ASKEP ENCEPHALITIS
NAMA KELOMPOK 2 :
Tingkat/kelas : Tingkat II/ Reguler I
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun masalah yang dibahas
dalam makalah ini mengenai askep encephalitis
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan. Untuk
itu, kami memohon maaf. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
agar untuk kedepannya kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penulisan makalah ini tidak
terulang lagi. Semoga apa yang kami tulis pada makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
2.1 Pengertian Encephalitis....................................................................................... 3
2.2 Etiologi Encephalitis............................................................................................ 4
2.3 Patofisiologi Encephalitis.................................................................................... 5
2.4 Manifestasi Encephalitis...................................................................................... 7
2.5 Pemeriksaan Diagnostik Encephalitis.......................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan Encephalitis.............................................................................. 10
2.7 Komplikasi Encephalitis...................................................................................... 10
2.8 Asuhan Keperawatan Encephalitis.............................................................................................11
BAB III PENUTUP ....................................................................................................23
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................23
3.2 Saran....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan
asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus,
kelemahan otot-otot wajah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret,
kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
c. Risiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik
d. Risiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
e. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang, perubahan status mental,
dan penurunan tingkat kesadaran
f. Resiko kejang berulang
g. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
h. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
i. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima
rangsang sensorik, tranmisi sensorik, dan integrasi sensori.
j. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit,
perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam
struktur dan fungsi, ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan.
k. Cemas yang berhubungan ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
(E, Marylinn, 2000)
a. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial.
Tujuan : perfusi jaringan otak meningkat
Kriteria Hasil : tingkat kesadaran meningkat lebih sadar, disorientasi
negatif, konsentrasi baik, perfusi jaringan dan oksigenasi baik, tanda tanda vital
dalam batas normal dan syok dapat dihindari.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi 1. Memantau dan mengatasi
napas tambahan, perubahan komplikasi potensial. Pengkajian
irama dan kedalaman, fungsi pernapasan dengan interval
penggunaan otot-otot aksesori, yang teratur adalah penting karena
warna dan kekentalan sputum. pernapasan yang tidak efektif dan
adanya kegagalan, akibat adanya
kelemahan atau paralisis pada otot-
otot interkostal dan diafragma
berkembang dengan cepat
2. Atur posisi fowler dan 2. Peninggian kepala tempat tidur
semifowler memudahkan pernapasan,
meningkatkan ekspansi dada,
meningkatkan batuk lebih efektif
3. Ajarkan cara batuk efektif 3. Klien berada pada resiko tinggi bila
tidak dapat batuk dengan efektif
untuk membersihkan jalan napas
dan mengalami kesulitan dalam
menelan sehingga menyebabkan
aspirasi saliva dan mencetus gagal
napas akut
4. Lakukan fisioterapi dada: 4. Terapi fisik dada membantu
vibrasi dada meningkatkan batuk lebih efektif
5. Penuhi hidrasi cairan via oral 5. Pemenuhan cairan dapat
seperti minum air putih dan mengencerkan mukus yang kental,
pertahankan asupan cairan dan dapat membantu pemenuhan
2500 ml/hari cairan yang banyak keluar dari
tubuh
6. Lakukan pengisapan lendir 6. Pengisapan mungkin diperlukan
dijalan napas untuk mempertahankan kepatenan
jalan napas menjadi bersih
c. Resiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 5x24 jam.
Kriteria hasil : turgor baik, asupan dapat masuk sesuai
kebutuhan, terdapat kemampuan menelan, sonde dilepas, berat badan
meningkat 1 kg, Hb dan albumin dalam batas normal.
Intervensi Rasional
d. Resiko terjadi cidera yang berhubungan dengan kejang, perubahan status mental,
dan penurunan tingkat kesadaran.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam perawatan, klien bebas dari cedera yang
disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran.
Kriteri hasil : klien tidak mengalami cedera apabila ada kejang berulang.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
Tahapan pelaksanaan terdiri dari :
a. Persiapan
Kesiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
a) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan.
diperlukan.
timbul.
dilakukan.
potensial tindakan.
a) Independent
oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan
lainnya.
b) Interdependent
c) Dependent
c. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
5. Evaluasi
a. Pengertian
b. Tujuan evaluasi
Untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, perawat dapat mengambil
yakni :
a) Meyakini rencana tindakan keperawatanklien, tujuan yang ditetapkan.
mencapai tujuan ).
c. Proses Evaluasi
(penentuan keputusan pada tahap evaluasi) pada tahap ini ada 3 kemungkinan
keputusan yakni :
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan ada dua komponen
Fokus tipe evaluasi hasil adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
d. Komponen Evaluasi
capai oleh klien setelah mendapatkan tindakan atau asuhan keperawatan. Evaluasi
yang dapat di gunakan yaitu evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif, evaluasi yang di
lakukan pada akhir dari seluruh proses asuhan keperawatan yang di berikan dan
dilakukan secara terus menerus dengan menilai respon terhadap tindakan yang di
lakukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat
disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena bakteri dapat
masuk melalui fraktur tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan karena gigitan
serangga, nyamuk (arbo virus) yang kemudian masuk ke susunan saraf pusat melalui
peredaran darah. Pemberian imunisasi juga berpotensi mengakibatkan encephalitis
seperti pada imunisasi polio. Encephalitis karena amuba diantaranya amuba Naegleria
fowleri, acantamuba culbertsoni yang masuk melalui kulit yang terluka.( Dewanto,
2007).
b. Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik dan
virulogik pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun cairan serebrosspinalis
yang harus diambil pada hari-hari pertama. Berbagai macam mikroorganisme dapat
menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan
virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E.
Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut
encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000).
c. Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran
darah, saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang biak menimbulkan
proses peradangan. Kerusakan pada myelin pada akson dan white matter dapat pula
terjadi . Reaksi peradangan juga mengakibatkan perdarahan , edema, nekrosis yang
selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan intracranial. Kematian dapat terjadi
karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan intracranial. (Tarwoto Wartonah,
2007).
d. Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala
berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit
kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi
gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
e. Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau mengalami
hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh
menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-tahun pertama pada anak merupakan
“tahun emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini
harus diatasi untuk mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian
pertumbuhna dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan format
DDST.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk Perawat
Agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan enchepalitis, serta meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-buku
dan mengikuti seminar serta menindaklanjuti masalah yang belum teratasi.
2. Untuk Mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan teknik komunikasi terapeutik dalam melakukan
pengupulan data maupun dalam melakukan setiap tindakan keperawatan agar
kualitas pengumpulan data dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan asuhan
keperawatan dengan baik.
Arif, Mansur.2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Dewanto, George dkk. 2007. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Muttaqin Arif. 2008. Bulu Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Tarwoto dan wartonah. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan .
pukul 10.00.