Anda di halaman 1dari 17

ASKEP DIARE PADA BAYI

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Diare adalah kehilangan cairan dan ekolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan tinja yang encer atau cair.Diare dapat
disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare
sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal
atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal
dengan “penyakit diare” karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat
tindakan penanggulangan. Penyakit diare terutam pada bayi perlu mendapatkan
tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat.

Walaupun penyakit diare tidak semua menular misalnya karena faktor


malabsorbsi, tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan
cuci tangan untuk mencegah infeksi serta tempat pakaian kotor tersendiri.
Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi gangguan
sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman
dan nyaman, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit.

Penyakit diare dapat menyerang siapa saja mulai dari anak, dewasa maupun orang
tua (lansia) dan penyakit diare ini biasanyakebanyakan disebabakan oleh infeksi.

1. TUJUAN

Agar mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang terdiri dari


pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan pada
pasien diare.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat

pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).

1. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi

1. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan


penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

 Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-


virus, rotavirus, astrovirus.
 Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur
(candida albicans).

1. Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti:
otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak
berumur 2 tahun.

1. Faktor malabsorbsi

1. Malabsorbsi karbohidrat

 Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)


 Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
 Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

1. Malabsorbsi lemak
2. Malabsorbsi protein

1. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)


2. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar.
3. Faktor imunodefisiensi
4. Faktor obat-obatan, antibiotik
5. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.

1. TANDA DAN GEJALA

1. Tanda

Cengeng,Anus dan daerah sekitar lecet, BB menurun,Turgor berkurang,Mata dan


ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi), Selaput lendir bibir dan mulut
serta kulit tampak kering, Nadi cupat dan kecil, Denyut jantung jadi cepat,TD
menurun Kesadaran menurun, Pucat, nafas cepat, Buang air besar 4x/hari untuk
bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa, Suhunya tinggi

1. Gejala

Tidak nafsu makan, Lemas, Dehidrasi, Cengeng, Oliguria, Anuria Rasa haus
1. PATOFISIOLOGI

Sebagai akibat diare baik akut/kronis akanterjadi:

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input)
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare

1. Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)

Asidosis metabolik terjadi karena: Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja,


Adanya ketosil kelaparan, Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda
keton tertimbun di dalam tubuh.Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya
anoksia jaringan. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare.Pada orang
dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi pada
anak sebelumnya pernah menderita lalep).

1. Gangguan gizi

Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat.Hal ini disebabkan karena
makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena
hiperperistaltik.Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan elektrolit
yang berlebihan.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurunkan areapermukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.

1. Gangguan sirkulasi darah

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguansirkulasi


darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada
otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.

1.

1. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah:Mula-mula pasien cengeng,


gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.Gejala muntah dapat
timbul sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan
terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata
dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut
serta kulit tampak kering.

Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:

1. Diare dengan dehidrasi ringan

 Kehilangan cairan 5% dari berat badan


 Kesadaran baik (samnolen)
 Mata agak cekung
 Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
 Berak cair 1-2 kali per hari
 Lemah dan haus
 Ubun-ubun besar agak cekung

1. Diarae dengan dehidrasi sedang

 Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan


 Keadaan umum gelisah
 Rasa haus
 Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat
 Mata cekung
 Turgor dan tonus otot agak berkurang
 Ubun-ubun besar cekung
 Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2
detik

1. Diare dengan dehidrasi berat

 Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan


 Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)
 Denyut nadi cepat nsekali
 Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
 Ubun-ubun besar cekung sekali
 Mata cekung sekali
 Turgor/tonus kurang sekali
 Selaput lendir kurang/asidosis

1. KLASIFIKASI
1. Diare Akut Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu
3. Diare osmotik : Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan
dihentikan). Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban
osmotik utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi. Tinja
mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya
bertambah besar (> 160 mOsm/L). Dapat disebabkan oleh malabsorbsi
makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat badan lahir rendah dan
bayi baru lahir. Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik
kronis dapat diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat
mulainya/pola tampilannya.
4. Diare sekretorik : Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi. Frekuensi
BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak. Tinja mempunyai kadar Na+
tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20 mOsm/L.

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Makroskopis

Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.

1. Mikroskopis

Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95
mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal
: 14-31 mEq/l ). PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label
klining test bisa diduga terjadi intoleransi gula. PH normal kurang dari 6, Gula
tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja. Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan dengan pemeriksaan
analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi alkaliosis
metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,
sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolikalkalosis respiratori maka nilai CO2
lebih rendah dari O2. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool
ginjal. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
dehidrasi. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan
adanya penurunan fungsi ginjal. Pemeriksaan darah lengkap, Darah lengkap
meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi. Nilai normal
hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan
hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut. Duodeual Intubation.
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu
Shigela, Crypto Sporodium danE. Colienteroagregatif. Hasil pemeriksaan
duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman bakteri
yang menjadi penyebab diare.

1. KOMPLIKASI
1. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi


( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena
kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
2. Dehidrasi tonik

Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan
ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal
kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l

1. Dehidrasi hipotonik

Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan
laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.

1. Dehidrasi hipertonik

Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena
cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi,
hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion
natrium dalam serum > 150 mEq/l

1. Berdeasarkan derajatnya

1. Dehidrasi ringan

Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi
normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal,
tugor masih baik, status mental normal.

1. Dehidrasi sedang

Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun,
frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis,
mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang,
kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.

1. Dehidrasi berat

Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering,
merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan nadi
mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas
dingin, haus meningkat

1. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur
<6 bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan
atau makanan kurang / cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada
bayi juga dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah
berlebihan.

1. Hiponatremia

Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na.
Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.

1. Demam

Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam
umumnya akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel
usus. Demam juga dapat juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat
dehidrasi umumnya tidak tinggidan akan turun setelah mengalami hidrasi yang
cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.

1. Asidosis Metabolic

Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai


kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan
dalam.

1. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)

Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan
K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan
aritmia jantung

1. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi


enzim laktase

1. Ileus paratukus

Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat
penggunaan obat anti motilitas.

1. Intoleransi laktosa

Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare
dapat menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan
gejala dehidarasi memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup
banyak.

1. Kejang, terjadi karena :


Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama

Kejang demam

Hipernatremia dan hiponatremia

1. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti
meningitis, ensefalitis/epilepsi.
2. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
3. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
4. Mutah : Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus
yang menyebabkan gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan
infeksi sistemik. Mutah dapat disebabkan karena pemberian cairan oral
terlalu cepat.

1. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

1. Pemberian cairan

1. Belum ada dehidrasi

Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi

1. Dehidrasi ringan

1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)

selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)

Dehidrasi sedang

1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)

selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.

1. Dehidrasi berat

Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.

1 jam pertama

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau


13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau4


tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

16 jam berikut:

125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG
aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau3 tetes/kgBB/menit
(set infus 1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.1 jam pertama:

30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10


tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

7 jam berikutnya:

10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/


kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

16 jam berikutnya:

125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg

1 jam pertama

20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7


tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

7 jam berikut:

10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3


tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

16 jam:

105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG
aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set
1 ml = 20 tetes)

Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g

Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.

Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8


tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15


tetes)atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .

Kebutuhan cairan:

25 ml/kgBB/24jam

Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

Sama dengan pada bayi baru lahir.

Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat. Misalnya
untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.

Jenis cairan: DG aa

Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).

4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/menit


(1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 jam berikutnya: 150
ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).

20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½


tetes/kgBB/menit (1 ml = 15tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Pemberian cairan pasienMEP tipe marasmik.

Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1
bulan – 2 tahun jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.
1. Pengobatan dietetik

Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:

 Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh).
 Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).
 Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung
laktosa/asam lemak berantai sedang atau jenuh.

1. Obat-obatan

Obat anti – sekresi

Obat spasmolitik

Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.

Cairan per oral :

 Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan
NaHCO3, KCl dan glukosa.
 Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
 Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-
60 mEq/L.
 Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap
(oralit).

Cairan parenteral : Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan


juga sesuai umur dan BBnya.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Anamnesa

Umur : pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan


berlebih. Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi lactase,
sindrom kolon iritatif.

Frekuensi diare : biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari
ke hari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah
makan
Lamanya diare : diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung
lama

Nyeri Abdomen : nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada
usus, sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun
sindrom mauoun usus iritabel

1. Data subyektif :

1. Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia,


badan panas.
2. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau
lingkungan.
4. Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka
makan makanan pedas.

1. Data obyektif :

1. Mata cekung
2. Ubun – ubun besar dan cekung
3. Turgor kulit kurang dan kering
4. Lidah, bibir dan mukosa kering
5. Konsistensi feses cair
6. Peningkatann suhu tubuh
7. Penurunan BB
8. Pasien tampak lemah dan lemas

1. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala dan Muka

Kepala :inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agakcekung

Rambut: terjadi rontok atau merah karena malnutrisi

Mata: mata pada umumnya agak cekung

Mulut: mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering bibir sianosis.

