Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN

PADA NY. F G2P1001 UK 39 MINGGU


DI PUSKESMAS DONGKO TRENGGALEK

NAMA : ENGGAR WAHYU ANGGRAINI

NIM : 202206091100

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI


LEMBAR PENGESAHAN

“Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. F G2P1001 UK 39 Minggu di


Puskesmas Dongko Trenggalek”, mahasiswa atas nama :

Nama : Enggar Wahyu Anggraini

NIM : 202206091100

Telah disahkan pada tanggal :..................................................................................

Pembimbing Institusi

Anis Nikmatul Nikmah, S.ST., Bd, M.Kes.


TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Persalinan


1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi melalui vagina ke dunia
luar (Kuswanti & Melina, 2013: 1). Menurut Manuaba (2012) persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (plasenta dan janin) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
2. Fisiologi
a. Jenis- Jenis Persalinan
Jenis persalinan menurut Manuaba et al (2014: 164) adalah :
1) Persalinan spontan, yaitu bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan yaitu bila proses persalinan dibantu dengan tenaga
dari luar, misalnya ekstraksi dengan forcep atau dilakukan operasi
sectio caesarea.
3) Persalinan anjuran (partus presipitatus) yaitu bila kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
b. Teori Penyebab Mulanya Persalinan
Menurut Manuaba et al (2014: 168) :
1) Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu,
setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat mulai.
2) Teori penurunan progesteron
Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
3) Teori oksitosin internal
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton
Hicks, menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan
maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan
dapat mulai.
4) Teori prostaglandin
Pemberian saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
5) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis :
a) Menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
b) Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi.
c) Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
c. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempeengaruhi persalinan menurut Sujiyatini (2011:
26-36) adalah :
1) Power
2) His normal mempunyai sifat :
a) Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim
b) Fundal dominan, menjalar keseluruh otot rahim
c) Kekuatannya seperti memeras isi rahim
d) Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehingga terjadi retraksi dan pembentuka segmen bawah rahim.
3) Passage
Proses persalinan mekanis yang melibatkan 3 faktor yaitu, jalan lahir,
kekuatan yang mendorong dan akhirnya janin yang didorong dalam
satu mekanis tertentu dan terpadu.
4) Passanger
Kepala janin terdapat tulang-tulang tengkorak (kranium) dan tulang-
tulang dasar tengkorak (basis kranii) serta muka.
5) Penolong
Dalam hal ini proses persalinan tergantung dari kemampuan skill dan
kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
6) Psikologis
Banyaknya wanita normal yang merasakan kegairahan dan
kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran
bayinya. Perasaan positif berupa kelegaan hati seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya
rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak.
d. Tanda- Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut Manuaba et al (2014: 173) adalah :
1) His persalinan mempunyai sifat :
Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan, sifatnya teratur,
interval makin pendek, dan kekuatannya makin kuat, mempunyai
pengaruh terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas (jalan)
kekuatan makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan menyebabkan
lendir yang ada pada lendir servikalis lepas, terjadi perdarahan karena
kapiler pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam 24 jam.
e. Kala Persalinan dan Tanda- Tandanya
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Menurut APN (2008: 37), inpartu (partus mulai) ditandai dengan
keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) dari vagina,
penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus menyebabkan
perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Lama kala I pada primigravida 13-14 jam, sedangkan pada
multigravida 6- 7 jam.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase :
a) Fase Laten
Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung
hingga serviks membuka <4 cm.
b) Fase Aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
 Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
 Periode dilatasi maksimal (steady) : Selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
 Periode deselerasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Menurut Manuaba (2010: 173-174), gejala utama kala II adalah :
a) His semakin kuat, interval 2-3 menit, dengan durasi 50 sampai 100
detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
keluarnya cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser.
d) Kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi, sehingga
terjadi kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai
hipomoklion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan
muka, kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala dan punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu,
ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan curam ke
atas untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir
dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa
air ketuban.
g) Lama kala II untuk primigravida 50 menit dan untuk multigravida
30 menit.
3) Kala III (Kala Pelepasan Uri)
Kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta (biasanya 6-15 menit) (APN, 2008: 123).
4) Kala IV
Merupakan masa observasi selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir
untuk mengamati tingkat kesadaran ibu, pemeriksaan tanda-tanda
vital,kontraksi uterus dan perdarahan, masih normal bila jumlah darah
tidak lebih dari 400-500cc. (Manuaba et al, 2014: 174).
5) Mekanisme Persalinan
Menurut Wiknjosastro (2007: 186), mekanisme persalinan adalah :
a) Penurunan kepala
Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan
turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya kepala
melewati PAP dalam keadaan sinklitismus, yaitu arah sumbu
kepala janin tegak lurus dengan bidang PAP. Dapat juga kepala
masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu sumbu kepala janin
miring dengan PAP.
b) Fleksi
Kepala bayi masuk ruang panggul yang ukuran paling kecil dengan
diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) dengan menggantikan
suboccipito frontalis (11 cm) sampai pada dasar panggul kepala
dalam keadaan fleksi maksimal.
c) Putaran paksi dalam
Akibat elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan
rotasi.
d) Defleksi
Setelah kepala sampai di dasar panggul, ubun-ubun kecil berada di
bawah simfisis dan occiput sebagai hipomoklion kepala
mengadakan defleksi.

e) Putaran paksi luar


Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin masuk,
perineum makin lebar dan tipis, anus membuka dengan kekuatan
his, dengan mengejan berturut-turut tampak bregmatika, dahi,
muka, dagu, setelah lahir putaran paksi luar.
f) Ekspulsi
Bahu bayi melewati PAP dalam keadaan miring dalam rongga
panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang
dilaluinya, sehingga di dasar panggul apabila kepala telah lahir
bahu berada dalam posisi depan belakang, kemudian dilahirkan
bahu depan terlebih dahulu, bahu trochanter belakang bahu bayi
seluruhnya.

