Anda di halaman 1dari 26

DIARE

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi

dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau

atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk

tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2001).

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa diare adalah suatu keadaan kehilangan cairan dan

elektrolit secara berlebihan karena frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali

pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi tinja encer atau

cair.

2. Etiologi

Adapun penyebab diare (Ngastiyah, 1997), dapat dibagi dalam beberapa

faktor :

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak, meliputi infeksi enteral sebagai berikut :

1
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.

b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus Echo, Cosakie,

Poliomyelitis, Adenovirus, Rotatovirus, Astrovirus).

c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris

Strongiloideus). Protozoa (Entamoeba histolitica, Giardia Lamblia,

Trichomonas Honimis), Jamur : Candida Albicans.

2) Infeksi parenteral

Infeksi diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA),

tonsilitis/tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, Keadaan ini

terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat; disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan

sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi

laktosa.

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan ; makanan beracun, basi, alergi makanan.

d. Faktor psikologi : rasa takut/cemas.

2
3. Insiden

a. Gastroenteritis akut adalah penyakit utama

kedua yang paling sering menyerang anak – anak (flu adalah yang

pertama).

b. Rotavirus adalah penyebab kira – kira 35 %

sampai 50 % hospitalisasi karena gastroenteritis akut; antara 7 % dan 17

% disebabkan adenovirus; dan 15 % disebabkan bakteri.

c. Bayi yang mendapat Asi lebih jarang menderita

gastroenteritis akut daripada bayi yang mendapat susu formula ; antibodi

maternal terhadap sejumlah patogen enterik dipindahkan melalui air susu

ibu (Betz, Cecily L, 2002).

4. Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi).

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada

pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada

diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) :

1) Kehilangan Na – bikarbonat bersama tinja.

2) Ketosis kelaparan, metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda

keton tertimbun dalam tubuh.

3) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.

3
4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal sehingga terjadi oliguria/anuria.

5) Pemindahan ion natrium dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan

intraseluler.

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan

yang bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernafasan kussmaul.

Pernafasan kusmaul ini merupakan homeostatis respiratorik, adalah usaha

dari tubuh untuk mempertahankan pH darah.

c. Hipoglikemia

Pada anak – anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi.

Lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP.

Hal ini terjadi karena :

1) Penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu.

2) Adanya gangguan absorbsi glukosa.

Gejala – gejala hipoglikemia dapat berupa : lemas, apatis, tremor,

berkeringat, pucat, kejang sampai koma.

d. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat

terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat, hal ini

disebabkan karena :

4
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya

memberikan minum air teh saja.

2) Pemberian susu yang direncanakan terlalu lama.

3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hyperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan

sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibat perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,

kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat

meninggal.

5. Gambaran klinik

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul

diare. Tinja cair dan mungkin disertai darah dan lendir . Warna tinja lama

kelamaan menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus

dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama

makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari

laktosa yang tidak dapat dibasorbsi khusus selama diare. Gejala muntah dapat

terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang

turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

5
Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala

dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan

ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut

serta kulit tampak kering.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi

dehidrasi ringan sedang dan berat (Ngastiyah, 1997).

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi

berdasarkan :

a. Kehilangan berat badan

1) Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5 – 5 %.

2) Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan > 5 – 10 %.

3) Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan > 10%.

b. Skor Maurice King

Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan


yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, apatis, Mengingau, koma
rewel, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit (-) Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Cekung
Mulut Normal Kering Kering
Denyut nadi < 120 x/menit 120 – 140 x/m < 140 x/m

1) Dehidrasi ringan 0 – 2

2) Dehidrasi sedang 3 – 6

6
3) Dehidrasi berat 7 – 12

Sumber : Suharyono, dkk, (1998), Gastroenterologi Anak Praktis.

Gejala klinis

Gejala klinis Ringan Sedang Berat


Keadaan umum
- Baik (composmentis) Gelisah Apatis – coma
- + ++ +++
Sirkulasi
- Normal Cepat Cepat sekali
Respirasi
- Biasa Agak cepat Kusmaul
Kulit (Cepat dan dalam)
- Agak cekung Cekung Cekung sekali
- Agak cekung Cekung Cekung sekali
- Biasa Agak kurang Kurang sekali
- Normal Oliguri Anuria
- Normal Agak kering Kering
Sumber : Suharyono, dkk (1998), Gastroenterologi Anak Praktis, hal 59-60.

Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan

telunjuk selama 30 – 60 detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal

dalam waktu :

a. 1 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan).

b. 1 – 2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang).

c. 2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat).

7
Pada anak – anak dengan ubun – ubun besar sudah menutup, nilai untuk ubun-

ubun besar diganti dengan banyaknya/frekuensi kencing.

6. Komplikasi

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi

berbagai komplikasi sebagai berikut:

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan EKG).

d. Hipoglikemia.

e. Intolerance sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi

enzim laktase.

f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare jika lama atau kronik.

7. Pencegahan

Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui 4 F “Finger, Feces, Food,

dan Fly”, maka penyuluhan yang penting adalah :

a. Kebersihan perorangan pada anak, mencuci tangan sebelum makan dan

setiap habis bermain memakai alas kaki jika bermain di tanah.

b. Membiasakan anak buang air besar di jamban dan jamban harus selalu

bersih agar tidak ada lalat.

c. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.

d. Makanan harus selalu tertutup (jika di atas meja).

8
e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan

untuk tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.

f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit diare

selain air harus yang bersih juga perlu dimasak mendidih lebih lama.

(Ngastiyah, 1997).

8. Penanganan

Dasar pengobatan diare :

a. Pemberian cairan : jenis cairan, cairan peroral, cairan parenteral.

b. Dietetik (cara pemberian makanan).

c. Pemberian obat-obatan.

1) Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat

dehidrasinya dan keadaan umum klien.

a) Cairan peroral : Diare dengan dehidrasi ringan, sedang.

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan

peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO 3, KCl dan

glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6

bulan kadar natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan

dengan dehidrasi ringan/sedang kadar natrium 50 –60 mEq/L.

formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat

dibuat sendiri (Formula tidak lengkap) hanya mengandung garam

dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan

gula, untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa

9
berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah

dehidrasi lebih jauh.

b) Cairan parenteral

Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai

dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang

MEP.

Tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada

umumnya cairan Ringer Laktat selalu tersedia di fasilitas

kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa

banyak yang diberikan bergantung dari berat ringannya dehidrasi

yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur

dan berat badannya.

Cara memberikan cairan :

(1) Belum ada dehidrasi

Peroral sampai anak masih mau minum atau 1 gelas setiap

defekasi.

(2) Dehidrasi ringan

(a) 1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB peroral

(b) selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ad. Libitum.

(3) Dehidrasi sedang

(a) 1 jam pertama : 50-100 ml/kg peroral/intra gastric

(sonde).

10
(b) Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ad. Libitum.

(4) Dehidrasi berat

(a) Untuk anak berumur 1 bulan sampai 2 tahun, BB : 3-10

kg 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam = 10 tetes/kg

BB/menit. (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13

tetes//kg BB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

7 jam berikutnya : ml/kg BB/jam = 3 tetes/kg BB/menit

(set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg/menit (set infus 1

ml = 20 tetes). 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit

peroral atau intragastrik.

(b) Untuk anak umur 2-5 tahun dengan berat badan 10-15

kg.

1 jam pertama : 30 ml/kg BB/jam atau 18 tetes/kg

BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml

= 20 tetes). 7 jam berikut : 10 ml/kg BB/jam atau 3 tetes/kg

BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (1

ml=20 tetes).

16 jam berikutnya 125 ml/kg BB oralit peroral atau

intragastrik.

(c) Untuk anak umur 5-10 tahun dengan berat badan 15-25

kg.

11
1 jam pertama : 20 ml /kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit

(1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kg BB/ jam atau 2 ½ tetes/kg

BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml

= 20 tetes).

16 jam berikutnya 105 ml/kg BB oralit peroral atau bila

anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1

tetes/kg BB/menit.(1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kg

BB/menit ( 1 ml = 20 tetes).

(d) Untuk bayi yang baru lahir neonatus dengan BB : 2-3

kg.

Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg

BB/24 jam.

Jenis cairan, cairan 4 : 1 (4 bagian gukosa 5 % + 1 bagian

NaHCO3 1 ½ %)

Kecepatan :

4 jam pertama : 25 ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit

(1 ml = 15 tetes) atau 8 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

20 jam berikutnya 150 ml/kg BB/20 jam atau 2 tetes/kg

BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kg BB/menit (1

ml = 20 tetes).

12
(e) Untuk BBLR dengan berat badan kurang 2 kg

kebutuhan cairan : 250 ml/kg BB/24 jam. Jenis cairan : 4 :

(f) Kecepatan cairan : sama dengan pada bayi baru lahir.

(g) Cairan untuk MEP sedang dan berat dengan diare

dehidrasi berat.

Misalnya anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan

3–10 kg.

Jenis cairan DG aa dan jumlah cairan 250 ml/kg BB/24

jam.

Kecepatan :

4 jam pertama : 60 ml/kg BB/jam atau 15 ml/kg BB/jam

atau 4 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes/kg

BB/menit (1 ml = 20 tetes).

2) Penanganan dietetik

Untuk anak di bawah satu tahun dan anak di atas satu tahun dengan

berat badan kurang dari 7 kg jenis makanannya :

a) Susu (ASI atau susu formula yang rendah laktosa, dan rendah

asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron).

b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)

bila anak tidak mau minum susu.

13
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai

sedang atau tidak jenuh.

3) Pemberian obat-obatan

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang

melalui tinja dengan atau tanpa muntah dengan cairan yang

mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air

tajin, tepung beras).

a) Obat anti sekresi.

(1.) Asetosal, dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.

(2.) Klorpromasin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.

b) Obat antibiotik, diberikan bila perlu saja dan sudah ada penyakit

yang jelas.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, dan memulihkan kesehatan.

Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang

meliputi pengkajian keperawatan, identifikasi/analisa masalah (diagnosa

keperawatan), perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Doenges, Marilynn E,

14
1998) yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan

keterampilan profesional tenaga keperawatan.

1. Pengkajian data

Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses

keperawatan, dimana diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien,

agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses

keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap

pengkajian.

Data yang lazim ditemukan pada pengkajian klien dengan diare

(Tucker, Susan Martin, 1998) meliputi :

a. Sering defekasi :

1) Warna kuning kehijauan.

2) Mungkin mukoid.

3) Mungkin mengandung darah.

b. Penurunan berat badan

atau kegagalan untuk meningkatkan berat badan.

c. Penurunan nafsu makan.

d. Nyeri dan/atau kram

abdomen.

e. Distensi abdomen.

f. Hyperaktif bising usus.

g. Muntah.

15
h. Demam.

i. Peka rangsang.

j. Letargi meningkat.

k. Dehidrasi :

1) Depresi fontanel anterior.

2) Mata cekung.

3) Turgor kulit buruk.

4) Selaput lendir kering.

5) Tak ada air mata saat menangis.

6) Berat jenis urine tinggi.

7) Oliguria.

l. Ketidakseimbangan

elektrolit.

m. Hiponatremia atau

hipernatremia.

n. Hipokalemia atau

hiperkalemia.

o. Asidosis metabolik.

p. Pemeriksaan penunjang

Untuk kasus diare biasanya dilakukan pemeriksaan :

1) Usapan dubur untuk biakan kuman, biasanya ditemukan E.

coli, Shygella, selain sebagai biakan kuman juga berfungsi untuk

16
mendeteksi apakah klien intoleransi terhadap makanan lemak atau

karbohidrat.

2) Pemeriksaan darah rutin : Hb, leukosit, eritrosit, trombosit,

biasanya terjadi leukositosis bila diare disebabkan kuman.

3) Analisa gas darah, untuk mengetahui tingkat asidosis akibat

dehidrasi.

4) Kimia darah, untuk mengetahui tingkat elektrolit dalam

darah, biasanya kalium dan natrium di bawah normal.

5) Pemeriksaan urinalisa : kepekatan dan berat jenis urine.

2. Rumusan diagnosa

keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respon aktual dan

potensial dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/

proses kehidupan (Doenges, Marilyn E , 1998). Adapun kemungkinan

diagnosa keperawatan pada klien diare, baik aktual maupun potensial adalah

sebagai berikut :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah atau diare.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah atau

diare.

17
c. Diare berhubungan dengan iritasi usus, proses infeksi, atau malabsorbsi

usus.

d. Perubahan intergitas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan

iritasi pada daerah anal dan bokong.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

perawatan di rumah.

3. Perencanaan tindakan

keperawatan / intervensi ( Tucker, Susan Martin, 1998 )

Adapun rencana tindakan keperawan pada klien dengan diare, adalah

sebagai berikut :

a. Kekurangan volume

cairan berhubungan dengan muntah atau diare

Tujuan : Status volume cairan kembali normal, dengan kriteria

membran mukosa lembab, turgor kulit normal, penambahan

berat badan, haluaran urine sesuai usia.

Intervensi :

1) Monitor intake dan output

Rasional : Catatan mengenai intake dan output dapat mendeteksi

dini adanya ketidakseimbangan cairan.

2) Timbang BB tiap hari

Rasional : Penimbangan berat badan harian yang tepat dapat

mendeteksi kehilangan cairan.

18
3) Pantau tanda dan gejala dehidrasi

seperti ; turgor kulit, warna kulit, keadaan ubun-ubun, membran

mukosa, haus.

Rasional : Adanya turgor kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung,

membran mukosa kering mengindikasikan adanya

dehidrasi.

4) Beri cairan parenteral dengan

pemberian cairan elektolit sesuai pesanan.

Rasional : Pemberian cairan parenteral sangat dibutuhkan jika klien

telah mengalami dehidrasi atau resiko terjadinya

dehidrasi.

5) Beikan cairan peroral kepada klien

Rasional : Pemberian cairan peroral dapat mengembalikan cairan

dan elektrolit yang hilang melalui muntah dan defekasi.

b. Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah atau diare.

Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi melalui intake yang adekuat dengan

kriteria adanya penambahan berat badan.

Intervensi :

1) Timbang berat badan

tiap hari.

19
Rasional : Dengan menimbang berat badan tiap hari dapat diketahui

status nutrisi klien.

2) Pantau intake dan

output

Rasional : Untuk mengetahui apakah sudah terjadi keseimbangan

antara pemasukan dan pengeluaran.

3) Beri makan sedikit-

sedikit dan makanan tambahan yang tepat

Rasional : Dilatasi gaster akan terjadi bila pemberian makanan

terlalu cepat setelah periode puasa.

4) Beri HE tentang

manfaat gizi seimbang

Rasional : Gizi seimbang dapat mempercepat proses penyembuhan

dan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan.

5) Kolaborasi pemberian

diet yang tepat sesuai dengan program pengobatan dan indikasi.

Rasional : Pemberian diet yang tepat dapat memenuhi kebutuhan

klien akan nutrisi serta mencegah terjadinya malnutrisi.

c. Diare berhubungan

dengan iritasi usus, proses infeksi atau malabsorbsi usus.

20
Tujuan : Pola defekasi klien dapat kembali normal seperti sebelum

dirawat di rumah sakit.

Intervensi :

1) Pertahankan status puasa sampai

frekuensi dan volume difekasi menurun.

Rasional : Untuk mencegah terjadinya iritasi gastrik lebih lanjut.

2) Kaji fekuensi, karakteristik dan warna

faeces

Rasional : Agar dapat diketahui secara dini adanya perubahan yang

terjadi pada pola defekasi..

3) Berikan cairan dalam porsi sedikit tapi

sering.

Rasional : Dapat menggantikan cairan yang hilang pada diare dan

muntah.

4) Tingkatkan diet dari cair menjadi lebih

padat.

Rasional : Agar kebutuhan diet klien dapat terpenuhi dan untuk

memantau volume defekasi.

d. Perubahan integritas kulit

berhubungan dengan seringnya defekasi dengan iritasi pada daerah anal

dan bokong.

21
Tujuan : Klien dapat menunjukkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit,

dengan kriteria warna kulit daerah anal dan bokong sama dengan

daerah sekitarnya dan tidak terjadi lecet serta kemerahan.

Intervensi :

1) Jaga daerah

pemasangan popok agar tetap bersih dan kering

Rasional : Agar daerah perineal tidak lembab yang memudahkan

terjadinya lecet.

2) Bersihkan daerah

perineal setiap kali selesai defekasi, bilas dengan air dan keringkan

dengan tissue.

Rasional : Daerah perineal yang bersih mencegah terjadinya lecet

dan iritasi pada daerah perianal.

3) Ganti popok / alat

tenun setiap kali basah

Rasional : Menghindari pertumbuhan dan perkembangan

mikoorganisme.

4) Berikan salep

pelindung setiap mengganti popok / pakaian.

Rasional : Salep pelindung kulit mengurangi kontak kulit perineal

dengan asam dan cairan faeces.

22
5) Cuci tangan sebelum

dan setelah mengganti popok / pakaian.

Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi silang dari keluarga

kepada klien.

e. Kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan di rumah.

Tujuan : Orang tua / keluarga dapat memahami tentang perawatan di

rumah serta diet yang harus dijalankan .

Intervensi :

1) Ajarkan tehnik cuci tangan yang baik sebelum dan setelah mengganti

popok / pakaian.

Rasional : Agar orang tua / keluarga dapat mengetahui tehnik

mencuci tangan yang baik sehingga dapat diterapkan di

rumah.

2) Jelaskan kepada orang tua untuk selalu memonitor adanya muntah atau

diare pada anak dan denyut nadi yang tidak teratur serta langsung

melaporkan kepada dokter.

Rasional : Adanya tanda-tanda muntah dan diare merupakan gejala

ketidakseimbangan cairan.

3) Ajarkan kepada orang tua bagaimana penanganan diare di rumah

23
Rasional : Dengan mengetahui cara penanganan diare di rumah

memudahkan orang tua memberi tindakan sebelum

membawa klien ke rumah sakit.

4) Diskusikan pentingnya masukan ciaran yang adekuat serta kebutuhan

diet.

Rasional : Mempercepat penyembuhan dan normalisasi fungsi usus.

4. Pelaksanaan / implementasi

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan . Untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut

pengetahuan dan keterampilan yang luas dari tenaga perawat untuk

memberikan pelayanan perawatan yang baik dan bermutu yang telah

ditentukan dan direncanakan.

a. Melaksanakan rencana keperawatan

Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan merupakan

dasar atau pedoman dalam intervensi perawatan.

b. Mengidentifikasikan reaksi / tanggapan klien

Dalam mengidentifikasikan reaksi / tanggapan klien dituntut upaya yang

tidak tergesa-gesa, cermat dan teliti, agar menemukan reaksi klien sebagai

akibat tindakan perawatan yang diberikan. Dengan melihat akan sangat

membantu perawat dalam mengidentifikasikan reaksi klien yang mungkin

menunjukkan adanya penyimpangan – penyimpangan.

24
c. Mengevaluasi tanggapan / reaksi klien

Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang

diharapkan. Langkah ini merupakan syarat yang pertama yang dipenuhi

bila perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah intervensi

perawatan dapat di terima oleh klien.

5. Evaluasi

Merupakan proses yang kontinyu untuk menjamin kualitas dan ketepatan

perawatan yang diberikan, dilakukan dengan meninjau respons pasien untuk

menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan

pasien. Yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :

a. Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum.

b. Apakah masalah yang ada sudah terpecahkan atau belum.

c. Apakah perlu pengkajian kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L, (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 3, EGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, (1998), Diagnosa Keperawatan dan Aplikasi Pada Praktek
Klinis, edisi 6, EGC, Jakarta.

Doenges Marilynn E, (1998), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC, Jakarta.

Depkes RI, (1999), Indonesia Sehat, 2010, Jakarta

Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Sacharin, Rosa M, (1993), Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.

25
Sastroasmoro, Sudigdo, DSAK, (1993), Kedaruratan Pada Anak, Penerbit : Bina
Rupa Aksara, Jakarta.

Suharyono, dkk, (1998), Gastroenterologi Anak Praktis, Balai Penerbit FKUI,


Jakarta.

Speer, Kathleen Morgan, (1999), Pediatric Care Planning, Springhouse,


Pennylvania.

Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi
8 Volume 2, EGC, Jakarta.

Suriadi dan Rita Yuliani, (2001), Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi I, Penerbit:
CV. Sagung Seto.

Talbot A. Laura, (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, edisi 2, EGC, Jakarta.

Tucker Martin Susan, dkk, (1998), Standar Perawatan Pasien ; Proses


Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, volume A, edisi 5, EGC, Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai