Anda di halaman 1dari 13

CHILD ABUSE

Di Susun Oleh:
Siti Wulan Nuraini
202101078

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK


Jln. Jend. Sudirman Km. 2 Rangkasbitung 42315
Telp. (0252) 201116 / 209831
Email : akper@yahoo.co.id Website : www.akperyatna.co.id
LEBAK-BANTEN
A. Konsep Medis
1. Pengertian Child Abuse
 Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani keras, yang
dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian sutau badan dan
menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut. Malnutrisi, kelaparan, dan
penyalahgunaan seksual tidak termasuk, kecuali kalau disertai dengan kekerasan
badani. (Delsboro 1963)
 Child abuse adalah perlakuan salah terhadap anak mencakup juga penganiayaan,
penelantaran, dan ekspoliatasi pada anak sebagai hasil dari perilaku manusia yang
keliru terhadap anak ( Lynch MA 1992 )
 Child abuse adalah setiap tindakan yang mengganggu perkembangan anak, sehingga
tidak optimal lagi. ( David Gill 1973 )

2. Klasifikasi Child Abuse


Perlakuan salah terhadap anak, dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Berdasarkan jenis perlakuan salah:
- Penganiayaan fisik
Setiap
- Penganiayaan emosional
- Penganiayaan seksual
- Kelalaian/ penelantaran anak
- Sindrom munchausen
2. Berdasarkan lokasi:
- Di dalam keluarga
- Di luar keluarga
- Dalam institusi/ lembaga
- Di tempat kerja
- Di jalan
- Di medan perang

3. Etiologi Child Abuse


Faktor-faktor yang menyebabkan perlakuan salah pada anak:
 Faktor risiko pada anak
1. Berat badan lahir rendah atau prematur
2. Penyakit kronis
3. Cacat bawaan
4. Bayi yang sering kolik
5. Anak yang sulit makan
6. Anak dengan kebutuhan khusus : cacat fisik, palsi cerebral, hiperaktifitas,
autisme.
 Faktor risiko pada orang tua
1. Keinginan atau harapan orang tua tidak sesuai harapan
2. Orang tua yang mengalami perlakuan salah pada masa anak – anak
3. Orang tua yang menggunakan hukuman fisik untuk mendisplinkan anak
4. Kemiskinan, penghasilan rendah
5. Orang tua tunggal
6. Terisolir
7. Pengguna alkohol
8. Orang tua yang masih remaja
9. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

4. Pathews

5. Manisfestasi klinis
1. Penganiayaan fisik
- Luka bakar
- Patah tulang
- Banyak bekas gigitan
- Takut pada orang dewasa
- Depresi
- Perilaku antisosial
2. Penganiayaan emosional
- Apatis
- Depresi
- Permusuhan
- Kurang konsentrasi
- Kesulitan makan
3. Penganyiayaan seksual
- Pengetahuan yang tidak sesuai mengenai perilaku seksual
- Menghindari sesuatu benda yang ada hubungannya dengan seksualitas
- Mimpi buruk
- Perilaku bunuh diri
- Kesulitan makan
- Mencederai diri sendiri
- Mengurung diri, penuh rahasia
4. Penelantaran anak
- Pakaian yang kotor
- Kulit kotor
- Tampak kurang mendapat perhatian
- Tidak/putus sekolah

6. Tes diagnostik
1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada penganiayaan
seksual, dilakukan pemeriksaan:
a. Swab untuk analisaasam fosfatase, spermatozoa,dalam 72 jam setelah
penganiayaan seksual.
b. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus.
c.Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
d.Analisa rambut pubis.
2. Radiologi
ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak,
yaitu untuk:
a. Identifikasi fokus dari bekas
b. Dokumentasi Pemeriksaan radiologi pada anak dibawah usia dua tahun sebaiknya
dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya perlu
dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat
pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan tingkat penyembuhan yang
berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya penganiayaan fisik.

7. Penatalaksanaan medis
Cara menangani perlakuan salah terhadap anak menurut Newberger (dikutip dari
Snyder, 1983), terdiri dari 3 aspek pokok, yaitu:
1. Tahap-tahap dalam mengeloola perlakuan salah terhadap anak
2. Pertimbangan utama
3. Intervensi untuk melindungi anak dan menolong keluarga
Tahap-tahap Pertimbangan utama Intervensi
I. Diagnostik
1. Anamnesis 1. Apakah kelainan 1. Pemeriksaan
fisik yang ditemukan medis lebih teliti
sesuai dengan
anamnesi?
2. Pemeriksaan fisik 2. Apakah anak suspek 2. Beritahu orang tua
child abuse/neglect? tentang kecurigaan
kita dan tanggung
jawab dokter untuk
melindungi anak
3. X-foto tulang 3. Apa ada perlindungan 3. Membuat laporan
hukum terhadap child untuk badan yang
abuse? berwenangn
4. Pemeriksaan 4. Apakah rumah cukup 4. Evaluasi secara
laboratorium aman? teratur di poli klinik
5. Konsultasi untuk 5. Apakah anak dalam 5. Rawat anak di RS
evalusi dinamika bahaya? untuk pencegahan dan
keluarga dan tumbuh evaluasi lebih lanjut
kembang anak
6. Apa saja yang 6. Rencanakan
diperlukan untuk pertemuan multi
membuat agar disiplin untuk
rumahnya cukup membuat rencana
aman untuk anak
setelah kembali?
II. Program Rehabilitasi
- Kebutuhan akan - Apa sumber sumber - Rencanakan
kesehatan yang dapat perawatan
- Kebutuhan fisik, memenuhi kesehatan dan
sosial dan kebutuhan anak dan pengobatan
lingkungan keluarga yang sesuai
untuk anak
tersebut
III. Follow up (Pemantauan)
- Perawatan kesehatan - Siapa yang akan - Mengadakan
- Pekerja sosial memonitor kesehatan koordinasi dan
- Lain lain dan pelayanan di integrasi dengan
pelayanan/perawatan masyarakat kepada sumber sumber
lain yang sesuai anak dan yang menolong
keluarganya? anak dan
keluarganya

8. Tumbuh Kembang Anak

9. Komplikasi

1. Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental


2. Kejang-kejang
3. Hidrocepalus
4. Ataksia
5. Kenakalan remaja
6. Depresi dan percobaan bunuh diri
7. Gangguan Stress post traumatic
8. Gangguan makan

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Psikososial
 Melalaikan diri (neglect),
 Baju dan rambut kotor, bau
 Gagal tumbuh dengan baik
 Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan
psikososial
 With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
B. Muskuloskeletal
 Fraktur Dislokasi
 Keseleo (sprain)
C. Genito Urinaria
 Infeksi saluran kemih
  per vagina
  pada vagina/penis
 Nyeri waktu miksi
 Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus.
D. Integumen

 Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
  Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
  tanda2 gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
 Bengkak.

2. Pemeriksaan fisik
1) Gambaran umum
kesadaran pasien composmentis
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala
terdapat trauma pada kepala atau tidak
b) Mata
mata simetris, sklera tidak ikterik, tidak terdapat memar, apakah
terdapat pendarahan di retina.
c) Telinga
telinga cukup bersih,bentuk simetris dan fungsi pendengaran normal
d) Hidung
hidung simetris, hidung bersih
e) Leher
terdapat benjolan atau tidak, terdapat memar atau tidak
f) Kulit
terdapat luka memar atau tidak, terdapat luka bakar atau tidak

g) Muskuloskeletal

terdapat lesi atau tidak, terdapat memar atau tidak, terdapat fraktur atau
tidak

h) abdomen
terdapat memar atau tidak, terdapat luka bakar atau tidak
i) ekstremitas
apakah terdapat jari tabuh (clubbing finger)

3. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Kekerasan
2. Resiko bunuh diri
3. Harga diri rendah
4. Isolasi social
5. Koping keluarga inefektif
6. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Bersihan jalan napas Setelah di lakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan selama 3x24 jam maka
1. identifikasi
hipersekresi jalan napas bersihan jalan napas dapat
kemampuan batuk
teratasi dengan kriteria hasil: 2. monitor adanya
Ds:
1. batuk efektif retensi sputum
-dispnea meningkat 3. monitor tanda dan
2. produksi sputum gejala
-sulit bicara
menurun Terapeutik
-ortopnea 3. wheezing menurun
4. dispnea menurun
5. frekuensi napas 1. Atur posisi semi-
Do: membaik Fowler atau Fowler -
-batuk tidak efektif 6. pola napas membaik Pasang perlak dan
bengkok di -
-tidak mampu batuk pangkuan pasien
-sputum berlebih Buang sekret pada
tempat sputum
-mengi,sheezing dan /ronkhi
kering
Edukasi

-Jelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif

-Anjurkan tarik napas dalam


melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik

-Anjurkan mengulangi tarik


napas dalam hingga 3 kali

-Anjurkan batuk dengan


kuat langsung setelah tarik
napas dalam

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu

Pola napas tidak efektif Setelah di lakukan intervensi Observasi


berhubungan dengan selama 3x24 jam maka pola
-Monitor pola napas
kecemasan. napas membaik dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil: usaha napas)
-Ventilasi semenit -Monitor bunyi napas
DS:
meningkat tambahan (mis. gurgling,
1. Dispnea mengi, wheezing, ronkhi
2. Ortopnea -Kapasitas vital meningkat
kering)
DO: -Diameter thoraks
-Monitor sputum (jumlah,
1. Penggunaan otot bantu anteriorposterior meningkat
warna, aroma)
pernafasan -Tekanan ekspirasi
2. Fase ekspirasi meningkat
memanjang Terapeutik
3. Pola nafas abnormal -Tekanan inspirasi
meningkat -Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt
-Dispnea menurun dan chin-lift (jaw-thrust jika
-Penggunaan otot bantu curiga trauma servikal)

Napas menurun -Posisikan semi-Fowler atau


Fowler
-Pemanjangan fase ekspirasi
menurun -Berikan minum hangat

-Ortopnea menurun -Lakukan fisioterapi dada,


jika perlu
-Pernapasan pursed-lip
menurun -Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
-Pamapasan cuping hidung
menurun -Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
-Frekuensi napas membaik endotrakeal
-Kedalaman napas Ekskursi -Keluarkan sumbatan banda
dada membaik padat dengan forsep McGill
-Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
-Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
-Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Gangguan pertukaran gas Setelah di lakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan ketidak selama 3x24 jam maka
-Monitor frekuensi, irama,
seimbangan ventilasi perfusi gangguan pertukaran gas
kedalaman dan upaya napas
meningkat dengan kriteria
hasil: -Monitor pola napas (seperti
DS: bradipnea, takipnea,
-Dispnea menurun
hiperventilasi, Kussmaul,
1. Pusing
2. Penglihatan kabur -Bunyi napas tambahan Cheyne-Stokes, Biot,
3. Penyakit paru menurun ataksik)
obstruktif kronis -Pusing menurun -Monitor kemampuan batuk
4. Asma efektif Monitor adanya
5. TB paru -Penglihatan kabur menurun
produksi sputum
DO:
-Diaforesis menurun
-Monitor adanya sumbatan
1. PCO2
jalan napas Palpasi
meningkat/menurun -Gelisah menurun
2. PO2 menurun kesimetrisan ekspansi paru
-Napas cuping hidung
3. Takikardia menurun -Auskultasi bunyl napas
4. Nunyo napas
bertambah -PCO₂ membaik -Monitor saturasi oksigen
5. Sianosis
-PO2 membaik -Monitor nilai AGD

-Takikardia membaik -Monitor hasil x-ray toraks

-pH arteri membaik


-Sianosis membaik Terapeutik

-Pola napas membaik -Atur interval pemantauan


respirasi sesuai kondisi
-Warna kulit membaik pasien Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi


berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam
toleransi aktivitas meningkat
Observasi :
imobilitas
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan
DS:
1. Frekuensi nadi
fungsi tubuh yang
1. Mengeluh lelah meningkat mengakibatkan kelelahan
2. Dispnea setelah 2. Saturasi oksigen 2. Monitor kelelahan fisik
aktivitas meningkat dan emosional
3. Merasa lemah 3. Keluhan lelah Terapeutik :
DO: menurun 1. Lakukan latihan rentang
4. Dispnea saat aktivitas gerak pasif/aktif
1. Frekuensi jantung menurun
meningkat lebih dari Edukasi :
5. Dispnea setelah
20% dari kondisi aktivitas menurun 1. Ajarkan tirah baring
istiraht 6. Perasaan lemah 2. Anjurkan melakukan
2. Gambar EKG menurun aktivitas secara bertahap
menunjukan aritmia 7. Sianosis menurun Kolaborasi :
3. sianosis
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Bayu. T1, Rodiyatul F. S. dan Hermansyah,2011. An Early Detection
Method of Type 2 Diabetes Mellitus in Public Hospital. Telkomnika, Vol.9,
No.2, August 2011, pp. 287-294.
Agustina, Tri 2009. Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Rsud
Dr.Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi. KTI D3. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Fitri Nurmanili S. 2010. Gambaran pengetahuan tentang penderita DM tipe 2 Terhadap
penyakit dan Pengelolaan DM tipe 2 di RSUP. H. ADAM MALIK
MEDAN. Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Medan.
Lewis, et al. (2010). Medical Surgical Nursing "Assesment and Management
of Clinical Problems". Philadhephia: Mosby.
Pearce, Evelyn C. 2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
SDKI, SLKI, SIKI

Anda mungkin juga menyukai