Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN KASUS DIARE


Kelompok 9
1. Bayu prasetya nugroho
2. Zulhadi
3. Fadhila febrianti rahman
4. Dima sulistiawati
5. Ayu leatari
LATAR BELAKANG
•Diare pada anak merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang tinggi terutama pada anak umur 1
sampai 4 tahun, jika tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan memadai (Meliyanti, 2016).
•Penyakit diare menjadi masalah global di berbagai negara, terutama di negara berkembang. Diare merupakan salah satu
penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Menurut World Health Organization (WHO)
diare adalah penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak. Sekitar 1,7 juta kasus diare ditemukan setiap
tahunnya di dunia.
•Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia karena
morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departement
Kesehatan dari tahun 2010 hingga 2016 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2010 Immortality Rate (IR)
penyakit diare 301/1.000 penduduk, tahun 2012 naik menjadi 374/1.000 penduduk dan tahun 2016 menjadi 411/1.000
penduduk. Dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 didapatkan 13,7% balita mengalami
diare. Prevalensi diare tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan (20,3%), diikuti umur 6-11 bulan (17,6%),umur
23-45 bulan (15,3%), umur kurang dari 6 bulan (11%), 36-47 bulan (9,9%), 48-59 bulan karena anak mulai aktif
bermain dan berisiko terkena infeksi (RI, 2011).
•Data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa insiden diare berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%)
dan insiden diare padabalita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%).(Oktaviana Maharan, 2016) Prevalensi diare
klinis menurut beberapa Provinsi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2016 (rentang 4,2-
18,9%) di provinsi Jawa Tengah terdapat 9,2%.(Indonesia, 2011) Anak yang menderita diare berulang bisa
dikategorikan diare kronik. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan penurunan nafsu
makan, dan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (Failure to thirve) selama masa diare tersebut
(Octa Dwienda, 2014).
Definisi Diare

• Menurut World Helath Organization


(WHO,2020) diare adalah kejadian buang
air besar dengan konsistensi lebih cair dari
biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau
lebih dalam periode 24 jam. Diare
merupakan penyakit berbasis lingkungan
yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme meliputi bakteri, virus,
parasit, protozoa, dan penularannya secara
fekal-oral.
Jenis Diare

Menurut Kemenkes RI (2017) jenis diare dibagi menjadi empat yaitu :


1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus. Akibat diare peristen adalah penurunan berat
badan dan gangguan metabolisme.
4. Diare dengan masalah lain , yaitu anak yang menderita diare (diare
akut dan diare peristen), mungkin juga disertai dengan penyakit
lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya
Etiogi Diare
• 1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
b. Infeksi parentera
• 2. Faktor Malabsorbsi
• 3. Malabsorbsi karbohidra
• 4. Faktor Makanan
• 5. Faktor Psikologis
Maninfestasi klinis

1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Pada anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi
dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering
dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga
menyebabkan kesadaran menurun.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare
ialah:
1. Gangguan osmotic
2. Gangguan sekresi
3. Gangguan motilitas usus
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut adalah sebagai berikut :


1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting
diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat,
yaitu:
• Jenis cairan yang hendak digunakan.
• Jumlah cairan yang hendak diberikan.
2. Diestetik adalah Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :
• Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
• Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
• Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tinja
• Makroskopis dan mikroskopis
• PH dan kadar gula dalam tinja
• Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam darah, dengan menentukan PH dan
cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk
mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K,
Kalsium dan Posfat.
Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau


hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot,
lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi
enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.
Obat-obatan
Obat yang diberikan pada anak diare
adalah:
1. Obat anti sekresi (asetosal,
klorpromazin)
2. Obat spasmolitik (papaverin,
ekstrakbelladone)
3. Antibiotik (diberikan bila
penyebab infeksi telah
diidentifikasi)
Pathway
Pengkajian

