Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen pembimbing :

Dwi Retno Wulan,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,Sp.,Kep.,Anak

Disusun Oleh kelompok 11

Amalia Fatma 32722001d19006


Anis Fitriani 32722001d19008
Pridiya Hamdilah 32722001d19080
Putri Audia 32722001d19082
Salwa Maulida P.A 32722001d19092

Kelas :

2B D-III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada suatu
halangan apapun, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di dunia dan di akhirit. Makalah ini kami
susun dengan mengenai “Makalah Asuhan Keperawatan Pada Bayi Resiko
Tinggi “. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak”

Kelompok menyampaikan terima kasih kepada semua pihak dan dosen


pembimbing dan rekan-rekan sekalian. Namun kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi peningkatan makalah ini penulis. Berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kelompok khususnya dan pembaca pada umumnya.

Sukabumi,02 April 2021

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASA
1. Pengertian ............................................................................................. 3
2. Klasifikasi Bayi Resiko Tinggi ............................................................ 3
3. Resiko Tinggi Pada Neonatus .............................................................. 4
a. BBLR ............................................................................................. 4
b. Hiperbilirubinemia ......................................................................... 7
c. Asfiksia .......................................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan Bayi BBLR ....................................................... 10
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................. 40
B. Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah kondisi ketika berat badan
bayi yang baru lahir berada di bawah kisaran normalnya. Sesaat setelah
dilahirkan, panjang atau tinggi serta berat badan bayi akan diukur dan
ditimbang. Sesaat setelah dilahirkan, panjang atau tinggi serta berat badan
bayi akan diukur dan ditimbang. Berat badan bayi dikatakan normal jika
berada di kisaran 2,500 gram (gr) atau 2,5 kilogram (kg) hingga 3.500 gr atau
3,5 kg. Bila berat badan bayi yang baru lahir lebih dari 4.000 gr atau 4 kg,
tandanya bayi tergolong besar.
Hiperbilirubinemia adalah kondisi di mana terjadi akumulasi bilirubin dalam
darah, misalnya akibat hepatitis A, anemia hemolitik, kanker pankreas, ataupun
ikterus neonatorum. Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena produksi bilirubin yang
berlebih, gangguan fungsi hepar, atau ekskresi bilirubin yang terganggu.
Asfiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh
berkurang. Kondisi ini bisa mengakibatkan penurunan kesadaran dan bahkan
mengancam nyawa penderitanya. Asfiksia dapat disebabkan oleh berbagai hal
dan umumnya bersifat darurat sehingga penanganan perlu segera dilakukan.
Saat menarik napas, oksigen dari udara akan masuk ke paru-paru melalui
hidung dan mulut. Selanjutnya, oksigen masuk ke dalam pembuluh darah
kecil atau kapiler dan dibawa oleh sel darah merah menuju jantung untuk
disebarkan ke seluruh jaringan tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud bayi resiko tinggi?
2. Bagaimana klasifikasi bayi resiko tinggi?
3. Apa yang dimaksud BBLR?
4. Apa aja ciri dan gejala BBLR?

1
5. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi BBLR?
6. Apa yang dimaksud Hiperbilirubinemia?
7. Apa saja tanda dan gejala Hiperbilirubinemia?
8. Apa saja faktor dan cara pengobatan Hiperbilirubinemia?
9. Apa yang di maksud Asfiksia?
10. Apa saja tanda dan gejala Asfiksia?
11. Bagaimana cara penanganan Asfiksia?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui bayi resiko tinggi
2. Agar mengetahui bagaimana klasifikasi bayi resiko tinggi
3. Agar mengetahui penyakit BBLR
4. Agar mengetahui ciri dan gelaja BBLR
5. Agar mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi BBLR
6. Agar mengetahui penyakit Hiperbilirubinemia
7. Agar mengetahui apa saja Tanda Gejala Penyakit Hiperbilirubinemia
8. Agar mengetahui apa saja cara pengobatan Hiperbilirubinemia
9. Agar mengetahui penyakit Asfiksia
10. Agar mengetahui apa saja tanda gejala penyakit Asfiksia
11. Agar memahami bagaimana cara menangani Asfiksia

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain. Resiko tinggi
menyatakan bahwa bayi harus mendapat pengawasan ketat oleh dokter dan
perawat yang telah berpengalaman.
Lama masa pengawasan biasanya beberapa hari tetapi dapat berkisar
dari beberapa minggu. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir
sampai usia 28 hari (neonatus)
2. Klasifikasi bayi resiko tinggi
Klasifikasi bayi resiko tinggi dibedakan berdasarkan 4 macam yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan berat badan
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BBLR).
2. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum
mencapai 37 minggu.
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42
minggu.
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan > 37
minggu.
3. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir dengan
keterlambatan pertumbuhan intrauterine dengan berat badan terletak
dibawah persentil ke-10 dalam grafik pertumbuhan intra uterine.
b. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir dengan
dengan berat badan sesuai dengan berat badan terletak antara persentil
ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra uterine.
c. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan lebih besar untuk usia kehamilan dg berat badan yang diatas
persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra uterine.
(Grafik terlampir)
4. Klasifikasi berdasarkan masalah patofisologis
Pada klasifikasi ini yaitu semua neonatus yang lahir disertai masalah
patofisiologis atau mengalami gangguan fisiologis.
a. Hiperbilirubinemia

3
b. Asfiksia Neonaturum
c. Tetanus neonaturum
d. Respiratory Distress Sindrom

3. Resiko Tinggi pada Neonatus


A. BBLR
1. Pengertian
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi
dinyatakan mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram,
sedangkan berat badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3 kilogram.
Sementara pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1,5 kilogram,
dinyatakan memiliki berat badan lahir sangat rendah.
BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang
memerlukan perhatian di berbagai negara terutama pada negara
berkembang atau negara dengan sosio-ekonomi rendah. WHO (World
Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir
dengan berat ≤ 2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3
macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLSR (1000-1499 gram),
BBLER (< 1000 gram).
2. Ciri dan Gejala Berat Badan Lahir Rendah
1) Lebih kurus.
2) Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
3) Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.

Masalah yang umum ditemui pada bayi seperti ini adalah:

1) Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia).


2) Memiliki masalah dalam menyusu.
3) Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan.
4) Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada
temperatur yang normal.
5) Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu
kental (polisitemia).
3. Faktor – Faktor yang Dapat Mempengaruhi BBLR

4
1) Ibu Hamil dengan Anemia
Menurut Artana (2002) menyatakan bahwa anemia disebabkan oleh
kadar haemoglobin yang rendah jika terjadi pada ibu hamil akan
mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi dari ibu
ke janin. Oksigen di butuhkan untuk menghasilkan energi dan
nutrisi di butuhkan untuk mencukupi asupan gizi
yang di perlukan ibu dan janin. Gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ini akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin terhambat sehingga beresiko melahirkan
BBLR.
2) Ibu dengan Hipertensi
Menurut Abdoe J di Gambia tahun 2008 bahwa ibu yang mengalami
hipertensi pada saat hamil berisiko lebih besar melahirkan bayi berat
lahir rendah karena terjadi penurunan aliran darah di dalam tubuh
ibu sehingga menganggu suplai oksigen dan nutrisi ke janin melalui
plasenta sebagai perantara, hal ini akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada janin yang
berakibat gangguan pada kehamilan yaitu bayi lahir premature,
BBLR bahkan kematian janin.
Hipertensi berpengaruh terhadap kejadian BBLR karena pada
hipertensi terjadi penurunan aliran darah di dalam tubuh melalui
plasenta sehingga akan menmpengaruhi distribusi oksigen dan
nutrisi untuk janin hal ini dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan janin salah satunya yaitu ibu
dengan hipertensi beresiko melahirkan BBLR.
3) Usia ibu
Kehamilan di bawah umur 20 tahun atau umur lebih dari 35 tahun
merupakan kehamilan yang beresiko tinggi. Kehamilan pada usia
muda umur < 20 tahun membutuhkan asupan makanan lebih banyak
karena ibu dalam masa pertumbuhan untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi pada ibu. Sedangkan kehamilan pada umur > 35 tahun
mengalami fungsi penurunan organ-organ biologis dan organ
pencernaan yang akan mempengaruhi asupan nutrisi yang di
butuhkan antara ibu dan janin, hal ini mengakibatkan ibu
melahirkan BBLR karena terjadi
persaingan nutrisi antara ibu dan janin.

5
Menurut Hurlock B.E. (2002) dalam Hidajati (2012) semakin
meningkatnya umur dan tingkat kematangan maka kekuatan
seseorang dalam berpikir dan bekerja juga akan lebih matang. Ibu
yang melahirkan di usia muda kurang dari 20 tahun organ
reproduksinya belum matang dan belum berfungsi secara optimal
untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan janin karena adanya kompetisi makanan antara janin
dan ibunya yang masih dalam pertumbuhan, serta adanya perubahan
hormonal selama kehamilan sehingga wanita tersebut mempunyai
kebutuhan terhadap zat gizi yang lebih besar dari pada wanita
lainnya. Tambahan kebutuhan zat gizi yang besar disebabkan oleh
kehamilan yang di alaminya, hal ini akan meningkatkan resiko bagi
kehamilannya yaitu melahirkan BBLR.
4) Ibu dengan Asma Bronkial
Menurut Afdal (2009) menyatakan bahwa asma bronkial memiliki
pengaruh terhadap kejadian BBLR, hal ini dihubungkan dengan
fungsi pernafasan yang lebih buruk, karena ibu yang hamil
kekurangan oksigen menyebabkan terjadinya sesak napas sehingga
ibu hamil membutuhkan banyak suplai oksigen untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dalam tubuh padahal janin yang di kandungan
juga memerlukan oksigen yang cukup untuk proses pertumbuhan
dan perkembangan di sinilah terjadi persaingan oksigen antara ibu
dan janin, hal ini menyebabkan resiko ibu melahirkan bayi
premature, keguguran, BBLR bahkan kematian janin.
5) Ibu dengan Paritas
Menurut Endriana (2012) dimana paritas berhubungan dengan
BBLR hal ini di sebabkan kebanyakan pasangan suami istri tidak
mau melakukan program KB (keluarga berencana) mereka
beranggapan bahwa anak adalah rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa
sehingga banyak ibu yang melahirkan sampai 4 kali di usia yang
tidak muda, hal ini sangat beresiko dan menyebabkan bayi lahir
premature, BBLR, bahkan kematian janin karena kurangnya
pengetahuan atau edukasi pada masing masing keluarga tersebut hal
ini di buktikan dalam wawancara dengan ibu hamil kebanyakan
mereka jarang melakukan kontrol atau kunjungan kehamilan ke
tenaga kesehatan karena letak pusat kesehatan yang jauh dan tidak
ada yang

6
mengantar.
B. Hiperbilirubinemia
1. Pengertian
Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin
dalam darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang
secara klinis ditandai dengan ikterus.Bilirubin diproduksi dalam sistem
retikuloendotelial sebagai produk akhir dari katabolisme heme dan
terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Karena sifat hidrofobiknya,
bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam plasma, terikat erat pada
albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit,
terikat dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui
empedu, bilirubin direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh
mikroba di usus besar. Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap
kembali ke dalam sirkulasi, sehingga meningkatkan bilirubin plasma
total.
2. Tanda dan Gejala
1) Kulit dan bagian putih mata bayi (sklera) berubah menjadi kuning.
Warna pigmen kuning ini biasanya terjadi pada area wajah terlebih
dahulu kemudian turun ke badan dan seluruh tubuh bayi
2) Menolak menyusu
3) Lemas.
3. Faktor Resiko
1) Asi yang kurang
Bayi yang tidak dapat asi cukup saat menyusui dapat bermasalah
karena tidak cukupnya asupan ASI yang masuk ke usus untuk
memroses pembuangan
bilirubin dari dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi pada bayi prematur
yang ibunya
tidak memroduksi cukup ASI.
2) Peningkatan jumlah sel darah merah
Peningkatan jumlah sel darah merah dengan penyebab apapun berisiko
untukterjadinya hiperbilirubinemia. Sebagai contoh, bayi yang
memiliki jenis golongan darah yang berbeda dengan ibunya, lahir
dengan anemia akibat abnormalitas eritrosit (antara lain eliptositosis),
atau mendapattransfusi darah; kesemuanya berisiko tinggi akan
mengalami hiperbilirubinemia.
3) Infeksi/ inkompabilitas ABO-Rh

7
Bermacam infeksi yang dapat terjadi pada bayi atau ditularkan dari ibu
ke janindi dalam rahim dapat meningkatkan risiko hiperbilirubinemia.
Kondisi ini dapat meliputi infeksi kongenital virus herpes, sifilis
kongenital, rubela, dan sepsis. Gejala klinis pada
hiperbillirubinemiaSebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak
berbahaya, tetapi kadang-kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi
bisa menyebabkan kerusakan otak (Kernicterus).
4. Pengobatan
1) Fototerapi
Fototerapi dapat digunakan tunggalatau dikombinasi dengan transfusi
pengganti untuk menurunkan bilirubin. Bila neonatus dipapar dengan
cahaya berintensitas tinggi, tindakan ini dapatmenurunkan bilirubin
dalam kulit. Secara umum, fototerapi harus diberikan pada kadar
bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Neonatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi
bila kon-
sentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa pakarmengarahkan untuk
memberikan fototerapi profilaksis 24 jam pertama pada bayi berisiko
tinggi dan berat badan lahirrendah.
2) Intravena immunoglobulin (IVIG)
Pemberian IVIG digunakan pada kasus yang berhubungan dengan
faktor imunologik. Pada hiperbilirubinemia yang disebabkan oleh
inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi, pemberian IVIG dapat
menurunkan kemungkinan dilakukannya transfusi tukar.
3) Transfusi pengganti
Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi anemia akibat eritrosit
yang rentan terhadap antibodi erirtosit maternal menghilangkan
eritrosit yang tersensitisasimengeluarkan bilirubin serum serta
meningkatkan albumin yang masih bebas bilirubin dan meningkatkan
keterikatannya dangan bilirubin.
4) Penghentian ASI
Pada hiperbilirubinemia akibat pemberian ASI, penghentian ASI
selama 24-48
jam akan menurunkan bilirubin serum. Mengenai pengentian
pemberian ASI
(walaupun hanya sementara) masih terdapat perbedaan pendapat.
5) Terapi medikamentosa

8
Phenobarbital dapat merangsang hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini
efektif diberikan pada ibu hamil selama beberapa hari sampai beberapa
minggu sebelum melahirkan
C. Asfiksia
1. Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan menurut Mochtar
(2011).
2. Faktor Penyebab Terjadinya Asfiksia
1) Faktor ibu diantaranya :
a) Anemia pada saat hamil
b) Partus lama
c) Umur ibu
d) Hipertensi pada saat hamil.
2) Faktor Bayi diantaranya :
a) Adanya lilitan tali pusat
b) BBLR
3. Tanda dan Gejala
a) Kulit bayi tampak pucat atau kebiruan
b) Bibir kebiruan
c) Otot-otot di dada terlihat berkontraksi untuk membantu
pernapasan
d) Denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat
e) Bayi tampak lunglai
f) Bayi terdengar merintih
4. Penanganan
a. Penggunaan alat bantu pernapasan untuk mengalirkan udara ke
paru-paru bayi.
b. Sebagian bayi mungkin akan membutuhkan tambahan gas nitric
oxide melalui tabung pernapasan.
c. Pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah dan
meredakan kejang apabila terjadi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

9
Asuhan Keperawatan Bayi BBLR.
Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny.V
a) Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 13 Mei 2018
Metode : Wawancara, observasi, Pemeriksaan Fisik, perawat, dokter dan
Studi Dokumen Sumber Informasi : Klien, keluarga klien, rekam medis klien
Dilakukan oleh : Lusi Astriana Dewi
1) Identitas
Nama : By. Ny. V
TTL : Sleman,9 Mei 2018
Jenis kelamin : laki-laki
Nama ayah : Tn. A
Umur : 19 th
Nama ibu : Ny. V
Umur : 16 th
Agama : Islam
Pendidikan ayah : SMA
Pendidikan ibu : SMP
Pekerjaan ayah : Karyawan swasta
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Suku kebangsaan : Jawa, Indonesia
Alamat : Perum Pesona Alam Argomulyo, sedayu Bantul
Diagnose medis : BBLR, KB, SMK SPt
No RM : 34-64-89
2) Keluhan utama
Ibu bayi mengeluh bayinya saat lahir memiliki berat badan rendah yaitu 2310
gram.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang

10
Klien dirawat di ruang perinatologi, tangisan kuat, gerak kurang aktif, bibir
kering, tidak ada kejang.
4) Riwayat kelahiran dan persalinan

a) Antenatal
Ny. V menyatakan kehamilan pertama, G1P0A0, usia 16 tahun, klien tidak
pernaah periksa ANC karena kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang tidak
diharapkan. Klien mengatakan selama hamil mengkonsumsi minuman beralkohol
dan makan brem. Klien mengatakan makan teratur dan tidak mempunyai riwayat
penyakit kehamilan.
b) Intranatal
Ny. V menyatakan, dibawa ke puskesmas karena merasa sakit perut, kemudian
dirujuk ke RSUD Sleman pada tanggal 9 Mei 2018 pukul 10.00 WIB kemudian di
RSUD Sleman melahirkan secara spontan pada pukul 23.00 WIB dengan Usia
kehamilan 32 Minggu. Lama persalinan kala I 11 jam, Kala II 10 menit, Kala III 5
menit dan Kala IV 2 jam.

Keadaan bayi baru lahir


BB/ PB Lahir : 2310 gr / 46 cm
Nilai APGAR : 1menit/ 5menit: 7/9
Daftar tabel 1. Hasil penilaian APGAR Score Bayi Ny.V
No. Kriteria 1 menit 5 menit
1. Denyut Jantung 2 2
2. Usaha Nafas 2 2
3. Tonus Otot 1 2
4. Reflek 1 2
5. Warna Kulit 1 1
Total 7 9

11
c) Postnatal
Bayi lahir dengan usaha nafas spontan. Air ketuban habis.
APGAR score7/9. Tidak ada trauma saat lahir. Klien mendapat Vit K dan
imunisasi HB 0

5) Riwayat Keluarga
a) Genogram

b) Riwayat kesehatan keluarga


Ny.V mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat melahirkan anak
dengan berat badan lahir rendah. Keluarga klien tidak ada riwayat hipertensi,
diabetes, ginjal, jantung. Klien 5 hari Ayah Klien 19 th Ibu Klien 16 th
Keterangan : : laki – laki : perempuan : bayi Ny.V : tinggal serumah.
6) Keadaan kesehatan saat ini

12
a) Status Nutrisi dan cairan
Bayi mendapat intake oral ASI 1-2cc setiap 2 jam melalui OGT dan spuit . Residu
0,5-2 cc awal kelahiran berupa lendir, hari selanjutnya berupa ASI. Klien
terpasang cairan infus KAEN IB 15,4 cc/jam .
b) Aktivitas istirahat
Bayi tampak kurang aktif, banyak tidur, menangis keras.
c) Perawatan kebersihan diri
Bayi mandi secara sponge bath setiap pagi hari dan perawatan tali pusat. Popok
diganti tiap selesai mandi dan tiap bayi b.a.b serta sudah b.a.k terlalu banyak.
Bayi tampak bersih dan tidak tampak tanda iritasi.
d) Eliminasi
Bayi dapat B.A.B dan B.A.K e) Keadaan psikologis orang tua Ny. S menyatakan
khawatir dengan keadaan anaknya. Ia menginginkan anaknya cepat pulang seperti
bayi- bayi lainnya. Ia mengusahakan untuk taat instrusi dokter dan perawat, agar
anaknya cepat pulang. Ibu bayi tampak lelah dan ASI keluar sedikit.
7) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum : Gerak kurang aktif, menangis kuat, banyak tidur
Tanda vital :
N : 138x/menit
RR :46x/menit
S :36,5oC
b) Antropometri
BB sekarang : 2240 gr LD : 28 cm
PB : 46 cm LP : 27 cm
LK : 30 cm LILA (kiri) : 9 cm
b) Reflek Primitif
Bayi memiliki reflek moro yang baik, memiliki reflek palmar, memiliki reflek
plantar, reflek tonik neck, memiliki reflek Babinski, memiliki reflek roating
dan reflek sucking yang lemah.

13
c) Kepala / Leher
Ubun-ubun tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat, wajah simetris.
d) Mata
sklera tidak ikterik, konjungtiva merah muda
e) Mulut
Mulut terlihat kering. Tidak terdapat sianosis dan kelainan labio palato
schizis. Terpasang OGT pada mulut bayi untuk mengetahui residu ASI dan
memberikan ASI
f) THT
Telinga :Bentuk telinga simetris, kartilago tampak belum sempurna, tidak ada
cairan abnormal
Hidung : Lubang hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung.
g) Respirasi
Bentuk toraks simetris. Tidak terdapat penggunaan otototot pernapasan
tambahan. Tidak terdapat retraksi dada.Respirasi 46 kali permenit teratur.
Tangisan keras.
h) Kardiovaskuler
HR 138x/menit, kuat, teratur, posisi kiri atas, tidak sianosis.
i) Gastrointestinal
Tidak terdapat distensi abdomen, bising usus (+), residu berupa lendir dan
ASI 0,5-2 cc.
j) Ekstremitas
Atas : lengkap tidak ada kelainan, akral hangat
Bawah : lengkap tidak ada kelainan, akral hangat
k) Integumen
Kulit berwarna kemerahan, tidak ikterik. Turgor kulit
8) Terapi
a) ASI eksklusif melaui OGT
b) KAEN IB 15,4 cc/jam

14
c) Ampicillin 2x 115 mg
d) Gentamicin 1 x 11 mg
e) Metronidazole 1 x 17 mg
9) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah rutin tanggal 10 Mei 2018

Daftar tabel 2. Hasil pemeriksaan darah rutin Bayi Ny.V


Parameter Nilai Nilai Normal Satuan
Hemoglobin 17,5 14,9-23,7 g/dl
Hematocrit 49 47-75 %
Leukosit 12,1 10-26 10*3/ uL
Eritrosit 4,09 3,7-6,5 10*6/ uL
Trombosit 159 150-440 10*3/ uL
MPV 11,1 7,2-11,1 fL
PDW 14,1 9-13 fL
RDW-CV 16,8 11,5-14,5 %
MCV 105,1 85-123 fL
MCH 37,3 28-40 Pg
MCHC 35,3 29-37 %
Basofil 0,3 0-1 %
Monosit 11,4 4-8 %
Eosinofil 1,9 1-6 %
Limfosit 35 22-40 %
Neutrofil 51,4 53-26 %
Ratio 0,059

15
Pemeriksaan
Tanggal 15 Mei
2018
Kimia Klinik
Fungsi Hati
Bilirubin Total 4,3 Mg%
Bilirubin Direk 0,7 Mg%
Fungsi Jantung
CRP <5 1,5-6 Mg/L
Kuantitatif

b. Analisis Data
Daftar tabel 3. Analisis data pada bayi Ny.V
No. Data Masalah Penyebab
1. DS : - Resiko infeksi prematuritas
DO :
a. Usia kehamilan : 32 minggu
b. Leukosit : 12.1 103 /uL
c. BB lahir : 2310 gram
d. Nadi : 138 x/menit
e. Suhu : 36.5 0C
f. RR : 44 x/menit
g. Terpasang infuse di
ekstermitas atas kanan

16
2. DS : - Ketidakseimbangan Reflek hisap
DO : nutrisi : kurang dari lemah
a. Bayi terpasang OGT b. Bayi kebutuhan tubuh
belum dapat menetek ibu
c. Reflek hisap ada tapi masih
lemah
d. BB lahir : 2310 gram e. BB
sekarang : 2240 gram
f. Terpasang IVFD KAEN I B
15.4 cc/jam di tangan kanan
g. Terdapat residu 0,5 - 2 cc/ 2
jam
h. Bibir tampak kering

b) Diagnosis Keperawatan Sesuai prioritas


1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan reflek hisap lemah ditandai dengan :
DS : -
DO :
a) Bayi terpasang OGT
b) Bayi belum dapat menetek ibu
c) Reflek hisap ada tapi masih lemah
d) BB lahir : 2310 gram, BB sekarang : 2240 gram
e) Terpasang IVFD KAEN IB 15.4 cc/jam di tangan kanan
f) Terdapat residu 0,5 - 2 cc
g) Bibir tampak

17
2) Resiko Infeksi b.d prematuritas ditandai dengan :
DS : -
DO :
a) Usia kehamilan : 32 minggu
b) Leukosit : 12.1 103 /uL
c) BB lahir : 2310 gram
d) Nadi : 138 x/menit
e) Suhu : 36.5 0C
f) RR : 44 x/menit
g) Terpasang infuse di ekstermitas atas kanan
d. Rencana Keperawatan
Daftar tabel 4. Rencana Keperawatan Bayi Ny.V
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Ketidakseimbangan Setelah diberi a. obervasi a. Mengetahui
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan reflek hisap kemampuan
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam dan menelan bayi untuk
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi timbang berat mencerna ASI
reflek hisap lemah, klien terpenuhi badan setiap b. Mengetahui
ditandai dengan : dengan kriteria : a. hari kapasitas
DS : - BB meningkat b. lakukan lambung bayi
DO : 15gram/hari pengecekkan c. Untuk
a. Bayi terpasang b. Reflek hisap dan residu memenuhi
OGT menelan kuat lambung kebutuhan
b. Bayi belum dapat c. Tidak ada residu c. berikan ASI nutrisi bayi,
menetek ibu c. lambung 1-2 cc/2 jam nutrisi yang
Reflek hisap ada tapi d. Bibir lembab melalui OGT sedikit tapi
masih lemah atau spuit sering untuk

18
d. BB lahir : 2310 d. ajarkan ibu lambung yang
gram cara belum matur
e. BB sekarang : menyiapkan d. Mencegah
2240 gram ASI yang kerusakan ASI
f. Terpasang IVFD benar untuk
KAEN I B 15.4 e. kelola mencukupi
cc/jam di tangan pemberian kebutuhan
kanan terapi KAEN nutrisi bayi
g. Terdapat residu IB 15,4 e. Untuk
0,5 - 2 cc/ 2 jam cc/jam. memenuhi
h. Bibir tampak kebutuhan
kering nutrisi melalui
parenteral
Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan a. Kaji tanda- a. Menentukan
prematuritas, asuhan keperawatan tanda vital dan intervensi
ditandai dengan : selama 3 x 24 jam, tanda-tanda lebih lanjut
DS : - klien terhindar dari infeksi setiap b.
DO : infeksi, dengan 6 jam Meminimalkan
a. Usia kehamilan : kriteria hasil: b. Gunakan terjadinya
32 minggu a. TTV normal tekhnik infeksi silang
b. Leukosit : 12.1 1) Suhu berada di aseptic c.
103 /uL rentang 360C-370C sebelum dan Meminimalkan
c. BB lahir : 2310 2) Respirasi pada sesudah terjadinya
gram rentang kontak dengan infeksi silang
d. Nadi : 138 40x/menit60x/menit bayi ibu dan bayi
x/menit 3) Nadi dalam c. Anjurkan d. Untuk
e. Suhu : 36.5 0C rentang 120 ibu mencuci meminimalkan
f. RR : 44 x/menit x/menit140x/menit tangan,

19
g. Terpasang infuse b. Tidak ada tanda membersihkan pertumbuhan
di ekstermitas atas – tanda infeksi putting dan bakteri
kanan 1) Kolor payudara e. Antibiotik
2) Dolor dengan air untuk
3) Rubor matang mencegah
4) Tumor sebelum terjadinya
5) Fungsiolesa memeras ASI pertumbuhan
d. Ajarkan ibu bakteri
cara mencuci
tangan dengan
6 langkah
benar
e. Kelola
pemberian
obat injeksi 2x
115 mg,
Gentamicin 1x
11 mg,
metronidazole
1x 17 mg.

e. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi


Daftar tabel 5. Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Bayi Ny.V
No. Implementasi Evaluasi
1. Minggu, 13 Mei 2018 Pukul Minggu, 13 Mei 2018 pukul 14.00 WIB
09.00 WIB S:-
Memberikan ASI melalui O : ASI diberikan 2 cc pada jam 09.00 dan
OGT 11.00, diberikan asi 1 cc pada jam 13.00

20
melalui OGT dan spuit, ada residu pada
pukul 13.00 , berat badan 2240 gram
A : kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d reflek hisap lemah
P : kelola pemberian ASI 1-2cc/2jam
2. Minggu, 13 Mei 2018 11.00
WIB Memberikan ASI
3. Minggu, 13 Mei 2018 13.00
WIB Memberikan ASI
4. Senin, 14 Mei 2018 09.00 S:-
WIB Memberikan ASI O : ASI diberikan 2cc/2jam dengan spuit,
reflek hisap ada tapi lemah, berat badan
2230 gram
A : kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d reflek hisap lemah
P : kelola pemberian ASI 1-2cc/2jam
5. Senin, 14 Mei 2018 11.00
WIB Memberikan ASI
6. Senin, 14 mei 2018 13.00
WIB Memberikan ASI
7. Selasa, 15 Mei 2018 09.00 S:-
WIB Memberikan ASI O : ASI diberikan 2cc dengan spuit pada
pukul 09.00, 1 cc pada puku 11.00 dan
13.00 mutah pada pukul 10.00 2x reflek
hisap ada tapi lemah, berat badan 2250
gram
A : kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d reflek hisap lemah

21
P : kelola pemberian ASI 1-2cc/2jam
8. Selasa, 15 Mei 2018 11.00
WIB Memberikan ASI
9. Selasa, 15 Mei 2018 13.00
WIB Memberikan ASI
10. Rabu, 16 Mei 2018 09.00 S:-
WIB Memberikan ASI O : ASI diberikan 1cc dengan spuit, reflek
hisap ada tapi lemah, bayi tampak lemas
berat badan 2200 gram
A : kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d reflek hisap lemah
P : kelola pemberian ASI 1-2cc/2jam
11. Rabu,16 Mei 2018 11.00
WIB Memberikan ASI
12. Rabu, 18 Mei 2018 13 .00
WIB Memberikan ASI

Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Hiperbilirubin


a) Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien.
Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesis, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di laboratorium
(Surasmi, 2013) 29
1. Anamnese orang tua/keluarga
Meliputi :
Nama bayi, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, anak ke berapa, BB/ PB
dan alamat, nama orang tua bayi.

22
2. Riwayat keperawatan
a) Riwayat kehamilan
Kurangnya antenal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang meningkatkan
ikterus. Misalnya salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat
proses konjugasi sebelum ibu partus.
b) Riwayat persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau dokter. Lahir prematur/ kurang
bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin.
c) Riwayat postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, kulit bayi tampak
kuning.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polychitemia, gangguan saluran
cerna dan hati (hepatitis).
e) Riwayat psikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
f) Pengetahuan keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua tentang bayi yang
ikterus.

3. Kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum (refleks mengisap dan menelan lemah)
sehingga berat badan (BB) bayi mengalami penurunan. Palpasi abdomen
dapat menunjukan pembesaran limpa, hepar.
b. Eliminasi
Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap
pekat, hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) dan feses mungkin lunak/

23
cokelat kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Bising usus hipoaktif, pasase
mekonium mungkin lambat.
c. Istirahat
Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun.
d. Aktifitas
Bayi biasanya mengalami penurunan aktifitas, letargi, hipototonus dan mudah
terusik.
e. Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu.
f. Neurosensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal
yang berhubungan dengan trauma kelahiran/kelahiran 31 ekstraksi vakum.
Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidros fetalis mungkin ada dengan
inkompatibilitis Rh berat.
g. Pernapasan
Riwayat asfiksia Krekels, mukus bercak merah muda (edema pleural,
hemoragi
pulmonal)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak lemah, pucat, ikterus dan aktivitas menurun
b. Kepala, leher : Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa
pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan Tekanan
langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih ( kuning),
dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia
c. Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda
peningkatan frekuensi nafas, status kardiologi menunjukkan adanya
tachicardia, khususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi
d. Perut : Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati.
Hal ini berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan fototerapi. Gangguan

24
Peristaltik tidak diindikasikan fototerapi, Perut membuncit, muntah , mencret
merupakan akibat gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik,
splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial,
tixoplasmosis, rubella
e. Urogenital : Urine kuning dan pekat, Adanya faeces yang pucat / acholis /
seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran
empedu
f. Ekstremitas : Menunjukkan tonus otot yang lemah
g. Kulit : Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor jelek. Elastisitas menurun,
Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis, ikterus pada
kulit dan sklera mata.
h. Pemriksaan Neurologis : Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lainlain
menunjukkan adanya tanda- tanda kern – ikterus (Surasmi, 2013) 5.
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %
b. Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi
c. Screnning enzim G6PD (glucose 6 phosphate dheydrogenase) menunjukkan
adanya penurunan
d. Screnning Ikterus melalui metode Kramer
e. Pemeriksaan Bilirubin Direct >0,2 mg/dl
f. Pemeriksaan Bilirubin Indirect >0,60-10,50 mg/dl
g. Pemeriksaan Bilirubin Total >12 mg/dl (Suriadi, 2001)
b. Diagnosa Keperawatan.
1. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(insensible water loss) tanpa disadari dari fototerapi.
2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan
bonding.

25
4. Kurangnnya pengetahuan berhubungan dengan kuranngnya pengalaman orang
tua.
5. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin
sekunder dari pemecahan sel darah merah dengan gangguan ekskresi bilirubin
(Cecily, 2009)
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervensi yang disusun
untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Rencana intervensi
disusun berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis keperawatan (Cecily,
2009)
1. Diagnosa 1
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (Insensible
water loss) tanpa disadari dari fototerapi.
Definisi : Kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravascular,
interstisial, dan/ atau intraselular, yang dapat mengganggu kesehatan.
Batasan Karakteristik :
1. Turgor kulit kembali normal
2. Elastisitas kulit baik.
3. Membrane mukosa tidak kering.
NOC : Hidrasi
Kriteria Hasil :
1. Turgor kulit kembali normal
2. Elastisitas kulit baik.
3. Membrane mukosa tidak kering.
NIC : Monitor Cairan
Intervensi :
2. Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang seperti tangan
atau tulang kering, mencubit kulit dengan lembut, pegang dengan kedua

26
tangan dan lepaskan (dimana kulit akan turun kembali dengan cepat jika
pasien terhidrasi dengan baik).
3. Monitor membrane mukosa, turgor kulit, dan respon haus.
4. Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urine.
5. Monitor asupan dan pengeluaran.
6. Tentukan faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan ketidakseimbangan
cairan (misalnya, kehilangan albumin, luka bakar, malnutrisi, sepsis, disfungsi
hati, paparan panas, infeksi, paska operasi, muntah, dan diare).
7. Tentukan jumlah dan jenis intake/ asupan cairan serta kebiasaan eliminasi.
2. Diagnosa 2 :
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
Definisi :
Rentan mengalami kerusakan epidermis dan/ atau dermis, yang dapat
mengganggu kesehatan.
Batasan Karakteristik :
1. Suhu kulit
2. Hidrasi
3. Integritas kulit
NOC : Integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas normal.
2. Bebas dari cedera kulit atau jaringan.
3. Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum.
NIC : Pengecekan kulit
Intervensi :
1. Inspeksi warna, suhu, hidrasi, pertumbuhan rambut, tekstur, pecahpecah
atau luka pada kulit.
2. Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet.
3. Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang berlebihan dan kelembapan.

27
4. Monitor kulit dan selaput lender terhadap area perubahan warna, memar,
dan pecah.
5. Merubah posisi bayi dengan sering
6. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
(misalnya melapisi kasur, menjadwalkan reposisi.
3. Diagnosa 3 :
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan
bonding.
Definisi :
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom
(sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan Karakteristik :
1. Cemas
2. Tampak waspada
3. Sangat khawatir
NOC : Kontrol kecemasan diri
Kriteria Hasil :
1. Orang tua tidak tampak cemas.
2. Orang tua mengekspresikan perasaan dan perhatian pada bayi.
3. Orang tua aktif dalam partisipasi perawatan bayi.
NIC : Pengurangan Kecemasan
Intervensi :
1. Kenalkan pasien pada orang (atau kelompok) yang telah berhasil melewati
pengalaman yang sama.
2. Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis.
3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.

28
4. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi
ketakutan.
5. Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan takut maupun cemas.
6. Yakinkan keselamatan dan keamanan klien.
7. Instruksikan klien untuk menggunakan metode mengurangi kecemasan
(misalnya, teknik bernafas dalam, distraksi, visualisasi, meditasi, relaksasi
otot progresif, mendengar music music lembut), jika diperlukan.
4. Diagnosa 4 :
Kurangnnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman orang
tua.
Definisi :
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu.
Batasan karakteristik :
1. Orang tua tidak memahami kondisi bayi
2. Orang tua tidak memahami alasan pengobatan
3. Orang tua tidak berpartisipasi dalam merawat bayi
NOC : Pengetahuan : perawatan bayi
Kriteria hasil :
1. Orang tua memahami kondisi bayi dan alasan pengobatan
2. Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan bayi
NIC : Pendidikan orangtua : Bayi
Intervensi :
1. Ajarkan orangtua keterampilan dalam merawat bayi yang baru lahir.
2. Edukasi keluarga mengenai prosedur dan perawatan fototerapi.
3. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam terapi sinar
7. Diagnosa 5

29
Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin
sekunder dari pemecahan sel darah merah dengan gangguan ekskresi
bilirubin.
Definisi :
Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi
dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu, yang dapat
mengganggu kesehatan.
Batasan Karakteristik :
1.Adanya jaundice
2.Kadar serum bilirubin tinggi
3.Refleks hisap dan menelan kurang
NOC : Respon imun hipersensitif
Kriteria hasil :
1. Serum bilirubin menurun
2. Tidak ada jaundice
3. Refleks hisap dan menelan baik
NIC : Fototerapi : Neonatus
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda (warna) kuning
2. Periksa kadar serum bilirubin, sesuai kebutuhan, sesuai protocol atau
permintaan dokter.
3. Tutupi kedua mata bayi, hindari penekanan yang berlebihan
4. Tempatkan lampu fototerapi di atas bayi dengan tinggi yang sesuai.
5. Cek intensitas lampu setiap hari.
6. Monitor tanda vital per protocol atau sesuai kebutuhan.
7. Ubah posisi bayi setiap 4 jam per protocol.
8. Monitor kadar serum bilirubin per protocol atau sesuai dengan permintaan
dokter.
d. Implementasi Keperawatan

30
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
e. Evaluasi Keperawatan .
Hasil yang diharapkan tidak terjadi ikterus pada neonatus, tanda vital dan suhu tubuh
bayi stabil dalam batas normal, keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara,
integritas kulit baik/utuh, bayi menunjukan partisipasi terhadap rangsangan visual dan
terjalin interaksi bayi dan orang tua (Surasmi, 2013)
Asuhan Keperawatan Bayi Asfiksia
Pengkajian
Pengkajian pada bayi Ny. E.N dengan diagnosa medis : asfiksia sedang, di
Ruangan NICU RSUD. Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang dilakukan pada tanggal 9 Juli
2018, jam 09.00 WITA. Hasil pengkajian yang didapatkan adalah : Identitas, Bayi
Ny. E.N , jenis kelamin laki-laki, tanggal lahir 4 Juli 2018 jam 07:30 WITA (umur 6
hari), lahir dengan persalinan SC indikasi letak sungsang, agama Protestan, alamat
Labat Kupang
Keluhan utama :bayi tidak bernapas spontan saat lahir, APGAR score 5/7, usia
gestasi 33 minggu, BB lahir 2200 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm,
lingkar dada 28 cm, dan lingkar perut 26 cm. Tandatanda vital: heart rate : 130 kali
per menit, suhu 36,5°c, pernapasan 60 kali per menit.
Riwayat ibu : umur 37 tahun, gravida kedua, partus kedua, abortus tidak pernah, tidak
ada komplikasi.
Keadaan umum bayi saat pengkajian : bayi tampak sakit sedang, menangis
kuat, tidak sesak napas, respirasi 60x/menit, tidak ada napas cuping hidung dan
retraksi dinding dada. Terpasang OGT (oro grastric tube) dan infus dextrose 10%.
Minum ASI 8x20cc/24 jam, ada mual dan muntah setiap kali diberi minum. Refleks
mengisap dan menelan kuat.
Pemeriksaan penunjang tanggal 10 Juli 2018 didapatkan : , RDW-SD 63,4 H mg/dl ,
RDW-CV 16,3 H mg/dl, dan Eosinofil 3,5 L mg/dl, dan neutrofil 47,8 H mg/dl.

31
Terapi : kebutuhan cairan infus glukosa 10% 330 cc/24 jam (14 tetes/menit), injeksi
Ampicilin 2 x 110 mg ( IV), dan Gentamicin 1 x 11 mg (IV). omeprazole 1 x 1 g/oral,
ASI 8x20cc/24 jam.
Analisa data
Berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan fisik maka dapat dilakukan analisa data
sebagai berikut:
Data subjektif : -, Data objektif : Bayi tampak mual muntah saat minum ASI per oral,
terpasang OGT, minum ASI 8x20cc/24 jam. Masalah : Risiko tinggi nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Penyebab : imaturitas sistim
pencernaan Data subjektif : -, Data objektif : Pasien terpasang OGT, dan terpasang
infus. Tampak bekas tusukan di lengan kiri dan kanan (warna kebiruan dan bengkak),
suhu 36,5°C. Masalah : risiko tinggi infeksi. Penyebab : prosedur invasif dan sistim
imunitas belum berkembang optimal.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakan pada bayi Ny.E.N sebagai berikut :
1. Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
imaturitas sistim pencernaan 2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif dan sistim imunitas belum berkembang optimal.
Perencanaan
Rencana keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang muncul pada bayi Ny. E.N
sebagai berikut :
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
Diagnosa pertama : Bayi dapat minum ASI 1. Kaji status nutrisi
Risiko tinggi nutrisi per oral sesuai bayi.
kurang dari kebutuhan kebutuhan, bayi tidak 2. Pantau cairan infus
tubuh berhubungan muntah. yang terpasang.
dengan imaturitas sistim
pencernaan

32
Goal :Bayi akan 3. Beri minum ASI
mempertahankan per oral sedikit-
kebutuhan nutrisi sedikit.
selama dalam 4. Kolaborasi
perawatan Objektif : pemberian
Dalam jangka waktu 1 x omeprazol 1 x 11 g
24 jam kebutuhan
nutrisi akan terpenuhi.
Diagnosa kedua : Suhu tubuh dalam batas 1. Monitor tanda dan
Risiko tinggi infeksi normal (36,5°c – 37 °c), gejala infeksi,
berhubungan dengan tidak ada tanda-tanda 2. Bersihkan alat-alat
prosedur invasif dan infeksi pada bekas sebelum digunakan
sistim imunitas belum tusukan (tidak merah, pada pasien,
berkembang optimal, bengkak, tidak 3. Monitor TTV
Goal : Bayi tidak nyeri,tidak ada pus dan 4. Lakukan prosedur
menunjukkan tanda- tidak terjadi gangguan keperawatan
tanda infeksi selama pada fungsi pergerakan). dengan teknik
dalam perawatan septik dan aseptik.
Objektif : dalam jangka 5. Pertahankan
waktu 3 x 24 jam bayi lingkungan yang
diharapkan terhindar bersih selama
dari tanda dan gejala melakukan
infeksi pemeriksaan,
6. Kolaborasi
pemberian
antibiotik.

33
Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada bayi Ny.E.N dilakukan selama 4 hari yaitu dari
tanggal 09 Juli sampai 12 Juli 2018.
Diagnosa Implementasi
Implementasi hari Diagnosa 1: • Jam 09.00:
pertama 09 Juli risiko tinggi nutrisi Memberikan ASI 20cc per oral,
2018 kurang dari • Jam 12.00:
kebutuhan tubuh Memberikan ASI 20cc per oral,
berhubungan dengan • Jam 14.00:
imaturitas sistim Memberikan ASI 20cc per oral.
pencernaan Mengobservasi mual dan muntah
selama memberi minum dan memberi
minum obat Omeprazol 1 gr per oral.
Diagnosa 2 : • Jam 09.30 :
Risiko tinggi infeksi Mengobservasi tanda dan gejala
berhubungan dengan infeksi : tidak ditemukan tanda-tanda
prosedur invasif dan infeksi, membersihkan termometer
sistim imunitas belum dan stetoskop dengan alkohol sebelum
berkembang optimal. melakukan pemeriksaan, melihat
tanda-tanda infeksi pada tempat
pengambilan darah : tidak ada tanda-
tanda infeksi,mengukur suhu tubuh :
36,5°C.
• Jam 12.25:
Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, mempertahankan
lingkungan yang bersih selama
melakukan tindakan keperawatan

34
• Jam 15.00:
Menyuntik antibiotik gentamicin 11
mg (IV), dan ampicilin 110 mg (IV)
Implementasi hari Diagnosa 1: • Jam 09.00:
kedua 10 Juli 2018 Risiko tinggi nutrisi Memberikan ASI 25cc per oral
kurang dari • Jam 12.00:
kebutuhan tubuh Memberikan ASI 25cc per oral
berhubungan dengan • Jam 14.00:
imaturitas sistim Memberikan ASI 25cc per oral dan
pencernaan. mengobservasi, mual muntah serta
cairan infus.
Diagnosa 2 : • Jam 09.30 :
Risiko infeksi Melihat tanda dan gejala infeksi :
berhubungan dengan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi,
prosedur invasif dan membersihkan termometer dan
sistim imunitas belum stetoskop dengan alkohol sebelum
berkembang optimal. melakukan pemeriksaan, melihat
tanda-tanda infeksi pada tempat
pengambilan darah : tidak ada tanda-
tanda infeksi, mengukur suhu tubuh :
36,5°C.
• Jam 11.00 :
Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, 15.00 menyuntik
antibiotik : Gentamicin 11 mg (IV),
dan Ampicilin 110 mg (IV).
Implementasi hari Diagnosa 1 : Risiko • Jam 09.00:
ketiga 11 Juli 2018 tinggi nutrisi kurang Memberikan ASI 60cc per oral.

35
dari kebutuhan tubuh • Jam 12.00:
berhubungan dengan Memberikan ASI 60cc per oral.
imaturitas sistim • Jam 15:00:
pencernaan Memberikan ASI 60cc per oral,
mengobservasi mual muntah, 15:30
merawat cairan infus.
Diagnosa 2 : • Jam 08.00 :
Risiko tinggi infeksi Mengobservasi tanda dan gejala
berhubungan dengan infeksi : tidak ditemukan tanda-tanda
prosedur invasif infeksi, membersihkan termometer
sistim imunitas belum dan stetoskop dengan alkohol sebelum
berkembang optimal. melakukan pemeriksaan, melihat
tanda-tanda infeksi pada tempat
pengambilan darah : tidak ada tanda-
tanda infeksi, mengukur suhu tubuh :
36,6°C.
• Jam 09.25:
Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan,
• Jam 15.00
Menyuntik antibiotik : Gentamicin 11
mg (IV), dan Ampicilin 110 mg (IV).
Implementasi hari Diagnosa 1 : • Jam 08.30 :
keempat 12 Juli Risiko tinggi nutrisi Merawat infus
2018 kurang dari • Jam 09:00:
kebutuhan tubuh Memberikan ASI 60cc/oral
berhubungan dengan • Jam 10:00:
Obsevasi mual muntah,

36
imaturitas sistim • Jam 12:00:
pencernaan. Memberikan ASI 60cc/oral,
• Jam 15:00:
Memberikan ASI 60cc/oral.

Diagnosa 2 : • Jam 08.00:


Risiko tinggi infeksi Mengobservasi tanda dan gejala
berhubungan dengan infeksi: tidak ditemukan tanda-tanda
prosedur invasif infeksi, membersihkan termometer
sistim imunitas belum dan stetoskop dengan alkohol sebelum
berkembang optimal. melakukan pemeriksaan, melihat
tanda-tanda infeksi pada tempat
pengambilan darah : tidak ada tanda-
tanda infeksi, mengukur suhu tubuh :
36,5°C.
• Jam 09.25 :
Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, mempertahankan
lingkungan yang bersih selama
melakukan tindakan keperawatan.
• Jam 15.00 :
Menyuntik antibiotik gentamicin 11
mg (IV), dan ampicilin 110mg (IV)

Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan pada bayi Ny.E.N selama 4 hari yaitu mulai tanggal
09 Juli sampai 12 Juli 2018
Evaluasi

37
Evaluasi tanggal 09 Juli Diagnosa pertama :
2018 S:-,
O :bayi mual muntah, terpasang cairan dextrose 10%
A : masalah belum teratasi
P: intervensi 1, 2, 3, dan 4
Diagnosa Kedua :
S:-
O : pasien terpasang OGT, terpasang infus . tampak bekas
tusukan di lengan kiri dan kanan (warna kebiruan dan
bengkak). A : masalah resiko infeksi belum teratasi
P : intervens 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
Evaluasi tanggal 10 Juli Diagnosa pertama :
2018 Catatan S:-
perkembangan (SOAPIE) O : Keadaan bayi tampak baik,mual muntah, pernapasan 60
x/mnt, suhu 36,5’C
A : masalah belum Teratasi.
P: Pertahankan intervensi.
I lakukan tindakan sesuai dengan intervensi .
E : Mual dan muntah
Diagnosa kedua :
S:-
O: Pasien terpasang infus, OGT, bekas tusukan sudah tidak
berwarna kebiruan dan bengkak, S : 36,5°C.
A : masalah teratasi.
P : pertahankan intervensi
Evaluasi tanggal 11 Juli Diagnosa pertama :
2018 S:-

38
O : Keadaan bayi tampak baik, mual muntah, pernapasan 60
x/mnt, suhu 36,5’C,
A : masalah belum Teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
I : melakukan tindakan sesuai dengan intervensi.
E : Bayi dapat minum ASI dengan baik.
Diagnosa kedua :
S:-
O: Pasien terpasang infus, OGT dan O₂ nasal kanul sudah
dilepas, bekas tusukan sudah tidak berwarna kebiruan dan
bengkak, S : 36,6°C.
A : masalah teratasi.
P : pertahankan intervensi.
I : melakukakan tindakan sesuai dengan intervensi .
E : tidak ada tanda-tanda infeksi.
Evaluasi tanggal 12 Juli Diagnosa pertama :
2018 S:-
O Keadaan bayi tampak baik, mual(-) muntah (-),
pernapasan 50 x/mnt, suhu 36,5’C
A : masalah belum Teratasi.
P :Pertahankan intervensi
I : melakukan tindakan sesuai dengan intervensi
E : bayi dapat minum ASI dengan baik.
Diagnosa kedua :
S:-
O: Pasien terpasang infus, OGT dan bekas tusukan sudah
tidak berwarna kebiruan dan bengkak, S : 36,5°C.
A : masalah belum teratasi.

39
P : pertahankan intervensi .
I : melakukan tindakan sesuai dengan intervensi .
E : tidak ada tanda-tanda infeksi.

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan
mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram, sedangkan berat
badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3 kilogram. Sementara pada bayi
yang lahir dengan berat kurang dari 1,5 kilogram, dinyatakan memiliki berat
badan lahir sangat rendah.
Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam
darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis
ditandai dengan ikterus.Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial
sebagai produk akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi
oksidasi reduksi.
Asfiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh
berkurang. Kondisi ini bisa mengakibatkan penurunan kesadaran dan bahkan
mengancam nyawa penderitanya. Asfiksia dapat disebabkan oleh berbagai hal
dan umumnya bersifat darurat sehingga penanganan perlu segera dilakukan.

B. Saran

40
Diharapkan dapat memahami dan mengetahui mengenai penyakit BBLR,
Hiperbilirubin, dan Asfiksia pada anak lebih luas agar dapat mengetahui cara
mencegah dan dapat menangani kasus diatas dengan baik dan benar.

41
DAFTAR PUSTAKA
Widiani,Ayuk,N.N,DKK. 2016.Faktor Resiko Ibu dan Bayi Terhadap
Kejadian Asfiksia Neonaratum di Bali : Penelitian Case Control.
https://media.neliti.com/media/publications/164613-ID-none.pdf. Diakses
pada 29 Maret 2021
Mathindas,Stevry,DKK. Hiperbilirubinemia pada Neonatus.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/2599/214
2. Diakses pada 29 Maret 2021
Hartiningrum, Indri, DKK. 2018. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016. https://e-
journal.unair.ac.id/JBK/article/download/7869/pdf. Diakses pada 29 Maret
2021
Rahayu,Sunarsih,DKK. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) Di Ruang Perawatan Intensif Neonatus RSUD
DR Moewardi Di Surakarta.
https://jurnalkeperawatanglobal.com/index.php/jkg/article/download/27/23
/.Diakses pada 29 Maret 2021
https://www.alodokter.com/berat-badan-lahir-rendah. Diakses pada 29
Maret 2021

http://ejournal.akperkbn.ac.id/index.php/jkkb/article/download/63/82.
Diakses pada 29 Maret 2021
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/berat-
badan-lahir-rendah-bayi/
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/hiperbilirubinemia
https://www.alodokter.com/asfiksia-dapat-berakibat-fatal-waspadai-
penyebabnya#:~:text=Asfiksia%20adalah%20kondisi%20ketika%20kadar,
sehingga%20penanganan%20perlu%20segera%20dilakukan
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2083/1/gabungan%20otw%20cd.pdf
http://repository.poltekeskupang.ac.id/324/1/KTI.pdf
http://repository.poltekeskupang.ac.id/105/1/MATERNUS%20NULE.pdf

Anda mungkin juga menyukai