PROTEIN
OLEH :
NIM: PO530320119165
NIM:PO530320119195
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya yang sangat besar,sehingga kami pada akhirnya bisa menyelasaikan ”Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Kurang Kalori Dan Protein”
. Rasa terima kasih kami ucapkan kepada bapak/ibu dosen yang selalu memberikan
dukungan setiap bimbingannya,sehingga makalah kami dapat selesaiakan.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
................................................................................................................................................
i
Daftar Isi
................................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
................................................................................................................................................
1
ii
2.3 Kasus
................................................................................................................................................
20
3.1 Kesimpulan
................................................................................................................................................
37
3.2 Saran
................................................................................................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................................................................................
38
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori
protein.Protein yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama.Protein berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Kitamemperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita
tidakmendapat asupan protein yang cukup dari makanan tersebut, maka kita akan
mengalamikondisi malnutrisi energi protein.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baikatau
status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakansecara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak,kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Status gizikurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
esensial.
1
1.2 Rumusan masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian
Nama internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrition atau CPM adalah suatu
penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protein Energi
Malnutrisi ( PEM).
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurangmendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan
proteinkurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997)
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yangdikarenakan
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi padadefisiensi
protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
2.1.2 Etiologi
3
Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI, dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diare
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai
tekanan,sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan
klasifikasi klinik. Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini
disebut sebagai penyakit dengan multifaktoral.
2.1.3 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan makanan, tubuh
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi,
kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,protein merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan,karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kebutuhan tubuh untuk
memepertahankan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah terjadi
kekurangan
Muka sembab
Edema
Lethargi
Jaringan otot mengecil
Jaringan subkutan tipis dan lembut
4
Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
Kulit kering dan bersisik
Alopecia
Anorexia
Gagal dalam tumbuh kembang
Tampak anemia
2.1.5 Komplikasi
1. Kwashiorkor
Diare
Infeksi
Anemia
Gangguan tumbuh kembang
Hipokalemi
Hipernatremi
5
2. Maramus
Infeksi
Tuberkolosis
Parasitosis
Disentri
Malnutrisi kronik
Gangguan tumbuh kembang
2.1.6 pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan laboratorium, albumin,creatinine, dan nitrogen. Elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
2.1.7 Penatalaksanaan
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Anak
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnose
medis, alamat.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan
anak, alamat, keadaan kesehatan.
c. Keluhan Utama
6
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), sering diare dan keluhan lain yang
menunjukan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Pada maramus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan terlihat
sangat kurus. Pada kwashiorkor: ibu mengatakan anak mengalami bengkak pada kaki dan
tanggan, kondisi lemah, tidak mau makan, BB menurun.
pada anak dengan maramus berat badan menurun <60% dari berat badan normal
usianya. Pada anak dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan
(BB<80% dari BB normal seusianya), bengkak pada tungkai, perut terlihat busung, serta
mengalami keterbelakangan mental yaitu apatis dan rewel, juga mengalami penurunan
nafsu makan ringan sampai berat.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi,
status gizi (lebih baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi
anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
kwarshiorkor. Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetic yang dapat
menyebabkan marasmus-kwarshiorkor. Penyebab yang paling utama dikaitkan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat.
7
g. Riwayat pertumbuhan perkembangan
1) Anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor mengalami keterlambatan
pertumubuhan akibat defisiensi protein maupun kalori dan gangguan penglihatan
2) Kecerdasan anak dengan marasmus-kwarshiorkor juga akan menurun akibat
keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan
3) Anak mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan nutrisi
sehingga intake nutrisi semakin berkurang dan mengakibatkan penurunan berat
badan
h. Riwayat nutrisi
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi
protein. Anak juga kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral
penting yang diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk
pertumbuhan mata.
i. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan KKP
adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan
tebal lipatan kulit).
Pengkuran antropometri
Pada marasmus: Berat badan < 60% dari berat badan normal usianya.
Pada kwashiorkor: Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal
usianya, LLA (Lingkar Lengan Atas) <14cm. Lipatan lemak normal sekitar
1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
Pada anak dengan marasmus
8
Rambut kepala: Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor,
adakalanya tampak rambut yang kering, tipis dan mudah rontok, berserabut,
rapuh, pudar, depigmentasi.
Lemak dibawah kulit: Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit
mengurang.
Otot-otot: Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas, dan juga
lemas.
Abdomen: Distensi, lembek, menonjol besar, perototan buruk.
Jantung: terdapat bradikardi.
Tekanan darah: Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah
dibandingkan dengan anak sehat seumurnya.
9
k. Riwayat Psikososial
Ibu dengan anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor dapat mengalami cemas
dikarenakan penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang
sering rewel.
l. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia
kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi.Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru. Selain itu juga ditemukan :
1) Albumin serum, penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
2) Penurunan kadar kreatinin
3) Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium
4) Kadar kolesterol serum, penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal: <200
mg/dl)
5) Globulin serum, kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi
tidak sebanyak menurunnya albumin serum, hingga terdapat rasio
albumin/globulin yang biasanya 2 menjadi lebih rendah, bahkan pada malnutrisi
berat ditemukan rasio yang terbalik (Kadar globulin normal: 2.0- 3.5 g/dl)
6) Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam
amino non essiensial.
7) Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase
menurun
Diagnosis yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmus, yaitu:
10
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status penurunan
metabolik
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
a. Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
b. Gangguan integritas kulit b.d gangguan nutrisi/status metabolic.
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh
e. Resiko gangguan tumbuh kembang b.d malnutrisi.
11
ada disaatmakan banyak
Minta anak makan dimeja dalam
Waktu makan yang menyenangkan dapat
4 kelompok dan buat waktu makan
meningkatkan nafsu makan anak
menjadi menyenangkan
Gunakan alat makan yang menarik (lucu, Alat makan yang menarik (lucu, bergambar)
5
bergambar) dapat meningkatkan nafsu makan anak
6 Sajikan makan sedikit tapi sering Mengurangi rasa mual dan muntah
Memberikan makanan tinggi TKTP Nutrisi yang bekalori dan berprotein dapat
7
mengembalikan fungsi tubuh.
Mempertahankan kebersihan mulut dan
8 Untuk mencegah komplikasi noma
gigi
9 Memberi makan lewat parenteral (D 5%) Mengganti zat-zat makanan secara cepat
melalui parenteral
Kolaborasi dengan ahli gizi dapat membantu
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
10 mengetahui jenis makan apa yang baik untuk
pemberian diit pasien
pasien
No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda-tanda vital dan tanda- Mengatasi dengan cepat jika terjadi
tanda dehidrasi dehidrasi pada pasein
2 Monitor jumlah dan tipe masukan Memonitor jumlah dan tipe masukan
cairan cairan untuk mengetahui efektivitas dari
terapi yang telah diberikan
3 Mengobservasi input dan output tiap Mengetahui balance intake dan output
6 jam cairan pasien yang menggambarkan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
pasien
4 Kolaborasi pemberian cairan IVFD Menunjang kebutuhan cairan pasien
12
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status metabolik.
Tujuan: Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria Hasil: Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas normal
No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda-tanda vital pasien Tanda-tanda vital pasien dapat meningkat
apabila terjadi infeksi pada pasien
2 Monitor adanya tanda-tanda infeksi Memonitor adanya tanda-tanda infeksi
dapat memberikan tindakan lebih cepat
untuk menanganinya
3 Ajarkan dan anjurkan keluarga untuk mengurangi kontaminasi silang dan infeksi
mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
4 Gunakan alat-alat yang bersih atau mengurangi kontaminasi silang dan infeksi
steril
5 Kolaborasi pemberian antibiotika menghambat atau mematikan kuman
dalam tubuh pasien
13
i. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya
kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi
yang tidak adekuat.
Tujuan: Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannnya
Kriteria Hasil:Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa,
kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya
No Intervensi Rasional
1 Ajarkan pada orang tua tentang tugas Menstimulasi anak sesuai dengan
perkembangan yang sesuai dengan kelompok usianya
kelompok usia
2 Kaji tingkat perkembangan anak Mengetahui tingkat perkembangan anak
dengan Denver II
3 Berikan kesempatan bagi anak yang Menstimulasi dan
sakit memenuhi tugas perkembangan mempertahankanaktifitas anak
4 Berikan mainan sesuai usia anak Menimalkan dampak hospitalisasi anak
14
j. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
Tujuan: Pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakitnya bertambah.
Kriteria hasil:
1). Mengungkapkan tentang pemahaman tentang proses kondisi/ penyakit dan
kebutuhan nutrisi individu.
2). Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan
No Intervensi Rasional
1 1. Kaji pengetahuan pasien atau Memberikan informasi dimana
keluarga tentang status nutrisi. pasien/keluarga dapat memilih
Tinjau ulang situasi individu, berdasarkan informasi. Pengetahuan
tanda/gejala malnutrisi, harapan tentang interaksi antara malnutrisi dan
masa datang, kebutuhan transisi penyakit membantu untuk memahami
pemberian makan. kebutuhan terhadap terapi khusus.
15
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Memperlihatkan berat badan stabil atau penambahan berat badan
progresif ke arah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari
tanda malnutrisi.
No Intervensi Rasional
1. 1 Kaji status nutrisi secara continue Memberikan kesempatan untuk
selama perawatan setiap hari, mengobservasi penyimpangan dari
perhatikan tingkat energy, kondisi normal/dasar pasien dan mempengaruhi
kulit, kuku, rambut, keinginan untuk pilihan intervensi.
makan ataupun anoreksia.
16
ketidaknyamanan abdomen, adanya atrofi dari penyakit malnutrisi.
diare/konstipasi, atau kram abdomen.
14.
715. Pertahankan patensi selang Formula enteral mengandung protein
pemberian makan enteral dengan yang menghambat selang pemberian
membilas menggunakan air hangat makan yang memerlukan
sesuai indikasi. pembuangan/penggantian selang.
16. Tekankan pentingnya transisi pada
pemberian makanan oral dengan
tepat.
17.
818. Kaji reflek kemampuan untuk Meskipun pasien memiliki sedikit minat/
mengunyah/ menelan dan hasrat untuk makan, transisi pemberian
keterampilan motorik bila mengingat makan peroral lebih baik mengingat efek
pada pemberian makan transisi. samping/komplikasi potensial dari terapi
19. dukungan nutrisi.
1124. Rujuk pada tim nutrisi atau ahli diet. Meningkatkan hasrat pada makanan dan
25. jumlah makanan.
17
Misalnya: preparat multivitamin. nutrient nutrisi parenteral/enteral.
27. Vitamin larut dalam air ditambahkan
pada larutan parenteral. Vitamin lain
diberikan untuk defisiensi yang
terindikasi.
18
No Intervensi Rasional
1 1. Obervasi adanya kemerahan, Area ini meningkat resikonya untuk
pucat, ekskoriasi. kerusakan dan memerlukan pengobatan dan
perawatan lebih intensif
2 2. Gunakan krim kulit 2 kali sehari Melicinkan kulit dan menurunkan gatal.
setelah mandi, pijat kulit, Pemijatan sirkulasi pada kulit, dapat
khususnya di daerah di atas meningkatkan tonus kulit.
penonjolan tulang.
3.
3 4. Lakukan perubahan posisi sering. Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit
5. dengan mencegah tekanan lama pada
jaringan.
4 6. Tekankan pentingnya masukan Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan
nutrisi/cairan adekuat. memperbaiki kondisi kulit.
7.
5 8. Massage kulit khususnya diatas Menyegarkan kulit dan menghindari
penonjolan tulang. decubitus
19
2.3 Kasus
Kasus
An. H berumur 3 tahun datang ke rumah sakit dibawa oleh keluarganya dengan keluhan berat
badan anak menurun, bengkak pada wajah, kaki dan perut membesar sejak 4 bulan yang lalu,
anak sering rewel dan kehilangan nafsu makan. Anak sehari-hari makan 2 kali sehari dengan nasi
dan sayur seadanya. An. H adalah anak ke 6 dari keluarga seorang petani. Setelah dilakukan
pengkajian didapatkan data TD: 90/70, N: 96x/ menit, R: 20x/ menit, S: 36 C. BB: 7 kg, TB:
100cm, LILA : 12 cm, turgor kulit menurun, terdapat edema pada kaki dan terdapat asites pada
abdomen, serta rambut kemerahan dan mudah rontok.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. H
Tempat tanggal lahir : Kupang, 21 Februari 2015
Umur : 3 Tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Sasando Kecamatan Alak, Kupang
Tanggal masuk RS : 23 April 2021
Tanggal pegkajian : 23 April 2021
Diagnosa medik : Kwashiorkor
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Menikah
Agama : Kristen
20
Alamat : Jl. Sasando Kecamatan Alak, Kupang
Hubungan keluarga : Ibu klien
3. Keluhan utama
Kekurangan Nutrisi akibat nafsu makan menurun.
Genogram:
21
: Laki – laki : Klien
22
b. Pemberian susu formula
Belum pernah diberikan susu formula
c. Pemberian makanan tambahan
1) Pertama kali diberikan : 3 bulan
2) Jenis : nasi tim dengan sayur
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran
Kualitas : apatis
Kuantitas:
Respon motorik :5
Respon verbal :3
Respon membuka mata :3 +
Jumlah 11
c. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 96x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
d. Antropometri
Berat badan : 7 kg
Tinggi badan : 100 cm
LILA : 12 cm
Lingkar Kepala : 40 cm
Lingkar dada : 43 cm
Lingkar perut : 58 cm
e. Head to toe
23
Inspeksi : rambut tipis kemerahan, penyebaran
rambut tidak merata, tampak kusam dan kering, tidak
ada lesi.
Palpasi : mudah rontok, terasa tipis, tidak teraba benjolan.
2). Wajah
Inspeksi : wajah terlihat bengkak, terlihat seperti moon face
3). Mata
Inspeksi : simetris, sclera putih, konjungtiva pucat
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
4). Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada
lesi, tidak ada cuping hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5). Mulut dan gigi
Inspeksi : mukosa bibir kering, adanya karies pada gigi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
6). Telinga
Inspeksi : daun telinga simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
7). Leher
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada lesi
Palpasi : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe.
8). Thorax dan Fungsi Pernafasan
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak terdapat lesi,
gerakan dada asimetris.
Palpasi : tidak ada pembengkakan
Perkusi : terdengar sonor kiri dan kanan
Auskultasi : terdengar bunyi vesikuler
24
9). Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran Jantung
Palpasi : frekuensi nadi normal, irama teratur
Perkusi : terdengar pekak/dullness
Auskultasi : bunyi jantung teratur
10). Abdomen
Inspeksi : ada asites, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ada pembesaran hepar
Perkusi : bunyi hypertimpani
Auskultasi : bising usus 12x/menit
11). Ekstremitas dan kulit
a). Kulit
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit mengalami hiperpigmentasi,
kulit bersisik dan kering.
Palpasi : turgor kulit tidak elastis, tidak ada nyeri tekan
b). Ekstremitas
Inspeksi : Terdapat edema ringan pada kaki, kuku klien terlihat kotor
Palpasi : teraba edema pada kaki
c). Kriteria kekuatan otot
= Normal
Tangan
5 5
5 5
Kaki
12). Anus
Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa
25
13). Genitalia
Inspeksi : Bersih, tidak terdapat kateter
Hematologi:
26
Hemoglobin 12* 13.0 - 16.0
g/dL
Hematokrit 36*
40 - 54%
Lekosit 25000*
4000 -
Trombosit 480000*
10000/uL
150000-
450000/uL
Fungsi Hati:
Fungsi ginjal:
Ureum 16 10-50
mg/dL
Creatinin 0.48*
0.60 - 1.30
mg/dL
Elektrolit:
95 - 106
27
mg/dL
B. Analisa Data
N Data Kemungkinan
Masalah
o senjang penyebab
klien
Anoreksia
tampak
lemah,
Porsi
Ketidakseimbang
makan
an nutrisi kurang
tidak
dari kebutuhan
dihabiskan
tubuh
BB: 11 kg,
TB: 100
cm, LILA:
12 cm
28
2 DS: Defisiensi protein Perubahan volume
cairan (fluktuasi)
Ibu klien
mengataka Kurangnya asam
n kaki dan amino essensial
wajah
anaknya Produksi albumin
bengkak menurun
DO:
Tekanan osmotik
wajah dan
menurun
kaki klien
tampak
bengkak, Edema pada
tungkai
perut
acites,
membran Perubahan volume
mukosa cairan (fluktuasi)
kering
3 DS: Kurang
29
dialami
oleh
anaknya.
DO:
Ibu klien
tampak
cemas dan
sering
bertanya
C. Diagnosa keperawatan
1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi (asites)
2). Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
3). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
30
D. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi:
31
1.Membantu dalam
identifikasi deficit
nutrient nutrisi
parenteral/enteral.
2.Vitamin
larut dalam
air
ditambahkan
pada larutan
parenteral.
Vitamin lain
diberikan
untuk
defisiensi
yang
terindikasi.
2 Perubahan Volume Menunjukkan 1. Kaji tanda klinis 1. Deteksi dini
volume cairan membrane dehidrasi, misalnya: dan intervensi
cairan tubuh mukosa/ kulit kulit atau membrane dapat
(fluktuasi) stabil. lembab. Tanda mukosa kering, mencegah
b.d vital hipotensi atau kekambuhan /
ketidakmam stabil.Haluaran kekurangan cairan kelebihan
puan urinarius (misalnya edema fluktuasi pada
mencerna adekuat.Bebas perifer, takikardi, keseimbangan
cairan. edema.Bebas bunyi nafas cairan.
penurunan berat adventisius)
DS: badan berlebihan. 2. Berikan tambahan
cairan oral.
Ibu klien 2. Tambahan
mengatakan 3. Catat masukan dan cairan
kaki dan haluaran, hitung diperlukan
wajah keseimbangan cairan, untuk
anaknya dan hitung berat jenis mengurangi
bengkak urine. dehidrasi.
3. Kehilangan
DO: 4. Timbang berat badan urinarius
wajah dan setiap hari sesuai berlebihan
kaki klien indikasi. dapat
tampak menunjukkan
bengkak, terjadinya
perut acites, dehidrasi.
membran Berat jenis
mukosa adalah
kering indicator
hidrasi dan
fungsi renal.
4.Penambah
an berat
badan cepat
(menunjukk
an retensi
32
cairan)
dapat
mempredisp
osisikan/
menimbulka
n GJK atau
edema
pulmonal.
3 Kurang Pengeta Mengungkapkan 1. Kaji pengetahuan 1. Memberikan
pengetahua huan tentang pasien atau keluarga informasi
n pasien/ pemahaman tentang status nutrisi. dimana
(kebutuhan keluarga tentang proses Tinjau ulang situasi pasien/keluarg
belajar) tentang kondisi/penyakit individu, a dapat
mengenai penyakit dan kebutuhan tanda/gejala memilih
kondisi, nya nutrisi individu. malnutrisi, harapan berdasarkan
prognosis, bertamb Melakukan masa datang, informasi.
dan ah. dengan benar kebutuhan transisi Pengetahuan
kebutuhan prosedur yang pemberian makan. tentang
pengobatan perlu dan interaksi antara
b.d kurang menjelaskan 2. Diskusikanalasan malnutrisi dan
terpapar penggunaan penyakit
informasi. dukungan nutrisi membantu
parenteral/enteral. untuk
DS: memahami
3. Diskusikan kebutuhan
Ibu klien penanganan, terhadap terapi
mengatakan penyimpangan, khusus.
cemas dan persiapan yang tepat 2. Mengurangi
sering dari larutan nutrisi ansietas
bertanya atau makanan yang mengenai
tentang di blender, juga ketidakmampu
kondisi dan diskusikan tehnik an untuk
penyakit aseptic atau bersih makan melalui
yang untuk peraatan sisi mulut.
dialami oleh pemasangan dan 3. Menurunkan
anaknya. pengunaan balutan. resiko
komplikasi
DO: metabolic dan
Ibu klien infeksi.
tampak
cemas dan
sering
bertanya
E. Implementasi keperawatan
Tangga No Implementasi Evaluasi
l dan D
jam X
23 April 1 - Mengkaji status nutrisi secara continue S: ibu klien mengatakan
2021,
33
pukul selama perawatan setiap hari, perhatikan klien sudah mau makan
12.00
tingkat energi, kondisi kulit, kuku, rambut, sedikit-sedikit
keinginan untuk makan ataupun anoreksia.
O: porsi makan habis 1/3
- Menimbang berat badan,ukur lingkar lengan porsi
atas dan tebal lipatan kulit setiap hari dan
BB: 11 kg
bandingkan dengan berat badan saat
penerimaan LILA: 12cm
34
- Menimbang berat badan setiap hari sesuai 18x/menit
indikasi
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Pukul 3 - Mengkaji pengetahuan pasien atau keluarga S: Ibu klien masih
14.00
tentang status nutrisi. Tinjau ulang situasi bertanya-tanya tentang
individu, tanda/gejala malnutrisi, harapan kondisi klien
masa datang, kebutuhan transisi pemberian
O: ibu klien tampak
makan.
cemas
- Mendiskusikan alasan penggunaan dukungan
A: Masalah belum
nutrisi parenteral/enteral.
terarasi
- Mendiskusikan penanganan, penyimpangan,
persiapan yang tepat dari larutan nutrisi atau P: Lanjutkan interensi
makanan yang di blender, juga diskusikan
tehnik aseptic atau bersih untuk peraatan sisi
pemasangan dan pengunaan balutan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurang kalori dan protein ini terjadi karena ketidak seimbangan antara konsumsi kalori atau
karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energy atau terjadinya defisiensi atau defisit energy
dan protein. pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut anak
mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan
kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).
35
Anak atau penderita maramus tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat
badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut
kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
3.2 Saran
Dari penulisan makalah ini kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran demi perbaikan makalah ini, lebih kurang kami mohon maaf jika ada kekurangan dari
makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi 4 EGC. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Wong.Donna.L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, FourthEdition,
Mosby-Year Book Inc, St. Lous Missouri. Diposkan oleh rapiadi di 10:57 Label: umum
36