Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN PATOLOGIS DARI SYSTEM
TERMOREGULASI DAN IMUN

DOSEN PENGAMPU

DIENA JULIANA,M.KES

Disusun Oleh :

Ananda (841191005)

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM(YARSI)PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-nya penulis
telah berhasil menyusun makalah tentang “KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN PATOLOGIS
DARI SYSTEM TERMOREGULASI DAN IMUN “ Makalah ini dibuat untuk menunjang
proses pembelajaran keperawatan.

Sesuai dengan kurikulum terbaru program DIII keperawatan, yaitu pembelajaran


berbasis kompetensi. Maka makalah ini sudah mengarahkan mahasiswa untuk
belajar dengan kurikulum terbaru sehingga lebih memudahkan mahasiswa untuk
mempelajari makalah ini.

Pada penulisan makalah ini saya menggunakan bahasa sederhana dan mudah
dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari materi
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa DIII keperawatan karena
saya telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi
pembelajaran yang di sempurnakan.

Demikian saya sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu
kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang ilmu keperawatan anak.

Pontianak,10 Maret 2021


DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................................

Daftar isi............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................

A. Latar belakang.......................................................................................................
B. Rumusan masalah..................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................
D. Manfaat..................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................

1. Menurut pandangan islam .......................................................................................


2. Pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.......................................................
3. Konsep dasar suhu tubuh.........................................................................................
4. Termoregulasi pada bayi baru lahir.........................................................................
5. Sistem imun.............................................................................................................
6. Tinjauan asuhan keperawatan..................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................

Kesimpulan..............................................................................................................

Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal merupakan salah satu
dari empat belas kebutuhan dasar menurut Virginia Henderson. Termoregulasi
merupakan pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi
panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
perilaku.
Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan
antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan
regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu
diatur oleh hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontrol produksi panas.
Gangguan termoregulasi yang paling banyak didapat adalah kondisi
hipertermia. Kondisi hipertermia adalah kondisi suhu tubuh yang melebihi suhu
normal yaitu diatas 37,5°C. Hal ini adalah respon dari adanya kondisi dehidrasi,
inflamasi dan sebagian besar merupakan tanda- tanda adanya infeksi. (Potter dan
Perry, 2010).
Hipertermi merupakan gangguan termoregulasi yang paling banyak
dijumpai pada anak yang membutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri
serta berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa, hal ini dikarenakan
apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam dapat
membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat
akan menimbulkan komplikasi lain seperti, kejang demam, dan penurunan
kesadaran (Maharani, 2011 ). Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh
proses ekstrakarnium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang
paling
sering dijumpai pada anak, terutama pada golomgan anak umur 6 bulan-4 tahun.
Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi dan anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun dan paling sering ditemui pada usia 9-20 bulan.

Kejang demam biasanya timbul pada anak dengan suhu tubuh diatas 38 °C (100.4
°F) yaitu pada kondisi hipertermi. Dalam kehidupan sehari-hari orang tua pastinya sering
cemas bila anaknya mengalami kejang demam, karena setiap kejang demam kemungkinan
dapat menimbulkan epilepsi, dehidrasi dan trauma otak pada suatu saat nanti, sebagai
bagian dari efek kejang yang berulang. Sayangnya fenomena yang terjadi di masyarakat
adalah kepercayaan akan hal-hal mistis yang sering dihubung-hubungkan dengan kejadian
kejang demam, sehingga banyak anak yang tidak sempat tertolong dikarenakan terlambat
mendapatkan pengobatan dari ahli medis, banyak masyarakat yang lebih mempercayakan
kesembuhan anak mereka saat kejang demam terhadap pengobatan alternative ataupun
orang pintar.

Meskipun si anak nantinya mendapatkan pengobatan dari ahli medis, kemungkinan


terjadi kerusakan pada otak si anak akan meningkat dibandingkan jika mendapatkan
pengobatan yang tepat dan cepat dari ahli medis. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia
tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat beberapa penyakit yang menimbulkan hipertermi
diantaranya ada DHF, kejang demam, typoid, diare dan lain sebagainya. Kasus DHF terjadi
pada 68.407 penderita dengan jumlah kematian 493 penderita.

