Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KURANG KALORI DAN

PROTEIN

OLEH :

FIRA YULIANTY ALUMAN

NIM: PO530320119165

TETO GRASYELLA KALEB

NIM:PO530320119195

KELAS : TINGKAT 2 REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya yang sangat besar,sehingga kami pada akhirnya bisa menyelasaikan ”Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Kurang Kalori Dan Protein”

. Rasa terima kasih kami ucapkan kepada bapak/ibu dosen yang selalu memberikan
dukungan setiap bimbingannya,sehingga makalah kami dapat selesaiakan.

Semoga makalah ini bisa menambahakan pengetahuan dan pengalaman.Selayak


kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatau yang sempurna.Kami juga menyadari
bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan.Maka dari itu kami
mengharapkan saran serta masukan dari pada penyusun makalah dengan tema serupa
yang lebih baik.

Kupang, April 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
................................................................................................................................................
i

Daftar Isi
................................................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN
................................................................................................................................................
1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


................................................................................................................................................
3

2.1 Konsep Teori..................................................................................................................3


2.1.1 Pengertian Kurang Kalori Dan Protein......................................................................3
2.1.2 Etiologi Kurang Kalori Dan Protein..........................................................................3
2.1.3 Patofisiologi Kurang Kalori Dan Protein...................................................................4
2.1.4 Manifestasi Klinis Kurang Kalori Dan Protein..........................................................4
2.1.5 Komplikasi Pada Klien Kurang Kalori Dan Protein..................................................5
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Kurang Kalori Dan Protein................................................6
2.1.7 Penatalaksanaan Pada Klien Kurang Kalori Dan Protein..........................................6
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................6
2.2.1 Pengkajian..................................................................................................................6
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................10
2.2.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................................11
2.2.4 Implementasi Keperawatan........................................................................................20
2.2.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................................20

ii
2.3 Kasus
................................................................................................................................................
20

BAB III PENUTUP


................................................................................................................................................
37

3.1 Kesimpulan
................................................................................................................................................
37

3.2 Saran
................................................................................................................................................
37

DAFTAR PUSTAKA
................................................................................................................................................
38

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan


hidup,makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat
sepertikarbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman
yangsudah modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.

Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori
protein.Protein yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama.Protein berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Kitamemperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita
tidakmendapat asupan protein yang cukup dari makanan tersebut, maka kita akan
mengalamikondisi malnutrisi energi protein.

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baikatau
status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakansecara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak,kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Status gizikurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
esensial.

Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum,kurang


gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yang
diakibatkankekurangan energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan
kurang giziyang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-harisehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada
derajatkekurangan energi protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun
berbeda-beda.Penyakit KKP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi

1
1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian KKP ?

2. Apa saja etiologi KKP?


3. Bagaimana patofisiologi KKP?
4. Apa saja manifestasi klinis KKP?
5. Apa saja komplikasi pada klien KKP?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik KKP?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada klien KKP?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien KKP?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian KKP

2. Mengetahui etiologi KKP


3. Mengetahui bagaimana patofisiologi KKP
4. Mengetahui manifestasi klinis KKP
5. Mengetahui komplikasi pada klien KKP
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik KKP
7. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada klien KKP
8. Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien KKP

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Pengertian

Nama internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrition atau CPM adalah suatu
penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protein Energi
Malnutrisi ( PEM).

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurangmendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan
proteinkurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997)

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yangdikarenakan
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi padadefisiensi
protein maupun energi (Sediatoema, 1999).

Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berattidaknya yaitu


KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh
adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor, marasmus dan
kwashiorkor marasmus. Malnutrisi kalori protein adalahtidak adekuatnya intake protein
dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. (Suriadi danRita Yuliani, 2001)

Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan


rendahnyakonsumsi energi dan protein dalam makanan sehari- hari sehingga tidak
memenuhiangka kebutuhan gizi (AKG). (Arief Mansjoer, 2000)

2.1.2 Etiologi

Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena

 Diet yang tidak cukup


 Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orang tua anak
terganggu,karena kelainan metabolic, atau malformasi congenital

3
 Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI, dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diare

Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai
tekanan,sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan
klasifikasi klinik. Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini
disebut sebagai penyakit dengan multifaktoral.

2.1.3 Patofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan makanan, tubuh
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi,
kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,protein merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan,karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kebutuhan tubuh untuk
memepertahankan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah terjadi
kekurangan

Akibat katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilakan


asam amino yang akan segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa
lemak di pecah menjadi asam lemak,gliserol,dan ketan bodies. Otot dapat
memepergunakan asam lemak dan keton bodies,sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Pada klien kwashiorkor

 Muka sembab
 Edema
 Lethargi
 Jaringan otot mengecil
 Jaringan subkutan tipis dan lembut

4
 Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
 Kulit kering dan bersisik
 Alopecia
 Anorexia
 Gagal dalam tumbuh kembang
 Tampak anemia

Pada klien maramus

 Badan kurus kering


 Tampak seperti orang tua
 Lethargi
 Kulit berkeriput
 Ubun –ubun cekung pada bayi
 Jaringan subkutan hilang
 Turgor kulit jelek
 Malaise
 Apatis
 Kelaparan

2.1.5 Komplikasi

1. Kwashiorkor
 Diare
 Infeksi
 Anemia
 Gangguan tumbuh kembang
 Hipokalemi
 Hipernatremi

5
2. Maramus
 Infeksi
 Tuberkolosis
 Parasitosis
 Disentri
 Malnutrisi kronik
 Gangguan tumbuh kembang
2.1.6 pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan laboratorium, albumin,creatinine, dan nitrogen. Elektrolit, Hb, Ht,
transferin.

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien KKP

a. Diet tinggi kalori,protein,mineral,dan vitamin


b. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
c. Penanganan diare bila ada cairan, antidiare, dan antibiotic.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

a. Identitas Anak

Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnose
medis, alamat.

b. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan
anak, alamat, keadaan kesehatan.

c. Keluhan Utama

6
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), sering diare dan keluhan lain yang
menunjukan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

Pada maramus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan terlihat
sangat kurus. Pada kwashiorkor: ibu mengatakan anak mengalami bengkak pada kaki dan
tanggan, kondisi lemah, tidak mau makan, BB menurun.

d. Riwayat Keperawatan Sekarang

pada anak dengan maramus berat badan menurun <60% dari berat badan normal
usianya. Pada anak dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan
(BB<80% dari BB normal seusianya), bengkak pada tungkai, perut terlihat busung, serta
mengalami keterbelakangan mental yaitu apatis dan rewel, juga mengalami penurunan
nafsu makan ringan sampai berat.

e. Riwayat Kesehatan dahulu

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi,
status gizi (lebih baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi
anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,


pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan anggota keluarga,
kultur dan kepercayaan perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain. Tanyakan apakah anggota keluarga pasien pernah
menderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang protein.

Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
kwarshiorkor. Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetic yang dapat
menyebabkan marasmus-kwarshiorkor. Penyebab yang paling utama dikaitkan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat.

7
g. Riwayat pertumbuhan perkembangan
1) Anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor mengalami keterlambatan
pertumubuhan akibat defisiensi protein maupun kalori dan gangguan penglihatan
2) Kecerdasan anak dengan marasmus-kwarshiorkor juga akan menurun akibat
keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan
3) Anak mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan nutrisi
sehingga intake nutrisi semakin berkurang dan mengakibatkan penurunan berat
badan
h. Riwayat nutrisi
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi
protein. Anak juga kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral
penting yang diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk
pertumbuhan mata.

i. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan KKP
adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan
tebal lipatan kulit).

 Pengkuran antropometri
 Pada marasmus: Berat badan < 60% dari berat badan normal usianya.
 Pada kwashiorkor: Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal
usianya, LLA (Lingkar Lengan Atas) <14cm. Lipatan lemak normal sekitar
1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
 Pada anak dengan marasmus

 Penampilan: Muka seorang penderita marasmus menunjukan wajah seperti


orang tua. Anak terlihat sangat kurus (vel over been)
 Kulit: Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor

8
 Rambut kepala: Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor,
adakalanya tampak rambut yang kering, tipis dan mudah rontok, berserabut,
rapuh, pudar, depigmentasi.
 Lemak dibawah kulit: Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit
mengurang.
 Otot-otot: Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas, dan juga
lemas.
 Abdomen: Distensi, lembek, menonjol besar, perototan buruk.
 Jantung: terdapat bradikardi.
 Tekanan darah: Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah
dibandingkan dengan anak sehat seumurnya.

 Pada anak dengan kwashiorkor:

 Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah


dicabut)
 Edema palpebra/ edema tungkai
 Tanda-tanda gangguan system pernafasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostals)
 Perut tampak buncit
 Hati teraba membesar
 Bissing usus dapat meningkat bila terjadi diare
 Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal,
lutut, dan ruas-ruas jari kaki).
j. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi, dikarenakan infeksi
yang kronik misalnya diare yang membuatnya mengalami gangguan penyerapan
protein.

9
k. Riwayat Psikososial
Ibu dengan anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor dapat mengalami cemas
dikarenakan penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang
sering rewel.

l. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia
kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi.Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru. Selain itu juga ditemukan :

1) Albumin serum, penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
2) Penurunan kadar kreatinin
3) Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium
4) Kadar kolesterol serum, penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal: <200
mg/dl)
5) Globulin serum, kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi
tidak sebanyak menurunnya albumin serum, hingga terdapat rasio
albumin/globulin yang biasanya 2 menjadi lebih rendah, bahkan pada malnutrisi
berat ditemukan rasio yang terbalik (Kadar globulin normal: 2.0- 3.5 g/dl)
6) Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam
amino non essiensial.
7) Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase
menurun

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmus, yaitu:

a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


malnutrisi energi protein

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare

10
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status penurunan
metabolik

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh

e. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya


kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi
yang tidak adekuat

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasitentang


penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi yang seimbang
Diagnosa yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Kwarshiorkor adalah:

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
a. Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
b. Gangguan integritas kulit b.d gangguan nutrisi/status metabolic.
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh
e. Resiko gangguan tumbuh kembang b.d malnutrisi.

2.2.3 Rencana Keperawatan


 Pada anak dengan marasmus
a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
malnutrisi energi protein.
 Tujuan: Pemenuhan nutrisi adekuat.
 Kriteria Hasil: Peningkatan pemenuhan nutrisi secara oral.
No Intervensi Rasional
1 Mengetahui riwayat diit pasien sebelumnya
Kaji riwayat diit pasien
yang menyebabkan pasien menderita marasmus
Mengukur dan mencatat BB pasien BB menggambarkan status gizi pasien dan
2
dapat dijadikan sebagai data dasar.
3 Anjurkan orang tua atau anggota Menyuapi anak atau ada disaat anak makan
keluarga lain untuk menyuapi anak atau dapat membantu anak untuk makan lebih

11
ada disaatmakan banyak
Minta anak makan dimeja dalam
Waktu makan yang menyenangkan dapat
4 kelompok dan buat waktu makan
meningkatkan nafsu makan anak
menjadi menyenangkan
Gunakan alat makan yang menarik (lucu, Alat makan yang menarik (lucu, bergambar)
5
bergambar) dapat meningkatkan nafsu makan anak
6 Sajikan makan sedikit tapi sering Mengurangi rasa mual dan muntah
Memberikan makanan tinggi TKTP Nutrisi yang bekalori dan berprotein dapat
7
mengembalikan fungsi tubuh.
Mempertahankan kebersihan mulut dan
8 Untuk mencegah komplikasi noma
gigi

9 Memberi makan lewat parenteral (D 5%) Mengganti zat-zat makanan secara cepat
melalui parenteral
Kolaborasi dengan ahli gizi dapat membantu
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
10 mengetahui jenis makan apa yang baik untuk
pemberian diit pasien
pasien

f. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare.


 Tujuan: Kekurangan volume cairan dapat teratasi
 Kriteria Hasil: Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit
baik

No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda-tanda vital dan tanda- Mengatasi dengan cepat jika terjadi
tanda dehidrasi dehidrasi pada pasein
2 Monitor jumlah dan tipe masukan Memonitor jumlah dan tipe masukan
cairan cairan untuk mengetahui efektivitas dari
terapi yang telah diberikan
3 Mengobservasi input dan output tiap Mengetahui balance intake dan output
6 jam cairan pasien yang menggambarkan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
pasien
4 Kolaborasi pemberian cairan IVFD Menunjang kebutuhan cairan pasien

12
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status metabolik.
 Tujuan: Tidak terjadi gangguan integritas kulit
 Kriteria Hasil: Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas normal

No. Intervensi Rasional


1 Monitor adanya kemerahan, pucat, Mengetahui adanya tanda-tanda gangguan
dan ikterik integritas kulit pada pasien

2 Anjurkan pasien untuk mandi 2 x Menjaga kebersihan tubuh pasien dan


sehari dan gunakan lotion setelah kelembaban kulit pasien
mandi
3 Massage kulit pada tempat-tempat Meminimalkan terjadinya luka dekubitus
penonjolan tulang pada pasien
4 Mengganti posisi pasien ketika Meminimalkan terjadinya luka dekubitus
berbaring sesering mungkin pada pasien

h. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh.


 Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
 Kriteria Hasil: Suhu tubuh normal, leukosit dalam batas normal

No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda-tanda vital pasien Tanda-tanda vital pasien dapat meningkat
apabila terjadi infeksi pada pasien
2 Monitor adanya tanda-tanda infeksi Memonitor adanya tanda-tanda infeksi
dapat memberikan tindakan lebih cepat
untuk menanganinya
3 Ajarkan dan anjurkan keluarga untuk mengurangi kontaminasi silang dan infeksi
mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
4 Gunakan alat-alat yang bersih atau mengurangi kontaminasi silang dan infeksi
steril
5 Kolaborasi pemberian antibiotika menghambat atau mematikan kuman
dalam tubuh pasien

13
i. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya
kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi
yang tidak adekuat.
 Tujuan: Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannnya
 Kriteria Hasil:Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa,
kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya

No Intervensi Rasional
1 Ajarkan pada orang tua tentang tugas Menstimulasi anak sesuai dengan
perkembangan yang sesuai dengan kelompok usianya
kelompok usia
2 Kaji tingkat perkembangan anak Mengetahui tingkat perkembangan anak
dengan Denver II
3 Berikan kesempatan bagi anak yang Menstimulasi dan
sakit memenuhi tugas perkembangan mempertahankanaktifitas anak
4 Berikan mainan sesuai usia anak Menimalkan dampak hospitalisasi anak

5 Berikan waktu bermain yang cukup Bermain dapat merangsang system


dan ajarkan permainan baru sesuai motorik dan sensorik anak
dengan tingkat perkembangan.

6 Bicarakan dengan anak mengenai Anak menjadi tidak trauma dengan


perawatan yang diberikan tindakan yang diberikan

7 Sering bicara dengan anak Memberi kesempatan pada anak


tentang perasaan, ide-ide,
menuangkan perasaanya
kepedulian

8 terhadap kondisi atau perawatan. Interaksi dengan anak membantu


Memberikan kesempatan untuk
mempertahankan kehidupan social
berinteraksi dengan teman seusianya

14
j. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
 Tujuan: Pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakitnya bertambah.
 Kriteria hasil:
1). Mengungkapkan tentang pemahaman tentang proses kondisi/ penyakit dan
kebutuhan nutrisi individu.
2). Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan
No Intervensi Rasional
1 1. Kaji pengetahuan pasien atau Memberikan informasi dimana
keluarga tentang status nutrisi. pasien/keluarga dapat memilih
Tinjau ulang situasi individu, berdasarkan informasi. Pengetahuan
tanda/gejala malnutrisi, harapan tentang interaksi antara malnutrisi dan
masa datang, kebutuhan transisi penyakit membantu untuk memahami
pemberian makan. kebutuhan terhadap terapi khusus.

2 2. Diskusikanalasan penggunaan Mengurangi ansietas mengenai


dukungan nutrisi parenteral/enteral. ketidakmampuan untuk makan melalui
3. mulut.

3 4. Diskusikan penanganan, Pemahaman pasien dan kerja sama


penyimpangan, persiapan yang tepat adalah kunci untuk pemasangan aman
dari larutan nutrisi atau makanan dan pemeliharaan alat akses dukungan
yang di blender, juga diskusikan nutrisi serta pencegahan komplikasi.
tehnik aseptic atau bersih untuk
peraatan sisi pemasangan dan
pengunaan balutan.
4 5. Tinjau ulang penggunaan/ Menurunkan resiko komplikasi
perawatan alat pendukung nutrisi. metabolic dan infeksi.

 Pada anak dengan kwarshiorkor

15
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
 Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
 Kriteria hasil : Memperlihatkan berat badan stabil atau penambahan berat badan
progresif ke arah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari
tanda malnutrisi.

No Intervensi Rasional
1. 1 Kaji status nutrisi secara continue Memberikan kesempatan untuk
selama perawatan setiap hari, mengobservasi penyimpangan dari
perhatikan tingkat energy, kondisi normal/dasar pasien dan mempengaruhi
kulit, kuku, rambut, keinginan untuk pilihan intervensi.
makan ataupun anoreksia.

4. 2 Timbang berat badan,ukur lingkar Membuat data dasar, membantu


lengan atas dan tebal lipatan pemantauan keefektifan pengobatan
kulitsetiap hari dan bandingkan teurapeutik dan dapat menggambarkan
dengan berat badan saat penerimaan perkembangan status gizi pasien.

7. 3 Dokumentasikan masukan oral Mengidentifikasi ketidakseimbangan


selama 24 jam, riwayat makanan, dan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan
jumlah kalori dengan tepat. masukan actual.

410. Berikan larutan nutrisi pada Ketentuan dukungan nutrisi didasarkan


kecepatan yang dianjurkan melalui pada perkiraan kebutuhan kalori dan
alat control infuse sesuai kebutuhan . protein.
Atur kecepatan nutrisi per jam.
11.
512. Jadwalkan aktivitas dan istirahat Meminimalisir kebutuhan kalori.
613. Kaji fungsi GI dan toleransi pada Karena pergantian protein dari mukosa
pemberian makanan enteral: catat GI terjadi kira-kira setiap 3 hari, saluran
bising usus, keluhan mual/muntah, GI beresiko tinggi pada disfungsi dini dan

16
ketidaknyamanan abdomen, adanya atrofi dari penyakit malnutrisi.
diare/konstipasi, atau kram abdomen.
14.
715. Pertahankan patensi selang Formula enteral mengandung protein
pemberian makan enteral dengan yang menghambat selang pemberian
membilas menggunakan air hangat makan yang memerlukan
sesuai indikasi. pembuangan/penggantian selang.
16. Tekankan pentingnya transisi pada
pemberian makanan oral dengan
tepat.
17.
818. Kaji reflek kemampuan untuk Meskipun pasien memiliki sedikit minat/
mengunyah/ menelan dan hasrat untuk makan, transisi pemberian
keterampilan motorik bila mengingat makan peroral lebih baik mengingat efek
pada pemberian makan transisi. samping/komplikasi potensial dari terapi
19. dukungan nutrisi.

920. Beri waktu mengunyah, menelan, Memerlukan intervensi tambahan.


dan melembutkan makanan. Beri Misalnya: latihan oleh ahli disfagia
sosialisasi dan bantuan makan sesuai dukungan nutrisi jangka panjang.
indikasi.
21.
1022. Berikan makan sedikit dan sering . Pasien perlu dorongan/ bantuan untuk
Masukkan kesukaan dan menghadapi maslah dasar seperti
ketidaksukaan pasien dalam anoreksia, kelelahan, atau kelemahan
perencanaan makan. otot.
23.
Kolaborasi

1124. Rujuk pada tim nutrisi atau ahli diet. Meningkatkan hasrat pada makanan dan
25. jumlah makanan.

1226. Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Membantu dalam identifikasi deficit

17
Misalnya: preparat multivitamin. nutrient nutrisi parenteral/enteral.
27. Vitamin larut dalam air ditambahkan
pada larutan parenteral. Vitamin lain
diberikan untuk defisiensi yang
terindikasi.

b. Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.


 Tujuan : Volume cairan tubuh stabil.
 Kriteria hasil : Menunjukkan membrane mukosa/ kulit lembab. Tanda vital
stabil.Haluaran urinarius adekuat.Bebas edema.Bebas penurunan berat badan
berlebihan.Bebas penambahan berat badan tidak tepat.
No Intervensi Rasional
1 1. Kaji tanda klinis dehidrasi, Deteksi dini dan intervensi dapat
misalnya: kulit atau membrane mencegah kekambuhan / kelebihan
mukosa kering, hipotensi atau fluktuasi pada keseimbangan cairan.
kekurangan cairan (misalnya edema
perifer, takikardi, bunyi nafas
adventisius)
2 2. Berikan tambahan cairan oral. Tambahan cairan diperlukan untuk
3. mengurangi dehidrasi.
3 4. Catat masukan dan haluaran, hitung Kehilangan urinarius berlebihan dapat
keseimbangan cairan, dan hitung menunjukkan terjadinya dehidrasi. Berat
berat jenis urine. jenis adalah indicator hidrasi dan fungsi
5. renal.
4 6. Timbang berat badan setiap hari Penambahan berat badan cepat
sesuai indikasi. (menunjukkan retensi cairan) dapat
7. mempredisposisikan/ menimbulkan GJK
atau edema pulmonal.

c. Gangguan integritas kulit b.d gangguan nutrisi/status metabolik


 Tujuan : Tidak terjadinya gangguan integritas kulit.
 Kriteria hasil : Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas kulit baik.

18
No Intervensi Rasional
1 1. Obervasi adanya kemerahan, Area ini meningkat resikonya untuk
pucat, ekskoriasi. kerusakan dan memerlukan pengobatan dan
perawatan lebih intensif
2 2. Gunakan krim kulit 2 kali sehari Melicinkan kulit dan menurunkan gatal.
setelah mandi, pijat kulit, Pemijatan sirkulasi pada kulit, dapat
khususnya di daerah di atas meningkatkan tonus kulit.
penonjolan tulang.
3.
3 4. Lakukan perubahan posisi sering. Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit
5. dengan mencegah tekanan lama pada
jaringan.
4 6. Tekankan pentingnya masukan Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan
nutrisi/cairan adekuat. memperbaiki kondisi kulit.
7.
5 8. Massage kulit khususnya diatas Menyegarkan kulit dan menghindari
penonjolan tulang. decubitus

2.2.4 Implementasi keperawatan


Pada tahap implementasi terdiri dari bebarapa tindakan keperawatan, yaitu validasi rencana
keperawatan dan melanjutkan pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus mendetail dan jelas agar semua
tenagakeperawatan dapat melaksanakannya dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.
2.2.5 Evaluasi

a. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.


b. Kekurangan volume cairan dapat teratasi pada marasmus
c. Volume cairan tubuh stabil pada kwashiorkor
d. Tidak terjadi gangguan integritas kulit
e. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
f. Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannnya
g. Pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakitnya bertambah.

19
2.3 Kasus

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kwashiorkor

Kasus

An. H berumur 3 tahun datang ke rumah sakit dibawa oleh keluarganya dengan keluhan berat
badan anak menurun, bengkak pada wajah, kaki dan perut membesar sejak 4 bulan yang lalu,
anak sering rewel dan kehilangan nafsu makan. Anak sehari-hari makan 2 kali sehari dengan nasi
dan sayur seadanya. An. H adalah anak ke 6 dari keluarga seorang petani. Setelah dilakukan
pengkajian didapatkan data TD: 90/70, N: 96x/ menit, R: 20x/ menit, S: 36 C. BB: 7 kg, TB:
100cm, LILA : 12 cm, turgor kulit menurun, terdapat edema pada kaki dan terdapat asites pada
abdomen, serta rambut kemerahan dan mudah rontok.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. H
Tempat tanggal lahir : Kupang, 21 Februari 2015
Umur : 3 Tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Sasando Kecamatan Alak, Kupang
Tanggal masuk RS : 23 April 2021
Tanggal pegkajian : 23 April 2021
Diagnosa medik : Kwashiorkor
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Menikah
Agama : Kristen

20
Alamat : Jl. Sasando Kecamatan Alak, Kupang
Hubungan keluarga : Ibu klien
3. Keluhan utama
Kekurangan Nutrisi akibat nafsu makan menurun.

4. Riwayat kesehatan sekarang


Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan kira-kira sejak seminggu sebelum klien
dirawat. Tetapi sebelumnya pada usia 18 bulan, klien makan kurang dari 3x sehari dan
hanya makan dengan nasi dan sayur seadanya tanpa lauk pauk yang bergizi yang
menyebabkan berat badan klien semakin menurun. Perut klien terlihat membucit sejak 4
bulan yang lalu dan wajahnya serta kakinya bengkak. Sementara keadaan anak saat ini
sangat lemah, tidak mau makan, dan sering rewel. Keluarga tidak mengetahui keadaan
penyakit yang dialami oleh anak. Klien dirawat di rumah sakit pada tanggal 23 april 2021.

5. Riwayat kesehatan yang lalu


Ibu mengatakan, klien belum pernah dirawat sebelumnya. Semenjak dari dalam
kandungan ibu klien kurang mengkonsumsi makanan yang bernutrisi terutama yang
mengandung protein, sehingga berdampak pada kandungannya ketika lahir. Ibu klien
melahirkan dengan usia kandungan 28 minggu, klien lahir dengan BBLR 2 kg. Sejak bayi
klien juga kurang mendapatkan ASI secara eksklusif.

6. Riwayat kesehatan keluarga


bu klien mengatakan, klien adalah anak keenam dari enam bersaudara, anak pertama
sampai kelima tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan klien atau
penyakit lainnya. Ayah dan ibu klien hanya bekerja sebagai petani dengan penghasilan yang
sangat kurang untuk memenuhi asupan nutrisi anaknya.

Genogram:

21
: Laki – laki : Klien

: Perempuan : Tingga serumah

7. Riwayat tumbuh kembang


a. Pertumbuhan fisik
1) Berat badan lahir : 2000 gram
2) Tinggi badan lahir : 40 cm
3) Waktu tumbuh gigi : 9 bulan, tanggal gigi tahun (-)
b. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat:
1) Berguling : tidak ingat
2) Duduk : tidak ingat
3) Merangkak : 10 bulan
4) Berdiri : 13 bulan
5) Berjalan : 15 bulan
6) Senyum kepada orang lain : tidak ingat
7) Bicara pertama kali : tidak ingat
8) Berpakaian tanpa dibantu : tidak ingat
8. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui : sejak lahir
2) Cara pemberian : ibu klien bekerja di luar rumah, disusui ketika pagi hari
dan malam hari
3) Lama pemberian : kurang dari 12 bulan.

22
b. Pemberian susu formula
Belum pernah diberikan susu formula
c. Pemberian makanan tambahan
1) Pertama kali diberikan : 3 bulan
2) Jenis : nasi tim dengan sayur

9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran
Kualitas : apatis
Kuantitas:
Respon motorik :5
Respon verbal :3
Respon membuka mata :3 +

Jumlah                           11
c. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 96x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
d. Antropometri
Berat badan : 7 kg
Tinggi badan : 100 cm
LILA : 12 cm
Lingkar Kepala : 40 cm
Lingkar dada : 43 cm
Lingkar perut : 58 cm
e. Head to toe

1). Kepala dan Rambut

23
 Inspeksi : rambut tipis kemerahan, penyebaran
rambut tidak merata, tampak kusam dan kering, tidak
ada lesi.
 Palpasi : mudah rontok, terasa tipis, tidak teraba benjolan.
2). Wajah
 Inspeksi : wajah terlihat bengkak, terlihat seperti moon face
3). Mata
 Inspeksi : simetris, sclera putih, konjungtiva pucat
 Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
4). Hidung
 Inspeksi : lubang hidung simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada
lesi, tidak ada cuping hidung
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5). Mulut dan gigi
 Inspeksi : mukosa bibir kering, adanya karies pada gigi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
6). Telinga
 Inspeksi : daun telinga simetris, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
7). Leher
 Inspeksi : tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe.
8). Thorax dan Fungsi Pernafasan
 Inspeksi     :   bentuk simetris kiri dan kanan, tidak terdapat lesi,
gerakan dada asimetris.
 Palpasi       :   tidak ada pembengkakan
 Perkusi      :   terdengar sonor kiri dan kanan
 Auskultasi :  terdengar bunyi vesikuler

24
9). Jantung
 Inspeksi : Tidak tampak pembesaran Jantung
 Palpasi : frekuensi nadi normal, irama teratur
 Perkusi : terdengar pekak/dullness
 Auskultasi : bunyi jantung teratur
10). Abdomen
 Inspeksi     :   ada asites, tidak ada lesi
 Palpasi       :  tidak ada nyeri tekan, ada pembesaran hepar
 Perkusi      :   bunyi hypertimpani
 Auskultasi :   bising usus 12x/menit
11). Ekstremitas dan kulit
a). Kulit
 Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit mengalami hiperpigmentasi,
kulit bersisik dan kering.
 Palpasi : turgor kulit tidak elastis, tidak ada nyeri tekan
b). Ekstremitas
 Inspeksi : Terdapat edema ringan pada kaki, kuku klien terlihat kotor
 Palpasi : teraba edema pada kaki
c). Kriteria kekuatan otot
 = Normal
Tangan

5 5
5 5
Kaki

12). Anus
 Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan
 Palpasi : tidak ada benjolan atau massa

25
13). Genitalia
 Inspeksi : Bersih, tidak terdapat kateter

10. Pola aktivitas Sehari-hari


a. Pola makan
Ibu klien mengatakan di rumah klien makan tidak teratur terkadang kurang dari 3x
sehari, klien dirumah minum kurang lebih 8 gelas perhari, klien tidak mengkonsumsi
susu formula.
b. Pola istirahat dan Tidur
Ibu klien mengatakan klien biasa tidur pukul 19.00 WIB dan bangun pukul 06.30
WIB. Terkadang pola tidur klien terganggu karena kambuhnya gejala penyakit yang
diderita klien pada malam hari.
c. Pola Eliminasi
Klien menyatakan bahwa BAK di rumah tergantung banyak atau tidaknya minum
tetapi biasanya 5x/hari dan BAB teratur 1x/hari.
d. Pola aktivitas dan latihan
Di rumah klien mengalami gangguan aktivitas akibat status mental yang apatis dan
rewel, klien tidak pernah berrmain dengan anak seusianya dan hanya berbaring di tempat
tidur saja.

11. Riwayat psikososial


Keadaan umum klien sangat lemah, sering rewel, dan tidak dapat berinteraksi dengan
orang lain selain keluarga. Keluarga juga mengalami kecemasan karena melihat kondisi
umum klien.

12. Riwayat spiritual


Klien dan keluarga menganut agama Islam. Klien belum diajarkan pendidikan spiritual
oleh keluarga,, namun ibu klien selalu berdoa atas kesembuhan klien.

13. Pemeriksaan Penunjang


Nilai
Jenis Pemeriksaan Hasil
Rujukan

Hematologi:

26
Hemoglobin 12* 13.0 - 16.0
g/dL
Hematokrit 36*
40 - 54%
Lekosit 25000*
4000 -
Trombosit 480000*
10000/uL

150000-
450000/uL

Fungsi Hati:

Protein total 4* 7,0-9,0 gr/dl

Globulin 1* 1,5-3,0 gr/dl

Albumin 2,5* 3,5-5,0 gr/dl

SGOT 60* 0 - 37 u/L

SGPT 45* 0 - 40 u/L

Fungsi ginjal:

Ureum 16 10-50
mg/dL
Creatinin 0.48*
0.60 - 1.30
mg/dL

Elektrolit:

Natrium 120* 135 - 145


mEq/L
Kalium 3.4*
3.5 - 5.3
Chlorida 100
mEq/L

95 - 106

27
mg/dL

Glukosa Sewaktu 50*


80.120/dL

B. Analisa Data
N Data Kemungkinan
Masalah
o senjang penyebab

1. DS: Defisiensi protein Ketidakseimbang


an nutrisi kurang
ibu klien
dari kebutuhan
mengataka
Hipoproteinemia tubuh
n anaknya
tidak mau
makan,
akumulasi cairan di
badannya
rongga usus
kurus, dan
sering
rewel
Asites
DO:

klien
Anoreksia
tampak
lemah,
Porsi
Ketidakseimbang
makan
an nutrisi kurang
tidak
dari kebutuhan
dihabiskan
tubuh
BB: 11 kg,
TB: 100
cm, LILA:
12 cm

28
2 DS: Defisiensi protein Perubahan volume
cairan (fluktuasi)
Ibu klien
mengataka Kurangnya asam
n kaki dan amino essensial

wajah
anaknya Produksi albumin
bengkak menurun

DO:
Tekanan osmotik
wajah dan
menurun
kaki klien
tampak
bengkak, Edema pada
tungkai
perut
acites,
membran Perubahan volume
mukosa cairan (fluktuasi)

kering

3 DS: Kurang

Defisiensi protein pengetahuan


Ibu klien
mengataka
n cemas
Kurang terpapar
dan sering
informasi
bertanya
tentang
kondisi
Kurang
dan
pengetahuan
penyakit
yang

29
dialami
oleh
anaknya.

DO:

Ibu klien
tampak
cemas dan
sering
bertanya

C. Diagnosa keperawatan

1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi (asites)
2). Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
3). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang terpapar informasi.

30
D. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


o Keperawat
an
1 Kebutuh Memperlihatkan 1. Kaji status nutrisi 1. Memberikan
Ketidaksei an berat badan stabil secara continue kesempatan
mbangan nutrisi atau penambahan selama perawatan untuk
nutrisi terpenuh berat badan setiap hari, mengobservasi
kurang i progresif ke arah perhatikan tingkat penyimpangan
dari tujuan dengan energy, kondisi dari
normalisasi nilai kulit, kuku, rambut, normal/dasar
kebutuhan
laboratorium dan keinginan untuk pasien dan
tubuh b.d bebas dari tanda makan ataupun mempengaruhi
kondisi malnutrisi. anoreksia. pilihan
yang 2. Timbang berat intervensi.
mempenga badan,ukur lingkar
ruhi lengan atas dan 2. Membuat data
masukan tebal lipatan dasar,
kulitsetiap hari dan membantu
nutrisi.
bandingkan dengan pemantauan
berat badan saat keefektifan
DS: penerimaan pengobatan
3. Dokumentasikan teurapeutik dan
ibu klien
masukan oral dapat
mengataka
selama 24 jam, menggambarka
n anaknya
riwayat makanan, n
tidak mau
dan jumlah kalori perkembangan
makan,
dengan tepat. status gizi
badannya
pasien.
kurus, dan
4. Berikan larutan 3. Mengidentifika
sering
nutrisi pada si
rewel
kecepatan yang ketidakseimba
DO: dianjurkan melalui ngan antara
alat control infuse perkiraan
klien sesuai kebutuhan . kebutuhan
tampak Atur kecepatan nutrisi dan
lemah, nutrisi per jam. masukan
Porsi actual.
makan Kolaborasi 4. Ketentuan
tidak 1. Rujuk pada tim dukungan
dihabiskan nutrisi atau ahli nutrisi
diet. didasarkan
BB: 11 kg, pada perkiraan
TB: 100 2. Berikan obat- kebutuhan
cm, LILA: obatan sesuai kalori dan
12 cm indikasi. Misalnya: protein.
preparat
multivitamin.

Kolaborasi:

31
1.Membantu dalam
identifikasi deficit
nutrient nutrisi
parenteral/enteral.
2.Vitamin
larut dalam
air
ditambahkan
pada larutan
parenteral.
Vitamin lain
diberikan
untuk
defisiensi
yang
terindikasi.
2 Perubahan Volume Menunjukkan 1. Kaji tanda klinis 1. Deteksi dini
volume cairan membrane dehidrasi, misalnya: dan intervensi
cairan tubuh mukosa/ kulit kulit atau membrane dapat
(fluktuasi) stabil. lembab. Tanda mukosa kering, mencegah
b.d vital hipotensi atau kekambuhan /
ketidakmam stabil.Haluaran kekurangan cairan kelebihan
puan urinarius (misalnya edema fluktuasi pada
mencerna adekuat.Bebas perifer, takikardi, keseimbangan
cairan. edema.Bebas bunyi nafas cairan.
penurunan berat adventisius)
DS: badan berlebihan. 2. Berikan tambahan
cairan oral.
Ibu klien 2. Tambahan
mengatakan 3. Catat masukan dan cairan
kaki dan haluaran, hitung diperlukan
wajah keseimbangan cairan, untuk
anaknya dan hitung berat jenis mengurangi
bengkak urine. dehidrasi.
3. Kehilangan
DO: 4. Timbang berat badan urinarius
wajah dan setiap hari sesuai berlebihan
kaki klien indikasi. dapat
tampak menunjukkan
bengkak, terjadinya
perut acites, dehidrasi.
membran Berat jenis
mukosa adalah
kering indicator
hidrasi dan
fungsi renal.
4.Penambah
an berat
badan cepat
(menunjukk
an retensi

