Anda di halaman 1dari 11

Konsep Asuhan Keperawatan Anak Poliomyelitis dan Osteomyelitis

KEPERAWATAN ANAK I
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
POLIOMYELITIS DAN OSTEOMYELITIS

Disusun oleh :
1.

Mirza Riadiani Surono

P17320312041

Tingkat II A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
Jl. Dr. Semeru No. 116 Bogor Barat, Kota Bogor
Kata Pengantar
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang POLIOMYELITIS dan OSTEOMYELITIS.
Meskipun

banyak

hambatan

dalam

proses

pengerjaannya,

tetapi

kami

dapat

menyelesaikannya dengan baik.


Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah ANAK I.
Keberhasilan kami dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini. Terutama terhadap pembimbing kami Ibu Ningning
S, M.Kep.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Poliomyelitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus engan predileksi pada
sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang daninti motorik batang otak,dan akibat
kerusakan bagian sususan saraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atrofi otot. Di
indonesia penyakit poliomyelitis orng dewasa jarang terjadi. Penyakit poliomyelitis jarang
terdapat pada bayi dibawah umur 6 bulan, diperkirakan masih mempunyai kekebalan dari
ibunya. Penyakit dapat ditularkan oleh karier yang sehat atau oleh kasus yang abortif. Bila
virus prevalen pada suatu daerah, maka penyakit ini dapat dipercepat penyebarannya dengan
operasi seperti tonsilektomi, ekstraksi gigi yang merupakan porte dentree atau penyuntikan.
Di Negara-negara berkembang osteomielitis masih merupakan masalah dalam bidang
ortopedi. Sebelum ditemukannya antibiotik, osteomielitis masih merupakan salah satu
penyebab kematian pada anak-anak. Keberhasilan pengobatan osteomielitis ditentukan oleh
fakor-faktor diagnosis yang dini dan penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian
antibiotik atau tindakan pembedahan. Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada
tulang yang disebabkan oleh invasi mokroorganisme (bakteri dan jamur). Diagnosis perlu
ditegakkan sedini mungkin, terutama pada anak-anak sehingga pengobatan dapat segera
dimulai dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran
infeksi dan kerusakan yang lebih lanjut pada tulang.
B.

Rumusan Masalah

1.

Apa definisi dari Poliomyelitis?

2.

Apa etiologi dari Poliomyelitis?

3.

Apa manifestasi klinis Poliomyelitis?

4.

Apa patofisiologi dari Poliomyelitis?

5.

Apa pathway Poliomyelitis?

6.

Apa pemeriksaan diagnostik Poliomyelitis?

7.

Apa penatalaksanaan medis Poliomyelitis?

8.

Apa komplikasi Poliomyelitis?

9.

Bagaimana asuhan keperawatan pada Klien Poliomyelitis?

C.

Tujuan

1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan pada Klien dengan poliomielitis dan osteomielitis.

2. Tujuan Khusus
a.

Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari poliomielitis dan osteomielitis.

b.

Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari poliomielitis dan osteomielitis.

c.

Menjelaskan asuhan keperawatan dari poliomielitis dan osteomielitis.

BAB II
TINJAUAN TEORI POLIOMYELITIS
A.

Pengertian

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh
melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir
ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
B.

Etiologi

Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus Enterovirus dan
family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran (feses) atau sekret tenggorokan
orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah sehingga menyebabkan infeksi. Hal
ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan terkontaminasi atau benda-benda yang
terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut.
Virus polio masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak
ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan
dikeluarkan melalu tinja selama beberapa minggu kemudian.
C.

Patofisiologi

Virus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring, berkembang biak dalam traktus
digestivus, kelenjar getah bening regional dan sistem retikuloendotelial. Dalam keadaan
timbul :

Perkembangan virus. Tubuh bereaksi dengan membentuk tipe antibody spesifik.


Bila pembentukan zat anti dalam tubuh mencukupi dan cepat maka virus akan

dinetralisasikan sehingga timbul gejala klinik yang ringan, atau tidak terdapat sama sekali
dan timbul imunitas terhadap virus tersebut.

Bila proliferasi virus tersebut lebih cepat dari pembentukan zat anti, maka akan timbul

viremia dan gejala klinik,kemudian virus akan terdapat dalam feses untuk beberapa minggu
lamanya.

E.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari poliomyelitis dapat berupa asimtomatis (silent infection), poliomyelitis
abortif, poliomyelitis non paralitik, dan poliomyelitis paralitik, Poliomielitis yang terbagi
menjadi empat bagian tersebut :
1.

Poliomielitis Asimtomatis

Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik,
maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2.

Poliomielitis Abortif

Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus
seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan
nyeri abdomen.
3.

Poliomielitis Non Paralitik

Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan
muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan
sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke-2 dengan nyeri otot.
Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak,
ganglion spinal dan kolumna posterior.
4.

