T.A 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang ini
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak Ssehat dan Sakit
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Fitri Romadika Ners S.kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak
Ssehat dan Sakit
2. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih
banyak kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki
oleh penulis. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.
Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................3
1.1 Latar Belakang................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................4
1.3 Tujuan ..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................5
2.1 Konsep Teori ...................................................................................5
A. Definisi .......................................................................................5
B. Etiologi .......................................................................................5
C. Manifestasi Klinis ........................................................................6
D. Klasifikasi ....................................................................................9
E. Pathofisiologi................................................................................11
F. Pathway ........................................................................................12
G. Komplikasi ..................................................................................13
H. Penatalaksanaan ...........................................................................15
I. Pemeriksaan Penunjang ................................................................16
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan...............................................20
A. Pengkajian ...................................................................................20
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................23
C. Intervensi Keperawatan ...............................................................24
D. Implementasi Keperawatan .........................................................33
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................33
F. Analisa Jurnal................................................................................34
BAB IV PENUTUP ..............................................................................36
3.1 Kesimpulan .......................................................................................38
Daftar Pustaka ......................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
TINAJAUAN TEORITIS
a) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk dan serangga. Masa inkubasinya antara 5 sampai 15
hari.
b) Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes zoster.
Enterovirus disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat
pula mengakibatkan penyakit mumps (gondongan).
c) Herpes simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit meningitis yang sangat
mematikan di Amerika Utara (Hickey dalam Donna, 1995).
d) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan
Acanthamoeba, keduanya ditemukan di air dan dapat masuk
melalui mukosa mulut saat berenang.
e) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies
setelah masa inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu
atau berbulan-bulan.
f) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus
Blastomyces dermatitidis, biasanya menyerang pria yang
bekerja di luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-paru
atau lesi pada kulit.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih
kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis.
Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang
dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila
infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan
penglihatan. (Mansjoer,2000).
Menurut (Hassan,1997), adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai
berikut :
a. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
b. Kesadaran dengan cepat menurun
c. Muntah
d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja
(kejang-kejang di muka).
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam
kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma,
aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski,
gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
2.1.4 Klasifikasi
a. Ensefalitis Supurativa
Manifestasi klinis
b. Ensefalitis Virus
1. Virus RNA
• Paramikso virus : virus yang menyebabkan parotitis, morbili
echovirus)
2. Vius DNA
1. Malaria Serebral
2. Toxoplasmosis
3. Amebiasis
Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika
berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan Meningo-
Ensefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah,
nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun. virus dengue)
4. Sistiserkosis
Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.
a. Ensefalitis Karena Fungus (Jamur)
b. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menycbabkan Ensefalitis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-
mula sukar tidur, kemudian kesadaran menurun. Gejala-gejala neurologik
menunjukan lesi yang tersebar.
2.1.5 Patofisiologi
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui
peredaran darah, saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang
biak menimbulkan proses peradangan. Kerusakan pada myelin pada akson dan
white matter dapat pula terjadi .
Reaksi peradangan juga mengakibatkan perdarahan , edema, nekrosis
yang selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan intracranial. Kematian
dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan intracranial.
(Tarwoto Wartonah, 2007).
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran npas, dan saluran cerna.
Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan
beberapa cara :
a) Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender
permukaan atau organ tertentu.
b) Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah,
kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ
tersebut.
c) Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di
perukaan selaput lender dan menyebar melalui system persarafan.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis menurut (Victor, 2001)
antara lain :
a. Isolasi : bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin
dianjurkan oleh dokter :
a) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
b) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral
acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14
hari untuk mencegah kekambuhan.
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
e. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen
edema otak
f. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
g. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan
dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
h. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan
untuk menghilangkan edema otak.
i. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau
luminal.
j. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
k. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis
yang sama.
l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
m. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2
sesuai kebutuhan (2-3l/menit).
n. Penatalaksanaan shock septik.
o. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
p. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada
permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada
kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis
dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2
mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena
atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga
diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila
keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral.
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut (Victor, 2001) yaitu :
a. Biakan :
a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga
sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi),
akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap
antibiotika.
c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang
positif.
d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur
positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi
hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis
dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada
awal gejala penyakit timbul.
c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal,
kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar
protein atau glukosa.
e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas
listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun.
Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah,
abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik
berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil
normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada
kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan
selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,
tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan
kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk,
gangguan kesadaran, demam dan kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah
dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4
hari ditandai dengan demam,s akit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat.
Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung
dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah,
irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang
kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis,
hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post
natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah
diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui
apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena
mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma
persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban
untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak
setelah lahir.
Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit yang lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan
meningkatkan kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan
otak (J.G. Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana
kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan
karena dapat memperburuk keadaan.
f. Riwayat kesehatan keluarga.
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya
dengan penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga
perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien
(Soemarno marram, 1983).
g. Riwayat social.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit
sehingga mengganggu status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat
dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat memprioritaskan
maslaah keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
h. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan
sehari-hari antara lain : gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual
muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan
intrakranial.
Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat
mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat
tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada
orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk
mengetahui akibat hospitalisasi pada anak.
i. Pemeriksaan fisik.
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad
apemeriksaan neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara
umum meliputi :
a) Keadaan umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami
perubahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat
kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi
serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat prosses
peradangan otak.
b) Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan
pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada
batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri
Susilaningsih, 1994).
c) Gangguan system kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi
iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang
vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya
transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
d) Gangguan system gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan
tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan
nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat
pula terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi
hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko Perfusi Selebral Ttidak Efektif
Intervensi :
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik
Tahapan pelaksanaan terdiri dari :
a. Persiapan
Kesiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
a) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan.
b) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan.
c) Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang
mungkin
timbul.
d) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
e) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan
tindakan yang dilakukan.
f) Mengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dari
potensial tindakan.
b. Implementasi adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab secara profesional sebagaimana terdapat dalam
standar praktek keperawatan meliputi :
a) Independent
Tindakan keperawatan independent adalah suatu tindakan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari
dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
b) Interdependent
Interdependen tindakan keperawatan menjelaskan suatu
kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya, misalnya : tenaga sosial, ahli gizi fisioterapi
dan dokter.
c) Dependent
Tindakan dependent berhubungan dengan pelaksanaan rencana
medis.
c. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap kejadian dalam proses
keperawatan.
5. Evaluasi
a. Pengertian
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksananya sudah berhasil
dicapai.
b. Tujuan evaluasi
Untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, perawat
dapat mengambil keputusan berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan yakni :
a) Meyakini rencana tindakan keperawatan klien, tujuan yang
ditetapkan.
b) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien menemui
kesulitan untuk mencapai tujuan ).
c. Proses Evaluasi
a) Mengukur pencapaian tujuan.
b) Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan
pencapaian tujuan (penentuan keputusan pada tahap evaluasi)
pada tahap ini ada 3 kemungkinan keputusan yakni :
1) Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam
tujuan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan.
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan
ada dua komponen untuk mengevaluasi kwalitas tindakan
keperawatan yaitu :
(a) Proses (Formatif)
Fokus tipe evaluasi hasil adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan kuantitas pelayanan tindakan
keperawatan sistem penulisan pada tahap evaluasi ini
dapat menggunakan sistem subjektif, objektif, analisa
perencanaan (SOAP) atau model dokumentasi lainnya.
(b) Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau
status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan
klien-tife ini dilaksanakan secara paripurna pada akhir
tindakan keperawatan, sumatif valuasi adalah objektif,
fleksibel dan efisien.
d. Komponen Evaluasi
Dibagi menjadi 5 komponen yaitu
a) Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b) Mengungkapkan data menyertai keadaan klien terbaru.
c) Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan
standar.
d) Merangkum hasil dan membuat kumpulan.
e) Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Perawat dalam mengevaluasi untuk melihat sejauh mana tujuan yang telah
di capai oleh klien setelah mendapatkan tindakan atau asuhan keperawatan.
Evaluasi yang dapat di gunakan yaitu evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif,
evaluasi yang di lakukan pada akhir dari seluruh proses asuhan keperawatan
yang di berikan dan dilakukan secara terus menerus dengan menilai respon
terhadap tindakan yang di lakukan.
ANALISA JURNAL
Tahun : 2021
Penulis : Diyan Ajeng Rossetyowati, Ika Puspitasari, Tri Murti Andayani, Titik
Nuryastuti
Hasil penelitian : Terdapat 83 pasien dari rumah sakit rujukan di Yogyakarta dan
81 pasien dari rumah sakit rujukan di Semarang dengan diagnosis meningitis dan
ensefalitis bakteri tanpa penyakit penyerta.
PENUTUP
A. Kesimpulan