ penurunan tekanan darah dan tachicardi mengindikasikan adanya
pendarahan .
2. Berikan kompres dingin diatas area incise yang sakit
R/ menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga mengurangi
pendarahan dan pembengkakan.
3. monitor adanya darah yang merembes secara terus menerus melalui
tampon.
R/ membantu dalam menentukan intervensi yang tepat.
4. Anjurkan pasien untuk tidak menarik-narik tampon pada hidungnya.
R/ supaya tidak terjadi pendarahan yang hebat
5. Kaloborasi dengan dokter dalam memberikan therapy vasokonstriktor
sesui indikasi.
R/ untuk mengatasi / mengontrol pendarahan

3. Risiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


yang berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang; kekurangan
kemampuan untuk menelan makanan akibat nyeri.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi setelah diberi tindakan
keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
12
 Pasien dapat menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan.
 Pasien menyatakan dapat menalan makanan
Rencana tindakan :
1. Berikan dan hidangkan makanan lembut, mudah dicerna dan dalam
keadaan hangat.
R/ mengurangi beban kerja lambung dan meningkatkan selera makan pasien.
2. Kaji ulang kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
R/ menjadi petunjuk dalam menentukan intervensi yang tepat
3. Catat jumlah porsi makanan yang dihabiskan pasien.
R/ untuk mengetahui jumlah makanan yang masuk
4. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh terutama pada saat sakit.
R/ untuk meningkatkan motivasi pasien untuk makan
5. Kaloborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet.
R/ gizi yang cukup memenuhi kebutuhan kalori tubuh yang diperlukan
pasien.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan


program pengobatan.
Tujuan :pengetahuan pasien bertambah setelah diberi tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
 Pasien mengatakan pemahaman mengenai proses penyakit
 Pasien turut berpartisivasi dalam program pengobatan
Rencana tindakan :
1. Kaji ulang tingkat pengetahuan pasien.
R/ menjadi petunjuk bagi perawat dalam memberikan penjelasan.
2. Jelaskan tentang proses penyakit dan pengobatan yang diberikan secara
sederhana dan mudah dimengerti.
R/ memberikan pengetahuan berdasarkan tingkat kebutuhan pasien
3. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
13
R/ agar tercipta hubungan saling percaya diantara pasien dengan perawat.
4. Beri kesempatan kepada pasien untuk bertanya mengenai hal-hal yang
tidak dimengerti.
R/ mengetahui kebutuhan kongitif pasien tentang penyakitnya
5. Anjurkan pasien untuk mengulangi penjelasan yang sudah diberikan.
R/ menentukan intensitas pengetahuan yang dimiliki pasien.

5. Evaluasi.
Adapun hal yang dievaluasikan pada pasien dengan deveasi septum adalah :
1. Apakah pasien merasa nyaman
2. Pasien dapat menjelaskan perawatan yang diperlukan dirumah setealah
menjalani pembedahan
3. Pasien dapat menjelaskan cara-cara untuk mencegah timbulnya
pendarahan hidung
4. Pasien dapat menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
terjadinya efek kosmetik yang baik setelah menjalankan nimoplasti.

14
1. serta tidak lupa mencatat semua tindakan pada catatan keperawatan dan
membuat evaluasi atau respon pasien lebih ditingkatkan lagi.
2. Agar para perawat selalu bersikap yang profesional dalam melakukan
Asuhan Keperawatan dan senantiasa mengembangkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi lagi.
3. Untuk Tn.MD diharapkan memperhatikan jenis makanan yang
dikomsumsi yaitu jangan terlalu berlebihan makan yang pedas-pedas

15

Anda mungkin juga menyukai