2. Asuhan Kebidanan Persalinan


Manajemen kebidanan (Midwifery Management) adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi (Mudillah dkk, 2012: 110).
2.1 Pengkajian
1. Data subyektif
1) Biodata
a) Umur
Tanyakan berapa usia wanita karena usia di bawah 16 tahun
dan di atas 35 tahun wanita rentan terhadap komplikasi. Usia
di bawah 16 tahun meningkatkan insiden preeklamsia, usia di
atas 35 tahun meningkatkan insiden persalinan yang lama pada
nulipara, SC, kelahiran preterm, intrauterine growth
retardation (IUGR) dan kematian janin (Varney & Jan, 2008:
691).
b) Pendidikan
Pendidikan yang kurang membuat masyarakat tetap
berorientasi pada pengobatandan pelayanan tradisional
sehingga mempengaruhi kesejahteraan ibu (Manuaba et al,
2014: 11).
c) Gravida dan para
Paritas memengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi.
Semakin tinggi paritas, insiden abrubsio plasenta, plasenta
previa, perdarahan uterus, mortalitas ibu, dan mortalitas
perinatal juga meningkat (Varney & Jan, 2008: 691).
2) Keluhan utama
Menurut Manuaba et al (2014: 173) tanda-tanda persalinan
adalah:
a) Terjadinya his persalinan. Mempunyai ciri khas pinggang
terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan. Terjadi perdarahan karena kapiler
pembuluh darah pecah.
c) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah
yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
Gejala utama kala II (pengusiran) menurut Manuaba et al (2014:
173‒174) adalah:
a) His semakin kuat, interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik.
b) Akhir kala I, ketuban pecah, ditandai pengeluaran cairan secara
mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya Pleksus
Frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadikepala membuka pintu, suboksiput
bertindak sebagai hipomoklion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan di
bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu
depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Penyakit jantung
Perubahan fisiologi terjadinya peningkatan volume darah dan
peningkatan frekuensi denyut jantung menyebabkan
peningkatan serambi kiri jantung yang mengakibatkan edema
pada paru. Penambahan volume darah kedalam sirkulasi
sistemik sewaktu his atau kontraksi uterus menyebabkan
bahaya saat melahirkan karena dapat mengganggu aliran darah
dari ibu ke janin (Saifuddin, 2014: 769). Persalinan
pervaginam diperbolehkan pada ibu dengan penyakit jantung
kelas I dan II. Hal ini jantung harus bekerja lebih berat (Irianto,
2014: 266).
b) Diabetes Mellitus
Komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan yaitu trauma
kelahiran seperti distosia bahu, fraktur tulang dan injuri
pleksus brakialis. Kelahiran mati, lebih sering pengakhiran
partus dengan tindakan termasuk SC (Saifuddin, 2014: 855‒
856).
c) Anemia
Bahaya saat persalinan adalah gangguan kekuatan mengejan,
kala I dapat berlangsung lama dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan
perdarahan karena atonia uteri, kala IV terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri (Manuaba et al, 2014:
240).
d) Hipertiroidisme
Menurut Miller et al 1994 dalam Fraser dan Cooper (2009:
346) hipertiroidisme dapat meningkatkan insiden kelahiran
prematur, BBLR dan kematian janin.
e) Pneumonia
Saat persalinan perlu pertolongan yang tepat dengan
mempercepat persalinan kala II. Keadaan ini sering dijumpai
pada persalinan terlantar sehingga membahayakan jiwa
janin maupun ibunya (Manuaba et al, 2014: 337).
f) Hipertensi
Penundaan persalinan meningkatkan risiko kematian ibu dan
janin. Apabila kehamilan berusia 37 minggu atau lebih segera
lakukan persalinan, jika servik matang lakukan pemecahan
ketuban, lalu induksi persalinan tetapi apabila dalam 12 jam
tidak ada harapan lahir pervaginam segera lakukan SC. Jika
servik belum matang segera lakukan SC (Saifuddin, 2014: M-
41).
g) Gonorrhea
Ibu penderita gonorrhea dapat terjadi abortus spontan, BBLR,
KPD, korioamnionitis, persalinan prematur (Fraser dan
Cooper, 2009: 371). Bayi yang lahir dari ibu menderita
gonorrhea selalu diberikan salep mata untuk mencegah infeksi
yang dapat menyebabkan kebutaan (Manuaba et al, 2014: 338).
h) HIV/ AIDS
Terapi AZT secara signifikan mengurangi dan menekan
kemungkinan bahwa darah ibu atau cairan tubuh akan
menularkan virus HIV kepada bayinya. Hal ini diberikan
kepada ibu selama persalinan dan melahirkan, ini karena bayi
yang baru lahir risiko darah dan cairan adalah paparan tertinggi
penularan virus (Irianto, 2014: 237).
i) Hepatitis B
Pada penyelesaian persalinan dengan cara pervaginam harus
diawasi dengan ketat, pada kala II boleh diperpendek dengan
ekstraksi vakum atau forceps bila janin hidup atau embriotomi
bila janin mati. Bahaya yang paling mengancam untuk ibu saat
persalinan ialah terjadinya perdarahan yang hebat dan sulit
dikontrol (Mochtar, 2015: 119).
4) Riwayat kesehatan sekarang
a) Ibu hamil dengan anemia saat persalinan dapat terjadi
gangguan his (kekuatan mengejan), kala I berlangsung lama,
kala II berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan
kelelahan serta memerlukan tindakan operasi SC, retensio
plasenta dan atonia uteri(Manuaba et al, 2014: 240).
b) Kadar Hb normal 11g% (Manuaba et al, 2014: 239).
c) Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita gonorrhea dapat
menderita konjungtivitis, gonore neonatorum atau disebut juga
blenore neonatorum(Cuningham et al, 2006: 434).
d) Darah dan cairan ibu saat persalinan dapat berisiko menular
kepada bayi yang baru lahir risiko darah dan cairan (Irianto,
2014: 237).
5) Riwayat kesehatankeluarga
a) Pengaruh diabetes dalam persalinan antara lain: kelahiran mati,
distosia bahu, fraktur tulang dan injuri pleksus
brakialis(Saifuddin, 2014: 855).
b) Persalinan anak kembar dapat berlangsung lebih lama karena
kereganggan otot rahim yang berlebihan. Setelah kelahiran
anak pertama dapat terjadi solusio plasenta (Manuaba et al,
2014: 277).
6) Riwayat kebidanan
a) Haid
Tanggal pada hari pertama periode menstruasi terakhir atau
last normal menstrual periode (LNMP) digunakan sebagai
dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran
partus (TP) (Varney & Jan, 2007: 524).
b) Kehamilan
Aborsi spontan berulang dapat mengindikasikan adanya
kondisi, seperti abnormalitas genetik dan ketidakseimbangan
hormon (Fraser & Cooper, 2009: 252).
c) Persalinan
Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik
untuk memperkirakan lama persalinan kali ini sehingga
memungkinkan untuk membedakan persalinan antara
primigravida dan gravida selanjutnya serta persalinan dengan
paritas yang lebih tinggi. Untuk mengidentifikasi pelahiran
melalui SC atau pelahiran operatif pervaginam sebelumnya
(Varney & Jan, 2008: 692).
d) Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam memastikan
keadekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi saat ini. Juga
untuk mengantisipasi kemungkinan komplikasi jika dibanding
dengan perkiraan berat janin (Varney & Jan, 2008: 692).
e) Wanita yang mempunyai riwayat melahirkan bayi kecil dari
ayah yang sama cenderung memiliki bayi yang kecil juga pada
kehamilan ini (Varney & Jan, 2008: 692).
f) Nifas
Keadaan umum ibu saat nifas lalu. Apakah involusi uterus
baik, pengeluaranlokheanormal, serta pengeluaran ASI lancar.
Adakah penyulit pada masa nifas seperti abses pada payudara
(Saifuddin, 2014: 125). Segera setelah persalinan dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari 380C, bila
terjadi peningkatan terus menerus selama 2 hari, kemungkinan
infeksi (Manuaba et al, 2014: 201).

7) Pola kehidupan sehari-hari


a) Nutrisi
Ibu diperbolehkan mengkonsumsi makanan rendah lemak dan
rendah residu sesuai selera untuk memberinya energi. Namun,
makan dan minum selama persalinan akan menyebabkan ibu
mengalami peningkatan risiko regurgitasi dan aspirasi isi
lambung (Fraser & Cooper, 2009: 451). Waktu terakhir kali
ibu makan diperlukan oleh ahli anastesi jika pembedahan
dibutuhkan. Selain itu, juga bermanfaat untuk mengkaji
cadangan energi dan status cairan (Varney & Jan, 2008: 692).
b) Eliminasi
Tekanan kepala bayi pada perineum merangsang reflek saraf,
menyebabkan keinginan BAB (Manuaba et al, 2014: 156).
Selama persalinan, ibu harus dianjurkan berkemih setiap 1‒2
jam. Kandung kemih yang penuh juga dapat menghambat
masuknya kepala janin ke dalam gelang panggul (Fraser &
Cooper, 2009: 452).
c) Istirahat dan tidur
Keletihan dan penurunan fisik pada wanita dipengaruhi oleh
tingkat keletihannya saat memasuki persalinan, rumatan
hidrasi selama persalinan, lama persalinan, dan kemampuan
menghadapi tuntutan kondisi dan situasi yang terjadi (Varney
& Jan, 2008: 709).
d) Personal hygiene
Pencukuran perineal rutin tidak dilakukan selama beberapa
tahun terakhir. Riset menunjukkan bahwa pencukuran perineal
tidak perlu dilakukan dan tidak meningkatkan angka terjadinya
infeksi. Bagi ibu yang sedang berada pada proses persalinan
normal, mandi air hangat dapat menjadi pereda nyeri efektif
yang dapat meningkatkan mobilitas tanpa peningkatan efek
samping bagi ibu atau bayinya (Fraser & Cooper, 2009: 442).

e) Aktivitas
Pada kala I apabila ketuban belum pecah ibu diperbolehkan
duduk atau berjalan-jalan, jika berbaring sebaiknya ke sisi
letaknya punggung janin atau miring ke kiri, jika ketuban
sudah pecah wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus
berbaring (Mochtar, 2015: 77).
8) Riwayat ketergantungan
Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan kecanduan narkotika
dapat menimbulkan kelahiran dengan BBLR bahkan dapat
menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun mental (Manuaba et al,
2014:122).
9) Psikososial dan spiritual
10) Keadaan psikososial dan spiritual menurut Fraser & Cooper 2009:
429,453) adalah:
a) Mood yang berubah-ubah sering terjadi dan dorongan energi
juga dapat dialami.
b) Sebagian mungkin memandang kontraksi yang dialami sebagai
kekuatan positif yang memotivasi dan memberikan kehidupan.
Sebagian lain mungkin merasakan kontraksi ini sebagai rasa
nyeri dan melawan kontraksi tersebut).
c) Seorang ibu dapat menyambut peristiwa ini dengan
perasaansenang karena sebentar lagi ia akan melihat bayinya,
ibu yang lain mungkin merasa gembira karena pada akhirnya
kehamilannya ini akan berakhir dan ia mengalami berbagai
kesukaran.
d) Sejalan dengan kemajuan persalinan, ibu dapat merasa kurang
percaya diri terhadap kemampuan kopingnya menghadapi sifat
kontraksi yang kuat yang mengendalikan tubuhnya.
11) Latar belakang sosial budaya
Menurut Manuaba et al (2014: 116) kebiasaan yang tidak
menguntungkan selama persalinan adalah pijat perut,
memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam
vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan
yang keluar karena persalinan, atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh.
2. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Kondisi umum selama kala II persalinan akan bergantung pada
kondisi umumnya di akhir kala I persalinan. Jika memasuki
tahap kedua persalinan sudah kehabisan tenaga, ia akan
mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang diperlukan
untuk mendorong, terutama jika ia primigravida (Varney & Jan,
2008: 760).
2) Tanda-tanda vital
 Tekanan darah diukur setiap 2‒4 jam, kecuali jika tidak
normal, pengukuran yang lebih sering diperlukan bergantung
pada situasi individu (Fraser & Cooper, 2009: 453).
 Frekuensi nadi biasanya dihitung setiap 1‒2 jam selama awal
persalinan dan setiap 30 menit jika persalinan lebih cepat
(Fraser & Cooper, 2009: 453).
 Pada persalinan normal, suhu tubuh maternal harus diukur
sedikitnya setiap 4 jam (Fraser & Cooper, 2009: 453).
 Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal,
selama persalinan dan mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi (Varney & Jan, 2008: 687).
3) Pemeriksaan fisik
 Muka
Tampak sembab/tidak, pucat/tidak (Romauli, 2011: 174).
Saat menjelang persalinan, ibu akan nampak gelisah
ketakutan dan menahan rasa sakit akibat his (Saifuddin, 2014:
N-8).
 Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila
pucat menandakan anemia. Sklera berwarna putih, bila
kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila
merah kemungkinan ada konjungtivitis(Romauli, 2011: 174).
 Mulut dan gigi
Wanita yang bersalin yang tidak mendapat cairan oral dan
perawatan mulut biasanya mengeluarkan bau napas yang
tidak sedap, mulut kering, bibir kering atau pecah-pecah,
tenggorokan nyeri (Varney & Jan, 2008: 719).
 Payudara
Menjelang persalinan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
kondisi puting ibu misalnya rabas kolostrum kering atau
berkerak, muara duktus yang tersumbat kemajuan dalam
megeluarkan puting yang rata atau inversi pada wanita yang
merencanakan untuk menyusui (Varney & Jan, 2008: 1051).
 Abdomen
Saat kontraksi uterus dimulai nyeri akan terjadi selama
beberapa detik dan akan hilang kembali di akhir kontraksi.
Selama kala 1 persalinan penurunan hampir selalu dapat
diraba dengan palpasi abdomen. Palpasi abdomen untuk
mengobservasi apakah kepala janin dapat akan dapat
melewati gelang pelvis dengan bantuan kontraksi yang baik
(Fraser & Cooper, 2009: 453‒454).
 Genetalia
Tanda-tanda inpartu pada vagina terdapat pengeluaran
pervaginam berupa bloody slym, perineum menonjol, vulva
membuka sebagai tanda gejala kala II (Manuaba et al, 2014:
184). Luka parut di perineum mengindikasikan adanya
riwayat luka perineum sebelumnya (Wiknjosastro, 2014: 44).
 Ekstremitas
Edema merupakan tanda klasik preeklamsi. Edema pada kaki
dan pergelangan kaki saja biasanya merupakan edema
dependen yang disebabkan oleh penurunan aliran darah vena
akibat penekanan uterus yang membesar (Varney & Jan,
2008: 693).
2. Pemeriksaan khusus
1) Menentukan usia kehamilan
Manuaba et al (2014: 128) memperhitungkan masuknya kepala
ke pintu atas panggul terutama pada primigravida masuknya
kepala ke pintu atas panggul terjadi pada minggu ke 36,
mempergunakan ultrasonografi dengan melihat jarak biparietal,
tulang tibia, dan panjang lingkaran abdomen janin.
Mempergunakan hasil pemeriksaan air ketuban, semakin tua
usia kehamilan semakin sedikit air ketuban.
2) Penurunan kepala janin
Penuruan kepala janin melalui sistem perlimaan dapat dilihat
pada tabel 1
Periksa Periksa
Keterangan
Luar Dalam
Kepala diatas PAP, mudah digerakkan
5/5 -
( konvergen )
4/5 HI-II Sukit digerakkan, bagian terbesar kepala belum
masuk panggul ( konvergen )
Bagian terbesar belum masuk panggul
3/5 HII-III
( sejajar )
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
2/5 HIII+
( divergen )
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
1/5 HIII-IV
( divergen )
0/5 HIV Di perineum ( divergen )
Sumber: Saifuddin, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman N-10.

3) Auskultasi
Menurut pemeriksaan auskultasi dilakukan menggunakan
stetoskop dan alat doppler. Janin yang dalam keadaan sehat
bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya antara 120‒140 per
menit. Bila bunyi jantung kurang dari 120 per menit atau lebih
dari 160 per menit atau tidak teratur, maka janin dalam keadaan
asfiksia (kekurangan oksigen) (Marmi, 2011: 188‒189).
4) His
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang
menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval semakin pendek,
dan kekuatannya semakin besar, mempunyai pengaruh terhadap
perubahan serviks, semakin beraktivitas (jalan) kekuatan
semakin bertambah (Manuaba et al, 2014: 173).
5) Pemeriksaan dalam
Menurut Cunningham (2006: 338‒339) pemeriksaan vagina
secara aseptik paling sering dilakukan, kecuali jika sudah ada
ada perdarahan (bloody show) yang berlebihan. Perhatian cermat
terhadap hal-hal berikut penting untuk mendapatkan sebanyak
mungkin informasi dan untuk mengurangi kontaminasi bakteri
akibat pemeriksaan berulang.
6) Pendataran serviks
Jika panjang serviks berkurang separuh, dikatakan 50 persen
mendatar, bila serviks menjadi setipis segmen uterus bawah di
dekatnya, serviks dikatakan telah mendatar penuh atau 100
persen.
7) Dilatasi serviks
Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan diameter
rata-rata bukaan serviks. Jari pemeriksa disapukan dari tepi
serviks di satu sisi ke sisi yang berlawanan, dan diameter yang
dilintasi yaitu 1‒10cm. Serviks dikatakan membuka penuh bila
diameternya 10cm, karena bagian terbawah ukuran bayi aterm
biasanya dapat melewati serviks yang membuka lebar.

8) Posisi serviks
9) Hubungan antara ostium serviks dengan kepala janin
dikategorikan sebagai posterior, posisi tengah, atau anterior.
Posisi posterior mengesankan persalinan preterm.
10) Station
Ketinggian bagian terbawah janin di jalan lahir digambarkan
dalam hubungannya dengan spina iskhiadika yang terletak di
tengah-tengah antara pintu atas panggul dan pintu bawah
panggul. Jadi, saat bagian terbawah turun dari pintu atas panggul
menuju spina iskhiadika, disebut sebagai station -5, -4, -3, -2, -1
lalu 0. Di bawah spina iskhiadika, bagian terbawah janin
melewati station +1, +2, +3, +4 dan +5 untuk lahir. Station
+5cm setara dengan kepala janin yang terlihat di introitus.
11) Deteksi pecahnya selaput ketuban
Suatu diagnosis pasti pecahnya selaput ketuban dibuat
apabila cairan amnion terlihat berada di forniks posterioratau
cairan jernih mengalir dari kanalis servisis. Jika diagnosis tetap
tidak pasti, metode lain yang dapat digunakan adalah pengujian
ph cairan vagina, ph sekret vagina normalnya bekisar antara 4,5
dan 5,5, sementara cairan amnion biasanya 7,0 - 7,5.
Menurut Varney & Jan (2008: 711) frekuensi pemeriksaan
dalam pada wanita intrapartum yang normal dianjurkan
melakukan pemeriksaan dalam sebanyak 5 kali, yakni:
a) Pada saat datang, untuk menetapkan informasi dasar.
b) Sebelum memutuskan jenis obat, jumlahnya, dan rute
pemberiannya.
c) Untuk memastikan pembukaan sudah lengkap sehingga dapat
diputuskan apakah ibu harus mengejan, atau sebaliknya.
d) Setelah ketuban pecah, jika dicurigai atau kemungkinan
terjadi prolaps tali pusat.
e) Untuk mengecek prolaps tali pusat ketika perlambatan
frekuensi denyut jantung janin tidak kunjung membaik dengan
prasat biasa.
2.2 Interpretasi Diagnosa / masalah actual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data - data yang di kumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan di interpretasikan sehingga di temukan masalah atau
diagnose yang spesifik. Langkah awal dari perumusan
masalah/diagnose kebidanan adalah pengelolahan/analisa data yang
menggabungkan dan menghubungkan satu dengan lainnya sehingga
tergambar fakta (Mufdillah, dkk 2012: 113).
Pada kala I persalinan, lama pembukaan yang berlangsung pada
primigravida yaitu berlangsung selama 12 jam sedangkan pada
multigravida berlangsung selama 8 jam yang dimulai dari pembukaan 0
cm sampai pembukaan 10 cm. Pada fase laten persalinan yang dimulai
sejak awal kontraksi menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap yang berlangsung hingga serviks membuka kurang dari
4 cm yang umumnya berlangsung selama 8 jam.
Kemudian pada fase aktif persalinan frekuensi dan kontraksi uterus
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggab adekuat/memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih), dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10
cm dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada multigravida dan
primigravida, atau lebih dari 1 sampai 2 cm multigravida. Pada kala I
persalinan juga perlu adanya pemeriksaan tanda-tanda vital sekitar 2
atau 3 jam dan memperhatikan agar kandung kemih selalu kosong, serta
pemantauan denyut jantung janin ½ jam sampai 1 jam.
Pada kala II persalinan, dimulai dari pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, pada kala II his
menjadi lebih kuat, lebih sering dan semakin lama. Proses ini
berlangsung selama ± 1,5 jam pada primigarvida dan ± 0,5 jam pada
multigravida. Ibu akan merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran
bersama dengan adanya kontraksi, adanya tekanan pada anus dan
tampakperineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka, serta
meningktnya produksi pengeluaran lender bercampur darah. tanda pasti
kala II di tentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya
pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi
melalui introitus vagina.
Pada kala III persalinan, dimulai sejak lahirnya bayi hingga lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit setelah penyuntikan
oksitosin. Pada manajemen aktif kala III ini bertujuan untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga mencegah
terjadinya perdarahan dan mengurangi kehilangan darah.Tanda-tanda
pelepasan plasenta yaitu terjadinya perubahan bentuk dan tinggi fundus,
tali pusat memanjang, dan terjadinya semburan darah secara mendadak
dan singkat.
Pada kala IV persalinan, dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2
jam pertama post partum, dimana pemantauan dilakukan dengan
mengobservasi tanda-tanda vital pasien, kontrasi uterus, perdarahan dan
kandung kemih pada15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam
kedua post partum.
2.3 Mengidentifikasi Diagnose Atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangakaian masalah dan diagnose yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap – siap bila diagnose/masalah potensial ini
benar – benar terjadi(Mufdillah, dkk 2012: 117).
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
dapat diharapkan bersiap-siap bila diagnose/masalah potensial ini
benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan
yang aman.
Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan
pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul pada kala I
yaitu terjadinya kala I lama, peningkatan atau penurunan tanda-tanda
vital, DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit, terjadinya
perdarahan pervaginam selain dari lender dan darah, ketuban pecah
yang bercampur dengan mekonium kental yang di sertai dengan tanda
gawat janin, kontraksi uterus kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit
dan berlangsung kurang dari 20 detik serta tidak di temukan perubahan
serviks dalam 1-2 jam, pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan
garis waspada pada partograf.
Pada kala II persalinan, kemungkinan masalah yang dapat terjadi
yaitu, terjadinya kala II lama yang di sertai dengan partus macet/kasep,
dimana partograf melewati garis waspada, terjadinya distosia bahu,
kontraksi tidak teratur dan kurang, tanda-tanda vital meningkat, dan ibu
tampak kelelahan. Pada manajemen aktif Kala III persalinan, masalah
yang dapat terjadi yaitu diantaranya terjadinya perdarahan pervaginam
dikarenakan terjadinya laserasi jalan lahir, atonia uteri karena kontraksi
uterus yang tidak baik, dan terjadinya retensio plasenta dimana plasenta
belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
Dan pada Kala IV persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu
terjadinya perdarahan pervaginam dengan pembekuan darah yang
banyak, tanda-tanda vital melawati batas normal dimana tekanan darah
dan suhu tubuh meningkat, kontraksi uterus yang tidak baik.
2.4 Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan
Penanganan Segera.
Kala I lama yang mengakibatkan tanda gawat janin, ketuban pecah
yang bercampur mekonium kental, dan kontraksi uterus kurang dari 2
kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung dari 20 detik serta tidak di
temukan perubahan serviks dalam 1-2 jam atau pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada partograf.
Pada kala II persalinan, Beberapa data menunjukan situasi
emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu
dan bayi, beberapa data menunjukan situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara menunggu intruksi dokter. Mungkin juga memerlukan
konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap
pasien untuk menetukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan
(Mufdillah, dkk 2012: 117-178).
Dalam persalinan tindakan yang memerlukan penanganan segera
diantaranya: Pada kala I persalinan yaitu terjadinya kemungkinan
masalah yang dapat terjadi yaitu, terjadinya kala II lama yang di sertai
dengan partus macet/kasep, dimana partograf melewati garis waspada,
terjadinya distosia bahu, kontraksi tidak teratur dan kurang, tanda-tanda
vital meningkat, dan ibu tampak kelelahan. Pada manajemen aktif
KalaIII persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu diantaranya
terjadinya perdarahan pervaginam dikarenakan terjadinya laserasi jalan
lahir, atonia uteri karena kontraksi uterus yang tidak baik, dan
terjadinya retensio plasenta dimana plasenta belum lahir 30 menit
setelah bayi lahir.
Dan pada Kala IV persalinan masalah yang dapat terjadi yaitu
terjadinya perdarahan pervaginam dengan pembekuan darah yang
banyak, tanda-tanda vital melawati batas normal dimana tekanan darah
dan suhu tubuh meningkat, kontraksi uterus yang tidak baik.
2.5 Merencanakan Asuhan Yang Komprehensif/Menyeluruh
Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentiikasi
atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap di lengkapi (Mufdillah, dkk 2012).
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut.
Rencana yang dibuat harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance terkini serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Adapun penatalaksanaan yang diberikan pada persalinan normal
yaitu, memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah
persalinan dalam kemajuan yang normal, memeriksa perasaan ibu dan
respon fisik terhadap persalinan, membantu ibu memahami apa yang
sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktifdalam menentukan
asuhan. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan,
menolong kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinana dini,
dan mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan yang
tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien).
Perencanaan asuhan tindakan yang perlu dilakukan juga dapat
berupa, pemantauan terus menerus kemajuan persalinan mengunakan
partograf, pemantauan TTV ibu dan keadaan janin, memenuhi
kebutuhan nutrisi dan dehidrasi ibu, menganjurkan ibu perubahan
ambulasi dan posisi ibu, menganjurkan tindakan yang memberikan pada
rasa nyaman, serta menganjurkan keluarga member dukungan.
2.6 Melaksanakaan perencanaan dan penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
2.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keevektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat
dianggab efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan
sebagian belum efektif (Mufdillah, dkk 2012: 118-119).
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. F G2P1001


UK 39 MINGGU DI PUSKESMAS DONGKO TRENGGALEK

Tanggal pengkajian : 29 Januari 2023, Jam : 09.00


No register : 008

I. PENGKAJIAN
A. Data subjektif
1. Biodata
Identitas Ibu Suami
Nama : Ny. F Nama : Tn. G
Umur : 26 Tahun Umur : 28 Tahun
Suka : Jawa Suka : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Trenggalek
2. Keluhan utama
Merasakan kencang-kencang sejak 28 Januari 2023 jam 21.00 WIB.
Pengeluaran pervaginam: lendir bercampur darah sejak hari hari: Senin
tanggal 28 Januari 2023 jam 22.00 WIB
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun maupun menular
seperti, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini tidak sedang menderita penyakit seperti , hipertensi, DM,
TBC, HIV, asma, jantung.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menular seperti hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
- Amenorhoe : Ya, 9 bulan ini
- Menarche : Usia 12 tahun
- Lama : 8 hari
- Banyak : Hari 1-3 ganti pembalut 4 kali, hari 3-4
ganti pembalut 3 kali
- Siklus : 28 hari
- Teratur/Tidak : Teratur
- Dismenorhea : Tidak pernah
- Fluor Albus : Tidak pernah
- HPHT : 29 April 2022
- TP/HPL : 5 Februai 2023
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Umur
anak
Persalinan Nifas
Sua Ham sekara
mi il ng
ke ke Men
Tempat Penolon Lama Kelaina
L/P UK penyulit KB yusu
persalinan g nifas n
i
1 1 P 9 bln BPM Bidan Tidak 35 hari Tidak Suntik 3 ya 5 th
ada ada bln
1 2 H A M I L INI

c. Riwayat kehamilan sekarang


Ibu mengatakan ini kehamilan ke 2 dengan usia kehamilan 9 bulan
ANC TM I : 2 kali
Keluhan : mual
Hasil pemeriksaan : KU baik, PP tes urin positif
Terapi : asam folat satu kali sehari
Penyuluhan yg didapat : pola makan sedikit tapi sering
ANC TM II : 2 kali
Keluhan : tidak ada
Hasil pemeriksaan : kehamilan normal
Terapi :tablet fe satu kali sehari, kalk satu kali sehari
Penyuluhan yg didapat : senam hamil, tanda bahaya
kehamilan
ANC TM III : 3 kali
Keluhan : Tidak ada
Hasil pemeriksaan : kehamilan normal
Terapi : tablet fe satu kali sehari, kalk satu kali sehari
Penyuluhan yg didapat : tanda – tanda persalinan, ASI
eksklusif

Gerak anak sejak 5 bulan, gerak 24 jam terakhir 14-16 kali


Mulai persalinan : perut terasa kenceng-kenceng beberapa hari terakhir,
mengeluarkan lendir bercampur darah sejak jam 22.00 WIB.
d. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menjadi peserta KB atau memakai KB
apapun selama menikah.
e. Riwayat perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : 6 tahun
Usia pertama menikah : 20 tahun
f. Riwayat Psikososial
Ibu tinggal serumah dengan empat orang yaitu suami, dua orang anak dan
satu orang saudara. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.
Hamil ini adalah kehamilan yang sangat diharapkan, dukungan dari suami
dan keluarga sangat besar sekali.
g. Riwayat Budaya
Ibu mengikuti budaya Jawa dengan mengadakan syukuran kehamilan 7
bulanan
h. Perilaku kesehatan
Jamu : tidak pernah minum jamu-jamuan
Merokok : suami dan anggota keluarga dirumah tidak ada yang merokok
Minum minuman keras : tidak minum
i. Pola kebiasaan sehari-hari
No Pola Kebiasaan Selama Inpartu
1. Nutrisi Makan :5 x / hari dengan porsi ½ piring penuh
dengan menu, nasi, sayur dan lauk pauk
Minum :7 gelas / hari air putih dan 1 gelas susu
2. Eliminasi BAB :1 x / 2 hari, warna kecoklatan, bau khas,
tidak nyeri, tidak ada darah konsistensi keras
padat
BAK :7 - 8 x / hari, warna kuning jernih, bau
khas, tidak nyeri, tidak ada darah dan pus
3. Istirahat Tidur siang : jarang
Tidur malam : 6 jam sering terbangun
merasakan kenceng di perut
4. Personal hygiene Mandi 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci
rambut 1 x / 2 hari, ganti baju 2 x / hari, ganti
pakaian dalam 2 x / hari
5. Aktivitas Memasak dibantu mertua,
Menyapu, membersihkan rumah dibantu suami
6. Seksual Tidak melakukan

B. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU                  : Baik
Kesadaran       : Composmentis
Keadaan emosional : stabil
TD                   : 120/80
Nadi                : 78x/menit
Suhu                : 36,6ºc
RR                   : 19x/menit
2. Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak bercabang, warna hitam
Wajah : Tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
Mata : pucat
Conjunctiva merah muda, tidak pucat, sclera putih,
Hidung : tidak ikterus, palpebra tidak oedem, penglihatan baik
Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping
Telinga : hidung, tidak ada pengeluaran
Mulut : Bersih, tidak ada serumen, simetris, bentuk normal
Gigi bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi,
Leher : mukosa bibir lembab, gusi tidak mudah berdarah
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak ada
Dada : bendungan vena jugularis, bentuk normal
Bentuk payudara membesar simetris, hiperpigmentasi
areola mamae, puting susu menonjol, pengeluaran
Abdomen : colostrum +/+
Membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas
Genitalia : operasi, terdapat linea nigra terdapat striae lividae
Tidak oedem, tidak varises, tampak ada pengeluaran
pervaginam lendir bercampur darah, tidak ada bekas
Anus : luka perineum.
Ekstremitas : Tidak ada hemorrhoid, normal
Atas Tidak ada oedem, bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak
ada oedem, keadaan bersih, jari-jari tangan lengkap
Bawah : tidak syndaktili tidak polidaktili
Tidak ada oedem, tidak ada varises, bentuk
simetris,tidak ada cacat, tidak ada oedem, keadaan
bersih, jari-jari tangan lengkap tidak syndaktili tidak
polidaktili
b) Palpasi
Perut
Leopold I : TFU 3 jari bawah px, bagian fundus teraba bulat,
lunak, tidak melenting (bokong).
Leopold II : Di sebelah kiri teraba bagian kecil janin, di sebelah
kanan teraba panjang keras seperti papan (punggung
janin kanan-puka).
Leopold III : Presentasi Bagian terbawah teraba bulat, melenting
Leopold IV : (kepala)
Variasi : Kepala sudah masuk PAP
Mc Donald : TFU32 cm
TBJ : 3255 gram
3x/10’/30’’
His : 3/5
Penurunan
kepala
c) Auskultasi
Punctum maximum : kanan bawah pusat
DJJ : 140 x/menit, regular
d) Perkusi
Reflek patella : + / +
e) Pemeriksaan dalam
Oleh bidan jam 09.00 WIB
v/v : Blood slym, tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak
ada condiloma, tidak ada bekas luka perineum
Ø : 10 cm
Eff : 100%
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Hodge : II
Denominator : UUK kadep
Bagian kecil janin : Tidak teraba
Lingkar panggul : 82 cm
Cairan pada sarung tangan : Lendir darah
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa : Ny. F G2P1001 UK 39 Inpartu kala I fase aktif, Janin T/H/I
DS : Ibu mengatakan perut terasa kencang-kencang sejak jam 22.00 WIB,
keluar lendirbercampur darah.
HPHT : 29 April 2022
DO :
Abdomen : DJJ : 140 x/menit, regular
Pemeriksaan Dalam : VT  10 cm eff 100 %, Let kep H II , Ketuban
utuh

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN / TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
Dx : Ny. F G2P1001 UK 39 minggu Inpartu kala I fase aktif. Janin T/H/I
Tujuan :Persalinan berjalan normal dan lancar
Kriteria Hasil :
Kala I :Tidak melewati garis waspada pada partograf
Kala II : berlangsung < 1 jam, bayi lahir normal dan selamat
Kala III : berlangsung < 30 menit, plasenta lahir spontan, lengkap
Kala IV : Tidak terjadi HPP
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan secara terapeutik
R/ Terjalin rasa percaya sehingga ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
R : Pemahaman kondisi ibu, kemajuan persalinan, dan perkembangan janin
3. Lakukan asuhan sayang ibu
R :Dukungan terhadap ibu dalam persalinan dengan melibatkan ibu dan
keluarga sebagai pembuat keputusan, pengaruh emosional.
4. Anjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai yaitu posisi berbaring
miring ke kiri
R : Posisi berbaring miring kiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava
inverior, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia janin
karena suplai oksigen tidak terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu
yang mengalami kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan
lahir.
5. Berikan konseling posisi ibu dalam meneran
R : Secara anatomi, posisi tegak lurus (berdiri, jongkok, duduk) merupakan
posisi yang paling sesuai untuk melahirkan, karena sumbu panggul dan posisi
janin berada pada arah gravitasi.
6. Monitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
R : Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan, kondisi normal tidak melewati garis waspada
7. Lakukan persiapan pertolongan persalinan
R : Persiapan persalinan standar sesuai asuhan persalinan normal
8. Lakukan tindakan 60 langkah APN
R : Persalinan lancar, bersih, aman, ibu bayi sehat dan selamat

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 28 Januari 2023 Jam 09.00 WIB
1. Melakukan pendekatan secara terapeutik kepada ibu dan keluarga
2. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu
keadaan umum ibu dan keadaan janinnya baik.
3. Melakukan asuhan sayang ibu yang meliputi :
a. Memberi dukungan fisik, psikologis dan sosial
b. Mengatur posisi yang nyaman dan aman bagi ibu
c. Kebutuhan makanan dan cairan
d. Kebutuhan eliminasi
e. Pengurangan rasa nyeri
f. Keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
g. Penerapan prinsip Pencegahan Infeksi yang sesuai
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai dengan
keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan miring ke
kiri agar tidak mengganggu pernapasan ibu. Ibu sudah dalam posisi yang
nyaman
5. Memberikan konseling posisi ibu dalam meneran yaitu posisi tegak lurus
(berdiri, jongkok, duduk). Pada saat kontraksi, dengan berdiri uterus
terangkat berdiri pada sumbu aksis pintu masuk panggul dan kepala
mendorong cerviks, sehingga intensitas kontraksi meningkat. Pada posisi
tegak tidak ada hambatan dari gerakan uterus. Sedangkan pada posisi
berbaring, otot uterus lebih banyak bekerja dan proses persalinan berlangsung
lebih lama.
6. Memonitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf untuk
melaksanakan deteksi dini terhadap penyulit yang mungkin timbul meliputi :
tanda-tanda vital ibu, menghitung denyut jantung janin, menghitung kontraksi
uterus, melakukan pemeriksaan dalam, serta mencatat produksi urine, aseton,
dan protein
7. Melakukan persiapan pertolongan persalinan meliputi :
a. Ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir
b. Perlengkapan, bahan dan obat esensial
c. Rujukan (bila diperlukan)
d. Upaya pencegahan infeksi yang diperlukan
8. Melakukan tindakan 60 langkah APN

VII.EVALUASI
Tanggal 28 Januari 2023 Jam 09.15 WIB
S : Ibu mengatakan ingin meneran dan perutnya terasa semakin sering kenceng
O : KU ibu baik, TTV : T : 120 / 80 mmHg, N : 84 x/menit, RR : 18 x/menit, S :
36,6 °C
Inspeksi : Genetalia :Perineum menonjol, vulva dan anus membuka, keluar
lendir darah, tekanan pada anus
Palpasi : Abdomen : His 4 x 10’/50
Vt  10 cm, Eff 100 %, Kep H III (+) Ket negatif Jernih DJJ (+) 140 x/menit
A : Ny. F G2P1001 UK 39 minggu Inpartu kala II, Janin T/H/I

P:
1. Memastikan kelengkapan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial, memakai alat perlindungan diri, mencuci tangan, memakai sarung
tangan, menyiapkan oksitosin 10 unit yang diletakkan kembali spuit
tersebut di partus set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit.
2. Memastikan pembukaan Lengkap dan keadaan janin baik
Jam 09.15 WIB Pemeriksaan dalam : pembukaan 10 cm, eff 100%,
ketuban pecah spontan jernih, preskep, HII+, UUK kadep. DJJ 142x/menit
3. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
yaitu : memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran, membantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia
merasa nyaman, menganjurkan ibu untuk cukup minum, melakukan
pimpinan meneransaat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
Ibu bersedia melakukan
4. Persiapan pertolongan kelahiran bayi, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu
untuk mengeringkan bayi, meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian
di bawah bokong ibu, membuka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan, memakai sarung tangan DTT atau steril pada
kedua tangan.
5. Menolong kelahiran bayi
a. Melahirkan kepala : melindungi perineum, menahan kepala bayi,
memeriksa lilitan tali pusat, menunggu hingga kepala bayi melakukan
putaran paksi luar secara spontan.
b. Melahirkan bahu : memegang secarabiparietal, menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraks, dengan lembut menggerakkan kepala
kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan menggerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang
c. Melahirkan badan dan tungkai : menggeser tangan yang berada di
bawah ke arahperineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah melakukan penelusuran tangan yang berada di atas ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.
Bayi lahir spontan jam 09.30 WIB menangis kuat bergerak aktif, jenis
kelamin laki-laki
6. Menangani bayi baru lahir dengan melakukan penilaian selintas, bayi
menangis kuat dan bergerak aktif

CATATAN PERKEMBANGAN
Kala III
Tanggal 28 Januari 2023 Jam 09.35 WIB
S : Ibu merasakan lega dengan kelahiran bayinya, masih merasakan mules pada
perut bagian bawah
O : Inspeksi : Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tali pusat tampak terlihat
di vulva
Palpasi : Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, uterus
globuler
A : P2A0 kala III
P:
1. Melakukan manajemen aktif kala III
1. Memeriksa kembali uterus. Tidak ada lagi janin dalam uterus, bayi
tunggal.
2. Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha dorsal
lateral kanan. Pukul 09.32 WIB
3. Melakukan PTT sewaktu ada his. Tidak ada tahanan. Tali pusat
bertambah panjang, ada semburan darahtiba-tiba.
4. Melahirkan plasenta sesuai sumbu jalan lahir. Plasenta lahir spontan
pukul 09.35 WIB
5. Melakukan masase uterus selama 15 detik, dengan meletakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Hasil : uterus
teraba keras
6. Melakukan penilaian perdarahan, memeriksa kedua sisi plasenta baik
yang menempel ke ibu maupun janin, hasilnya selaput lengkap dan
utuh, perdarahan ±200 cc
7. Melakukan evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif. Hasil :
perineum tidak terjadi robekan

Kala IV
Tanggal 28 Januari 2023 Jam 10.10 WIB
S :Ibu merasa lega bayi dan plasenta sudah lahir
O:
Inspeksi : Genetalia : Pengeluaran darah normal
Palpasi : Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong
A : P1A0 kala IV
P:
1. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi
Hasil : ibu mengerti, memahami dan bersedia
2. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT, membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di
ranjang atau disekitar ibu berbaring. Membantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
Ibu merasa bersih dan nyaman
3. Membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberi
ibu minuman dan makanan yang diinginkannya, meminta ibu untuk tidak
tarak pada makanan apapun kecuali jika alergi.
Ibu makan nasi, ayam goreng, sayur dan minum air teh hangat manis
4. Menganjurkan ibu untuk belajar miring kanan dan kiri jika ibu tidak
pusing kemudian belajar untuk duduk. Ibu bisa melakukannya
5. Membantu ibu untuk BAK apabila ada rasa ingin BAK
6. Melakukan observasi 2 jam postpartum 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua
7. Melengkapi partograf

2 Jam PP
Tanggal 28 Januari 2023 Jam 12.00 WIB
S : Pasien lega bayinya telah lahir
O : K/u : Baik
TD : 110/80 mmHG
N : 88 x/menit
S : 36,7° C
RR : 18 x/menit
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik
A : P2A0 2 jam post partum
P : 1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik
2. Mengajari ibu cara cebok yang benar dan jaga kebersihan
3. Memberikan KIE tentang ASI Eksklusif
4. Memberi motivasi pada ibu tentang KB

Anda mungkin juga menyukai