Pipi: pada tulang pipi biasanya menonjol

Wajah: tampak lebih pucat

1. Leher : Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid

1. Jantung : Menimbulkan aritmia jantung


1. Abdomen

Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi Perkusi : tympani
( kembung)

Palpasi: umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan
dapat terjadi kejang perut .

Auskultasi : bising usus >30x / menit

1. Anus : Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya


2. Kulit : Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 –
2 detik kesadaran : compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat
terjadiapatis, somnolen, kadaang sopokomateus.
3. Keadaan umum : sedamg atau lemah
4. Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik
dengan :

TDmenurun ( missal 90/40 mmHg )

Nadi sepat sekali (tachikardi )

Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya infeksi
dalam usus

Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya kompensasi
asam basa.

1. Pemeriksaan Penunjang

1. Data laboratorium

1. Pemeriksaan Tinja

makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari

mikroskopis: Na normal dalam tinja 56 – 105 mEq/l, chloride normal dalam tinja
55 – 95 mEq/l, kalium normalnya 25 – 26 mEq/l,HCO3 normalnya 14 – 31 meq/l.

1. Pemeriksaan PH

PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet clini test bila
didugaterjadi intoleransi gula.

1. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat


lagi dengan dilakukan pemeriksaan analisa gas darah
2. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
3. Pemeriksaan Darah
Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menunjukan adanya
dehidrasi, hemoglobin, hematokrit, dan BUN biasanya mengalami penurunan
pada diare akut

1. Duodenal Intubation

untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama pada diarekronik.

1. Rekto kolonoskopi

kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih dari 10
haritidak berhenti / cenderung menjadi kronik maka rekto sigmoidoskopi sangat
perlu . Bila diare berdarah mutlak perlu dilakukan rektokolomoskopi.

1. Foto sinar X ( Rontgen )

foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare akur peranan

Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare kronik dimana
pemeriksaan sinar X memegang peranan yang sama dengan endoskopi.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan


elektrolit pada tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

1. INTERVENSI

1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan


elektrolit pada tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia


2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. Membran
mukosa lembato, tidak ada rasa haus yang berlebihan

1.
1.

1. Monitor status hidrasi (kelemahan membran mukosa, nadi adekuat)


2. Monitor vital sign
3. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
4. Monitor cairan/makanan dan hitung intake kalon harian
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
6. Berikan obat oral sesuai dengan advis
7. Berikan health education pada pasien dan keluarga tentang penyakit diare

1. Untuk mengetahui tanda tanda dehidrasi


2. Untuk mengetahui gejala dini yang terjadi pada pasien
3. Untuk memastikan dengan tepat input dan output pasien
4. Untuk memberikan diit dan cairan yang tepat
5. Dapat memberikan cairan yang sesuai dengan kebutuhan
6. Untuk mencegah komplikasi yang terjadi
7. Untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang
diderita

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan absorbsi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal)


2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (pasien mengerti jadwal
makanan dan jenis makanan)
3. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi (tanda-tanda malnutrisi dan jenis
makanan bibir pecah-pecah kulit, rambut rontok, BB menurun dan rambut
kemerahan)
4. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan menelan (pasien mau
makan, porsi makan habis)
5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti (BB normal)

1.

1.

1. Kaji status pasien

Dan faktor-faktor penyebab kurangnya intrake nutris kien

1. Anjurn pada klien, untuk makan dalam porsi kecil taapi sering.
2. Hindari makanan yang keras dan makanan yang banyak mengandung
lemak.
3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat
4. Timbang BB tiap pagi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat

1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan pasien.


2. Mencegah peransangan yang mendadak pada lambung.
3. Untuk mrnghindarkan instansi pada daerah pencernaan
4. Untuk merangsang nafsu makan klien
5. Untuk mengetahui perubahan BB klien
6. Untuk memberikan diit yang tepat

BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau
lendir dalam tinja. Diare juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau
tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi
pada lambung atau usus.

1. SARAN

Diharapan mahasiswa lebih banyak lagi mengembangkan ilmu pengetahuan


terutama bidang keperawatan sehingga kedepannya ilmu kesehatan terutama ilmu
keperawatan lebih maju.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Jakarta: EGC.

Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4.Jakarta: EGC.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I.Jakarta:
Media Aesculapius.

Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2.Jakarta: EGC.

Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24.Jakarta: Djambatan.


Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis.Jakarta:Gaya Baru.

Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006.


Definisi dan Klasifikasi.Yogyakarta: Prima Medika.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama

Anda mungkin juga menyukai