1. Identitas Klien :
• data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
• dentitas klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
dan gaya hidup.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
c. Riwayat Keperawatan Dahulu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum
• Pengukuran tanda vital
• Keadaan sistem tubuh : Mata, Sistem pencernaan, Sistem
Pernafasan, Sistem kardiovaskuler, Sistem integumen Dan Sistem
perkemihan
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diare / output berlebih dan
intake yang kurang.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan
dengan peningkatan frekwensi diare.
Intervensi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
1. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 24 x/mnt )
2. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cekung, UUB tidak cekung.
3. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
2. R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
3. Pantau intake dan output
4. R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
5. Timbang berat badan setiap hari
6. R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt.
7. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
Kolaborasi :
1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) R/ Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
2. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3. Obat-obatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan diare/output
berlebih dan tidak adekuatnya intake.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam di RS kebutuhan


nutrisi terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan meningkat, BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
2. R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
3. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
4. R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
5. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
6. R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
7. Monitor intake dan out put dalam 24 jam
8. R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : terapi gizi : Diet TKTP rendah
serat, obat-obatan atau vitamin, R/ Mengandung zat yang diperlukan oleh
tubuh
Resiko peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi
dampak sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak
terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : Suhu tuuh dalam batas normal ( 36-37,5 C), Tidak terdapat
tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio laesa)
Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
2. R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
3. Berikan kompres hangat
4. R/ Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi
panas tubuh
5. Kolaborasi pemberian antipirektik
6. R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
Resiko gangguan integritas kulit
perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama 3 x 24 jam
integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
dan Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik
dan benar
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
2. R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
3. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
4. R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
5. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
6. R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
Implementasi
• Implementasi adalah pelaksanaan
atau penerapan dari intervensi.
Definisi lain dari implementasi
adalah menyediakan sarana untuk
melakukan sesuatu yang memiliki
efek atau pengaruh pada sesuatu.
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
dalam rencana keperawatan. Menggunakan
SOAP.S : Data subyektifO : Data obyektifA :
Assesment (Penilaian)P : Plan
(Perencanaan)Judul slide
PENDIDIKAN KESEHATAN
DIARE PADA ANAK
Ketika melakukan pendidikan kesehatan, selain
memberikan pengetahuan juga untuk menggerakkan
masyarakat diwilayahnya tertentu dalam
berpartisipasi aktif dalam penanggulangan
penyuluhan pendidikan kesehatan tentang perawatan
anak dengan kekurangan kalori protein. Dalam
penggerakan masyarakat mempunyai solusi berupa :
1. Leaflet
2. Poster
Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa
dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita
mengalami diare;
1.
Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya.
2.
Pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi sampai diare berhenti.
3.
Memberikan obat Zinc yang tersedia di apotek, Puskesmas, dan rumah sakit. Diberikan sekali sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah
berhenti. Zinc dapat mengurangi parahnya diare, mengurangi dursi dan mencegah berulangnya diare 2 sampai 3 bulan ke depan.
4.Memberikan cairan rumah tangga, seperti sayur, kuah sup, dan air mineral.
5.Segera membawa Balita diare ke sarana kesehatan.
6.Pemberian makanan sesuai umur :
7.
Bayi berusia 0-6 bulan : hanya diberikan ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari (pagi, siang, maupun malam hari). Jangan berikan makanan
atau minuman lain selain ASI.
8.
Bayi berusia 6-24 bulan: Teruskan pemberian ASI, mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu, dan
pisang.
9.
Balita umur 9 sampai 12 bulan: Teruskan pemberian ASI, berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi, tambahkan
telur/ayam/ikan/tempe/wortel/kacang hijau.
10.
Balita umur 12 sampai 24 bulan: teruskan pemberian ASI, berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak.
11.
Balita umur 2 tahun lebih: berikan makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3-1/2 porsi makan orang dewasa. Berikan pula makanan selingan kaya gizi 2x
sehari di antara waktu makan.
Anjuran Makan untuk Diare
Persisten
1. Jika anak masih mendapat ASI: berikan
lebih sering dan lebih lama, pagi, siang,
dan malam
2. Jika anak mendapat susu selain ASI:
kurangi pemberian susu tersebut dan
tingkatkan pemberian ASI. Gantikan
setengah bagian susu dengan bubur nasi
ditambah tempe, jangan beri susu kental
manis. Untuk makanan lain, ikuti anjuran
pemberian makan sesuai dengan
kelompok umur.
Kesimpulan
• Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran, serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan
pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah.
Diare pada anak merupakan masalah kesehatan dengan angka
kematian yang tinggi terutama pada anak umur 1 sampai 4 tahun,
jika tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan memadai
(Meliyanti, 2016).
• (WHO,2020) diare adalah kejadian buang air besar dengan
konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau
lebih dalam periode 24 jam. Diare merupakan penyakit berbasis
lingkungan yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi
bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral.
Obat yang diberikan pada anak diare adalah Obat anti sekresi
(asetosal, klorpromazin), Obat spasmolitik (papaverin,
ekstrakbelladone), Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah
diidentifikasi)
SEKIAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai