Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERTUSIS

Oleh:
Kelompok 5
Emania Rizkiana 14.401.17.029
Era Fazzira W 14.401.17.030
Erdiana Pratiwi 14.401.17.031
Eva Oktaviani 14.401.17.032
Ira Luvita Sari 14.401.17.042

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji
dan syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya kita dapat menyelesaikan makalah
ini secara lancar dan baik. Sholawat dan salam tetap kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW dan untuk para keluarga, sahabat dan pengikut-
pengikutnya yang setia mendamping beliau. Terima kasih kepada keluarga, dosen -
dosen, dan teman-teman yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang dengan
do'a dan bimbingannya makalah  ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang ”Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Pertusis” yang kami buat berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan
selama beberapa  hari dan  refrensi yang kami ambil dari berbagai sumber,
diantaranya buku, google book dan jurnal. Makalah  ini diharapkan bisa menambah
wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap bisa dimafaatkan
semaksimal dan sebaik mugkin.
Demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banyuwangi, 5 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar belakang.........................................................................................................1
B. Batasan masalah......................................................................................................1
C. Rumusan masalah...................................................................................................2
D. Tujuan........................................................................................................................2
E. Manfaat......................................................................................................................2
BAB II KONSEP PENYAKIT...................................................................................3

A. Definisi.......................................................................................................................3
B. Etiologi.......................................................................................................................3
C. Manifestasi klinik....................................................................................................4
D. Patofisiologi...............................................................................................................4
E. Komplikasi................................................................................................................7
F. Pemeriksaan penunjang.........................................................................................7
G. Penatalaksanaan medis..........................................................................................7
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................9

A. Pengkajian.................................................................................................................9
B. Diagnosa keperawatan.........................................................................................12
Intervensi.........................................................................................................................13
BAB IV PENUTUP....................................................................................................22

A. Kesimpulan.............................................................................................................22
B. Saran........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pertussis (batuk rejan) adalah penyakit saluran pernapasan akut. Penyakit
ini biasa ditemukan pada anak-anak dibawah umur 5 tahun. Seperti halnya
penyakit infeksi saluran pernapasan akut lainny, pertussis sangat mudah dan cepat
penularannya. Penyakit tersebut dapat merupakan salah satu penyebab tingginya
angka kesakitan terutama di daerah padat penduduk. Sirkulasi bakteri pertussis di
daerah padat penduduk di Indonesia belum diketahui secara pasti. Penyakit ini
dapat di cegah dengan imunisasi DPT. Vaksinasi pertussis lebih efektif dalam
melindungi terhadap penyakit pada anak yang telah di vaksinasi dapat
menurunkan keganasan penyakit. Infeksi alam memberi kekebalan mutlak
terhadap pertussis selama masa kanak-kanak, sedangkan perlindungan akibat
imunisasi kurang lengkap karena masih ditemukan pertussis pada anak yang telah
mendapat imunisasi lengkap walaupun dengan gejala ringan. Proporsi populasi
yang rentan terhadap pertussis ditentukan oleh : tingkat kelahiran bayi, cakupan
imunisasi, efektivitas vaksin yang digunakan, insiden penyakit dan derajat
penurunan kekebalan setelah imunisasi atau sakit.
Diseluruh dunia ada 60 juta kasus pertussis setahun dengan lebih dari
setengah juta meninggal. Selama masa prafaksin tahun 1922-1948, pertussis
adalah penyebab utama kematian dari penyakit menular pada anak dibawah usia
14 tahun di Amerika serikat. Penggunaan vaksin pertussis yang meluas
menyebabkan penurunan kasus yang dramastis insiden penyakit yang tinggi di
Negara-negara maju dan berkembang.

B. Batasan masalah
Masalah pada pembahasan ini dibatasi pada konsep teori penyakit dan
konsep asuhan keperawatan klien yang mengalami Pertusis.

1
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dari penyakit pertusis ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pertussis ?

D. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Memahami Asuhan Keperawatan Klien dengan pertussis
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami definisi pertussis
b. Mahasiswa dapat memahami etiologi pertussis
c. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala pertussis
d. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi pertussis
e. Mahasiswa dapat memahami komplikasi yang terjadi pada pasien
pertussis
f. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang yang terjadi pada
pasien pertussis
g. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan medis yang terjadi pada
pasien pertussis

E. Manfaat
Mahasiswa bisa lebih mengetahui dan memahami bagaimana gangguan pertussis
terjadi, dan bagaimana cara mengobati serta bagaimana meyusun Asuhan
Keperawatan.

2
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Pertussis atau whooping cough adalah penyakit infeksi akut pada saluran
pernapasan yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri
dari batuk yang bersifat spasmodic dan proksimal disertai nada yang meninggi
karena penderita menarik napas hingga akhir batuk [CITATION Har10 \p 95 \l 1033 ].
Pertussis adalah suatu penyakit infeksi saluran pernapasan yang di
sebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Pertussis sering juga disebut sebagai
tusis quinta, whooping cough atau batuk rejan penyakit ini ditandai dengan
demam dan perkembangan batuk semakin berat [CITATION Sak18 \p 92 \l 1033 ].

B. Etiologi
Secara umum pertussis disebabkan oleh Bordetella pertussis, pada
umumnya pertussis ditularkan langsung pada manusia melalui percikan ludah.
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain :
1. Berbentuk batang (coccobacilus)
2. Tidak dapat bergerak
3. Bersifat gram negative
4. Tidak berespon, mempunyai kapsul
5. Mati pada suhu 55˚C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0-10˚)
6. Tidak snsitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisin, tetapi resisten
terhadap penicillin [CITATION Sak18 \p 92 \l 1033 ]

3
C. Manifestasi klinik
1. Tahap kataral
Dimulai dengan gejala-gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti :
koriza, bersin, lakrimasi, batuk dan demam derajat rendah gejala-gejala
berlanjut selama 1-2 minggu, batuk pendek menjadi lebih berat.
2. Tahap paroksimal
Paling sering terjadi batuk pada malam hari dan pendek, cepat batuk di ikuti
oleh inspirasi tiba-tiba berhubungan dengan tingginya suara kokok ayam yang
teratur “whoop” Selama paroksimal : pipi menjadi kemerahan atau sianosis,
kedua mata menonjol dan lidah menjulur, paroksimal mungkin berlanjut
hingga penebalan penyumbatan mukosa yang muncul ; vomiting sering
diikuti dengan sarangan; tahap ini umumnya 4-6 minggu terakhir, di ikuti
dengan tahap konvalesi.
3. Tahap konvalesi
Ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah-muntah dimana puncak
seragan paroksimal berangsur-angsur menurun. Batuk masih menetap
beberapa waktu dan hilang sekitar 2-3 minggu [CITATION Har10 \p 97 \l 1033 ].

D. Patofisiologi
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme
hanya akan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa
berhubungan dengan epitel bersilia dan menghasilkan toksin seperti endotoksin,
pertusinogen, toksin heat labiel, dan kapsul anti fagositik, oleh limfosit dan
leukosit untuk polimorfonukllir serta penimbunan debrit peradangan di dalam
lumen bronkus. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia limfoid penbronklas yang
disusun dengan nekrosis yang mengenai lapisan tengah bronkus, tetapi
bronkopnemonia disertai nekrosis dan pengelupasan epitel permukaan bronkus/
Obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis terjadi akibat dari penimbunan mucus.
Akhirnya terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.

4
Cara penularan penyakit ini dapat di tularkan penderita kepada orang lain
melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula
melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman
penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertussis
dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk
dimulai.

