Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KWASHIORKOR

Diajukan sebagai salah satu tugas patofisiologi Program study


D- IV Kelas I a Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Medan

Disusun Oleh:
Nama : Descia Rotalenta Pasaribu
NIM : P07520219013

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan yang dikonsumsi oleh seseorang sangat mempengaruhi
kesehatannya. Nutrisi yang dikandungnya akan digunakan tubuh
untuk proses metabolisme yang menghasilkan energi, pertahanan,
dan pertumbuhan. Ketika makanan yang dikonsumsi seseorang itu
mengandung gizi seimbang maka kesehatan tubuhnyapun akan
terjaga, sebaliknya jika makanan yang dikonsumsinya tidak
memperhatikan gizi maka pemenuhan energi, pertahanan, dan
pertumbuhan akan terganggu. Apabila defisit nutrisi tersebut
berlangsung lama maka dapat menyebabkan kwashiorkor.
Kwasiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi
protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat . Penyebab
terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlansung kronis. Anak penderita kwashorkor secara umum
mempunyai ciri-ciri pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya
edema pedis dan pretibial serta asites.
Pentingnya memeperhatikan asupan mkanan bagi anak harus
disadari oleh semua orang tua agar tidak terjadi defisit kronis yang
menyebabkan kwashiorkor. Di sisi lain orang tua tidak semua paham
akan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan anak. Orang tua juga
perlu mengetahui ciri-ciri bila anak menderita kwashorkor dan
memerlukan tindakan kuratif.
Oleh karena itu peran perawat sangat berpengaruh dalam kasus
ini, baik tindakan preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Penyusunan
asuhan keperawatan ini diperlukan untuk media pembelajaran dan
pedoman bagi mahasiswa keperawatan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan kwashiorkor
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penyebab kwashiorkor
3. Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan untuk
penderita kwashiorkor
4. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan
untuk penderita kwashiorkor
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kwashiorkor
Kwasiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari
defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Dari
kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau
kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat
defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda
dan gejala-gejala tersebut. Kwasiorkor berarti “anak tersingkirkan”,
yaitu anak yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi jelas sejak masa
bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sudah menyapih dari
ASI. Walaupun pertambahan tinggi dan berat dipercepat dengan
pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat
badan anak yang secara tetap bergizi baik.

B. Etiologi

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake


protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal
tersebut antara lain :
1. Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak
untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan
mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang
masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang
diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein
dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dll) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan
nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,
terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,
keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan
untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung
turun temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak
tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP
dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan
gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan
menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Seperti gejala
malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan protein,
misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronis, kehilangan
protein secara tidak normal padaproteinuria (nefrosis), infeksi
saluran pencernaan, serta kegagalan mensintesis protein akibat
penyakit hati yang kronis.

C. Patologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan
yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh
jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah
gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi
kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang
sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin
kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat
timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati
terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.

D. Manifestasi Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi
protein berat- Kwashiorkor, antara lain :
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus,
atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta
asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya
edema.
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat
badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak
sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada
stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa
menurun, dan anak menjadi pasif.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan
maupun berat. Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa
disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan
hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya
(texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita
kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa
sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak
kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
Sering bulu mata menjadi panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis
kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan
hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar
penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan
bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam
ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan.
Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan
oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea,
lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit
demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam
waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada
suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang
tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam
oleh hiperpigmentasi.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan
caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan
biopsi hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol
lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, da
infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi
faktor lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila
disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis,
amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga
terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk
pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12,
folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau
aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi
menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan
pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek
umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal,
saliva dan usus halus terjadi perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung
disebabkan hipokalemi dan hipmagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia
kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian
makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan
sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita.
Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau
infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak.
Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi
lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi hati,
defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.
Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor tidak dapat
didefinisikan secara jelas menurut perbedaan kurangnya asupan
makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala yang ditunjukkan
penderita.
Marasmus Kwashiorkor
1. Anak tampak 1. Edema diseluruh tubuh, terutama pada
sangat kurus, punggung kaki
hanya tulang 2. Wajah membulat dan sembab
terbungkus kulit 3. Pandangan mata sayu
2. Wajah seperti 4. Perubahan status mental: cengeng,
orang tua rewel, kadang apatis
3. Cengeng, rewel 5. Rambutberwarna kepirangan, kusam,
4. Perut cekung dan mudah dicabut
5. Sering disertai 6. Otot mengecil, terlihat terutama saat
diare kronik atau berdiri dan duduk
sembelit 7. Bercak merah kecoklatan pada kulit,
yang dapat berubah hitam dan
mengelupas
8. Menolak segala jenis makanan
(anoreksi)
9. Sering disertai anemia, diare, dan
infeksi.

E. Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena
infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan
kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai
oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik
mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan
(bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen.
Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan dari kwashiorkor adalah:
1. Defisiensi zat besi
2. Hiperpigmentasi kulit
3. Edema anasarka

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu
ditemukanterutama jenis normositik normokrom karenaadanya
gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam
makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat
ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
2. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan
adanya kelainan pada paru.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus II

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dirawat di ruang


perawatan anak. Perut tampak buncit dan anak mengalami
kelemahan. Rambut tipis dan berwarna kemerahan. Kedua punggung
kaki edema dan terdapat lesi pada kedua kaki. Dari pemeriksaan labih
lanjut anak dinyatakan kwashiorkor.

B. Pembahasan
1. Pengkajian

a. Nama : Nn. V
b. Usia : 5 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Diagnosa medis : Kwashiorkor
e. Kepala : Rambut tipis dan berwarna kemerahan
f. Abdomen : Perut tampak buncit
g. Ekstremitas : Punggung kaki edema, terdapat lesi di
kedua kaki
h. Kebutuhan nutrisi : Anoreksia
i. Kebutuhan Aktivitas dan latihan : Lemah

2. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi Diagnosa Kep


1 Do: Perubahan Asupan yang Perubahan nutrisi
 Anoreksia nutrisi kurang tidak kurang dari
 perut tampak dari kebutuhan adekuat, kebutuhan tubuh
buncit tubuh anoreksia berhubungan
 Diagnosa dengan asupan
medis= yang tidak
kwashiorkor adekuat,
Ds: - anoreksia.

2 Do: Gangguan Asupan Gangguan


 Rambut tipis pertumbuhan protein yang pertumbuhan dan
dan berwarna dan tidak adekuat perkembangan
kemerahan perkembangan berhubungan
 Perut buncit dengan asupan
Ds: - protein yang tidak
adekuat.

3 Do: Gangguan Gangguan Gangguan


 Punggung kaki integritas kulit nutrisi, integritas kulit
edema edema berhubungan
 Terdapat lesi dengan gangguan
dikedua kaki nutrisi, edema.
 Diagnosa
medis=
kwarhiorkor
Ds: -
3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan kepada keluarga 1. Meningkatkan pemahaman
kurang dari keperawatan selama 3x24 tentang penyebab keluarga tentang penyebab dan
kebutuhan tubuh jam, pasien akan malnutrisi, kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi untuk
berhubungan menunjukkan peningkatan pemulihan, susunan menu pemulihan klien sehingga dapat
dengan asupan status gizi dengan kriteria dan pengolahan makanan meneruskan upaya terapi
yang tidak hasil: sehat seimbang, Tunjukkan dietetik yang telah diberikan
adekuat, Keluarga klien dapat contoh jenis sumber selama hospitalisasi.
anoreksia. menjelaskan penyebab makanan ekonomis sesuai
gangguan nutrisi yang status sosial ekonomi
dialami klien, kebutuhan pasien
nutrisi pemulihan, susunan 2. Tunjukkan cara pemberian 2. Meningkatkan partisipasi
menu dan pengolahan makanan per sonde, beri keluarga dalam pemenuhan
makanan sehat seimbang. kesempatan keluarga untuk kebutuhan nutrisi klien,
melakukannya sendiri. mempertegas peran keluarga
dalam upaya pemulihan status
3. Laksanakan pemberian nutrisi klien.
roborans sesuai program 3. Roborans meningkatkan nafsu
terapi. makan, proses absorbsi dan
memenuhi defisit yang
4. Timbang berat badan, ukur menyertai keadaan malnutrisi.
lingkar lengan atas dan 4. Menilai perkembangan
tebal lipatan kulit setiap masalah klien.
pagi.

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan kepada orang tua 1. Meningkatkan pengetahuan
pertumbuhan dan keperawatan selama 2x tentang standar keluarga tentang keterlambatan
perkembangan seminggu, pasien akan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan dan
berhubungan mencapai pertumbuhan dan tugas perkembangan perkembangan anak.
dengan asupan perkembangan sesuai sesuai usia anak. 2. Diet khusus untuk pemulihan
protein yang tidak standar usia, dengan kriteria 2. Lakukan pemberian malnutrisi diprogramkan secara
adekuat. hasil: makanan/minuman sesuai bertahap sesuai dengan
a. Pertumbuhan fisik program terapi diet kebutuhan anak dan
(ukuran antropometrik) pemulihan. kemampuan toleransi system
sesuai standar usia. pencernaan.
b. Perkembangan 3. Menilai perkembangan masalah
motorik, bahasa/ kognitif 3. Lakukan pengukuran klien.
dan personal/sosial sesuai antropo-metrik secara 4. Stimulasi diperlukan untuk
standar usia. berkala. mengejar keterlambatan
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan anak dalam
perkembangan sesuai aspek motorik, bahasa dan
dengan usia klien. personal/sosial.
5. Mempertahankan
kesinambungan program
5. Lakukan rujukan ke stimulasi pertumbuhan dan
lembaga pendukung perkembangan anak dengan
stimulasi pertumbuhan dan memberdayakan sistem
perkembangan pendukung yang ada.
(Puskesmas/Posyandu)
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pada keluarga 1. Mencegah ulcus decubitus.
integritas kulit keperawatan selama tentang pentingnya
berhubungan 2x24jam integritas kulit merubah posisi sesering
dengan kembali normal dengan mungkin. 2. Mencegah iritasi kulit dan
gangguan nutrisi, kriteria hasil: kulit kembali 2. Anjurkan keluarga lebih mengurangi gatal.
edema. halus, kenyal dan utuh. sering mengganti pakaian
anak bila basah atau kotor
dan kulit anak tetap kering. 3. Tindakan interdependent
3. Kolaborasi dengan dokter bidan/perawat dengan dokter.
kulit untuk pengobatan lebih
lanjut.
BAB IV

PENUTUP

Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan klien Nn.v


Dengan masalah kekurangan protein dan mengalami kelemahan dan
perut nampak buncit maka penulis menyimpulkan berikut:
A. Kesimpulan
Kwasiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi
protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Dari kekurangan
masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka
metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi
vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-
gejala tersebut. Kwasiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak
yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal
sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sudah menyapih dari ASI.
Walaupun pertambahan tinggi dan berat dipercepat dengan
pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat
badan anak yang secara tetap bergizi baik.

Anda mungkin juga menyukai