Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Memberikan Minum Per Oral


( Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Dasar)

Disusun Oleh :

1. Elin Paramiswari (P07120119046)


2. Aris Munandar (P07120119052)
3. Halsabila Alfisyahrin (P07120119059)
4. Izza Aminullah (P07120119065)
5. Muhammad Budiman (P07120119073)
6. Nurmala Sari (P07120119079)
7. Rizky Kartika Oktaviani (P07120119086)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan


rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya Penulis tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi
wasallam yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Makalah yang
berjudul “Memberikan minum per oral” ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan dasar.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari
segi tata bahasa, kosa kata, etika, isi, maupun dalam hal penataan makalah. Oleh
karena itu, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaannya dan juga memohon
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kami jadikan sebagai
bahan evaluasi.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu
masyarakat dan tenaga kesehatan dalam memahami pemberian makanan per
oralSemoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah
kekayaan intelektual bangsa. Akhir kata, penulis ucapkan Jazakumullah Khairan
Katsiran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Mataram, 5 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................2
1.5. Metode Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
2.1. Mengukur berat badan...............................................................................3
2.2. Mengukur tinggi badan.............................................................................7
2.3. Proses Keperawatan Cairan dan Elektrolit……………………………...8
2.3. Memberikan minuman per oral………………………………………..10
2.3. Meyiapkan makanan dan minuman untuk pasien……………………..14
2.3. Menghidangkan makanan dan minuman………………………………14
2.3. Membantu Pasien Makan dan Minum Secara Oral……………………15
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 18
3.1. Kesimpulan..............................................................................................18
3.2. Kritik dan Saran.......................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya;jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh
pada yang lainnya. 
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan

iv
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana proses memberikan minum per oral?
3. Apa saja permasalahan yang ada dala mengukur tinggi badan dan berat
badan?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cairam dan elektrolit dalam tubuh manusia
2. Untuk mengetahui proses pemberian minum per oral
3. Untu mengetahui permasalahan yang ada dala mengukur tinggi badan
dan berat badan
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami dan menerapkan
pemberian minum per oral.
Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa memahami dan menerapkan
pemberian minum per oral.
1.5. Metode Penulisan
Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan karya
tulis ini adalah metode studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data dan informasi yang bersifat teoritis yang kemudian data
tersebut akan dijadikan dasar atau pedoman untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini. Sumber-
sumber yang dijadikan sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari
berbagai sumber bacaan. Baik itu buku maupun situs-situs yang ada di
internet.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

A. Keseimbangan intake & output.


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan
komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan
batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan
kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi,
penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
B. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa
minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh
kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per
hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan
berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :

vi
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam).
1. 3 hari 3,0 250-300
2 . 1 tahun 9,5 1150-1300
3. 2 tahun 11,8 1350-1500
4. 6 tahun 20,0 1800-2000
5. 10 tahun 28,7 2000-2500 
6. 14 tahun 45,0 2200-2700 
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700 

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat


haus dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal
dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai
respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
C. Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau
sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.

vii
b.IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c.Keringat : 
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang
panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang
oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).

D. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh.


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal. 
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan
sel.
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen
dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan
dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi

viii
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir


semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi
sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah
melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah
tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat
terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang
tinggi. 

Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan


perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi
aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena
memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu
contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian


plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium
hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian
itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler,
terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik
koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses
perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut

ix
ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus
ginjal.

Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian


yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil,
suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.

2.2. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan


Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per
hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga
hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan

x
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.
e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh Misalnya : 
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator 
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake 
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan
kehilangan darah selama pembedahan.

2.3. Proses Keperawatan Cairan dan Elektrolit


1. Pengkajian 
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau
resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab
gangguan 

xi
keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler
irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum,
Analisa Gas 
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan
mekanisme 
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,
ketidakseimbangan 
elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan 
dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan
anuria, 
penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan
cairan di 
ekstraseluler.

xii
• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan
volume cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

3. Intervensi Keperawatan 
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit 
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi
dokter dengan 
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari
tindakan 
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.

4. Evaluasi/Kreteria hasil :
Kreteria hasil meliputi :
• Intake dan output dalam batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Vital sign dalam batas normal

2.4. Memberikan Minum Per Oral


Rumah sakit adalah suatu wadah atau tempat
pelayanan kesehatan yang berusaha untuk mencapai pemulihan penderita
dalam waktu sesingkat mungkin, dan salah satu upaya untuk mencapai
tujuan tersebut adalah pelayanan gizi yang meliputi
penyelenggaraan makanan, pemberian makanan yang memenuhi
kebutuhan gizi dan termakan habis oleh setiap pasien merupakan salah
satu faktor untuk mempercepat proses pemulihan atau kesembuhan
pasien. Zat gizi yang optimal pada pasien di Rumah Sakit sangat

xiii
bermanfaat dalam mengurangi jangka waktu perawatan dan mempercepat
penyembuhan, mengurangi komplikasi, menurunkan  mortalitas, dan
memperbaiki status gizi pasien.

Sebagai perawat yang membantu pasien dalam makannya, kita juga perlu
memperhatikan makanan yang diperuntukkan kepada pasien yang terdiri atas
1. Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang, dalam hal ini adalah nasi.
Makanan pokok berperan sebagai sumber utama energi dan itu berasal dari
karbohidrat.
2. Lauk yang merupakan sumber dari protein. Lauk sebaiknya terdiri atas
campuran lauk hewani dan nabati. Lauk hewani merupakan sumber protein,
fosfor, tiamin, tiasin, vitamin B6 dan vitamin B12, zat besi, seng, magnesium
dan silenium.
3. Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan
karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah. Sayur merupakan
sumber mineral dan vitamin. Sayur juga merupakan sumber vitamin A,
vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan serat, serta tidak
mengandung lemak dan kolesterol.
4. Buah untuk "mencuci mulut" dalam artian kata sebagai makanan penutup
setelah mengkonsumsi makanan utama. Buah juga  merupakan sumber
mineral dan vitamin. Porsi buah yang dianjurkan sehari untuk orang
dewasa adalah sebanyk 200-300 gram atau 2-3 potong sehari
berupa pepaya atau buah yang lain.
5. Susu mengandung protein bernilai biologi tinggi dan zat esensial lain dalam
bentuk yang mudah dicerna dan diserap, maka susu terutama dianjurkan pula
sebagai unsur kelima yang dibutuhkan oleh tubuh.

Jika dikaitkan dengan asupan makanan pasien yang sedang dalam


perawatan maka diharapkan dengan adanya makanan yang bervariasi ini
maka pasien dapat menyukai dan menikmati segala jenis makanan yang
diberikan pihak Rumah sakit, meningkatkan nafsu makan dan
menambah selera makan sehingga kebutuhan pasien akan zat-zat gizi dapat

xiv
terpenuhi, bisa mempercepat proses penyembuhan, dan mengurangi
biaya perawatan.
Ketika pasien yang sedang di hospitalisasi, tentu saja kebutuhan
nutrisi sehari-hari menjadi terganggu. Sebagai perawat, memberi makan
dan minum pada pasien-pasien yang mengalami gangguan-gangguan
nutrisi menjadi bagian dari proses keperawatan. Pemberian makan dan
minum tersebut dapat dibantu oleh perawat, keluarga atau berkolaborasi
antara keduanya.
Adapun kondisi-kondisi yang mempersulit mendapatkan nutrisi
yang adekuat diantaranya (Monica, 2005) :
1. Individu yang menderita luka pada tenggorok mungkin mengalami
kesulitan untuk menelan.
2. Individu yang mengalami masalah lambung munkin mual terhadap
makanan.
3. Individu yang demam mungkin tidak nafsu makan.
4. Pasien di rumah sakit hampir selalu berisiko mengalami kekurangan
nutrisi karena penyakit mereka atau karena tindakan terhadap penyakit
mereka.
5. Banyak pasien telah mengalami kekurangan nutrisi ketika masuk
rumah sakit.
6. Makanan yang dihidangkan di rumah sakit mungkin berbeda dari
makanan yang biasa dikonsumsi pasien. Pasien mungkin tidak suka
makanan rumah sakit.
7.  Makanan mungkin dihidangkan pada waktu ketika pasien tidak biasa
makan dan ketika mereka tidak merasa lapar.
8. Pasien sering mendapat diet khusus di rumah sakit untuk membantu
terapi penyakit mereka (sebagai contoh, individu yang mengalami
masalah jantung biasa mendapat diet rendah garam). Pasien mungkin
tidak suka perubahan pada diet.
9. Keluarga pasien mungkin tinggal jauh sehingga mereka tidak dapat
membawa makanan yang disukainya, atau keluarga mungkin tidak

xv
tahu makanan yang tepat untuk dibawa, atau mungkin tidak dapat
mengupayakan makanan yang tepat.

Salah satu contoh jika pasien tangannya digips, kehilangan salah satu
tangan atau kekuatan gerakan bisa dibantu dengan mempersiapkan makanan dan
mendekatkan tempat makanan kepada pasien agar mudah dijangkau. Misalnya
membuka kulit telur, mengoleskan roti, mengupas buah, dan sebagainya.

            Sedangkan pasien yang mengalami kesulitan minum dari cawan atau


gelas, bisa diberi sedotan untuk memudahkan. Lebih higienis jika minuman itu
menggunakan gelas sekali pakai, agar kebersihan selalu terjaga. Karena jika
tempat minum yang dibiarkan berlama-lama ditempat, akan lebih mudah bagi
mikroorganisme berkembang pada suhu ruangan.
            Ada juga pasien yang tidak diperbolehkan untuk makan dan minum
sendiri, maka dalam hal ini perlu pengaturan posisi duduk yang efektif. Posisi
yang diharapkan adalah posisi duduk yang tegak, tidak bersandar atau berbaring
supaya makanan tepat masuk kedalam kerongkongan. Namun, jika memang tidak
memungkinkan untuk duduk tegak, mereka diperbolehkan berbaring atau
setengah berbaring seperti bersandar, dan dilakukan pemberian makanan dengan
hati-hati.
            Perawat yang bertugas untuk membantu pasien, hendaknya dalam keadaan
yang rileks, menempatkan posisi yang nyaman serta tidak terlihat seperti sedang
buru-buru, agar pasien merasa senang dan bisa makan dengan tenang.
            Tujuan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien dengan memberi makan
pasien tersebut yaitu semata-mata untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien dengan membangkitkan selera pasien pada pasien yang tidak mandiri  serta
untuk mempercepat proses penyembuhan dan hospitalisasi yang di lakukan.

xvi
2.5. Menyiapkan Makanan dan Minuman Untuk Pasien

Persiapan Alat :
Piring, gelas, alas dan tutup gelas, sendok, garpu, mangkuk sayur, mangkuk
lauk dan baki.

Cara Kerja ;
1. Perawat cuci tangan.

2. Siapkan baki, piring, gelas dengan alas dan tutupnya, sendok, garpu,

mangkuk sayur, mangkuk lauk dan sedotan.


3. Ambil makanan dari kereta makanan dan panaskan.

4. Sajikan makanan di tempat yang sudah disiapkan sesuai dengan diet

pasien.
Sikap perawat :
Selalu bekerja dengan hati-hati dan rapi.

2.6. Menghidangkan makanan dan minuman

Persiapan alat :
Baki berisi makanan dan minuman
Cara kerja :
1. Cuci tangan
2. Bawa makanan dan minuman yang telah disiapkan kepada pasien.

3. Beritahu pasien bahwa makanan sudah siap.

4. Hidangkan makanan dan minuman.

Di meja pasien
1. Bentangkan serbet diatas meja

2. Susun alat makan dia atas serbet

xvii
Pasien berbaring
1. Anjurkan pasien tidur miring

2. Bentangkan serbet dibawah dagu pasien

3. Letakkan baki berisi makanan diatas tempat tidur pasien

4. Buka penutup makanan

5. Persilakan pasien makan

6. Perhatikan pasien pada waktu makan

Sikap perawat :
1. Tidak tergesa-gesa.

2.  Ramah dan memaklumi keadaan pasien.

2.7.  Membantu Pasien Makan Dan Minum Secara Oral

Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan


yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi secara sendiri dengan cara membantu memberikan makanan nutrisi
melalui oral. Adapun hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian
makan dan minum pasien adalah :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien.
2. Sebelum di hidangkan, makanan di periksa dahulu, apakah sudah

sesuai dengan daftar makanan/diet pasien.


3. Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra

indikasi.
4. Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak tetapi juga tidak

terlalu sedikit.
5. Peralatan makanan dan minuman harus bersih

xviii
6. Untuk pasien anak – anak, usahakan menggunakan peralatan yang

menarik perhatiannya.
7. Untuk pasien yang dapat makan sendiri, perhatikan apakah makanan di

makan habis atau tidak.


8. Perhatikan selera dan keluhan pasien pada waktu makan serta

reaksinya setelah makan.

Indikasi :
Diberikan kepada pasien yang memiliki ganguan mobilitas tetapi masih
sadar.
Kontra Indikasi :
Tidak dapat diberikan pada pasien koma , CA nasofaring, CA
mandibularis

Alat dan Bahan :


1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas
5. Serbet
6. Mangkok cuci tangan
7. Pengalas
8. Jenis diet
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang dilakukan

xix
3. Mengatur posisi pasien dengan posisi kepala lebih tinggi daripada
badan
4. Membentangkan serbet dibawah dagu pasien
5. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan
6. Pasien ditawari minum, jika perlu gunakan sedotan
7. Beritahu pasien jika makanan panas atau dingin, anjurkan untuk
mencicipi makanan terlebih dahulu.
8. Suapkan makanan sedikit demi sedikit untuk menghindari tersedak
9. Setelah selesai makan pasien diberi minum, bersihkan mulut pasien,
dan dianjurkan dengan pemberian obat.
10. Catat hasil atau respon pemenuhan terhadap makanan.
11. Bereskan alat dan cuci tangan.

xx
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Memberi makan dan minum pada pasien-pasien yang mengalami
gangguan-gangguan tertentu bisa dibantu oleh perawat, keluarga atau
berkolaborasi antara keduanya.
Sebagai perawat yang membantu pasien dalam makannya, kita juga
perlu memperhatikan makanan yang diperuntukkan kepada pasien dengan
tujuan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien dengan memberi makan pasien
tersebut yaitu semata-mata untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien dengan membangkitkan selera pasien pada pasien yang tidak
mandiriserta untuk mempercepat proses penyembuhan dan hospitalisasi
yang di lakukan.
Adapun cara-caranya yaitu :
a. Menyiapkan makanan dan minuman pasien.
b. Menghidangkan makanan dan minuman pasien.
c. Membantu pasien makan dan minum secara oral.

3.2. Kritik dan Saran


Pemenuhan cairan dan elektrolit harus dipenuhi dengan baik agar
tidak terjadi kekurangan atau kelebihan pada tubuh.

xxi
DAFTAR PUSTAKA

Ester, Monica. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2008. Praktik Kebutuhan Dasar


Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Potter, Patricia A dan Anne G. Perry. Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7.
Jakarta : Salemba Medika

xxii

Anda mungkin juga menyukai