1. Pengertian
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke
2. Etiologi
inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C.
3. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah
1
mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi
terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
2
diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor
jaringan adrenal.
4. Gambaran Klinis
klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan
tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat
menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri
di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata
demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka
dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak
timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan
3
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat
cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia,
biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7
dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba
dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah
5. Diagnosis
sebagai berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara
nyeri.
b. Manifestasi perdarahan :
4) Hematemesis, melena.
4
d. Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-
prognosis buruk.
6. Klasifikasi
a. Derajat
b. Derajat
II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain.
c. Derajat
III
5
d. Renjat
an berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
konvalesen.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3
dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia
kali.
8. Diagnosa Banding
seperti :
6
a. Dema
m chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di
atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan
otot.
b. Dema
m tyfoid
c. Anemi
a aplastik
menunjukkan pansitopenia.
d. Purpur
9. Penatalaksanaan
7
a. Tirah
b. Diet
makan lunak.
c. Minum
banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan
d. Pembe
e. Monito
r tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
f. Periksa
g. Pembe
h. Monito
i. Pembe
8
j. Monito
k. Bila
segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak
teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik
DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2
liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan
orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
9
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.
10. Pencegahan
a. Mema
DHF.
b. Memut
c. Mengu
d. Mengu
tinggi.
a. Mengg
unakan insektisida.
10
temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan
nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang
b. Tanpa
insektisida
Caranya adalah :
dan evaluasi).
1. Pengkajian Keperawatan
11
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang
dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara
a. Data subyektif
1.) Lemah.
b. Data obyektif :
pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara
lain :
12
2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
1) Ig G dengue positif.
2) Trombositopenia.
hiponatremia, hipokloremia.
4) Asidosis metabolik.
13
2. Diagnosa Keperawatan
penyakit (viremia).
(pemasangan infus).
dengan trombositopenia.
3. Perencanaan Keperawatan
14
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
penyakit (viremia).
Tujuan :
Intervensi :
umum pasien.
yang banyak.
15
5) Anjurkan untuk tidak memakai
tinggi.
Tujuan :
Intervensi :
1) Kaji
2) Berika
3) Alihka
16
4) Berika
n obat-obat analgetik
Tujuan :
Intervensi :
1) Kaji
2) Kaji
makan pasien.
3) Berika
asupan makanan .
4) Berika
17
Rasional : Untuk menghindari mual.
5) Catat
6) Berika
7) Ukur
Tujuan :
Intervensi :
1) Kaji
2) Observ
18
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
syok.
3) Berika
4) Anjurk
cairan tubuh.
5) Catat
Tujuan :
Intervensi :
1) Kaji
keluhan pasien.
19
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
2) Kaji
hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
memenuhi kebutuhannya.
3) Bantu
4) Letakk
Tujuan :
20
Intervensi :
lebih lanjut.
mungkin.
invasif (infus).
21
Tujuan : - Tidak terjadi infeksi pada pasien.
Intervensi :
lebih lanjut.
Tujuan :
Intervensi :
1) Monito
22
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran
pembuluh darah.
2) Anjurk
perdarahan.
3) Beri
lanjut.
mungkin.
4) Jelaska
yang diberikan.
Intervensi :
1) Kaji
23
2) Jalin
3) Tunjuk
dengan baik.
4) Beri
5) Gunak
an komunikasi terapeutik
4. Implementasi
5. Evaluasi Keperawatan.
Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang
24
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai
berikut :
a. Suhu
b. Pasien
c. Kebutu
d. Kesei
mbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien
terpenuhi.
e. Aktivit
f. Pasien
g. Infeksi
tidak terjadi.
h. Tidak
25
i. Kecem
DAFTAR PUSTAKA
Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
Suriadi dan Yuliani Rita, (2001), Asuhan keperawatan Pada Anak, Edisi I, CV.
Agung Seto; Jakarta.
26