32
cairan)
dapat
mempredisp
osisikan/
menimbulka
n GJK atau
edema
pulmonal.
3 Kurang Pengeta Mengungkapkan 1. Kaji pengetahuan 1. Memberikan
pengetahua huan tentang pasien atau keluarga informasi
n pasien/ pemahaman tentang status nutrisi. dimana
(kebutuhan keluarga tentang proses Tinjau ulang situasi pasien/keluarg
belajar) tentang kondisi/penyakit individu, a dapat
mengenai penyakit dan kebutuhan tanda/gejala memilih
kondisi, nya nutrisi individu. malnutrisi, harapan berdasarkan
prognosis, bertamb Melakukan masa datang, informasi.
dan ah. dengan benar kebutuhan transisi Pengetahuan
kebutuhan prosedur yang pemberian makan. tentang
pengobatan perlu dan interaksi antara
b.d kurang menjelaskan 2. Diskusikanalasan malnutrisi dan
terpapar penggunaan penyakit
informasi. dukungan nutrisi membantu
parenteral/enteral. untuk
DS: memahami
3. Diskusikan kebutuhan
Ibu klien penanganan, terhadap terapi
mengatakan penyimpangan, khusus.
cemas dan persiapan yang tepat 2. Mengurangi
sering dari larutan nutrisi ansietas
bertanya atau makanan yang mengenai
tentang di blender, juga ketidakmampu
kondisi dan diskusikan tehnik an untuk
penyakit aseptic atau bersih makan melalui
yang untuk peraatan sisi mulut.
dialami oleh pemasangan dan 3. Menurunkan
anaknya. pengunaan balutan. resiko
komplikasi
DO: metabolic dan
Ibu klien infeksi.
tampak
cemas dan
sering
bertanya
E. Implementasi keperawatan
Tangga No Implementasi Evaluasi
l dan D
jam X
23 April 1 - Mengkaji status nutrisi secara continue S: ibu klien mengatakan
2021,

33
pukul selama perawatan setiap hari, perhatikan klien sudah mau makan
12.00
tingkat energi, kondisi kulit, kuku, rambut, sedikit-sedikit
keinginan untuk makan ataupun anoreksia.
O: porsi makan habis 1/3
- Menimbang berat badan,ukur lingkar lengan porsi
atas dan tebal lipatan kulit setiap hari dan
BB: 11 kg
bandingkan dengan berat badan saat
penerimaan LILA: 12cm

- Mendokumentasikan masukan oral selama 24 A: Masalah belum


jam, riwayat makanan, dan jumlah kalori teratasi
dengan tepat.
P: lanjutkan intervensi
- Memberikan larutan nutrisi pada kecepatan
yang dianjurkan melalui alat control infuse
sesuai kebutuhan . Atur kecepatan nutrisi per
jam.

- Berkolaborasidengan tim nutrisi atau ahli


diet.

- Berkolaborasi dalam pemberian obat-obatan


sesuai indikasi. Misalnya: preparat
multivitamin.
Pukul 2 - Mengkaji tanda klinis dehidrasi, misalnya: klien masih bengkak
13.00 kulit atau membrane mukosa kering,
O: masukan cairan 100
hipotensi atau kekurangan cairan (misalnya
ml
edema perifer, takikardi, bunyi nafas
adventisius) Keluaran cairan 50 ml
dari pukul 06.00
- Memberikan tambahan cairan oral.
TTV: TD: 90/60
- Mencatat masukan dan haluaran, hitung
mmHg; S: 36,8 C;
keseimbangan cairan, dan hitung berat jenis
urine. N: 96x/menit; R:

34
- Menimbang berat badan setiap hari sesuai 18x/menit
indikasi
A: Masalah belum
teratasi

P: Lanjutkan intervensi
Pukul 3 - Mengkaji pengetahuan pasien atau keluarga S: Ibu klien masih
14.00
tentang status nutrisi. Tinjau ulang situasi bertanya-tanya tentang
individu, tanda/gejala malnutrisi, harapan kondisi klien
masa datang, kebutuhan transisi pemberian
O: ibu klien tampak
makan.
cemas
- Mendiskusikan alasan penggunaan dukungan
A: Masalah belum
nutrisi parenteral/enteral.
terarasi
- Mendiskusikan penanganan, penyimpangan,
persiapan yang tepat dari larutan nutrisi atau P: Lanjutkan interensi
makanan yang di blender, juga diskusikan
tehnik aseptic atau bersih untuk peraatan sisi
pemasangan dan pengunaan balutan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurang kalori dan protein ini terjadi karena ketidak seimbangan antara konsumsi kalori atau
karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energy atau terjadinya defisiensi atau defisit energy
dan protein. pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut anak
mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan
kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).

35
Anak atau penderita maramus tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat
badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut
kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
3.2 Saran
Dari penulisan makalah ini kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran demi perbaikan makalah ini, lebih kurang kami mohon maaf jika ada kekurangan dari
makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA
Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi 4 EGC. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Wong.Donna.L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, FourthEdition,
Mosby-Year Book Inc, St. Lous Missouri. Diposkan oleh rapiadi di 10:57 Label: umum

36

Anda mungkin juga menyukai