Berdasarkan studi cohort yang dilakukan Annegers dan temannya pada 687 anak
dengan umur rata-rata 18 tahun setelah kejang demam pertama mereka. Secara keseluruhan
mereka memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar untuk menderita unprovoked seizures
selama Anak dengan kejang demam simpel memiliki risiko hanya sekitar 2,4%. Sedangkan
untuk anak yang menderita kejang demam kompleks (fokal, berkepanjangan, ataupun
kejang demam berulang) memiliki peningkatan risiko 8,17 atau 49 % bergantung tingkatan
komplikasinya. Bedasarkan survey di Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro
diruang anak diperoleh data pada tahun 2018 sebanyak 141 anak dengan kasus kejang
demam dan masalah yang bisa diangkat oleh tenaga keperawatan di Ruang Anak Rumah
sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro adalah gangguan thermoregulasi (hipertermi).
Peran perawat dalam penanganan pasien dengan gangguan termoregulasi yaitu
melakukan pengkajian merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien,
kemudian merumuskan diagnosis dimana perawat mengelompokan karakteristik yang
ditentukan untuk membuat diagnosis keperawatan. klien yang berisiko mengalami
perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan individu yang ditunjukan dengan
mempertahankan normotrmia dan mengurangi faktor risiko. Hasil yang diharapkan untuk
menentukan kemajuan ke arah kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Melakukan
implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
Melakukan evaluasi dimana semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan
membandingkan respons aktual pasien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana
keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menurut pandangan islam tentang rasa aman dan nyaman
2. Definisi Pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman
3. Konsep dasar suhu tubuh
4. Termoregulasi pada bayi baru lahir
5. Sistem imun
6. Tinjauan asuhan keperawatan

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pandangan islam tentang rasa aman dan nyaman
2. Agar mengetahui kebutuhan rasa aman dan nyaman
3. Mengetahui Apa saja konsep dasar suhu tubuh
4. Agar mengetahui termoregulsi pada bayi baru lahir
5. Mengetahui sistem imun
6. Mengetahui Asuhan Keperawatan termoregulasi

D. MANFAAT
a. Bagi pasien
Menambah pengetahuan, tentang penyakit yang bersangkutran dengan termoregulasi
b. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Makalah ini dapat menambah wawasan perkembangan ilmu keperawatan anak
khususnya tentang asuhan keperawatan pada kebutuhan aman dan nyaman patologis
dari system termoregulasi dan imun
c. Bagi Penulis
Berharap dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam menerapkan tindakan
keperawatan anak terutama asuhan keperawatan pada
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Menurut pandangan islam

Secara etimologi perkataan aman berasal dari bahasa Arab yang memiliki akar kata
dan pengertian sama dengan iman dan amanah. Tidak terlalu sulit menemukan ketiga kata
tersebut dalam al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan panjang lebar diberbagai ayat relasi
antara iman dan aman. Maka, sebuah keharusan adanya hubungan aman dan iman.
Implikasi dari beriman, seseorang akan memiliki rasa aman dan rasa nyaman, Akan tetapi,
dalam realitas belum tentu benar. Banyak orang yang menunjukkan penampilan iman,
menjadi orang yang beriman, namun dalam aktivitas memperlihatkan rasa takut, rasa
khawatir, bahkan gelagat ketakutan.

Pada dasarnya orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang kuat. Kuat
batin dan kuat jiwanya, sehingga tidak akan takut menghadapi hidup dengan segala
tantangan dan masalahnya. Kekuatan orang yang beriman karena adanya harapan kepada
Allah, karena itu dia tidak akan putus asa. Kekuatan ini berpangkal kepada keyakinan
bahwa Allah Sang Penyantun (al-rauf), Sang Penyayang (al-rahman), Sang Pelindung (al-
Muhaimin) dan Sang Pemberi Rasa Aman (al-mu’in) kepada para hamba-Nya.

Maka rasa aman, sesungguhnya diperoleh dari keyakinan dan kesadaran orang
yang beriman bahwa dia benar-benar bersandar (tawakkal) kepada Yang Maha Kuasa.
Karena itu, banyak penjelasan dalam al-Qur’an yang mejelaskan bahwa beriman dan
berbuat baik tidak akan merasa takut dan tidak pula akan merasa kuatir (QS.  Al-An’am:
48). Ditambahkan dalam ayat lain bahwa “Mereka berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,
kemudian bersikap teguh, maka para malaikat akan turun kepada mereka, dan berkata,
‘jangan kamu takut, dan jangan pula kamu kuatir, serta bergembiralah dengan surga
yang dijanjikan kepadamu. Kami (para malaikat) adalah teman-temanmu dalam hidup di
dunia dan di akherat…(QS. Fushshilat: 30).
2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan nyaman
Rasa aman didefinisikan oleh Maslow dalam Potter & Perry (2006) sebagai sesuatu
kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian
dan keteraturan dari keadaan lingkungannya yang mereka tempati. Abraham
Maslow dalam Potter&Perry, 2006. juga mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok yang harus terpenuhi yang digambarkan
ke dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid dan prioritas pemenuhan kebutuhan
ini dimulai dari tingkatan yang paling bawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal
dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara Kebutuhan-kebutuhan itu seperti
kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen (sandang,
pangan, papan). Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar
bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu
termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai.Manusia akan
mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan
fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk
memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.
2. Kebutuhan rasa aman.
Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan untuk dilindungi, jauh dari sumber
bahaya, baik berupa ancaman fisik maupun psikologi.
3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki
Kebutuhan akan rasa cinta, dicintai dan menyayangi dapat di miliki setiap orang
karena setiap orang membutuhkan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dan
kebutuhan untuk dapat merasa memiliki.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan yang dimiliki seseorang dapat berupa pemberian
apresiasi dan reward atas prestasi yang berhasil dilakukan, kecakapan dalam
melaksanakan kompetensi serta berupa dukungan dan pengakuan lain atas prestasinya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan secara estitika atau dalam menampilkan diri,
kebutuhan kognitif, kompetensi dan menyadari akan potensi dirinya. Kebutuhan ini
muncul dan akan menjadi tuntutan seseorang apabila kebutuhan dasar yang lain seperti
psikologis, rasa aman dan kebutuhan penghargaaan telah terpenuhi. Kebutuhan akan
aktualisasi ini akan menjadi prioritas jika ketiga kebutuhan yang lain sudah mampu
dipenuhi oleh individu.
A. Konsep Dasar aman nyaman
Keselamatan (safety) adalah kondisi ketika individu, kelompok, atau
masyarakat terhindar dari segala bentuk ancaman atau bahaya. Sementara itu,
keamanan (security) adalah kondisi aman dan tentram, bebas dari ancaman atau
penyakit.
Untuk mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja area
sensori motorik yang baik pada korteks serebri. Keamanan adalah keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis sebagai salah satu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi,
bebas dari bahaya fisik, penyebaran organisme pathogen, sanitasi memenuhi syarat,
dan bebas dari polusi.
B. Konsep Kebutuhan Dasar
Termoregulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme
fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan
normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.
Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi
suhu.
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson Manusia mengalami
perkembangan yang dimulai dari proses tumbuhkembang dalam rentang kehidupan
(life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan
bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang
disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar,
dan status kesehatan individu. Virginia Henderson dalam Potter dan Perry (1997)
membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen sebagai berikut:
a. Bernafas secara normal
b. Makan dan minum yang cukup
c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
e. Tidur dan istirahat
f. Memilih pakaian yang tepat
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan
menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan
h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan
i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan
orang lain
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,
kebutuhan, kekhawatiran, dan opini
k. Beribadah sesuai agama dan kepercayaan
l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup
m. Bermain atau berpatisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
n. Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada
perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan
yang tersedia (Mubarok, 2015).
3. Konsep Dasar Suhu Tubuh
a. Definisi termoregulasi
Termogulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh
mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada
dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas
harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu
untuk meningkatkan regulasi suhu. Hipotalamus yang terletak antara hemisfer
serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah.
Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus
anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol
produksi panas.
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat.
Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Temperatur
adalah suatu subtansi panas atau dingin. Sementara dalam bidang
termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem
untuk melepaskan tenaga secara spontan. Suhu inti (core temperature), yaitu
suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative konstan
sekitar 37°C 1 °F kecuali seseorang yang mengalami demam. Suhu normal rata
– rata secara umum adalah 98,0 – 98,6 °F atau 0,6 °F lebih tinggi bila diukur
per rektal.
b. Patofisiologi gangguan thermoregulasi
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan kedalam
otak melalui traktus (jaras) spinotalamikus (mekanismenya hampir sama
dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai tingkat medulla spinalis,
sinyal akan menjalar dalam kratus lissauer beberapa segmen diatas atau
dibawah,selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I,II, dan III radiks
dorsalis. Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam
medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal
asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan,dan
akan berakhir di tingkat retikular batang dan kompleks ventrobasal talamus.
Beberapa sinyal suhu tubuh pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke
korteks somatosensorik.Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif yaitu
rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rektal.
Suhu permukaan (surface temperature).yaitu suhu tubuh yang terdapat pada
kulit, jaringan subcutan, dan lemak.
Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40-20°C. Suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang dihasilkan-panas yang hilang =
suhu tubuh Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti ( suhu
jaringan dalam ) tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang
ekstrem Namun, suhu permukaan berubah suatu aliran darah ke kuliat dan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. karena perubahan tersebut, suhu
normal pada 4 manusia berkisar dari 36 – 38°C (98,8 – 100,4°F).
Pada rentang ini jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal.
(poter & perry). Suhu normal ini dipertahankan dengan imbangan yang tepat
antara panas yang dihasilkan dengan panas yang hilang dan hal ini
dikendalikan oleh pusat pengaturan panas didalam hipotalamus. Suhu tubuh
diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi
hipotalamus adalah seperti termostat. Suhu yang nyaman merupakan
merupakan „set-point‟ untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu
lingkungan akan mengaktifkan pemanas tersebut.
Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Hipotalamus
anterior mengatur kehilangan panas, sedangkan hipotalamus posterior
mengatur produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas
diluar batas titik pengaturan (set point), maka implus dikirimkan kehilangan
panas adalah keringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan
produksi panas. Tubuh akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah
permukaan untuk menghilangkan panas.
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus, hipotalamus ini dikenal
sebagai termostat yang berada di bawah otak. Terdapat dua hipotalamus, yaitu
hipotalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas dan
hipotalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.
Saraf- saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus anterior dan
hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal yaitu :
Berasal dari saraf perifer yang menghatarkan sinyal dari reseptor panas/dingin.
Berasal dari suhu darah yang mempengaruhi bagian hipotalamus itu
sendiriTermostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai
dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akanmemulai implus untuk
menahan panas atau meningktakan pengeluaran panas.
c. Macam-mancam gangguan termoregulasi
1) Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting.
Peningkatan system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk pertarungan
akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat
melawan virus ). Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan
dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam
waktu yang berbeda. Pirogen, seperti bakteri atau virus meningkatkan suhu
tubuh. Pirogen bertindak sebagai antigen yang memicu respons sistem imun.
2) Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara berlebihan. Disebabkan
oleh lingkungan yang terpajan panas. tanda dan gejala kurang volume cairan
adalah hal umum selama kelelahan akibat panas. tindakan pertama yaitu
memindahkan pasien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Hipertermi
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan
tubuh menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas tersebut
disebut hipertermi. Hipertermi terjadi karena adanya beban yang berlebihan
pada mekanisme pengaturan suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme panas. Hipertermi malginan
adalah kondisi bawaan yang tidak dapat mengontrol produksi panas, yang
terjadi ketika orang yang rentang mengunakan obat-obatan anastetik tertentu.

4) Heatstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama terhadap
matahari atau lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan,
panas pada tubuh kondisi ini mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan
berbahaya dengan mortalitas yang tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-
anak, lansia, pederita penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau
alkoholisme. Resiko ini juga terdapat pada individu yang mengkonsumsi obat-
obatan yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk membuang panas.
(fenotiazin, antikolinergik, deuretik, amfetamin, dan antagonis beta-
adrenergik), serta pasien yang berolahraga atau bekerja keras (atlet, pekerja
bangunan, dan petani).
Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, haus yang sangat,
mual,kram otot, gangguan penglihatan dan bahkan inkontinensia. Tanda yang
paling penting adalah kulit yang panas dan kering.
5) Hipotermi
Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap lingkungan
dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas, sehingga
terjadi hipotermi. Hipotermi dikelompokan oleh pengukuran suhu inti.
d. Penatalaksanaan gangguan termogulasi
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obatobatan
maupun kombinasi keduanya.
a. Secara fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal\
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
4) Memberikan kompres
b. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik
terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya.Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate para-aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam
susunan saraf pusat.

Dosis terapeutik antara 10-15 mg/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali


sehari. Dosis maksimal 90 mg/kgBB/hari. Turunan asam propionat seperti
ibuprofen juga analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik yaitu 5-10
mg/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan
pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi. Dosis terapeutik 10mg/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak
dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan.
Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam
mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20 mg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan
anak usia kurang dari 6 bulan.
4. Termoregulasi pada bayi baru lahir
Distribusi frekuensi termoregulasi

No Berat Badan Lahir Jumlah Persentase

1 Hipotermi 18 58,1

2 Normal 9 95.1

3 Hipertermi 4 12,9

TOTAL 31 100,0

Berdasarkan tabel, 31 bayi didapatkan frekwensi termoregulasi rata-rata bayi


baru lahir yang mengalami masalah hipotermi yaitu sebanyak 18 bayi atau 58,1 %,
sedangkan bayi yang suhu tubuhnya normal hanya 9 bayi atau 29,1 % selebihnya 12,9
% atau 4 bayi mengalami gangguan hipertermi.
a. Berat Badan Lahir
Menurut Vivian (2011) Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar
rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim, yang baru saja mengalami trauma
kelahiran. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba
tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa
perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Dalam hari hari
pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran (meconium, urine, keringat)
dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%.
Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan
pada hari 1
sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14 dicapai 200 ml/kg
BB sehari.
Menurut pendapat peneliti maka semakin kecil berat badan waktu lahir akan
semakin rentan terhadap kejadian gangguan termoregulasi. Dengan berat badan lahir
normal diharapkan bayi yang lahir akan dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru. Bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai
berikut :
1) Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu
2) Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram 4000 gram,
panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 –
37 cm
3) Tanda vital dalam batas normal
4) Tidak ada kelainan / kecacatan.

b. Termoregulasi
Dari hasil penelitian menunjukan rata-rata bayi baru lahir yang mengalami
masalah hipotermi yaitu sebanyak 19 bayi atau 61,3 %, sedangkan bayi yang suhu
tubuhnya normal hanya 8 bayi atau 25,8 % selebihnya 12,9 % atau 4 bayi mengalami
gangguan hipertermi. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan Prawiroharjo
(2006) dimana seorang bayi waktu lahir belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan masih membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi
baru lahir harus dibungkus hangat atau setidaknya diletakkan di bawah lampu radian
infanwarmer sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
Pada suatu penelitian tentang “perlindungan termal” oleh RW Hapsari (2010)
dikatakan pada bayi baru lahir belum mempunyai pengaturan suhu tubuh yang efisien
dan masih lemah. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan
suhu sekitar 25 s/d 28 drajat celcius, dikeringkan dan dihangatkan. Hal ini penting
untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Hal-hal yang
berdampak kepada bayi mengalami hipotermia maupun hipertermia, sejak awal
dilakukan perawatan sebetulnya sudah dilakukan pencegahan untuk itu.Tetapi karena
sesuatu hal masih banyak bayi baru lahir yang mengalami hipotermi maupun
hipertermi.
c. Hubungan berat badan lahir dengan gangguan termoregulasi
Sarwono prawirohardjo (2006) bahwa hipotermi pada bayi adalah penurunan
suhu bayi kurang dari 36.50C. Suhu tubuh rendah karena kegagalan termoregulasi.
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi.
Hipetermi peningkatan suhu bayi lebih dari 37.50C.

Menurut RW Hapsari (2010) pada “perlindungan termal” bahwa pusat


pengendalian suhu pada bayi baru lahir belum sepenuhnya berfungsi sehingga bayi
tidak mampu mengatasi perubahan yang ekstrim atau mendadak pada lingkungan
eksternalnya. Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara
memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera
dicegah. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami
hipotermi. Menurut pendapat peneliti, meskipun berada dalam ruangan yang relatif
hangat, akan tetapi bayi dengan berat badan lahir rendah sangat rentan untuk terjadinya
hipotermia. Kegagalan mengontrol suhu tubuh dapat menyebabkan serangkaian
perubahan fisiologis. Suhu tubuh di bawah 360C atau di atas 400C dapat menyebabkan
disorientasi, menyebabkan sawan dan kerusakan sel yang permanen. Oleh karena itu,
ketika kondisi lingkungan meningkat di atas atau turun di bawah “ideal” tubuh harus
mengontrol perolehan atau pembuangan panas untuk mempertahankan homeostasis.
5.Sistem imun
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua
organisme atau toksin yang cenderung masuk kejaringan dan organ.Kemampuan ini
dinamakan imunitas(kekebalan) yang khusus untuk membentuk anti bodi serta
limfosid untuk menyerang dan menghancurkan mikro organisme spesifik atau toksin.
Ketika benda asing masuk kedalam tubuh,segera dihasilkan zat yang akan
bereaksi dan membuat subtansi yang di hasilkan untuk berespons terhadap antigen
disebut antibodi.Bila sistem imun terpapar pada zat yang di anggap asing maka ada
dua jenis respons imun yang mungkin terjadi yaitu respon imun non spesifik dan
spesifik
Semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahan kan keutuhan
tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan
dalam lingkungan hidup.Imunitas mengacu pada kebutuhan tubuh menahan atau
mengeliminasi benda saing atau selabnormal yang potensial berbahaya.Aktifitas yang
berkaitan dengan sistem pertahanan imun,yang berperan penting dalam mengenali dan
menghancurkan atau menetralisasi benda-benda di dalam tubuh yang di anggap asing
oleh tubuh normal.

a. Sistem imun pada bayi baru lahir


Bayi yang baru lahir mendapat dukungan sistem imunitas melalui air susu ibu
(ASI) yang pertama kali keluar atau disebut kolostrum. Kolostrum mengandung
immunoglobulin A (IgA) yang mampu melindungi tubuh bayi dari kuman. Caranya,
dengan membentuk jaringan pelindung pada usus, hidung, dan tenggorokan.
Saat menyusui, bayi memperoleh antibodi dan faktor pelindung kuman lain dari
tubuh ibunya. Kedua hal inilah yang akan memperkuat sistem imunitas. Hal tersebut
akan membantu memerangi infeksi dan berbagai penyakit seperti diare, infeksi telinga
dan pernapasan, serta meningitis. Bayi menyusui juga terlindung dari asma, obesitas,
alergi, diabetes, serta sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death
syndrome (SIDS) Perlindungan ASI terus berlanjut bahkan jauh setelah masa
menyusui telah selesai. Penelitian menunjukkan, bayi yang memperoleh ASI memiliki
risiko lebih rendah terhadap kanker karena menurut dugaan, bayi didukung sistem
imunitas yang baik. Selain itu, ASI juga dapat menghindarkan penyakit  yang
diperoleh pada masa mendatang misalnya diabetes tipe 1 dan 2, kolesterol tinggi, dan
peradangan pada usus, bahkan tekanan darah tinggi yang bisa menyerang seseorang di
usia remaja.
Secara umum, rendahnya sistem imunitas dapat menyebabkan terganggunya
proses tumbuh kembang anak, yang mungkin disertai dengan penyakit paru-paru.
Gangguan fungsi imunitas juga dapat memicu terjadinya alergi, (termasuk asma dan
eksim pada kulit), atau sensitivitas terhadap debu, cuaca, makanan, dan obat-obatan
tertentu.Pada kasus anak-anak yang terinfeksi HIV (penyakit virus yang melemahkan
sistem imunitas tubuh), umumnya juga disertai kegagalan tumbuh kembang
penderitanya. Adanya tanda kekurangan gizi yang parah, berat tubuhnya tidak naik
walaupun mendapat asupan, terlambat bicara, atau bila anak-anak sudah mencapai usia
sekolah akan terlihat kesulitan berkonsentrasi dan mengingat.  Virus HIV menyerang
tidak hanya sistem imunitas tubuh tapi juga memengaruhi sistem persarafan pusat,
yaitu otak.
b. Asupan Nutrisi Pendukung
Sistem imunitas bergantung pada apa yang dimasukkan ke perut, sehingga, penting
untuk menjaga asupan nutrisi yang dapat mendukung sistem imunitas tersebut. Studi
menyebutkan, kondisi malnutrisi kemungkinan lebih rentan terkena infeksi.Terdapat
beberapa asupan nutrisi yang dianggap penting untuk sistem imunitas. Misalnya
vitamin A akan membantu menghindari infeksi dan menjaga jaringan mukosa. vitamin
B2 dan B6 berguna untuk meningkatkan resistensi infeksi bakteri dan mencegah
penurunan respons sistem imunitas.
Peran vitamin C hingga kini masih diteliti, namun diduga mampu mendukung
nutrisi lain untuk meningkatkan sistem imunitas. Sementara itu, vitamin D diketahui
mampu berfungsi sebagai antimikroba pada tuberkulosis.
Dua mineral yang tidak kalah penting untuk sistem imunitas yaitu zinc dan selenium.
Penelitian menduga zinc berkaitan langsung dengan fungsi sel sistem imunitas.
Sementara, kekurangan selenium dikaitkan dengan risiko kanker kandung kemih,
payudara, usus, paru-paru, dan prostat.
Berikan anak berbagai jenis buah dan sayuran, kacang-kacangan, serta daging
tanpa lemak untuk mendukung sistem imunitas. Yoghurt yang banyak mengandung
bakteri berguna yang disebut probiotik, juga dapat membantu tubuh melawan penyakit
seperti pilek, infeksi telinga, dan radang tenggorokan. Susu sapi juga sangat baik bagi
sistem imunitas anak-anak karena tidak hanya mengandung kalsium, tapi juga protein,
vitamin A, dan beberapa jenis vitamin B.Berikan ASI pada awal kehidupan anak demi
melindungi buah hati Anda dari kuman dan berbagai infeksi yang menyerang. Jangan
lupa untuk memberikan asupan nutrisi seimbang untuk menyempurnakan sistem
imunitas anak agar tumbuh kembang optimal.
6. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Budiono, 2015).
dapat dikumpulkan. Hal ini dimasuksudkan untuk mengidentifikasi pola
fungsi kesehatan klien, baik yang efektif optimal maupun yang bermasalah
Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam pengumpulan
data dasar, yaitu mengkaji identitas atau biodata klien. Pengumpulan data
merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status
kesehatan klien. Status kesehatan klien yang normal maupun yang senjang
hendaknya.
Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu :
a. Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk
mengajak klien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan, mencakup
ketrampilan secara verbal dan nonverbal, empati dan rasa kepedulian yang
tinggi.
b. Observasi yaitu pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
c. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau
teknik
PE (Physical Examination) yang terdiri atas :
1) Inspeksi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan proses
observasi yang dilaksanakan secara sistematik.
2) Palpasi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan
menggunakan indra peraba.
3) Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada
setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.
4) Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
mendengar suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan
stetoskop
2. Diagnosa keperawatan
Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosa keperawatan
merupakan penilaian klinis tenteng respons individu, keluarga, ataupun
potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
tempat perawat bertanggung jawab.
Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
Memberikan bahasa yang umum Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam
rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada
pada tanggung jawabnya (Carpenito dalam Tarwoto, 2010).
a. bagi perawat sehingga dapat terbentuk jalinan informasi dalam
persamaan persepsi.
b. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan
intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan
evaluasi.
c. Menciptakan standar paratik keperawatan.
d. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Berdasarkan patofisilogis penyakit dan manifestasi klinik yang muncul
maka dignosa keperawatan yang sering muncul pada pasien kejang
demam adalah :
1) Hipertermi
Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
a) Penyebab :
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, Kanker)
4. Ketidak sesuaian pakaian suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator
b) Tanda dan gejala mayor hipertermi
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
c) Tanda dan gejala minor hipertermi
1.Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
a. kulit merah
b. Kejang
c. Takikardi
d. Takipneu
e. Kulit terasa hangat
2) Termoregulasi tidak efektif
Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
a. Penyebab :
1. Stumulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolisme
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologi

b. Tanda dan gejala mayor termoregulasi tidak efektif


1. Objektif
(tidak tersedia)
2. Subjektif
a) Kulit dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh fluktuatif
c. Tanda dan gejala minor termogulasi tidak efektif
1. Objektif
(Tidak tersedia)
2. Subjektif
a)Piloereksi
b) Pengisian kapiler >3 detik
c) Tekanan darah meningkat
d)Pucat
e) Frekuensi napas meningkat
f) Takikardi
g) Kejang
h)Kulit kemerahan

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh
mana seorang tenaga kesehatan mampu menetapakan cara menyelesaikan
masalah dengan efektif dan efisien.
Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan :
a. Menentukan prioritas masalah.
b. Menentukan tujuan.
c. Menentukan kriteria hasil.
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan
Rencana tindakan keperawatan dengan hipertermi pada anak kejang
demam menurut buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI)

Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung


Hipertermia Manajemen hipertermia 1. Edukasi
Setelah dilakukan Definisi : analgesia
tindakan keperawatan mengidentifikasi dan terkontrol
diharapkan hipertermi mengelola peningkatan 2. Edukasi dehidrasi
dapat teratasi dengan suhu tubuh akibat 3. Edukasi
kriteria hasil : disfungsi termoregulasi pengukuran
a. Suhu tubuh dalam Observasi suhu tubuh
rentang normal 1. Identifikasi 4. Edukasi
b. Nadi dan RR dalam penyebab program
rentang normal hipertermia pengobatan
c. Tidak ada perubahan (mis. 5. Edukasi terapi
warna kulit dan tidak Dehidrasi, cairan
6. Edukasi
ada pusing
terpapar termoregulasi

lingkungan, panas) 7. Kompres dingin /


panas

2. Monitor suhu tubuh 8. Manajemen cairan


3. Monitor kadar 9. Manajemen kejang
elektrolit
10. Pemantauan cairan
4. Monitor keluaran
urin 11. Pemberian obat
5. Monitor 12. Pemberian
komplikasi akibat obat
hipertermia intravena
Terapeutik 13. Pemberian obat oral
1. Sediakan 14. Pencegahan
hipertermi
lingkungan yang
dingin

2. Longgarkan keganasan
atau lepaskan 15. Perawatan

pakaian sirculasi Promosi

3. Basahi dan teknik kulit ke

kipasi permukaan kulit


tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipotermia
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen, aksila).
7. Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika perlu.
Termogulasi tidak Regulasi Temperatur 1. Edukasi
efektif Setelah dilakukan Definisi : aktivitas /
tindakan keperawatan mempertahankan suhu istirahat
tubuh dalam batas 2. Edukasi berat
diharapkan
normal badan efektif
termogulasi tidak
Observasi 3. Edukasi dehidrasi
efektif dapat
1. Monitor suhu anak 4. Edukasi
teratasi dengan kriteria
sampai stabil (36,5- pengukuran
hasil : suhu tubuh
37,5oC)
a. Keseimbangan
2. Monitor suhu tubuh 5. Edukasi terapi
antara produksi cairan
anak tiap 2 jam
panas, panas yang 3. Monitor 6. Edukasi
tekanan
darah, termoregulasi
diterima, dan
frekuensi 7. Kompres dingin
kehilangan panas
pernapasan dan 8. Kompres panas
b. Seimbang antara nadi 9. Manajemen cairan
produksi panas,
10. Manajemen demam
panas yang
diterima, dan
kehilangan 4. Monitor warna 11. Manajemen
hipertermi
dan suhu kulit
panas selama 28 12. Manajemen
5. Monitor dan catat hipotermi
hari pertama
tanda hipotermi 13. Manajemen
kehidupan lingkungan
dan hipertermi
c. Temperatur stabil 14. Pemantauan cairan
d. Tidak ada kejang 15. Pemantauan tanda
vital
16. Pencegahan
hipertermi maligna
17. Perawatan bayi
18. Promosi teknik
kulit ke kulit

4.Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukann merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter
dan petugas kesehatan lain.
Perencanaan yang dapat diimplementasikan tergantung pada
aktivitas berikut ini:
a. Kesinambungan pengumpulan data.
b. Penentuan prioritas.
c. Bentuk intervensi keperawatan.
d. Dokumentasi asuhan keperawatan.
e. Pemberian catatan perawatan secara verbal.
f. Mempertahankan rencana pengobatan.
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang perawat buat pada tahap perencanaan.
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari
hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan.
Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Daftar tujuan-tujuan pasien.
b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
c. Bangdingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau
tidak
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Termoregulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh
mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada
dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas
harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu.
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson Manusia
mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh kembang dalam
rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu
memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri
melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan.

B. SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas saran yang dapat di ambil yaitu dalam
melakukan sebuah pengukuran suhu tubuh di perlukan ketepatan dan dalam
pemilihan alat seperti thermometer pada saat di mengukur suhu harus sesua
dengan fungsi nya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://be-songo.or.id/2013/11/14/islam-menciptakan-rasa-aman/
2. Budiono & Pertami, S.B. (2015). Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta : BUMI MEDIKA.
3. Dicky, Alexander & Wulan, A.J. (2017). Tatalaksana Terkini
Bronkopneumonia pada Anak di RS Abdul Moeloek ( Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung) dalam Jurnal Medula Unila.
4. Haswati & Sulityowati, Reni. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : TIM.
5. Hidayat, A.A. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Surabaya : HEALTH BOOK
6. Masruroh, H. (2014). Buku Pedoman Keperawatan dari Etika sampai
Kamus Keperawatan. Yogyakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai