Anda di halaman 1dari 39

B.

Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi yang cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin

dari tubuh ibu (Sukarni dan Margareth, 2013).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Jannah, 2015)

2. Macam-macam persalinan yaitu:

Menurut Kuswanti dan Melina (2014) :

a. Persalinan Spontan

Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan

melalui jalan lahir.

b. Persalinan Buatan

Yaitu persalinan yang dibantu dari luar misalnya vacum

ekstraksi,forceps,dan SC.

c. Persalinan Anjuran

Yaitu terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak

sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan,

misalnya dengan induksi persalinan.

3. Teori-teori Proses Terjadinya Persalinan


Menurut Kuswanti dan Melina (2014), ada beberapa teori yang

menyatakan kemungkinan proses persalinan sebagai berikut:

a. Teori Penurunan Hormon

Beberapa hari sebelum partus terjadi penurunan kadar hormon ekstrogen

dan progesteron. Sehingga otot rahim sennsitif terhadap oksitosin.

Penurunan kadar progesteron pada tingkat tertentu menyebabkan otot

rahim berkontrasi.

b. Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemia

otot-otot rahim sehingga timbul kontraksi untuk mengelauarkan isinya.

c. Teori Plasenta Menjadi Tua

Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia kehamilan

akan menyebabkan turunnya kadar ekstrogen dan progesteron. Sehingga

pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi rahim.

d. Teori Iritasi Mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion servikal/fleksus Fran Kenhauser.

Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau tertekan kepala janin, maka

akan timbul kontraksi rahim.

e. Teori Progstalandin

Progstalandin yang dihasilkan desidua menjadi sebab permulaan

persalinan karena menyebabkan kontraksi pada miometrium pada setiap

umur kehamilan.

f. Induksi Partus
Partus dapat ditimbulkan dengan pemberian oksitosin drips, menurut

tetesan peinfus dan pemberian gagang laminaria kedalam kanalis servikal

dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, sehingga timbul

kontraksi dan melakukan amniotomi yaitu pemecahan ketuban (Kuswanti

dan Melina, 2014).

4. Tanda-tanda Persalinan

Menurut Kuswanti dan Melina (2014), tanda-tanda persalinan antara lain

yaitu :

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b. Keluar lendir beercampur darah (show) yang lebih banyak karena adanya

robekan-robekan kecil pada serviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada

(Kuswanti dan Melina, 2014).

5. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Kuswanti dan Melina (2014), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persalinan antara lain adalah :

a. Power (Kekuatan/tenaga)

Kekuatan yang mendorong janin saat persalinan adalah his, kontraksi-

kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen. His

adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.

b. Passage (Jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri atas bagian keras tulang-tulang panggul (rongga

panggul) dan bagian lunak (otot-otot, jarinagan dan ligamen-ligamen).

c. Passanger ( Janin dan plasentaa)

Bagian yang paling besar dan keras dari janin dalah kepala janin. Posisi

dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala jannin

banyak mengalami cedera pada saat persalinan sehingga dapat

membahayakan kehidupan janin. Pada persalinan, karena tulang-tulang

masih dibatasi fontanel dan sutura yang belum keras, maka pinggir

tualang dapat menyipit antara tulang satu dengan tulang yang lain

(molase) sehingga kepala bayi bertambah keecil (Kuswanti dan Melina,

2014).

6. Mekanisme Persalinan

Menurut Sukarni dan Margareth (2013), gerakan utama kepala janin pada

proses persalinan yaitu :

a. Engagement

Pada minggu-minggu akhir kehamlan atau pada saat persalinan dimulai

kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan peresentasi biparietal.

b. Desent

Penurunan kepala janin sangat tergantung pada aksitektur pelvis dengan

hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala

berlangsug lambat. Kepala turun kedalam rongga panggul akibat tekanan

langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, tekanan dari
cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan),

dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang.

c. Flexion

Kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari

diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-

bregmatikus (belakang kepala). Fleksi terjadi karena anak didorong maju,

sebaliknya juga mendapatkan tekanan dari PAP, serviks, dinding

panggul/dasar panggul.

d. Internal rotation

Rotasi interna (putaran paksi dalam) selalu disertai turunnya kepala,

putaran ubun-ubun kecil keearah depan (kebawah simfisis pubis),

membawa kepala melewati distantia interspinarum dengan diameter

biparietal.

e. Extension

Dengan kontraksi perut yang benar dengan adekuat kepala makin turun

dan menyebabkan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala berada

di simfisis dan dalam keadaan ini kontraksi perut ibu yang kuat

mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus vagina.

f. External rotation

Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi pada

saat engagement. Dengan demikian bahu depan dan bahu belakang

dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong, dan seluruh

tungkai (Sukarni dan Margareth, 2013).


7. Tahapan Persalinan

Menurut Kuswanti dan Melina (2014), tahapan persalinan di bagi menjadi

4 yaitu :

a. Kala I

Pada kala I serviks membuka smapai terjadi pembukaan 10 cm.

Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Dapat dinyatakan patus dimulai

bila timbul his dan wanita tersebut mngelurkan lendir yang bersemuh

darah disertai pendataran (effacement). Lendir bercampur darah berasal

dari lendir kanalis servkais karena serviks mulai membuka dan mendatar.

Darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar

kanalis servikalis (kanalis servikalis pecah karena pergesekan-pergesekan

ketika serviks membuka).

Proses membukanya serviks dibagi menjadi 2 macam:

1) Fases Laten

Berlangsung selama 7-8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai ukuran 3 cm.

2) Fase Aktif

Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 macam:

a) Fase Akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b) Fase Dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung snagat cepat, dari 4

cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi

Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan 9

cm menjadi lengkap.

b. Kala II

Kala ini disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari pembukaan

lengkap sampai lahirnya janin. Paa kali ini his menjadi lebih kuat dan

lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Pada primigravida kala II

berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata 0,5 jam.

c. Kala III

Disebut juga kala uri. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus

uteri baerada diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi

lagi untuk mengeluarkan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lahir

selam 6 menit smpai 15 menit setelah bayi lahir dan keluuar spontan.

d. Kala IV

Kala IV adalah pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan uri lahir

untuk mngamati keadaan ibu ibu terutama terhadap bahaya pendarahan

postpartum (Kuswanti dan Melina, 2014).

8. Tujuan Asuhan Persalinan

Menurut marmi (2016) tujuan asuhan persalinan antara lain :

a. Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu

dan keluarga selama persalinan dan kelahiran.


b. Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah, memahami

komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini

selama persalinan dan kelahiran.

c. Melakukan rujukan pada kasus yang tidak bisa di tangani sendiri

d. Memperkecil resiko infeksi

e. Selalu memberitahukan kepada keluarganya mengenai kemajuan,

penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan

f. Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir

g. Membantu ibu dengan pemberian ASI


D. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian

Periode Pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput

janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembali nya traktus

reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney 2007).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,

dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2012).

2. TujuanAsuhan Masa Nifas

Asuahan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang

diberikan pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan

kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati

keadaan sebelum hamil. Adapun tujuan dari pemberian asuhan kebidanan

pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

b. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

c. Memberikan pendidikan kesehatant entang perawatan diri, nutrisi,

keluarga

berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan

bayi sehat.

d. Memberikan plelayanan keluarga berencana (Saifuddin, 2012).


3. Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas ada 3 periode :

a. Periode immediate post partum

Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.

b. Periode early post partum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal,

tidak ada pendarahan, lokhia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

Periode late post partum (1 minggu-5 minggu)

c. Pada periode ini, bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB.

4. Peran Bidan pada Masa Nifas

Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik

dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama perasalinan dan nifas.

b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan

psikologis.

c. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan

rasa nyaman.

5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Perubahan yang terjadi pada system reproduksi


1) Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60

gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi

otot-otot polos uterus.

2) Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

a) Lochia Rubra (Cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desi dua, vernia skaseosa, lanugo dan mekonium

selam dua hari masa persalinan.

b) Lochia Sanguilenta: berwarna coklat, sedikit darah dan lendir.

Hari ketiga sampai ketujuh pasca persalinan.

c) Lochia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ketujuh sampai empat belas pasca persalinan.

d) Lochia Alba: cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan.

(Saifudin, 2012)

3) Uterus, setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat,

segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari dibawah pusat

dan beratnya kira-kira 200 gram. Pada harike 5 post partum uterus

kurang lebih setinggi 7 cm diatas simfisis dan beratnya ± 500 gram dan

setalah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis dan

beratnya menjadi 300 gram, setelah 6 minggu post partum, berat uterus

menjadi 40 – 60 gram (Saifudin, 2012).


4) Servik, setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Setelah bayi lahir, tangan masih

bisa masuk keronggarahim, setelah 2 jam dapat dilalui 1 jari (Saifudin,

2012).

5) Vulva dan vagina, vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan

kembali secara bertahap dalam 6 – 8 minggu post partum. Penurunan

hormon estrogen pada masa post partum berperan dalam penipisan

mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali

sekitar minggu ke – 4. (Wulandari, 2012)

6) Endometrium, perubahan pada endometrium adalah timbulnya

thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.

Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan

yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin setelah tiga hari

mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas

implantasi plasenta (Saleha, 2012).

7) Rasa sakit (after pains) hal ini disebabkan kontraksi rahim, biasanya

berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian

pada ibu mengenai hal. ini dan bila terlalu mengganggu dapat

diberikan obat – obat anti sakit dan anti mules (Saleha, 2012).

b. Perubahan yang terjadi pada Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu


sebagai berikut : Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara

tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi

baru lahir. Setelah melahirkan ketika hormon yang dihasilkan plasenta

tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitary akan mengeluarkan

prolaktin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan,

efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah

payudara menjadi bengkak terisi darah sehingga timbul rasa hangat,

bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai

berfungsi.

Ketika bayi mengisap puting, reflex saraf merangsang lobus posterior

pituitary untuk menyekresi hormone oksitosin. Oksitosin merangsang

reflex let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui

sinus laktiferus payudara keduktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI

dialirkan karena isapan bayi atau dengan pompa sel-sel acini terangsang

untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Reflex ini dapat berlanjut sampai

waktu yang cukup lama (Saleha, 2012).

c. Perubahan tanda-tanda vital

1) Tekanan darah, segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami

peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolic yang

kembali secara spontan ketekanan darah sebelum hamil selama

beberapa hari. Bidan bertanggung jawab dalam mengkaji resiko

preeklamsia pascapartum, komplikasi yang relative jarang tetapi serius,

jika peningkatan tekanan darah signifikan.


2) Suhu, suhu maternal kembali normal darisuhu yang sedikit meningkat

selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama

pascapartum.

3) Nadi, denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali

normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam

selama persalinan dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi

proses ini. Apabila denyut nadi di 100 selama puerperium, hal. tersebut

abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi

pascapartum lambat.

4) Pernapasan, fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita

selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan

lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan

cairan, eksaserbasiasma dan embolus paru (Saleha, 2012).

d. Perubahan pada Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obtipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran yang

berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid,

laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan

diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang

cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat

ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit yang lain. (Saleja,

2012).
e. Perubahan pada Sistem Perkemihan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.

Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena

sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus

sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema yang

terjadi selama persalinan. Kadang-kadang oedema dari trigonium

menimbulkan obtruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urin.

Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitife dan

kapasitasnya bertambah, sehinga kandung kemih penuh atau sesudah

buang air kecil masih tertinggal urin residu (normal ± 15 cc). Sisa urin dan

trauma pada kandung kencing pada waktu persalinan memudahkan

terjadinya infeksi (Saleha, 2012).

f. Perubahan pada Sistem Musculoskeletal

Ligament, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan. Setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan

menjadirettrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor. Stabilisasi

secara sempurna terjadi pada 6 – 8 minggu setelah persalinan. Sebagai

akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung

lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih

lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan

latihan (Saleha 2009,

g. Perubahan pada Sistem Endokrin


1) Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar otak bagian belakang (posterior),

bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap tiga

persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian

seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi

tempat plasenta dan mencegah pendarahan. Pada wanita yang memilih

menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin

lagi dan ini membantu uterus kembali kebentuk normal dan membantu

pengeluaran ASI (Saleha, 2012).

2) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar

pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormone ini

berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi

ASI. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi

dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang

ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi

prolaktin menurun dalam 14 – 21 hari setelah persalinan, sehingga

merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium

kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang

normal, pertumbuhan folikel, ovulasi dan menstruasi (Saleha, 2012).

3) Estrogen dan progesterone

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan memparuhi

lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu


bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan

progesterone. Diantara wanita laktasi sekitar 15% mempengaruhi

menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara

wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65%

setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi

80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi

50% siklus pertama anovulasi. (Saleha, 2012).

h. Perubahan pada SistemKardiovaskuler

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc.

Bila kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua kali

lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan haemo konsentrasi. Apabila

pada persalinan pervaginam haemo konsentrasiakan naik dan pada section

caesaria haemo konsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4

– 6 minggu. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba.

Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan

menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi

kordis pada penderitavitium cordial. Untuk keadaan ini dapat diatasi

dengan mechanism kompensasi dengan timbulnya haemo konsentrasi

sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Umumnya hal. Ini

terjadi pada hari ketiga sampai hari kelima post partum (Saleha, 2012).

i. Perubahanhematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama


post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi

darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat

dimana jumlah sel darah putih dapat meningkat mencapai 15000 selama

persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa post

partum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000

atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami

persalinan lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat

bervariasi pada awal-awal masa post partum sebagai akibat dari volume

darah, volume plasenta, dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.

Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hydra siwanita

tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa post partum terjadi

kehilangan darah sekitar 200 – 500 ml. Penurunan volume dan

peningkatan se ldarah pada kehamilan diisolasikan dengan peningkatan

hematoktrit dan hemoglobin pada harike 3 – 7 post partum dan akan

kembali normal dalam 4 – 5 minggu post partum (Saleha, 2012).

6. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-

gejala psikiatrik demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada

pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami

tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal. yang lebihlanjut. Wanita

banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia

menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Pentings ekali sebagai seorang bidan
untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia

dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus pada masa nifas

ini, suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang

umum terjadi (Saleha, 2012).

Hal-hal yang membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah

sebagai berikut :

a. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi

menjadi orangtua.

b. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.

c. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.

d. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.

e. Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada

tigatahapberikut :

1) Talking In Period

Terjadi 1 – 2 hari setelah persalinan, biasanya masih pasif dan sangat

bergantung pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu

lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,

serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2) Talking Hold Period

Berlangsung 3 – 4 haripost partum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap

perawatanbayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitife, sehingga


membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi

kritikan yang dialami ibu.

3) Letting Go Period

Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh

menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau

merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya (Saleha 2009)

7. Perawatan dan Pengawasan Masa Nifas

a. Perawatan masa nifas

1) Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan

membimbing ibupost partum bangun dari tempat tidurnya dan

membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Keuntungan early

ambulation adalah :

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Faal dan

kandung kemih lebih baik. Early ambulation memungkinkan kita

mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibumasih di

rumahsakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan

member makan.

b) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial early ambulation

ekonomis), menurut penelitian-penelitian yang seksama, tidak

mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan pendarahan

yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episotomy

atau luka di perut, sertatidak memperbesar kemungkinan prolapsus.


Early ambulation tentunya tidak dibenarkan pada ibupost partum

dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit

paru-paru, demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan

early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya

ibu segera bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya.

2) Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diit perlu mendapat perhatian yang serius,

karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu

dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus

bermutu, begizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak

mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan

agar gizi sebagai berikut :

a) Mengkomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari menjadi ± 2700-3000

kalori.

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,

dan vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter air tiaphari.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayi melalui ASI.

3) Personal hygiene
Pada masa nifas, seorang ibu sangat rentan terhadap penyakit infeksi.

Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencagah

terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempattidur dan

lingkungan sangat penting untuk menjaga kebersihan dari ibu nifas

adalah :

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama Perineum.

b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan

daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang,

kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Anjurkan ibu untuk

membersihkan vulva setiap kali setelah BAB atau BAK.

c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulangj ika telah

dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan

disetrika.

d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

4) Istirahat dan tidur

Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat

dan tidur adalah:


a) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

b) Saran ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga

secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat

selagi bayi tidur.

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal.:

(1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

(2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

pendarahan.

(3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

(4) Aktivitas seksual, aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh

ibu masa nifas harus memenuhi syarat sebagai berikut :

(a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitudarah vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk

memulai melakukan hubungan suami istri kapanpun ibu

siap.

(b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda

hubungan suami istri sampai waktu tertentu, misalnya

setelah 40 hariatau 6 minggu setelah persalinan.

Keputusan ini bergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

(5) Eliminasi
(a) BAK, Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam post

partum, jika dalam 8 jam post partum belum dapat

berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc,

maka dilakukan kateterasi. Akan tetapi, kalau ternyata

kandung kemih penuh, tidak perlu 8 jam untuk

kateterisasi.

(b) BAB, Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar

(BAB) setelah hari ke duapost partum. Jika hari ketiga

belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral

atau per rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar

masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah)

(Saleha, 2012).

5) Perawatan payudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kerings erta menggunakan BH

yang menyokong payudara, jika puting susu lecet oleskan colostrum

atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai

menyusui dan teta pmenyusukan pada putting susu yang lecet, apabila

lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam dan untuk menghindari

nyeri dapat minum parasetamol 1 kaplet setiap 4 – 6 jam (Saifuddin,

2012).
6) Latihan

Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul

kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot

perutnya menjadi kuat.

Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat

membantuseperti :

a) Dengan tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot

perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu

kedada : tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali.

Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel) (Saifuddin

2012).

b) Pengawasan masa nifas

Pengawasan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan

bayinya untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah.

Hal-hal. yang perlu dipantau pada masa nifas adalah:

(1) Kunjungan I (6 – 8 jam setelah persalinan)

(a) Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri

(b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan: rujuk

bila, pendarahan berlanjut.

(c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas

karena atonia uteri.

(d) Pemberian ASI awal.


(e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

(f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia.

(2) Kunjungan ke – 2 (6 hari setelah persalinan)

(a) Memastikan involusia uteri berjalan normal : uterus

berkonsentrasi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

pendarahan abnormal, tidak ada bau.

(b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

pendarahan abnormal.

(c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat.

(d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

(e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

(3) Kunjunganke – 3 (2 minggu setelah persalinan)

Seperti pada kunjungan ke – 2 (6 hari setelah persalinan).

(4) Kunjungan ke – 4 ( 6 minggu setelah persalinan)

(a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu

atau bayi alami.


(b) Memberikan konseling keluarga berencana , imunisasi, dan

tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi

(Saifuddin, 2012)
E. Konsep Dasar Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Bayi Baru Lahir adalah bayi baru lahir dengan usia kehamilan aterm (37-

42 Mingu) dengan berat badan di atas 2500 gram dan mampu hidup di luar

kandungan. (Wahyuni, 2012)

2. Ciri- ciri bayi baru lahir normal

a. Berat badan 2500-4000 gram

b. Panjang badan lahir 48-50 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Bunyi jantung pada menit pertama kurang lebih 180x/menit

f. Kemudian menurun 120-140x/menit

g. Pernafasan pada menit pertama ± 80 x/menit kemudian menurun 40x/menit

h. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan

diliputi vernik caseosa.

i. Rambut lanugo telah tidak terlihat

j. Kuku agak panjang dan lemas

k. Genetalia pada bayi perempuan; labia mayora menutupi labia minora, pada

laki-laki testis sudah turun

l. Reflek menelan dan menghisap terbentuk dengan baik

m.Reflek morro baik

n. Reflek graph baik


o. Eliminasi baik,urine dam mekonium keluar dalam 24 jam pertam. (Saleha,

2012)

3. Perubahan-Perubahan Spesifik Yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir

Menurut Saleha, (2012) perubahan-perubahan spesifik yang terjadi pada

bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

a. Stadium Pertama (firs periode of relativity)

Stadium pertama masa terbuka yaitu bayi pertama kali menyesuaikan

diri dengan lingkungan baru/interest dengan lingkungan sekitar , bayi

menangis keras, kemampuan menghisap meningkat, denyut nadi

meniingkat 180 x/menit, pernafasan meningkat 80 x/menit, peristaltic usus

meningkat di tandai dengan pengeluaran mekonium.

b. Stadium kedua (relaive in responsive)

Satu jam kemudian di tandai dengan menurunnya aktifitas system saraf

otonom sehingga harus berhati-hati karena bayi menjadi peka terhadap

rangsangan,secara klinis dapat terlihat:

1) Denyut jantung menurun

2) Pernafasan menurun

3) Lender dari mulut tidak ada

4) Aktifitas otot atau tonus otot menurun

5) Bayi tertidur pulas

6) Suhu tubuh menurun

c. Stadium ketiga (second periode of reactivity)


4 - 5 jam kegiatan system saraf otonom meningkat lagi, secara klinis dapat

terlihat:

1) Bayi peka terhadap rangsangan

2) Pernafasan normal kembali

3) Detak jantung normal kembali

4) Lender dalam mulut terbentuk secara berlebihan, kualitas kental

5) Sekresi lambung meningkat di tandai dengan pengeluaran mekonium

4. Perubahan System Dalam Tubuh Bayi Baru Lahir

Menurut Saleha, (2012) perubahan system dalam tubuh bayi baru lahir

adalah sebagai berikut :

a. Perubahan metabolisme karbohidrat

Dalam 2 jam setelah bayi baru lahir akan terjadi penurunan kadar gula

darah, untuk menambah kadar energy pada jam – jam pertama setelah

lahir,diambil dari hasil metabolisme asam lemak.

b. Perubahan suhu tubuh

Ketika bayi lahir, bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah

dari suhu di dalam rahim ibu, apabila bayi di biarkan dalam suhu kamar

25°C maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,radiasi dan

evaporasi sebanyak 200 kal/ka BB/menit akibat suhu yang rendah

metabolisme jaringan dan kebutuhan oksigen meningkat.

c. Perubahan pernafasan
Setelah dalam uterus,janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui

plasenta.Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi,

rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama:

1) Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir

2) Penurunana oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotis

3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan

gerakan pernafasan

4) Reflek defleksi hening breur

d. Perubahan system kardiovaskular atau sirkulasi

Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan oksigen

meningkatkan tekanan karbondioksida menurun hal ini mengakibatkan

turunnya resistensi pembuluh darah paru, sehinggan aliran darah ke paru

meningkat hal ini menyebabkan daerah dari arteri pulmonalis mengalir ke

paru-paru dan ductus arteriosus menutup.Dengan di potongnya tali pusat

aliran darah dari plasenta melalui vena cafa inferior dan foramen oval eke

atrium kiri terhenti.Sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang

hidup di luar badan ibu.

e. Perubahan alat pencernaan.    

Hati, ginjal, dan alat lainnya mulai berfungsi

5. Penanganan Bayi Baru Lahir

Tujuan pertama perawatan bayi baru lahir adalah:

a. Membersihkan jalan nafas


b. Memotong dan merawat tali pusat

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

d. Mengidentifikasi

e. Pencegahan infeksi

Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat,perawatan mata dan

identifikasi adalah rutin segera di lakukan kecuali bayi dalam keadaan krisis

dan dokter memberikan instruksi khusus.

a. Membersihkan jalan nafas (resusitasi)

Resusitasi adalah tindakan gawat darurat pada bayi asfiksia yang

bertujuan untuk merangsang pernapasan dengan cara mengembangkan

paru-paru dan mengisinya dengan udara agar terjadi pertukaran gas dan

pergantian sirkulasi udara melalui pemberian ventilasi takanan positif

secara tepat. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,

apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan

jalan napas dengan cara sebagai berikut:

1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras

2) Gulung sepotong akin dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi

lebih lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala di atur lurus

sedikit tengadah ke belakang.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari

tangan yang di bungkus kasa steril


4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi

dengan kain kering atau kasar dengan rangsangan ini biasanya bayi

segera menangis.

5) Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan

kerusakan otak, sangat penting membersihkan jalan napas sehingga

upaya bayi bernapas tidak akan menyebabkan aspirasi

lender(masuknya lender ke paru-paru) yaitu:

a) Alat penghisap lendir mulut (Delle) atau alat penghisap lainnya

yang steril, tabung oksigen dan selangnya harus telah siap di

tempat

b) Segera melakukan penghisapan mulut dan hidung

c) Petugas harus memantau dan mencatat usaha napas yang pertama

d) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau

mulut harus diperhatikan

e) Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk

mewujudkan ventilasi yang adekuat

6) Dokter atau tanaga medis lainnya hendaknya melakukan pemompaan

bila setelah 1 menit tidak bernafas.

b. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelum dan sesudah plasenta lahir tidak begitu

menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi kecuali pada bayi kurang

bulan.Apabila bayi lahir tidak menangis  maka tali pusat segera di potong

untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat


dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steri dan diikat

dengan pengikat steril, apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat

ikatan baru,luka pada tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alcohol 70

% atau povidon iodine 10 % serta dibalut kasa steril.Pembalut tersebut di

ganti setiap hari dan atau setiap tali basah atau kotor.Sebelum memotong

tali pusat dipastikan bahwa tali pusat telah di klem dengan baik untuk

mencegah perdarahan membungkus ujung tali pusat adalah kerja

tambahan.

1) Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu siap tersedia di

ambulans,kamar bersalin, ruang penerima bayi, ruang perawatan bayi

2) Gunting steril juga harus siap

3) Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan dari tali pusat

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi baru lahir, bayi selalu tersedia belum mampu

mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar

untuk membuatnya tetap hangat.Bayi baru lahir harus di bungkus  hangat.

Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang

hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil, suhu bayi harus di catat.

d. Memberi vitamin K

Kejadian karena defisiensi vitamin K  pada bayi baru lahir dilaporkan

cukup tinggi yaitu berkisar antara 0,25-0,5%.Untuk semua bayi baru lahir

normal dan cukup bulan perlu di berikan vitamin K peroral 1 minggu/hari


selama 3 hari sedangkan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral

dengan dosis 0,5-1 minggu secara IM

e. Memberi obat salep mata 

Mencegah terjadinya oftalmia neonatorum di daerah dimana prevalensi

gonorrhea tinggi setiap bayi baru lahir diberikan salep mata eritromicin 0,5

% atau tetraciklin 1 % di anjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena

klamidia(penyakit menular seksual)

f. Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya mungkin

lebih dari persalinan maka sebuah alat pengenal yang efektif harus

diberikan pada bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu

bayi di pulangkan. Pealatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu

tersedia di tempat penerimaan pasien di kamar bersalin dan diruang rawat

bayi.

1) Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang  halus tidak

melukai , tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.

2) Pada gelang atau alat identifikasi harus tercantum:

a) Nama (bayi Ny. )

b) Tanggal lahir

c) Nomor lahir

d) Jenis kelamin

e) Unit

f) Nama lengkap ibu


g) Di setiap tanda lahir harus diberi tanda dengan mencantumkan

nama, tanggal, nomor identifikasi

g. Pemantauan bayi baru lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas

bayi dan masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian

keluarga dan penolong persalinan serta tidak lanjut petugas kesehatan

6. Yang Perlu Dipantau Pada Bayi Baru Lahir

Menurut Saleha, (2012) ada beberapa yang perlu dipantau pada bayi baru lahir

yakni :

a. Suhu badan dan lingkungan

b. Tanda-tanda vital

c. Berat badan

d. Mandi dan perawatan kulit

e. Pakaian

f. Perawatan tali pusat

7. Adaptasi Fisiologi Pada Bayi Baru Lahir

Berikut dibawah ini adaptasi bayi baru lahir yang normal menurut Saleha,

(2012)

a. Respirasi atau system pernafasan

Sebelum bayi lahir kebutuhan oksigen didapat dari darah ibu atau

plasenta.Paru-paru berkembang dan kantung udara dalam keadaan kolaps

dan saat lahir oksigen dan plasenta terputus terbentuk CO2 dalam darah

bayi.Bayi secara tiba-tiba terpapar dalam lingkungannya yang mengejutkan


dan sebagai respon bayi berupaya untuk bernafas telah merangsang paru

untuk melaksanakan fungsinya.

b. Sistem sirkulasi

Selama intrauteri janin mendapatkan O2 dan mengekspresikan CO2

melalui plasenta karena paru belum berfungsi sebagai organ pertukaran gas

paru-paru bayi berkembang , faskularisasi ke paru meningkat sehingga

ductus venosus , voramen ovale, dan ductus atriosus mengendalikan

sirkulasi darah ke janin tertutup karena perubahan yang terjadi pada

tekanan darah kemudian sirkulasi pada bayi menjadi sama dengan sirkulasi

dewasa

c. Perubahan system imun

Sistem kekebalan mulai berkembang selama janin hidup tetapi belum

cukup matang saat kelahiran kekebalan spesifik juga terbatas.

d. Mekanisme suhu tubuh

Produksi suhu tubuh umumnya dilakukan dengan cara:

1) Aktifitas

2) Menggigil

3) NST (pembakaran lemak)

e. Gastrointestinal

Pada masa gestasi 36-38 minggu sistem gastrointestinal telah cukup matang

untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstra uterin. Penilaian keadaan anak

dilakukan secara APGAR

1) Nilai nol menandakan bayi dalam keadaan bahaya


2) Angka <7 memerlukan pertolongan berupa tindakan tertentu

3) Angka 7-10 berarti keadaan bayi sehat

8. Pencegahan Umum Kehilangan Panas Tubuh Bayi

Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum

berfungsi sempurna oleh karena itu,jika tidak dilakukan upaya pencegahan

kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami

hipotermia.Bayi dengan hipotermia sangat beresiko mengalami sakit berat

bahkan kematian .Hipotermi sangat mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya

dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun

berada dalam ruangan yang suhunya relative hangat.bayi premature atau berat

badan lahir rendah sangat rentan untuk mengalami hipotermi.(Saleha, 2012)

a. Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut

a. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas,kehilangan panas

dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh

oleh panas tubuh bayi sendiri setelah lahir dan bayi tidak segera di

keringkan saat lahir.Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang

terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan

diselimuti.

b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin misalnya meju,tempat tidur

atau timbangan yang tempeaturnya lebih rendah.yang akan menyerap


panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan

pada benda- benda tersebut.

c. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh  yang terjadisaat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin.Bayi yang dilahirkan atau yang

ditempatkan pada ruangan yang dingin akan cepat kehilangan

panas.Kehilangan panas juga terjadialiran udara dari kipas angin,

hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.

d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan

di dekat benda –benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu

tubuh bayi.Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-

benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak

bersentuhan secara langsung) 

Anda mungkin juga menyukai