KASUS 3
Disusun Oleh:
PRODI S1 KEPERAWATAN 2C
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
GOMBONG 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan laporan ini. Laporan yang berjudul “Seven Jump
Gangguan Sistem Hematologi” ini berisikan hasil tutorial yang telah kami laksanakan. Tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen pembimbing,
karena tanpa bimbingan mereka kami tidak akan bisa menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Harapan kami, semoga laporan ini bisa berguna bagi teman-teman yang membacanya
dan khususnya bagi kami. Dan kami sadar sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi tercapainya kesempurnaan laporan ini.
Penulis
SKENARIO KASUS 3
Pasien laki-laki 59 tahung datang ke IGD RSUD X mengeluh BAB hitam sejak satu
minggu ini. BAB hitam seperti aspal dirasakan terus menerus dan tidak ada perbaikan.
Keluhan dikatakan datang secara tiba-tiba. Selain itu pasien mengeluhkan nyeri perut sejak 2
minggu. Nyeri perut dirasakan seperti melilit di perut bagian atas. Nyeri perut dirasakan terus
menerus dan memberat pada malam hari. Nyeri tidak membaik dengan perubahan posisi.
Keluhan lain yaitu pasien merasa lemas sejak 2 minggu. Lemas dirasakan diseluruh tubuh
dan terus menerus hingga mengganggu kegiatan pasien sehari-hari. Lemas tidak membaik
dengan istirahat.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis dan atrofi papil lidah. Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan eritrosit sebanyak 2.50 x106 μL, Hemoglobin 4,2
g/dL, MCV 59.1 fL, MCH 16,9 pg, dan MCHC 28,6 g/dL. RDW-CV 19.4%. Leukosit dan
trombosit dalam batas normal. Pemeriksaan apusan darah tepi ditemukan Anemia bikromik
anipoikilositosis suspect anemia defisiensi besi (ADB). Pasien didiagnosis dengan Melena et
causa Ulkus peptikum dan Anemia Berat et Causa Anemia Defisiensi Besi (ADB). Pasien
diterapi dengan IVFD RL 20 tpm, Furosemid 20 mg premedikasi tranfusi, Tranfusi PRC 1
Kolf/hari sampai HB> 10, Asam Traneksamat 300 mg tiap 8 jam, Lanzoprazole bila mual,
ferrous sulphate 3 x 200 mg, vitamin C 1x100 mg.
STEP 1 : Clarify Unfamiliar Term
Istilah Arti
Konjungtiva Anemis Konjungtiva merupakan lekukan pada mata,
normalnya konjungtiva itu berwarna
kemerahan, pada keadaan tertentu (misal
pada anemia) konjungtiva akan berwarna
pucat yang disebut dengan nama
konjungtiva
anemis.
Atrofi Papila Lidah Glossitis atrofi (lidah atrofi) adalah atrofi
pada papilla lidah yang mengakibatkan
lidah menjadi licin/halus. Lidah mungkin
pucat atau eritematous dan mungkin pula
tampak
mengecil atau membesar.
Eritrosit (Sel darah merah) pembawa oksigen dari
paru-paru menuju ke seluruh bagian tubuh.
Hemoglobin Metaloprotein di dalam sel darah merah
yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen
dari paru-paru ke seluruh tubuh, pada
mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin
juga pengusung karbon dioksida kembali
menuju
paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh.
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) Perhitungan jumlah rata-rata hemoglobin di
dalam sel darah merah.
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Perhitungan seberapa padatnya molekul
Concentration) hemoglobin dalam sel darah merah.
RDW-CV (Red Distribution width) Kisaran variasi volumen sel darah merah.
Hasil yang lebih tinggi menandakan variasi
volume/ ukuran sel darah merah yang lebih
besar.
Leukosit Nama lain dari sel darah putih, yang
merupakan sel-sel dalam darah yang
membantu tubuh melawan infeksi dan
beberapa penyakit.
Trombosit Sel terkecil dari darah yang jumlah
normalnya berkisar antara 150.000-450.000
keping per mikro liter darah. Layaknya sel
darah merah, trombosit tidak memiliki
nukleus dan tidak dapat melakukan
pembelahan sel atau disebut mitosis
Anipoikilositosis Suspect Anemia Defisiensi Anemia defisiensi besi terjadi karena tubuh
Besi (ADB) kekurangan zat besi, sehingga jumlah sel
darah merah yang sehat berkurang dan tidak
dapat berfungsi dengan baik. Sel darah
merah atau hemoglobin dibentuk oleh zat
besi.
Melena Tinja yang berwarna hitam atau gelap akibat
perdarahan di saluran pencernaan bagian
atas.
Ulkus Peptikus Tukak lambung. Ini adalah luka peradangan
yang disebabkan oleh terkikisnya lapisan
dinding lambung.
IVFD RL Infus disebut juga dengan Intravenous Fluid
Drops (IVFD), diartikan sebagai jalur
masuk cairan melalui pembuluh vena.
Furosemid Obat untuk mengatasi penumpukan cairan di
dalam tubuh atau edema.
Premedikasi Tranfusi Penelitian retrospekstif penggunaan
premedikasi pada pasien yang diberikan
transfusi dengan asetaminofen dan
difenhidramin tidak terdapat perbedaan
dalam kejadian reaksi transfusi antara
kelompok yang diberikan premedikasi
dengan plasebo.
Transfusi PRC Transfusi sel darah merah sering pula
disebut packed red blood cells atau PRC.
PRC dibuat
dengan menghilangkan sekitar 250 mL
komponen plasma (cairan) dari whole blood
atau keseluruhan darah hasil donor. Satu
pak PRC mengandung hemoglobin sekitar
10
gram per liter.
Asam Traneksamat Obat untuk menghentikan perdarahan pada
beberapa kondisi, seperti mimisan yang
tidak kunjung berhenti, perdarahan yang
berat saat menstruasi, maupun perdarahan
setelah
operasi atau prosedur cabut gigi.
Lanzoprazole Obat untuk mengatasi kondisi yang berkaitan
dengan peningkatan asam lambung.
Ferrous Sulphate Salah satu bentuk sediaan zat besi yang
digunakan dalam penatalaksanaan anemia
defisiensi besi atau sebagai suplementasi
pada populasi yang berisiko. Ferrous
sulphate merupakan kristal padat berwarna
kehijauan atau kuning kecoklatan dan
bersifat larut dalam air.
STEP II : Define The Problem
6. Jelaskan bagaimana hubungan diagnosa pasien Melena et causa ulkus peptikum dan
anemia berat dengan kondisi pasien yang fesesnya berwarna hitam?
Jawab : Pasien tersebut dikatakan anemia berat dikarenakan kadar Hemoglobin dalam
darah sangat rendah yaitu 4 gram/dl. Pasien tersebut mengalami kekurangan darah
diakibatkan perdarahan saluran cerna atas. Perdarahan saluran cerna bagian atas non-
variseal paling banyak disebabkan oleh perdarahan ulkus peptik, sehingga pasien
tersebut di diagnosa Melena et causa ulkus peptikum.
7. Apa yang dimaksud anemia definisi besi dan apa hubungannya dengan pasien
tersebut? Jawab : Tentu saja ADB berkaitan dengan kondisi pasien tersebut ditandai
dengan kadar Hb pasien yang rendah sebanyak 4 gram/dl, sementara kadar Hb normal
untuk laki laki dewasa berkisar 14–18 g/dL.
11. Bagaimana etiologi Amenia Defisiensi Besi yang dialami pasien tersebut?
Jawab : Apabila kekurangan besi berlanjut terus maka
cadangan besi menjadi kosong sama sekali, sehingga akan berlanjut menjadi Anemia
Defisiensi Besi.
12. Apa saja kriteria diagnosa ADB, dan apakah kriteria tersebut benar seperti yang
dialami pasien?
Jawab : Pasien tersebut mengalami kondisi seperti kriteria diatas, sehingga pasien
tersebut di diagnosa mengalami Anemia Defisiensi Besi (ADB)
STEP IV : Arrange Exp Into A Tentative Solution
Ulkus Peptikus
Anemia PK Anemia
Meelena Nyeri Akut
Lemas Kadar Hb
Penurunan Volume Darah
1. DEFINISI
Pendarahan SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, malena,
atau keduanya. Hemetemesis melena adalah kondisi dimana pasien mengalami
muntah yang disertai buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran
cerna bagian atas (SCBA) dan pendarahan SCBA merupakan keadaan darurat
yang umum menyebabkan kematian cukup besar di seluruh dunia.(Roberts et
al.,2014) Penyebab perdarahan SCBA yang paling sering ditemukan, yaitu ulkus
peptikum, gastritis erosif, varises esofagus, dan ruptur mukosa esofagogastrika.
Pasien didiagnosis dengan hematemesis melena et causa gastritis erosive dengan
adanya feses hitam yang disertai gejala dan tanda yang mengarah pada penyakit
hati kronis.
Pendarahan SCBA merupakan keadaan darurat yang umum
menyebabkan kematian cukup besar di seluruh dunia.(Roberts et al.,2014)
Penyebab perdarahan SCBA yang paling sering ditemukan, yaitu ulkus
peptikum, gastritis erosif, varises esofagus, dan ruptur mukosa esofagogastrika.
Pasien didiagnosis dengan hematemesis melena et causa gastritis erosive dengan
adanya feses hitam yang disertai gejala dan tanda yang mengarah pada penyakit
hati kronis. Etiologi dapat berasal dari kelainan esofagus, kelainan lambung, dan
kelainan duodenum.
Perdarahan atau hemoragi dari varises esophagus terjadi pada kurang
lebih sepertiga penderita sirosis hepatis dan varises. Angka mortalitas yang
terjadi akibat episode perdarahan pertama adalah 45 % hingga 50 %. Perdarahan
ini meruapakan salah satu penyebab kematian yang utama pada penderita sirosis
hepatis (Smeltzer and Bare, 2002). Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien
hematemesis melena adalah koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang
ditandai dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan
neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati), syok hipovolemik
(kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah
menurun), aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang
masuk ke saluran napas), anemia posthemoragik (kehilangan darah yang
mendadak dan tidak disadari). (Primanileda, 2009).
2. ETIOLOGI
A. Kelainan di esophagus
1) Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus,
tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-
hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
2) Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali
penderita muntah darah dan itupun tidak masif.
atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena
2) Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri
ulu hati dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau
pedih di epigastrium yang berhubungan dengan makanan. Sifat
hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari
hematemesis.
3) Kelainan Darah
polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
trombositopenia purpura.
3. FAKTOR RESIKO
Terdapat beberapa faktor risiko yang dianggap berperan dalam patogenesis
perdarahan SCBA.Faktor risiko yang telah di ketahui adalah usia, jenis kelamin,
penggunaan OAINS, penggunaan obat antiplatelet, merokok, mengkonsumsi
alkohol, riwayat ulkus, diabetes mellitus dan infeksi bakteri Helicobacter pylori.
1. Usia
Perdarahan SCBA sering terjadi pada orang dewasa dan risiko
meningkat pada usia >60 tahun. Penelitian pada tahun 2001-2005 dengan
studi retrospektif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo terhadap 837
pasien yang memenuhi kriteria perdarahan SCBA menunjukkan rata-rata
usia pasien laki-laki adalah 52,7 ± 15,82 tahun dan rata-rata usia pasien
wanita adalah 54,46 ± 17,6.26 Usia ≥ 70 tahun dianggap sebagai faktor
risiko karena terjadi peningkatan frekuensi pemakaian OAINS dan
interaksi penyakit komorbid yang menyebabkan terjadinya berbagai
macam komplikasi.27
2. Jenis kelamin
Kasus perdarahan SCBA lebih sering dialami oleh laki-laki. Penelitian
di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 51,4% yang mengalami
perdarahan SCBA berjenis kelamin laki-laki. Dari penelitian yang sudah
dilakukan mayoritas menggunakan pendekatan epidemiologi dan belum
ada penelitian yang secara spesifik menjelaskan hubungan perdarahan
SCBA dengan jenis kelamin.
3. Penggunaan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
Peningkatan risiko komplikasi ulkus (rawat inap, operasi, kematian) terjadi
pada orang tua yang mengkonsumsi OAINS. Studi cross sectional
terhadap individu yang mengkonsumsi OAINS pada dosis maksimal
dalam jangka waktu lama 35% hasil endoskopi adalah normal, 50%
menunjukkan adanya erosi atau petechiae, dan 5%-30% menunjukkan
adanya ulkus. Jenis-jenis OAINS yang sering dikonsumsi adalah
ibuprofen, naproxen, indomethacin, piroxicam, asam mefenamat,
diklofenak.
4. Penggunaan obat-obat antiplatelet
Penggunaan aspirin dosis rendah (75 mg per hari) dapat menyebabkan
faktor perdarahan naik menjadi dua kali lipat, bahkan dosis subterapi 10
mg per hari masih dapat menghambat siklooksigenase.19 Aspirin dapat
menyebabkan ulkus lambung, ulkus duodenum, komplikasi perdarahan
dan perforasi pada perut dan lambung. Obat antiplatelet seperti clopidogrel
berisiko tinggi apabila dikonsumsi oleh pasien dengan komplikasi saluran
cerna.
5. Merokok
Dari hasil penelitian menunjukkan merokok meningkatkan risiko
terjadinya ulkus duodenum, ulkus gaster maupun keduanya. Merokok
menghambat proses penyembuhan ulkus, memicu kekambuhan, dan
meningkatkan risiko komplikasi.27
6. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol konsentrasi tinggi dapat merusak pertahanan
mukosa lambung terhadap ion hidrogen dan menyebabkan lesi akut
mukosa gaster yang ditandai dengan perdarahan pada mukosa.
7. Riwayat Gastritis
Riwayat Gastritis memiliki dampak besar terhadap terjadinya ulkus.
Pada kelompok ini diprediksi risiko terjadi bukan karena sekresi asam
tetapi oleh adanya gangguan dalam mekanisme pertahanan mukosa dan
proses penyembuhan.27
8. Diabetes mellitus (DM)
Beberapa penelitian menyatakan bahwa DM merupakan penyakit
komorbid yang sering ditemui dan menjadi faktor risiko untuk terjadinya
perdarahan.11 Namun, belum ada penelitian yang menjelaskan mekanisme
pasti yang terjadi pada perdarahan SCBA yang disebabkan oleh diabetes
mellitus.
9. Infeksi bakteriHelicobacter pylori
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral
yang hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan tingkat
infeksi H.pylori <75% pada pasien ulkus duodenum. Dari hasil penelitian
di New York 61% dari ulkus duodenum dan 63% dari ulkus gaster
disebabkan oleh infeksi H.pylori.27
10. Chronic Kidney Disease
Patogenesis perdarahan saluran cerna pada chronic kidney disease
masih belum jelas, diduga faktor yang berperan antara lain efek uremia
terhadap mukosa saluran cerna, disfungsi trombosit akibat uremia,
hipergastrinemia, penggunaan antiplatelet dan antikoagulan, serta
heparinisasi pada saat dialysis.
11. Hipertensi
Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel sehingga mudah terkena
jejas. Selain itu hipertensi memperparah artherosklerosis karena plak
mudah melekat sehingga pada penderita hipertensi dianjurkan untuk
mengkonsumsi obat-obat antiplatelet.31
12. Chronic Heart Failure
Penelitian yang ada mengatakan bahwa chronic heart failure dapat
meningkatkan faktor risiko perdarahan SCBA sebanyak 2 kali lipat.
4. PATOFISIOLOGI
A. Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi
yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau
berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak
tidak dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam
klorida.
B. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa :
1) Fase sefalik yaitu : fase yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan,
baau, atau rasa makanan yng bekerja pada reseptorkortikal serebral yng paada
gilirannya merangsang sarafvagal
2) Fase lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan
sebagaiiakibat dri rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding
lambung.
3) Fase usus, yaitu makanan pada usu halus menyebabkan pelepasan hormon yang
pada waktu akan merangsang sekresi asam lambung.
C. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang
dilakukan lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi
pertahanan mukosa adalah suplai darah, keseimbangan asam basa,
integritassel mukosa dan regenerasi sel epitel. Seseorang mungkin
akan mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua faktor lain,
yaitu :
1) Hiper sekresi asam lambung
2) Kelemahan barier mukosa lambung. Apapun yang
menurunkan produksi mucus lambung atau merusak mukosa
lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi
non steroid, alcohol dan obat antiinflamasi.
D. Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan : hipersekresi getah
lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.
E. Ulkus Stres
Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasii mukosall akut dari duodenal atau
area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis.
Kejadian stress seperti : luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ
multiple (Nurarif, Amin dkk. 2015, Pierce & P 2006)
STEP VI : Info Gathering and Private Study
4. Apa tujuan utama pada pemeriksaan hematologi dan juga dapat dilakukan untuk
beberapa alasan apa saja?
Jawab : Kualitas pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari penampilan professional
personil rumah sakit, efisiensi, dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien. Untuk
mewujudkan kinerja pelayanan public yang terukur dan dapat dievaluasi
keberhasilannya, instansi terkait perlu memiliki dan menerapkan Prosedur Kerja yang
Standar (Standar Operasional Prossedur/SOP). Pemeriksaan Hematologi dapat
dilakukan secara manual atau secara modern dengan menggunakan suatu instrument.
Dalam melaksanakan pemeriksaan menggunakan suatu alat/instrument petugas juga
memerlukan SOP tertentu agar hasil yang didapat dalam pemeriksaan sesuai dengan
apa yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Pelaksanaan SOP
Pemeriksaan Hematologi menggunakan Alat Pentra 60 di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang
(crossectional). Penelitian ini digunakan untuk mengetahui kolerasi antara variabel
independen yaitu tata cara pemeriksaan hematologi analyzer dengan alat pentra 60
dengan dan variabel dependen yaitu adalah kepatuhan menerapakan dan
melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SPO) di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Analisa data dilakukan dengan tabulasi, persentasi, distribusi frekuensi. Untuk
mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Hasil
penelitian menunjukan bahwa bahwa 81, 82% SOP pemeriksaan hematologi analyzer
menggunakan alat pentra 60 telah dilaksanakan oleh petugas dengan baik.
Jurnal : Lestari, R. (2014). Aplikasi Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (Sop)
Pemeriksaan Hematologi Analyzer Dengan Alat Pentra 60 Di Rsup Dr. M. Djamil
Padang. 'AFIYAH, 1(2).
6. Jelaskan bagaimana hubungan diagnosa pasien Melena et causa ulkus peptikum dan
anemia berat dengan kondisi pasien yang fesesnya berwarna hitam?
Jawab : Kondisi tersebut berakibat pada sekresi feses menjadi hitam. Dikaranakan
perdarahan yang banyak, maka pasien tersebut kekurangan hemoglobin. Hemoglobin
yang ada dalam darah lebih banyak bereaksi dengan bahan kimia pencernaan
termasuk asam lambung, ia juga bisa bereaksi dengan bakteri usus dalam durasi waktu
tertentu sehingga darah tidak lagi berwarna merah, saat keluar menjadi feses
melainkan hitam. Jurnal : Nugraha, D. A. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Non-Variseal. Cermin Dunia Kedokteran,
44(6), 323-327.
7. Apa yang dimaksud anemia definisi besi dan apa hubungannya dengan pasien
tersebut? Jawab : Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan
oleh kurangnya zat besi yang diperlukan untuk sintesa hemoglobin.
Jurnal : Nurbadriyah, W. D. (2019). Anemia Defisiensi Besi. Deepublish.
8. Apakah pengunaan vitamin b dapat digunakan untuk menangani kerusakan pada
atrofi papil lidah?
Jawab : Vitamin B berperan besar dalam menjaga kesehatan mulut, termasuk
regenerasi jaringan dan papila pada permukaan lidah. Itulah sebabnya kekurangan
vitamin B, terutama vitamin B2, B3, B6, B9, dan B12 juga dapat menyebabkan
mengalami glositis.
Jurnal : Hapsari, L. (2019). Peranan vitamin B kompleks terhadap kesehatan tubuh
dan rongga mulut.
11. Bagaimana etiologi Amenia Defisiensi Besi yang dialami pasien tersebut?
Jawab : Etiologi atau penyebab ADB pada pasien tersebut karena Kehilangan besi
sebagai akibat pendarahan menahun. Perdarahan menahun yang menyebabkan
kehilangan besi atau kkebutuhan besi yang meningkat akan dikompensasi tubuh
sehingga cadangan besi makin menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini
disebut keseimbangan zat besi yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted
state).
Jurnal : Bakta, IM. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
12. Apa saja kriteria diagnosa ADB, dan apakah kriteria tersebut benar seperti yang
dialami pasien?
Jawab :
Kriteria diagnosis ADB menurut WHO :
a. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
b. Kosentrasi Hb eritrosit rata-rata <31% (N : 32-35%)
c. Kadar Fe serum <50 ug/dl (N : 80 – 180 ug/dl)
d. Saturasi transferin <15 % (N ; 20 – 50%)
Jurnal : J, Fitriyani (2018). ANEMIA DEFISIENSI BESI. Jurnal Averrous Vol.4
No.2 2018. SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas
Malikussaleh, Aceh, Indonesia
STEP VII : Share The Result Of Into Gathering and Privat Study
Gangguan hematologi adalah gangguan pada pembentukan sel darah merah, meliputi
penurunan dan peningkatan jumlah sel (polisitemia). Kelainan eritrosit digolongkan menjadi
empat yaitu berdasarkan ukuran, bentuk, warna dan benda inklusi eritrosit. Penurunan jumlah
sel darah merah ditemukan pada penyakit kronis, seperti penyakit hati, anemia dan leukemia,
sedangkan polisitemia ditemukan pada penderita diare, dehidrasi berat, luka bakar, maupun
pendarahan berat. Penghitungan sel darah merah dilakukan dalam proses diagnosis beberapa
penyakit tersebut.
Feses berwarna hitam yang disertai dengan gejala gejala tertentu dapat disebabkan
oleh adanya gangguan pencernaan yang kompleks dan serius. Cara alami untuk mengatasi
feses berwarna hitam adalah dengan memperbanyak tingkat konsumsi makanan yang sehat
dan bergizi, minum air yang cukup, dan olahraga.
Dalam kasus tersebut pasien mengalami nyeri dengan skala nyeri 4 untuk mengurangi
nyeri tersebut pasien dapat melakukan teknik non farmakologi meskipun tidak seutuhnya
berguna namun dapat digunakan untuk sedikit demi sedikit mengurangi rasa nyeri yang
dialami pasien. Teknik non farmakologi ini bisa dengan melakukan teknik relaksasi nafas
dalam karena dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam
sistem saraf otonom. Kemudian teknik distraksi yakni teknik untuk mengalihkan perhatian ke
hal yang lain sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan
toleransi terhadap nyeri.
Oleh sebab itu segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Konsultasi dengan dokter untuk memperoleh
pemeriksaan dan bantuan medis apabila terdapat gangguan yang serius