Poliomielitis Paralitik

Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan
otot skelet atau kranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria
dan antonia usus.
Masa inkubasi poliomyelitis umumnya berlangsung selama 6-20 hari dengan kisaran 3-35
hari. Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi dan tingkatannya tergantung pada
bentuk manifestasi klinisnya. Sekitar 95% dari semua infeksi polio termasuk sub-klinis tanpa
gejala atau asimtomatis.

F.

Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :


1.

Viral Isolation

Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio.
Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang
mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan
yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau
pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.
2.

Uji Serology

Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah
ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah
benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat
Klien tersebut sakit.
3.

Cerebrospinal Fluid ( CSF)

Cerebrospinal Fluid di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah
sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein
sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).
G.

Penatalaksanaan Medis

Poliomyelitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomyelitis abortif diatasi dengan istirahat
7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktivitas dapat dimulai lagi. Sesudah 2 bulan
dilakukan pemeriksaan lebih teliti terhadap kemungkinan kelainan muskuloskeletal.
Poliomyelitis paralitik/ non-paralitik diatasi dengan Istirshat mutlak paling sedikit 2 minggu,
perlu pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralisis pernapasan. Terapi
kausal tidak ada.
Fase akut: Analgetik untuk rasa nyeri otot. Lokal diberi pembalut hangat. Sebaiknya dipasang
footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai
terhadap tungkai. Antipiretik untuk menurunkan suhu. Jika terdapat retensi urine dilakukan
kateterisasi. Bila terjadi paralisis pernapasan seharusnya dirawat di unit perawatan khusus
karena Klien memerlukan bantuan pernapasan khusus (mekanis). Pada poliomielitis tipe
bulbar kadang-kadang refleks menelan terganggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia
aspirasi. Dalam hal ini kepala anak harus diletakan lebih rendah dan dimiringkan ke salah
satu sisi.
Sesudah fase akut: Kontraktur, atrofi dan atoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan ini
dilakukan setelah 2 hari demam hilang. Akupuntur yang dilakukan sedini mungkin segera
setelah diagnosis ditegakkan akan membawa hasil yang memuaskan.
H.

Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan untuk mencegah penularan Klien perlu dirawat di kamar isolasi dengan
perangkat lengkap kamar isolasi dan memerlukan pengawasan yang teliti. Mengingat bahwa
virus polio juga terdapat pada feses Klien maka bila membuang feses harus betul-betul ke
dalam lobang WC dan disiram air sebanyak mungkin. Kebersihan WC/sekitarnya harus
diperhatikan dan dibersihkan dengan desinfektan. Masalah Klien yang perlu diperhatikan
bahaya terjadi kelumpuhan, gangguan psikososial, dan kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
Menganjurkan klien tidur selama 2 minggu/lebih bergantung pada jenis penyakit bentuk
polio. Karena Klien merasakan sakit pada otot yang sarafnya terkena maka Klien tidak mau
bergerak sendiri. Oleh karena itu Klien ditolong di atas tempat tidur dengan hati-hati
misalnya mau memasang pot, atau bila akan mengubah posisi angkatlah dahulu kaki/anggota
yang sakit dan orang lain memasangkan pot atau membereskan alat tenun.
I.

Prognosis

Bergantung pada beratnya penyakit. Pada bentuk palatik sesuai dengan bagian yang mana
yang terkena. Bentuk spinal dengan paralisis pernafasan dapat ditolong dengan bantuan
pernafasan buatan. Tipe bulbar prognosisnya buruk, kematian biasanya karena kegagalan
fungsi pusat pernafasan atau infeksi sekunder pada jalan nafas. Otot-otot yang lumpuh dan
tidak pulih kembali menunjukan paralisis tipe flasid dengan atonia,refleksi dan degenerasi.
Komplikasi residual paralisis tersebut ialah kontraktur terutama sendi sublukasi bila otot yang
terkena sekitar sendi, perubahan trofik oleh sirkulas yang kurang sempurna hingga mudah
terjadi ulserasi. Pada keadaan ini diberikan pengobatan secara ortopedik.
Penyakit poliomielitis akan selalu menimbulkan kelumpuhan otot yang sarafnya terkena virus
polio tersebut (kecuali yang ringan tidak). Misalnya jenis paralitik, kelumpuhan mengenai
anggota gerak terutama kaki. Kelumpuhan tersebut akibatatrofi otot sehingga menyebabkan
gangguan pernapasan. Bila mengenai saraf pusat pernapasan akan terjadi gagal napas. Pada
bentuk bulbar juga dapat mengenai otot telan sehingga dapat terjadi aspirasi pneumoni. Jika
polio mengenai bayi dapat terjadi kelumpuhan otot abdomen sehingga dapat terjadi gangguan
eliminasi. Untuk mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami kelumpuhan, maka Klien
perlu pengawasan secara kontinu.
J.

Komplikasi
1.

Hiperkalsuria

2.

Melena

3.

Pelebaran lambung akut.

4.

Hipertensi

5.

Ringan.

6.

Pneumonia.

7.

Ulkus dekubitus dan emboli paru.

8.

Psikosis

K.

Konsep Asuhan Keperawatan pada Poliomielitis

1.

Pengkajian

a. Identitas Klien
Nama Klien, No. RM, Tempat Tanggal Lahir, Umur, Agama, Pendidikan, Alamat, Jenis
Kelamin, Penanggung Jawab
b. Riwayat kesehatan
1)

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit waktu kecil

Alergi

2)

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama

Tindakan pertama

3)

- Imunisasi

Riwayat Penyakit Keluarga.

Penyakit keturunan

Penyakit menular

4)

Riwayat Antenatal

Keluhan selama hamil

ANC

5)

Riwayat Natal

Umur kehamilan

Keadaan bayi

6)

Riwayat Neonatal

Kondisi bayi

TB waktu lahir

7)

- Pernah MRS

- Jenis persalinan

- Penyakit saar persalinan


- BB waktu lahir

Riwayat Gizi

Pemberian ASI - Pemberian MPASI

Makan sehari-hari

8)

Riwayat Psikososial

Yang mengasuh - Hub dengan keluarga

Hub dengan lingkungan sekitar

9)

Riwayat Tumbuh Kembang

Mengangkat kepala

Duduk

Merangkak

Berjalan dituntun

Berjalan sendiri - Berbicara

Tidak ngompol

- Gigi tumbuh pertama


- Berdiri

c.

Pemeriksaan fisik

1)

Keadaan Umum

- Tengkurap

- Berjalan berpegangan

Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada

keadaan klien)

Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus

osteomielitis biasanya akut)

Tanda-tanda vital

: Terdapat peningkatan suhu tubuh

2) Kepala dan leher : Terdapat nyeri kepala dan otot leher mengalami kram / kaku dan
terdapat nyeri saat menelan.
3) Axila

: Axila teraba hangat.

4) Abdomen

: Adanya nyeri tekan.

5) Ekstremitas

: Adanya paralysis atau kaku/kram.

Pemeriksaan fisik pada ekstremitas dapat dilakukan dengan :


-

Pada Bayi

Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk padalutut dan

pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat
tidur.

Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil padatelapak

kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.

Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan kaki

menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas.


-

Anak besar

Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.

Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalamikelumpuhan

tidak bisa melakukannya.

Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa

melakukannya.Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun kembali.

Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri dengan berpegangan merambat
pada tungkainya.

2.

Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.


Diagnosa Keperawatan

a.

Hipertermi b/d proses infeksi.

b.

Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.

c.

Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.

d. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.


e.
3.

Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.


Rencana Keperawatan

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Intervensi

1.

Hipertermi b/d proses infeksi d/d

Rasional

DS : Klien mengatakan badannya demam.


DO : Adanya peningkatan suhu tubuh.

Tujuan suhu akan kembali normal dalam waktu

1x 24 jam.
Kriteria hasil :
- Suhu normal 36,5C- 37,5C.
- Nadi dan pernapasan dalam rentan normal (N= < 160x /menit, RR= 30-40 x/menit)

1.

Pantau suhu tubuh.

2.

Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres.

3.

Hindari mengigil

4.

Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit.


1.

Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih.

2.

Dapat menyebabkan efek neurotoksi.

3.

Mengurangi penguapan tubuh.

4.

Dapat membantu mengurangi demam

2.

Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis d/d

DS : Klien mengatakan badan Klien lemas disekujur tubuhnya, tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : Tidak mampu berdiri dan berjalan, letargi

Tujuan:
Dalam waktu 3 x 24 jam, klien mampu melakukan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria hasil :
- Klien dapat ikut serta dalam program latihan.
- Tidak terjadi kontraktur sendi.
- Bertambahnya kekuatan otot.
- Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilisasi

2.
3.

1.

Tentukan aktivitas.

Catat dan terima keadaan kelemahan(kelelahan yang ada).


Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti

pemasukan makananyang tidak adekuat.


4.

Kolaborasi dengan fisioterapis 1.

Memberikan informasi untuk mengembangkan

rencana perawatanbagi program rehabilitasi.


2.
3.

Kelelahan yang dialami dapatmengindikasikan keadaan anak.


Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau

meningkatkan mobilitas.
4.

Latihan berjalan dapat meningkatkankeamanan dan efektifan anak untuk berjalan.

4.

Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah di rencanakan, mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan
analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk kesehatan lainya. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
5.
a.

Evaluasi
Suhu tubuh normal

b. Tidak terjadi gangguan mobilitas.


c.

Pola napas efektif

d. Nyeri hilang

e.

Pengetahuan meningkat

Anda mungkin juga menyukai