Pathway :
Akumulasi secret di saluran Bordetella pertusis Proses infeksi
pernafasan

5
Inhalasi droplet pe↑aktivitas seluler
Obstruksi saluran Transport O2 keparu
pernafasan me↓
Masuk kesaluran
pe↑ metabaolisme
pernafasan
Menurunnya fungsi Paru-paru
pernafasan kekurangan oksigen Pemecahan
Melekat ke silia
karbohidrat, protein,
epitel disaluran
lemak & adanya
Sesak nafas Iskemia jaringan pernafasan
penekanan pada
paru saraf pusat lapar di
Bermultiplikasi dan otak
Ketidak efektifan
bersihan jalan atelektasis meyebar keseluruh
nafas permukaan epitel pe↓ nafsu makan
saluran pernafasan
Terganggunya fungsi
pernafasan Intake makan ↓
Menghasilkan toksin
pertusis
pe↑ frekuensi pe↓ berat badan
pernafasan Merangsang pe↑
pengeluaran histamine &
serotinin ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Pola nafas tidak
kebutuhan tubuh
efektif
Proses inflamasi
disaluran pernafasan Akumulasi secret
disaluran
Pe↑ produksi mukus pernafasan
pada permukaan silia
Reflek batuk
Fungsi silia terganggu
Menekan syaraf
abdomen
Menurunnya fungsi silia

Nyeri pada saat


Mudah terjadi infeksi batuk
Resiko infeksi sekunder MO lain

E. Komplikasi Nyeri
1. Pneumonia biasanya menyebabkan kematian

6
2. Ateletaksis
3. Otitis media
4. Konvulsi
5. Hemoragik pada subarchnoid, subconjuctival epistaksis
6. Kehilangan berat badan dan dehidrasi
7. Hernia
8. Prolapse rectum[CITATION Har10 \p 97 \l 1033 ].

F. Pemeriksaan penunjang
1. Hapusan secret di nasofaring posterior atau lender yang di muntahkan
2. Hapusan darah tep dijumpai leukositosis dengan nilai 20.000-30.000/mm
dengan limfositosis predominan terjadi sekitar 60% terutama stadium
kataralis[CITATION Har10 \p 98 \l 1033 ].

G. Penatalaksanaan medis
1. Terapi antimicrobial, seperti eritromisin, untuk membatasi penyebaran infeksi.
2. Isolasi, sekurang kurangnya 5 hari sesudah mulai terapi eritromisin
3. Pemberian immunoglobulin pertussis
4. Pengobatan suportif :
a. Membutuhkan hospitalisasi untuk bayi, anak-anak yang dehidrasi atau
yang mendapatkan komplikasi
b. Bedrest
c. Peningkatan pemberian oksigen
d. Caira yang adekuat
e. Intubasi yang mungkin diperlukan. Dukungan ventilator mungkin
dibutuhkan untuk gagal napas dengan apneu yang lama
f. Salbutamol 0,1 mg/kg melalui oral diberikan 4 kali sehari.
5. Imunisasi sebagai upaya pencegahan dengan vaksin pertussis. Tujuan
imunisasi yaitu memproteksi individu dari sakit batuk berat dan pengendalian
penyakit endemic dan epidemic [CITATION Har10 \p 98 \l 1033 ]

7
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

8
1. Identitas
Mengenai semua golongan umur, terbanyak mengenai anak umur 1-5 tahun,
lebih banyak anak laki-laki dari pada anak perempuan[ CITATION Hid16 \l 1033 ]

2. Status kesehatan saat ini


a. Keluhan utama
Batuh disertai muntah
b. Riwayat penyakit sekarang
Batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah
terjadi siang dan malam. Awalnya batuk dengan lender jernih dan cair
disertai panas ringan, lama-lama batuk bertambah hebat (bunyi nyaring)
dan sering, dan lidah menjulur[ CITATION Hid16 \l 1033 ].

3. Riwayat kesehatan terdahulu


a. Riwayat penyakit sebelumnya
Adanya gejala infeksi saluran pernapasan atas. Batuk dan panas ringan,
batuk mula-mula timbul di malam hari, kemudian siang hari dan menjadi
hebat [ CITATION Hid16 \l 1033 ].
b. Riwayat keluarga
Dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya, biasanya didapatkan ada yang
menderita penyakit pertussis [ CITATION Hid16 \l 1033 ].

c. Riwayat imunisasi
JENIS UMUR CARA JUMLAH
BCG 0-2 bulan IC 1x

9
DPT 2,3,4 bulan IM 3x
Polio 1-5 bulan diteteskan 4x
Campak 9 bulan SC 4x
Heportits 0,1,6 bulan IM 3x

d. Riwayat tumbuh kembang


1) Personal sosial
Ibu pasien mengatakan kalu dirumah anaknya lincah, tidak mau diam
2) Motoric halus
Anak dapat terbiasa melakukan gerakan seperti memasukkan benda
kedalam mulutnya, menangkap objek atau benda-benda, memegang
kaki dan menarik kearah mulutnya.
3) Motoric kasar
Anak dapat tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak
mendekati benda atau seseorang
4) Kognitif
Anak berusaha memperluas lapangan pandangan, tertawa dan menjerit
karena gembira bila diajak bermain, mulai berbicara tapi belum jelas
bahasanya [ CITATION Hid16 \l 1033 ].
e. ADL
1) Nutrisi : muntah, anoreksia
2) Aktivitas : pada stadium akut paroksimal terjadi
lemas/lelah
3) Istirahat tidur : terganggu akibat batuk panjang dan berulang
4) Personal hygiene :lidah menjulur keluar dan gelisah yang
berakibat keluar liur berlebihan [ CITATION Hid16 \l 1033 ].

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran
komposmentis

10
2) Tanda-tanda vital
nadi meningkat 120-125x/menit. Rr meningkat 30-35x/menit
[ CITATION Nga15 \l 1033 ].
b. Body sistem
1) Sistem pernafasan
Inspeksi :lubang hidung simetris, hidung berair, terdapat
pernapasan cuping hidung, terdapat tarikan otot bantu pernapasan
dengan cepat
Palpasi : tidak ada krepisitasi
Perkusi : redup
Auskultasi :ronkhi atau wheezing [ CITATION Nga15 \l 1033 ].
2) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi :tidak ada ictus jantung
Palpasi :denyut nadi meningkat
Perkusi :dullness
Auskultasi :S1, S2 tunggal tidak ada suara tambahan [ CITATION
Nga15 \l 1033 ],
3) Sistem persarafan
Tidak ada kelainan pada sistem persarafan
4) Sistem perkemihan
Tidak ada kelainan pada sistem perkemihan
5) Sistem pencernaan
Inspeksi : terdapat distensi abdomen
Auskultasi : bising usus 9x/menit
Palpasi : tidak terdapat pembesaran hepar
Perkusi :perut tidak kembung[ CITATION Nga15 \l 1033 ].
6) Sistem integument
Inspeksi : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Palpasi : turgor kulit bisa menurun bisa normal [ CITATION
Nga15 \l 1033 ].

11
7) Sistem musculoskeletal
Inspeksi : tidak ada odem, tidak ada bekas luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada ekstermitas atas & bawah
[ CITATION Hid16 \l 1033 ].
8) Sistem endokrin
Tidak ada kelainan pada sistem endokrin
9) Sistem reproduksi
Inspeksi : bersih, tidah ada perdarahan
Palpasi : tidak ada benjolan [ CITATION Hid16 \l 1033 ].
10) Sistem penginderaan
a) Mata :sclera berwarna putih, mata tampak menonjol
b) Hidung : lubang hidung simetris, hidung berair, terdapat
pernapasan cuping hidung, terdapat tarikan otot bantu pernapasan
dengan cepat
c) Telinga :daun telinga simetris, tidak ada serumen
d) Mulut :mukosa lembab lidah menjulur [ CITATION Nga15 \l
1033 ].

B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4. Nyeri Akut
5. Resiko infeksi[ CITATION PPN161 \l 1033 ]

C. Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif

12
a. Tujuan : menunjukan bersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan
oleh pencegahan aspirasi, kepatenan jalan napas, ventilasi tidak
terganggu.
b. Kriteria hasil: klien mengeluarkan sekret secara efektif, mempunyai jalan
napas yang paten, serta batuk efektif.
c. Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
1) Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini
2) Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
3) Keefektifan obat yang diprogramkan
4) Hasil oksimetri nadi
5) Kecenderungan pada gas darah arteri, jika tersedia frekuensi,
kedalama, dan upaya pernapasan
6) Auskultasi bagian dada arterior dan posterior untuk mengetahui
penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan.

Pengisapan jalan napas (NIC)

1) Tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea pantau status


oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SVO2) dan status hemodinamik
(tingkat MAP [mean arterial pressure] dan irama jantung) segera
sebelum, selama, dan setelah pengisapan
2) Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan.

Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga

1) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (mis, oksigen,


mesin pengisap, spirometer, inheler, dan intermittet positive pressure
breathing [IPPB])
2) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok
di dalam ruang perawatan; beri penyuluhan tentang pentingnya
berhenti merokok

13
3) Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam
untuk memudahkan pengeluaran secret
4) Ajarkan pasien untuk membebat/mengganjal luka insisi pada saat
batuk
5) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum,
seperti warna, karakter, jumlah, dan bau
6) Pengisapan jalan napas (NIC): instruksikan kepada pasien dan/atau
keluarga tentang cara pengisapan jalan napas, jika perlu

Aktivitas Kolaboratif

1) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu


2) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
3) Berikan udara/oksigen yang telah dihumidikasikan (dilembapkan)
sesuai demgan kebuijakan istitusi
4) Lakukan atau batu dengan terapi aerosol, nebulizer ultrasonik, dan
perawatan paru lainnya sesuai dengan kebijakan institusi
5) Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal

Aktivitas lain

1) Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran secret


2) Ajurkan penggunaan spirometer insensif
3) Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi
tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain sekurangnya setiap dua jam
sekali
4) Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur, untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kontrol diri
5) Berikan pasien dukungan emosi (mis., menyakinkan pasien bahwa
batuk tidak akan menyebabkan robekan atau “kerusakan” jahitan)

14
6) Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan
maksimal rongga dada (mis., bagian kepala tempat tidur ditinggikan
450 kecuali ada kontraindikasi
7) Pengisapan nosofaring atau orofaring untuk mengeluarkan sekret
setiap (sebutkan frekuensinya)
8) Lakukan pengeisapan endotrakea atau nasotrakea, jika perlu
9) Pertahankan keadekuatan hidrasi faktor penyebab, seperti nyeri,
keletihan, dan sekret yang kental.
2. Pola napas tidak efektif
a. Kriteria hasil : Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan
kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/bersih.
b. Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya
pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu/pelebaran nasal.
2) Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adentisius,
seperti krekels, mengi.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun
tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin.
4) Observasi pola batuk.
5) Dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk.
6) Bantu pasien mengatasi takut/ansietas.
7) Berikan oksigen tambahan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
a. Tujuan : pasien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat
b. Kriteria hasil:
1) Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
situasi individu
2) Menunjukkan peningkatan BB
c. Intervensi (NIC)

15
Aktivitas keperawatan
1) Teneukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
2) Pantau nilai laboratorium, khusunya transferin, albumin, dan
elektrolit.
Menejemen nutrisi (NIC) :
1) Ketahui makanan kesukaan pasien
2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
4) Timbang pasien pada interval yang tepat.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1) Ajrakan metode untuk perencanaan makan.


2) Ajarkan pesien atau keluarga tentang makanan yang bergizi dan
tidak mahal.
3) Menejeman nutri (NIC) : beriakn informasi yang tepat tentang
keseimbangan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Aktivitas kolaboratif
1) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
pasien yang menglami ketidakadekuatan asupan protein atau
kehilangan protein (misal, pasien anoreksia nervosa atau pasien
penyakit glomerular/dialisis peritoneal)
2) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap, pemberian makanan melaui selang, atau
nutrisi perenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat
dipertahankan.
3) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi.
4) Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasie tidak
dapat membeli atau menyiapkan mkanan yang adekuat.
5) Manajemen nutrisi (NIC): tentukan dengan melakukan kolaborasi
bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi

16
yang dibutuhkan unntuk memenuhi kebutuhan nutrisi (khususnya
untuk pasien dengan kebutuhan energi tinggi, seperti pasien pasca
bedah dan luka bakar trauma demam, dan luka.
4. Nyeri akut
a. Tujuan :
1) Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu): mengenali awitan nyeri,menggunakan tindakan
pencegahan, melaporkan nyeri dapat dikendalikan.
2) Menunjukkan tingkat nyeri, oleh indikator sebagai berikut (sebutkan
1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada): ekspresi nyeri
pada wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi episode nyeri,
merintih dan menangis, gelisah.
b. Kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
3) Mampu mengenali nyeri skala (skala, instensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang normal
c. Intervensi (NIC)
Pain management
Aktifitas Keperawatan
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor partisipasi.
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
4) Evaluasi pengalaman nyeri bersama pasien dan tim kesehatan lain.

17
5) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri.
6) Bantu pasien dan keluarga untuk mencri dan menemukan dukungan.
7) Kontrol lingkugan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
8) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
9) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
10) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
11) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
12) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
13) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
14) Tingkatkan istirahat
15) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
16) Monitor penerimaan pasien tentang managemen nyeri
17) Analgesic administrasion
Aktifitas Keperawatan

1) memilih lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum


memberikan obat
2) Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6) menentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
7) Pilih rute pemberian secara IV dan IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur

18
8) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
9) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10) Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1) Memberikan arahan kepulangan pasien obat khusus yang harus


diminum, jumlah pemberian, adanya efek samping, adanya interaksi
obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut
(misalnya: pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet), dan nama
orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
2) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
3) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
4) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opioid
(misalnya: resiko ketergantungan atau overdosis).
Aktifitas kolaboratif
1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal
(misalnya: setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
2) Management nyeri (NIC): Gunakan tindakan pengendalian nyeri
sebelum nyeri menjadi lebih berat dan laporkan kepada dokter jika
tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan
yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu

5. Resiko infeksi

19
a. Tujuan: Faktor resiko infeksi akan hilang, dibuktikan oleh pengendalian
resiko komunitas: penyakit menular; status imun; pengendalian resiko:
penyakit menular seksual dan penyembuhan luka: primer dan sekunder.
b. Kriteria Hasil :
1) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Memperlihatkan higiene yang adekuat
3) Mengindikasikan statu gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria,
dan imun dalam batas normal
4) Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
5) Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining
dan pemantauan
c. Intervensi (NIC)

Aktivitas keperawatan
1) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut jantung,
drainase, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi
kulit, keletihan, dan malaise)
2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
(misalnya, usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan
malnutrisi)
3) Pantau hasil laboratorium (misal, hitung darah lengkap, hitung
granulosit absolut, hitung jenis, protein serum, dan albumin)
4) Amati penampilan praktik higiene personal untuk perlindungan
terhadap infeksi.
Penyuluhan untuk Pasien/ Keluarga
1) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa atau terapi
meningkatkan resiko terhadap infeksi
2) Instruksikan untuk menjaga higiene personal untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi (misal, mencuci tangan)
3) Jelaskan rasional dan manfaat serta efek samping imunisasi

20
4) Berikan pasien dan keluarga metode untuk imunisasi (misal, formulir
informasi, buku catatan harian)
Pengendalian Infeksi (NIC):
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien.
Aktivitas Kolaboratif
1) Ikuti protokol institusi untuk melaporkan infeksi yang dicurigai atau
kultur positif
2) Pengendalian Infeksi (NIC): Berikan terapi antibiotik bila diperlukan
[ CITATION Wil131 \l 1033 ].

21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertussis atau whooping cough adalah penyakit infeksi akut pada saluran
pernapasan yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri
dari batuk Secara umum pertussis disebabkan oleh Bordetella pertussis, pada
umumnya pertussis ditularkan langsung pada manusia melalui percikan ludah.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu meminta agar pembaca berkenan memberi kritikan dan saran demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang

22
DAFTAR PUSTAKA

Halimun, H. A. (2016). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba


Medika.

Harwina & Angga. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Trans Info Media.

Ngastiah. (2015). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Sandart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat.

Utama, S. Y. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi. Yogyakarta: CV


BUDI UTAMA.

Wilkinson. (2013). Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai