Manual Fekal
Dosen Pengampuh :
Yusrin Aswad S.St, M.Kes
DisusunOleh :
Kelompok 3
Merlin Talalu
Miftahul Jannah Dai
Nadia Novita Yusup
Nadya Arsyta Ointu
Nurfadila Musa
Nurfanisa Rahmatia Podungge
Nurlaila Aswad
Nurul Zahra
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik,
dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka
menyelesaikan tugas dari dosen kami Bapak Yusrin Aswad.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi eliminasi fekal ……………………………………………………....………..……3
B. Fisiologi defekasi …………………………..……………………………………………….3
C. Proses Pembentukan Feses……………………………………………………....………….6
D. Proses Defekasi......................................................................................................................6
E. factor-faktor yang mempengaruhi defekasi …………………………..…………………..…6
F. Definisi tindakan manual fekal ……………………………………………….……………..10
G. Tujuan tindakan manual fekal ……………………………………………………………..10
H. Indikasi pasien seperti apa yang harus diberikan tindakan manual fekal ……………………..10
I. Prosedur Manual Fekal…………………………………………………………………………..10
J. Hal yang perlu diperhatikan …………………………………………………………………….12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa feses
(bowel). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa
kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang.
Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh
yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal
dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa
faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta
pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan
sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi
tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal.
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang sebagian besar pernah mengalami
gangguan system pencernaan yang disebabkan oleh berbagai factor dari itu karena
makanan, yang lanjut usia, kurangnya serat, kurangnya intake cairan dan sebagainya.
Dalam beberapa kasus terjadi menyebabkan feses menjadi keras dan sulit untuk
dikeluarkan maka dari itu perawat akan melakukan tindakan fekal manual.
Manual fekal adalah tindakan memasukan jari perawat ke dalam rectum yang
bertujuan untuk menghancurkan, mengambil dan mengelurkannya dalam bentuk yang
telah hancur.
B. Rumusan Masalah
1 Apa yang dimaksud dengan eliminasi fekal?
2 Bagaimana fisiologi defekasi?
3 Bagaimana proses pembentukan feses?
4 Bagaimana proses defekasi?
5 Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi defekasi?
6 Apa definisi tindakan manual fekal?
7 Apa saja tujuan dari tindakan manual fekal?
8 Indikasi pasien seperti apa yang harus diberikan tindakan manual fekal?
9 Bagaimana prosedur manual fekal?
10 Apa saja yang perlu diperhatikan saat melakukan tindakan manual fekal?
1
C. Tujuan
1 Untuk mengetahui definisi eliminasi fekal
2 Untuk mengetahui bagaimna fisiologi defekasi
3 Untuk mengetahui Bagaimana proses pembentukan feses?
4 Untuk mengetahui proses defekasi?
5 Untuk mengetahui saja factor-faktor yang mempengaruhi defekasi?
6 Untuk mengetahui definisi tindakan manual fekal?
7 Untuk mengetahui tujuan dari tindakan manual fekal?
8 Untuk mengetahui Indikasi pasien seperti apa yang harus diberikan tindakan
manual fekal?
9 Untuk mengetahui prosedur manual fekal?
10 Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tindakan
manual fekal?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Eliminasi Fekal
B. Fisiologi Defekasi
Lendir ini berperan untuk melindungi usus besar dari trauma akibat
pembentukan asam di dalam feses dan berperan sebagai pengikat yang akan
menyatukan materi fekal. Lendir ini juga akan melindungi usus besar dari
aktifitas bakteri.
4
Di dalam usus besar terdapat 3 tipe pergerakan yaitu gerakan haustral
churning, peristalsis kolon, peristalsis masa. Gerakan haustral churning akan
menggerakan makanan ke belakang dan ke depan yang berperan untuk
menyatukan materi feses, membantu penyerapan air dan untuk menggerakan
isi usus kedepan. Gerakan peristalsis kolon adalah gerakan yang menyerupai
gelombang yang akan mendorong isi usus kedepan. Gerakan ini sangat lambat
dan diduga sangat sedikit menggerakan materi feses tersebut disepanjang usus
besar. Yang ketiga adalah gerakan peristalsis massa. Gerakan ini melibatkan
suatu gerakan kontraksi yang sangat kuat sehingga menggerakkan sebagian
besar kolon. Biasanya gerakan ini terjadi setelah makan, distimulasi oleh
keberadaan makanan di dalam lambung dan usus halus. Gerakan peristalsis
massa hanya terjadi beberapa kali dalam sehari pada orang dewasa.
Saluran anus diikat oleh otot sfingter internal dan eksternal. Sfingter
internal berada dibawah kontrol involunter dan dipersarafi oleh sistem saraf
otonom, sedangkan sfingter eksternal berada di bawah kontrol volunter dan
dipersarafi ooleh sistem saraf somatik.
5
C. Proses Pembentukan Feses
Setiap harinya, sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Dikolon,
chyme tersebut mengalami proses absorbsi air, natrium, dan klorida.Absorbsi ini
dibantu dengan adanya gerakan peristaltik usus. Dari 750 chyme tersebut, sekitar
150-200 cc
mengalami proses reabsorbsi. Chyme yangtidak direabsorbsi menjadi
bentuk semisolid yang disebut feses (Asmadi,2008).
Selain itu, dalam saluran cerna banyak terdapat bakteri. Bakteri tersebut
mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses fermentasi akan
menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya, yang kita kenal
dengan istilah flatus. Misalnya, karbohidrat saat difermentasi akan menjadi
hidrogen, karbondioksida, dan gas metan. Apabila terjadi gangguan pencernaan
karbohidrat, maka akan ada banyak gas yang terbentuk saat fermentasi. Akibatnya,
seseorang akan merasa kembung. Protein, setelah mengalami proses fermentasi
oleh bakteri, akan menghasilkan asam amino, indole, statole, dan hydrogen
sulfide. Oleh karenannya, apabila terjadi gangguan pencernaan protein, maka
flatus dan fesesnya menjadi sangat bau (Asmadi, 2008).
D. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisametabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaanmelalui anus.
Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yaituterletak di medula
dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsanganparasimpatis, sfingter
anus bagian dalam akan mengendur dan usus besarmenguncup. Refleks defekasi
dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh
sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama
defekasi, berbagai otot lain membantu proses tersebut, seperti otot-otot dinding
perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis (Hidayat, 2008).
Defekasi bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi sfingter ani. Kedua
faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis. Gerakan kolon meliputi
tiga gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan massa
kolon. Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses makanan yang
tidak dicerna (feses) dari kolon ke rektum (Asmadi,2008).
6
asupan dan haluran cairan, aktivitas, faktor psikologis, gaya hidup, pengobatan
dan prosedur medis, serta penyakit juga mempengaruhi defekasi.
1. Perkembangan
Bayi yang baru lahir, batita, anak – anak,dan lansia adalah kelompok
yang anggotanya memiliki kesamaan dalam pola eliminasi.
a. Bayi yang baru lahir
7
tidak memenuhi kriteria ini sering kali mencari obat yang dijual bebas
untuk meredakan kondisi yang mereka yakini sebagai konstipasi. Lansia
harus dijelaskan bahwa pola normal eliminasi fekal sangat beragam.
Bagi beberapa orang dapat setiap dua hari sekali bagi orang lain,
dua kali dalam satu hari. Kecukupan serat dalam diet, kecukupan latihan,
dan asupan cairan 6 sampai 8 gelas sehari merupakan upaya pencegahan
yang essensial terhadap konstipasi. Berespons terhadap refleks gastrokolik
(peningkatan peristalsis kolon setelah makanan memasuki lambung) juga
merupakan pertimbangan yang sangat penting. Individu paruh baya harus
diperingatkan bahwa penggunaan laksatif secara konsisten akan
menghambat refleks defekasi alamiah dan diduga menyebabakan
konstipasi dan bukan menyembuhkannya.
2. Diet
9
Klien yang tidak mengalami ketidaknyamanan saat defekasi sering
menekan keinginan akibat defekasinya untuk menghindari nyeri. Akibatnya
klien tersebut dapat mengalami konstipasi. Klien yang meminum analgesik
narkotik untuk mengatasi nyeri dapat juga mengalami konstipasi sebagai efek
samping obat tersebut.
10
- Observasi daerah sekitar anus, bokong, adanya luka, hemoroid, kulit lecet
atau mengelupas
- Observasi status kesehatan klien dalam catatan keperawatan
- Kaji adanya distensi abdomen
- Kaji TTV klien sebelum tindakan dilakukan
- Kaji indikasi dan komplikasi pada saat tindakan ini dilakukan ( seperti :
Gangguan jantung, trauma tulang belakang).
- Kaji riwayat diet ( mis: makanan gandum, sereal,dll), perubahan aktivitas
sehari-hari, frekuensi penggunaan laxantia atau enema.
- Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang pola defekasi yang normal
B. PELAKSANAAN
Persiapan alat
1 Sarung tangan
2 Masker
3 Baraschort
4 Bengkok
5 Kantong sampah non-medis
6 Jelly
7 Tissu
8 Waslap
9 Sabun
10 Baskom berisi air dua buah
11 Handuk
12 Pispot beserta tutupnya
13 Perlak atau pengalas
14 Selimut mandi
Tindakan:
1 Cuci tangan
2 Pakai APD (Baraschort, Masker, Handscoon)
3 Atur posisi pasien
4 Pasang selimut ekstra (ganti selimut)
5 Letakkan perlak atau pengalas dibokong pasien
11
6 Buka pakaian bawah pasien
7 Anjurkan pasien untuk miring kerah kiri dengan lutut sedikit fleksi
Tindakan
8 Oleskan jari telunjuk dengan jelly diatas bengkok
9 Masukkan jari telunjuk perlahan-lahan kedalam anus sampai terasa adanaya
feses yang keras
10 Buat gerakan melingkar/sirkuler dengan jari telunjuk 2-5 kali untuk
merangsang sfingter anus dan pelan- pelan pecah-pecahkan feses yang keras,
kemudian keluarkan jari telunjuk dari anus
11 Keluarkan feses dengan telunjuk ke dalam pispot
12 Bersihkan anus dengan tissue, lalu bilas dengan waslap basah dan sabun
13 Keringkan gluteus atau bokong dengan handuk
14 Kenakan kembali pakaian pasien
15
Terminasi
1 Rapihkan alat dan rapihkan pasien
2 Laps sarung tangan, masker, dan baraschort
3 Tanyakan respons pasie setelah dilakukan tindakan
4 Cuci tangan
5 Dokumentasikan tindakan dalam catatann tindakan keperawatan
J. Hal yang perlu diperhatikan
a. Lakukan tindakan dengan hati-hati, jangan sampai terjadi luka hingga berdarah
b. Bila terasa feses masih keras berikan pelumas secukupnya menghindari luka pada
anus
c. Instruksikan pada klien untuk tetap minum banyak dan makan makanan berserat
serta buah-buahan sehingga tidak terjadi konstipasi
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
bowel (feses). Faktor yang mempengaruhi eleminasi fecal yaitu, usia, diet, asupan
Cairan, aktivitas Fisik, faktor Psikologis, kebiasaan pribadi, Posisi Selama
Defekasi, Nyeri, Kehamilan, Pembedahan dan Anestesia, Obat-obatan,
Pemeriksaan Diagnostik. Dengan kita mengetahui faktor-faktor tersebut akan
mempermudah saat kita melakukan asuhan keperawatan.
Manual fekal adalah pengeluaran feses secara manual meliputi memasukan jari
perawat ke dalam rectum klien untuk mengambil massa feses yang terlalu besar untuk
keluar secara volunteer dan pemberian enema tidak berhasil.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan eliminasi fekal.
Tindakan manual fekal harus dilakukan secara benar sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) untuk menghindari ketidaknyamanan pasien maka dari itu
kita sebagai mahasiswa keperawatan harus benar-benar memahami tahapannya dan
memperhatikan etika dalam melakukan manual fekal.
DAFTAR PUSTAKA
13
Astuti, Dwi Widya. 2019. Manual Fecal [internet]. [diunduh tahun 2019 april 01].
Tersedia pada: https://id.scribd.com/document/403952754/Manual-fecal-docx
Dila Arnela Nadya. 2109. Gambaran Gangguan Eliminasi Fekal Pada Pasien Anak
Dengan Hirshprung Diseanse Di Ruang Cendana 4 Irna Rsup Dr.Sardjito
Yogyakarta[KTI]. Yogyakarta: Akademi Keperawatan Yogyakarta.
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta:
EGC.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia Edisi 8. Jakarta : EGC
PURBA, M. A. M. (2017). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN
KONSUMSI SERAT TERHADAP POLA DEFEKASI DAN INDEKS MASSA
TUBUH (IMT) MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN
14