Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DEMAM BERDARAH DENGUE

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Demam Berdarah Dengue / DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Demam Berdarah
Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan,
disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe
virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbul renjatan ( sindrom renjatan dengue ). (Huda Amin (2015),

B. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk
Aedes Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlndungan terhadap serotipe lain.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti :
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada
siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap
(terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan
senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan
berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian
dalam waktu singkat.

IDA YANRIATUTI
C. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi
mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam
berdarah dengue sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi
berdasarkan derajat Demam berdarah dengue.
1. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak,
malaise muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
2. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin,
lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan
nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan
tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta
berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau
makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling
mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus.
Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya
keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan
saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak
terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus
berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab
jelas).
2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turniket positif dari
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif,
ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit

IDA YANRIATUTI
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki,
pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

WHO (1975) membagi manifestasi klinis DHF dalam klasifikasi derajat :


DD/DBD Derajat keterangan Laboratorium
DD Demam disertai mialgia, Leukopeni,
nyeri retroorbital, sakit trombositopenia, tidak
kepala, artralgia ditemukan bukti adanya
kebocoran plasma
DBD I Sama seperti gejala diatas Trombositopenia, ada
ditambah dengan uji kebocoran plasma
bendung positif
DBD II Derajat 1 ditambah
perdarahan spontan
misalnya epitaksis,
perdarahan gusi, perdarahan
bawah kulit
DBD III Kegagalan sirkulasi / pre
syok ( kulit teraba lembab,
dingin dan pasien gelisah,
nadi cepat dan lemah )
DBD IV Syok berat, disertai tekanan
darah dan nadi tidak terukur
Sumber Aplikasi Askep berdasarkan Nanda NIC NOC 2015

D. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.

IDA YANRIATUTI
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.Yang menentukan
beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit
meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
kematian.

E. Komplikasi
Komplikasi akibat DBD
1. Sindrom Syok Dengue {SSD}
2. Encefalopati Dengue
3. Kelainan Ginjal
4. Odema Paru
5. Hipotensi
6. Kerusakkan hati

F. Penatalaksanaan Terapeutik
1. Medis
a. Tanpa renjatan
 Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 liter sehari )
 Antipiretik jika terdapat demam.
 Antikonvulsan jika terdapat kejang.
 Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
b. DHF dengan renjatan
 Pasang infus RL

IDA YANRIATUTI
 Jika dengan infus tidak ada respon beri plasma expander ( 20 – 30
ml/kgBB )
 Tranfusi Hb dan Ht jika turun

2. Keperawatan
a. Pengawasan tanda vital secara kontinue
 Pemeriksaan Hb dan Ht tiap 4 jam
 Obesrvasi intake da output
 Pada pasien DHF derajat 1 pasien diistirahatkan, observasi vital
sign, beri kompres dan perbanyak minum
 Pada pasien DHF derajat II pemeriksaan tanda vital dan observasi
hasil darah lengkap
 Pada pasien derajat III infus guyur, beri posisi semi fowler, berikan
oksigen dan pengawasan tanda vital tiap 15 menit, pasang kateter,
observasi produksi urine tiap jam
b. Resiko perdarahan
Observasi perdarahan : petechie, epitaksis, hematemesis dan melena,
catat perdarahan,
c. Peningkatan suhu tubuh
Observasi tanda vital secara periodik, beri banyak minum dan beri
kompres.

G. Pemeriksaan Penunjang
 Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
 Serotogi : uji HI (Hemaglutination Inhibition test).
 Rongten thorax : effusi pleura.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian

IDA YANRIATUTI
1. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur <
15 tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
2. Keluhan Utama : Panas / demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin
dan lembab, demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah,
nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu
hati, konstipasi atau diare.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa
berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah diderita dahulu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga
ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas and ban bekas.
7. ADL
 Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
 Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan
dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktifitas bermain.
 Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan
nyeri.
 Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
 Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas dapat
meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.

IDA YANRIATUTI
8. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C),
menggigithipotensi,nadi cepat dan
lemah.
 Kulit : tampak bintik merah (petekil),
hematom,ekimosit.
 Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan
gusi, lidah kotor (kadang).
 Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat
dan
Sering berat.
 Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati
dan limfe pada keadaan dehidrasi
turgor kulit menurun.
 Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/
konstipasi.
 Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
 Pemeriksaan Penunjang : Pada pemeriksaan darah pasien
DHF akan di jumpai: Hb dan PCV meningkat (≥20%),
Trombositopenia (≤100.000/ml), Leukopenia (mungkin normal atau
leukositosis), Ig.D.dengue positif, Hasil pemeriksaan kimia darah
menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia, dan hiponatremia,
Urium dan PH darah mungkin meningkat, Asidosis metabolik: pCO
<35-40 mmHg HCO rendah, SGOT/SGPT memungkinkan
meningkat.

B. Diagnosa Keperawatan

IDA YANRIATUTI
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada pasien DHF adalah :
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kebocoran
plasma darah
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ektravaskuler
6. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan; perpindahan
cairan intravaskuler ke ektravaskuler
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ; mual muntah
8. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan
darah (trombositopeni).

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil ( NOC ) ( NIC )
1 Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Management
pola napas Ventilation  Buka jalan nafas,
berhubungan Respiratory status : guanakan teknik chin
dengan Airway patency lift atau jawthrust
hipoventilasi Vital sign Status bila perlu
 Posisikan pasien untuk
KriteriaHasil :
memaksimalkan
 Mendemonstrasikan ventilasi
batuk efektif dan  Identifikasi pasien
suara nafas yang perlunya pemasangan
bersih, tidak ada alat jalan nafas buatan
sianosis dan dyspneu
 Pasang mayo bila
(mampu
perlu
mengeluarkan
 Lakukan fisioterapi
sputum,mampu
dada jika perlu
bernafas dengan
mudah, tidak ada  Keluarkan sekret
pursed lips) dengan batuk atau
suction
 Menunjukkan jalan
nafas yang paten  Auskultasi suara

IDA YANRIATUTI
(klien tidak merasa nafas, catat adanya
tercekik,irama suara tambahan
nafas,frekuensi  Lakukan suction pada
pernafasan dalam mayo
rentang normal, tidak  Berikan bronkodilator
ada suara nafas bila perlu
abnormal)  Berikan pelembab
 TandaTanda vital udara Kassa basah
dalam rentang NaCl Lembab
normal(tekanan  Atur intake untuk
darah, nadi, cairan
pernafasan) mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan
status O2
Terapi Oksigen
 Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
 Pertahankan jalan
nafas yang paten
 Atur peralatan
oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi
pasien
 observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor frekuensi dan

IDA YANRIATUTI
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yangmelebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

2 Hipertermia Thermoregulation Fever Treatment


Setelah dilakukan  Monitor tanda vital
berhubungan
asuhan keperawatan,  Monitor iwl
dengan proses
diharapkan suhu tubuh  Monitor warna dan
infeksi virus dengue klien normal dengan suhu kulit
kriteria hasil :  Monitor wbc, hb dan
 Tanda vital normal hct
TD (systole 110-  Kompres pada lipatan
130mmHg, diastole paha dan axila
70-90mmHg),  Monitor intake dan
HR(60-100x/menit), output
RR (16-24x/menit),  Tingkatkan sirkulasi
suhu (36,5-37,50C) udara
 Tidak ada  Kolaborasi pemberian
perubahan warna cairan intravena dan
kulit antipiretik
Temperatur
Regulation
 Monitor suhu per 2
jam
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu
 Beri tahu tentang
penanganan
emergency yang

IDA YANRIATUTI
diperlukan

3 Ketidakefektifan Circulation status Peripheral sensation


perfusi jaringan Tissue perfusion management :
Kriteria hasil :  Monitor daerah
perifer berhubungan
 Mendemontrasikan tertentu yang peka
dengan kebocoran status sirkulasi yang terhadap panas/
plasma darah ditandai dengan dingin/ tajam/ tumpul
 Tekanan sistole  Monitor terhadap
dan diastole adanya paretese
dalam rentang  Instruksikan keluarga
yang diharapkan untuk memonitor
 Tidak ada adaya lesi atau luka
otostatik  Batasi pergerakan
hipertensi kepala leher dan
 Tidak ada punggung
peningkatatan  Monitor kemam[uan
TIK > 15 mmhg BAB
 Medemonstrasikan  Kolaborasi pemberian
kemampuan kognitif antibiotik
 Menunjukkan fungsi  Monitor adanya
sensori motori tromboplebitis
cranial yang utuh :  Dikusikan penyebab
tingkat kesadaran perubahan sensasi
membaik, tidak ada
gerakan involunter

4 Nyeri akut Pain level Manajemen Nyeri


Pain control  Kaji secara
berhubungan
Confort level menyeluruh tentang
dengan agen injuri nyeri, meliputi: lokasi,
Kriteria Hasil:
biologis  Klien mampu karakteristik, waktu
mengontrol nyeri kejadian, lama,
(tahu penyebab frekuensi, kualitas,
nyeri, mampu intensitas/beratnya
menggunakan nyeri, dan faktor-
tehnik faktor pencetus
nonfarmakologi  Observasi isyarat-
untuk mengurangi isyarat non verbal dari
nyeri, mencari ketidaknyamanan
bantuan)  Berikan analgetik
 Melaporkan bahwa sesuai dengan anjuran
 Gunakan komunkasi

IDA YANRIATUTI
nyeri berkurang terapeutik agar klien
dengan dapat
menggunakan mengekspresikan
manajemen nyeri nyeri
 TD (systole 110-  Kaji latar belakang
130mmHg, diastole budaya klien
70-90mmHg),  Tentukan dampak dari
HR(60-100x/menit), ekspresi nyeri
RR (16-24x/menit), terhadap kualitas
suhu (36,5-37,50C) hidup: pola tidur,
 Klien tampak rileks nafsu makan, aktifitas
mampu mood, hubungan,
tidur/istirahat pekerjaan,
 Mampu mengenali tanggungjawab peran
nyeri ( skala,  Kaji pengalaman
frekuensi, tanda individu terhadap
nyeri ) nyeri,  keluarga
dengan nyeri kronis
 Evaluasi  tentang
keefektifan dari
tindakan mengontrol
nyeri yang telah
digunakan
 Berikan dukungan
terhadap klien dan
keluarga
 Berikan informasi
tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan
pencegahan
 Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
klien terhadap
ketidaknyamanan 
 Anjurkan klien untuk
memonitor sendiri
nyeri
 Ajarkan penggunaan
teknik non-
farmakologi, ex:
relaksasi, guided

IDA YANRIATUTI
imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi
panas-dingin,
massase)
 Evaluasi keefektifan
dari tindakan
mengontrol nyeri
 Beritahu dokter jika
tindakan tidak berhasil
atau terjadi keluhan
Pemberian Analgetik
 Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik,
kualitas,dan keparahan
sebelum pengobatan
 Berikan obat dengan
prinsip 5 benar
 Cek riwayat alergi
obat
 Libatkan klien dalam
pemilhan analgetik
yang akan digunakan
 Pilih analgetik secara
tepat /kombinasi lebih
dari satu analgetik jika
telah diresepkan
 Tentukan pilihan
analgetik (narkotik,
non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda
vital, sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik, monitor
reaksi obat dan
efeksamping obat
 Dokumentasikan
respon dari analgetik
dan efek-efekyang
tidak diinginkan
Manajemen
lingkungan :
kenyamanan

IDA YANRIATUTI
 Batasi pengunjung
 Tentukan hal-hal yang
menyebabkan
ketidaknyamanan
seperti pakaian
lembab,   Perhatikan
hygiene pasien untuk
menjaga kenyamanan
 Sediakan tempat tidur
yang nyaman dan
bersih
 Tentukan temperatur
ruangan yang paling
nyaman
 Sediakan lingkungan
yang tenang
 Atur posisi pasien
yang membuat
nyaman.

5 Kekurangan volume Fluid balance Fluid management


Hydration  Timbang
cairan berhubungan
Nutritional Status : popok/pembalut jika
dengan pindahnya Food and Fluid diperlukan
Intake  Pertahankan catatan
cairan intravaskuler
Kriteria Hasil : intake dan output yang
ke ektravaskuler  Mempertahankan akurat
urine output  Monitor status hidrasi
sesuaidengan usia dan ( kelembaban
BB, BJ urine membran mukosa,
normal,HT normal nadi adekuat, tekanan
 Tekanandarah, nadi, darah ortostatik ), jika
suhutubuhdalam batas diperlukan
normal  Monitor hasil lAb
 Tidak ada tanda yang sesuai dengan
tandadehidrasi, retensi cairan (BUN ,
 Elastisitas turgor Hmt , osmolalitas
kulit baik, urin )
membranmukosa  Monitor vital sign
lembab, tidak ada rasa  Monitor masukan
hausyang berlebihan makanan / cairan
dan hitung
intakekalori harian
 Kolaborasi pemberian
cairan IV
 Monitor status nutrisi

IDA YANRIATUTI
 Berikan cairan
 Berikan diuretik sesuai
interuksi
 Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar
 Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih
munculmeburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi

6 Resiko syok Syok prevention Syok Prevention


hipovolemik Syok management  monitor status
Kriteria hasil sirkulasi HR, warna
berhubungan
 Nadi, pernapasan, kulit, suhu, nadi
dengan perdarahan; dalam batas yang perifer dan CRT
perpindahan cairan diharapkan  monitor tanda
 Irama jantung dalam inadekuat oksigenasi
intravaskuler ke
batas normal  monitor suhu dan
ektravaskuler  Laboratorium dalam pernapasan
batas normal (Na, K,  monitor input dan
Cl, Mg, PH, Hct) output
 Tidak ada tanda  pantai nilai
dehidrasi laboratorium
 monitor tanda asites
 monitor tanda awal
syok
 tempatkan pasien
dalam posisis supine
 pantau kepatenan
jalan napas
 berikan cairan IV yang
tepat
 ajarkan keluarga dan

IDA YANRIATUTI
pasien tanda awal
syok
 ajarkan keluarga dan
klien cara mengatasi
syok
syok management
 monitor fungsi
neurologis
 monitor fungis renal
 monitor tekanan nadi
 monitor status cairan
 catat gas darah arteri
dan oksigen
 monitor nilai
laboratorium

7 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrition Manajemen


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan  kaji adanya alergi
diharapkan kebutuhan makanan
kebutuhan tubuh
nutrisi dapat  kaji kemampuan
berhubungan dipertahankan dengan pasien mendapatkan
dengan intake kriteria hasil: nutrisi yang
 Adanya peningkatan dibutuhkan
nutrisi yang tidak
berat badan  kolaborasi ahli izi
adekuat  Mampu  yakinkan diet yang
mengidentifikasikan dikonsumsi
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi
 turgor kulit baik serat
 tidak ada tanda Nutrition Monitoring
malnutrisi  monitor penurunan
 peningkatan fungsi berat badan
menelan  monitor lingkungan
 tidak terjadi selama makan
penurunan berat  jadwalkan pengobatan
badan yang berarti dan tindakan tidak saat
makan
 monitor turgor kulit
 monitor mula muntah
 monitor kadar
albumin, hct, total
protein dan hb

8 Resiko perdarahan Blood lose severity Bleeding precautions

IDA YANRIATUTI
berhubungan Blood koagulasi  monitor ketat tanda
dengan penurunan Kriteria hasil : perdarahan
 tidak ada hematuri  Pantau Hb dan Ht
faktor pembekuan
dan hematemesis  Monitor TTV
darah  kehilangan darah  Pertahankan bedrest
(trombositopeni) yang terlihat selama perdarahan
 tekanan darah dalam aktif
batas normal  Kolaborasi dalam
 tidak ada pemberian produk
perdarahan dan darah
distensi abdomen  Anjurkan pasien untuk
 laboratorium dalam mengkonsumsi
batas normal makanan yang
mengandung vitamin
K
Bleeding reduction
 Identifikasi penyebab
perdarahan
 Monitor status cairan
 Monitor penentu
pengiriman oksigen ke
jaringan
 Pertahankan patensi
IV line

DAFTAR PUSTAKA

IDA YANRIATUTI
Judith M. Wilkinson & Nancy R Ahern (2012), Diagnosa Keperawatan Nanda
NIC NOC, EGC, Jakarta
Huda Amin (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Dan Nanda Nic-Noc. Jilid 1. EGC. Jakarta

Padila, (2013), Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Jogjakarta

Wijaya, S. A. & Putri, M. Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan


Dewasa, Teori, Contoh Askep. Nuha Medika.
Nanda (2015), Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasication, 2015-2017.
Edisi 10. EGC, Jakarta

IDA YANRIATUTI

Anda mungkin juga menyukai