Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

Dipublikasi pada 14 Desember 2009 oleh ADMIN

Tn W dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipun
sudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn W adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun
yang lalu. Tn W mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu
bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.
Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11
gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl
11o mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, N 120x/mnt, P
28x/menit, S 390C, konjungtiva anemis, sklera tak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing
+/-.

Diagnosa Medis pada kasus diatas adalah AIDS

AIDS

Pengertian

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia
dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.

Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan

Immune : Sistem kekebalan tubuh

Deficiency : Kekurangan

Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit

Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV
/AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan
meninggal.

 AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya
tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
 AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler
dan Brenda G.Bare )
 AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )

1. Etiologi

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang
nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang
dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T.

1. Patofisiologi

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel
T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap
infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit
yang serius.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik,
kanker atau dimensia AIDS.
1. Klasifikasi

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C)
dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.

1. Kategori Klinis A

Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis
B dan C.

1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.


2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty )
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai
atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.

1. Kategori Klinis B

Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

1. Angiomatosis Baksilaris
2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

1. Kategori Klinis C

Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus


2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
11. Isoproasis intestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

5. Gejala Dan Tanda

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5
tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang
paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
:

 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah ditubuh.

 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala

Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.

 Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

6. Komplikasi

a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.

b. Neurologik

1. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus


(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV)

c. Gastrointestinal

1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan
dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

d. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan


strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,
lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik

 Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan


 Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.

7. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), bisa dilakukan dengan :

1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu :

1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau


sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

1. Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat
ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat
enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

1. Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi
virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut

1. Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
1. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari
stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
2. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Penyakit

Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis
pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang
sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus
dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan
dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa
penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang
saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta
terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :

 Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )

Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti


limfosit,disfungsi timik congenital.

 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)

Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein – liosing enteropati


(peradangan usus)

b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)

- Aktifitas / Istirahat

Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.

Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD,
frekuensi Jantun dan pernafasan ).

- Sirkulasi

Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.

Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan


pengisian kapiler.
- Integritas dan Ego

Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari


doagnosa, putus asa,dan sebagainya.

Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.

- Eliminasi

Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi

Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.

- Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia

Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema

- Hygiene

Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS

Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

- Neurosensori

Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan


otot,tremor,perubahan penglihatan.

Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak


normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.

- Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.

Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.

- Pernafasan

Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.

Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.


- Keamanan

Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam


berulang,berkeringat malam.

Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.

-Seksualitas

Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah


kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia

- Interaksi Sosial

Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS

Tanda : Perubahan interaksi

- Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatan


IV,merokok,alkoholik.

c. Pemeriksaan Diagnostik

a. Tes Laboratorium

Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).

1. Serologis

- Tes antibody serum

Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa

- Tes blot western

Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)

- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total

- Sel T4 helper

Indikator system imun (jumlah <200>

- T8 ( sel supresor sitopatik )

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.

- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi

- Kadar Ig

Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal

- Reaksi rantai polimerase

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.

- Tes PHS

Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif

2. Budaya

Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi,
untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.

3. Neurologis

EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)

Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru

4. Tes Antibodi

Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 –
12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang
yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak
efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut,
yaitu :

1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)

Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human


Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.

2. Western Blot Assay

Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas


Human Immunodeficiency Virus (HIV)

1. Indirect Immunoflouresence

Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.

4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )

Mendeteksi protein dari pada antibody.

c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24
antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya
kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.

Pengkajian

Data dasar :

Nama : Tn. W

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jakarta

Analisa Data
DS : - diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.

- Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari

DO : - hasil foto thorax, pleural effusion kanan

Hasil LAB :

- Hb 11 gr/dl

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

2. Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

2. Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi

Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Output yang berlebih Kekurangan volume
cairan
diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh
meskipun sudah berobat kedokter.

Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair


kurang lebih 15x/hari

DO :

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L
2 DS : Imunodefisiensi Resiko infeksi

Tn.W mengatakan BB menurun 7 kg


dalam 1 bulan serta sariawan mulut tak
kunjung sembuh.

DO :

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

Rencana asuhan keperawatan

Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

Tujuan : – mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit

Kriteria hasil : – Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat

- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari

Intervensi Rasional
Mandiri  Indikator tidak langsung dari status
cairan.
 Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan  Mempertahankan keseimbangan cairan,
rasa haus mengurangi rasa haus, melembabkan
 Pantau masukan oral dan memasukkan mukosa.
cairan sedikitnya 2500 ml/hari  Mungkin dapat mengurangi diare.
 Hilangkan makanan yang potensial
menyebabkan diare, yakni yang pedas/  Meningkatkan asupan nutrisi secara
makanan berkadar lemak tinggi, adekuat.
kacang, kubis, susu.
 Berikan makanan yang membuat pasien  Mengurangi insiden muntah,
berselera. menurunkan jumlah keenceran feses
mengurangi kejang usus dan peristaltik.
Kolaborasi  Mewaspadai adanya gangguan
elektrolit dan menentukan kebutuhan
 Berikan obat-obatan sesuai indikasi : elektrolit.
antiemetikum, antidiare atau  Diperlukan untuk mendukung volume
antispasmodik. sirkulasi, terutama jika pemasukan oral
tidak adekuat.
 Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
 Berikan cairan/elektrolit melalui selang
makanan atau IV.

Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi

Tujuan : – Mengurangi resiko terjadinya infeksi

- Mempertahankan daya tahan tubuh

Kriteria hasil: – Infeksi berkurang

- Daya tahan tubuh meningkat

Intervensi Rasional
Mandiri  Deteksi dini terhadap infeksi penting
untuk melakukan tindakan segera.
 Pantau adanya infeksi : demam, Infeksi lama dan berulang memperberat
mengigil, diaforesis, batuk, nafas kelemahan pasien.
pendek, nyeri oral atau nyeri menelan.  Berikan deteksi dini terhadap infeksi.
 Ajarkan pasien atau pemberi perawatan
tentang perlunya melaporkan  Peningkatan SDP dikaitkan dengan
kemungkinan infeksi. infeksi
 Pantau jumlah sel darah putih dan  Memberikan informasi data dasar,
diferensial peningkatan suhu secara berulang-ulang
 Pantau tanda-tanda vital termasuk dari demam yang terjadi untuk
suhu. menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi ang baru dimana
 Awasi pembuangan jarum suntik dan obat tidak lagi dapat secara efektif
mata pisau secara ketat dengan mengontrol infeksi yang tidak dapat
menggunakan wadah tersendiri. disembuhkan.
 Mencegah inokulasi yang tak disengaja
Kolaborasi dari pemberi perawatan.

 Beriakan antibiotik atau agen  Menghambat proses infeksi. Beberapa


antimikroba, misal : trimetroprim obat-obatan ditargetkan untuk
(bactrim atau septra), nistasin, organisme tertentu, obat-obatan lainya
pentamidin atau retrovir. ditargetkan untuk meningkatkan fungsi
imun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi
oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human
immunodeficiency Virus).

B. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus ini diketemukan oleh Montagner, seorang ilmuwan
Perancis ( Institute Pasteur,Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala
limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus ( LAV ).
Gallo ( National Institute of Health,USA 1984 ) menemukan virus HTLV-III ( Human T Lymphotropic Virus
) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama,
sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses ( 1986 ) WHO
memberikan nama resmi HIV.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS,disebut HIV-2, dan
berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic. HIV-2 dianggap kurang patogen dibandingkan
dengan HIV-1. Untuk memudahkan, kedua virus itu disebut sebagai HIV saja.

C PATOGENESIS
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret Vagina.
Sebagaian besar ( 75% ) penularan terjadi melalui hubungan seksual.
HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetic RNA. Bilaman virus masuk kedalam tubuh
penderita ( sel hospes ), maka RNA virus diubah menjadi
oleh ensim reverse transcryptase yang dimiliki oleh HIV . DNA pro-virus tersebut kemudian
diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen pembukaan CD4,
terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan
system kekebalan tubuh. Selain tifosit T4,virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel
Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina,
sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak Virus yng masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan
replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri.

D. GAMBARAN KLINIS
Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari
infeksi tanpa gejala ( asimtomatik ) pada stadium awal sampai pada gejala gejala yang berat pada
stadium yang lebih lanjut.
Perjalanan penyakit lambat dan gejala gejala AIDS rata rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi,
bahkan dapat lebih lama lagi.
Gambaran klinis yang sesuai dengan perjalan penyakit dan lebih bermanfaat bagi kepentingan klinik
diuraikan dalam fase-fase berikut.
1. Infeksi Akut
Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3 bulan. Gejala yang timbul
umumnya seperti influenza (flu-like syndrome : demam, artragia, malaise, anoreksia), gejala kulit
(bercak-bercak merah, urtikaria), gejala syaraf ( sakit kepala, nyeri retrobulber, radikulopati, gangguan
kognitif dan afektif), gangguan Gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, kandidiasis orofarings). Pada
fase ini penyalit tersebut sangat menul;ar karena terjadi veremia. Gejala tersebut diatas, merupakan
reaksi tubuh terhadap masuknya virus dan berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
2. Infeksi kronis asitomatik
Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun tahun kemudian, umumnya sekitar 5 tahun, keadaan
penderita tampak baik baik saja, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam
tubuh. Beberapa penderita mengalami pembesaran kelenjar limfe menyeluruh, meskipun ini bukanlah
hal yang bersifat prognostic dan tidak berpengaruh bagi penderita. Saat ini ssudah mulai terjadi
penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya kekebalan tubuh penderita.
3. Infeksi Kronik Simtomatik
Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagi gejala ringan atau berat timbul
pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas penderita.
A. Penurunan Imunitas Sedang
Pada awal sub-fase ini timbul penyakit penyakit yang lebih ringan misalnya rektivasi dari herpes zosrer
atau herpes simpleks, namun dapat sembuh spontan atau hanya dengan pegobatan biasa
B. Penurunan Imunitas Berat
Pada sub fase ini terjadi infeki oportunistik berat yang sering mengancam jiwa penderita, seperti
Pneumocytiscarinii,toksoplasma

E. DIAGNOSIS
AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan
infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi-infeksi dan kanker opurtonistik yang mengancam jiwa
penderita. Selain infeksi dan kanker dalam penetapan CDC 1993, juga termasuk : ensefalopati, sindrom
kelelahan yang berkaitan denagan AIDS dan hitungan CD$<200/ml. CDC menetapkan kondisi dimana
infekssii HIV sudah dinyatakan sebagai AIDS.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita infeksi HIV dibagi atas 2 bagian yaitu untuk infeksi dini dan untuk infeksi
lanjut termasuk AIDS. Perbedaan tatalaksana terletak pada prinsip pencegahan yang dapat dilakukan
pada fase dini untuk mencegah timbulnya infeksi oportunutis serta memperpanjang hidup penderita,
sedangkan pada tahap lanjut kita hanya dapat memberikan pengobatan untuk infeksi oportunitis dan
keganasan serta perawatan pada fase terminal
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian 3 Desember 2004
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama : Sdr. R
Umur : 28 tahun
Jenis Kelaamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Kartini 21, Sidoarjo
Tanggal MRS : 1 Desember 2004
Diagnosa Medis : HIV AIDS

b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam dan diare terus menerus

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit sekarang
Sejak tanggal 15 November 2004 pasien mengeluh demam dan diare kurang lebih 5x/hari dengan
konsisten cair. Lalu dibawa ke dokter tapi tidak kunjung sembuh, tetapi penyakitnya semakin parah
sehingga pada tanggal 1 desember 2004 pukul 08.00 dibawa ke rumah sakit dan disarankan oleh Dokter
untuk opname
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti saat ini, jika sakit biasanya hany
beberapa hari saja

3) Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular ( hepatitis,
TBC ) dan penyakit menurun ( Asma ).

d. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola Persepsi dan Tatalaksana hidup Sehat
Penderita sebelum sakit mengatakan memeiliki kebiasaan merokok 2 pak/hari, minum minuman keras
dan memakai obat-obatan terlarang tapi sudah berhenti setahun yang lalu. Pasien mengerti tentang arti
kesehatan, jika sakit biasanya pasien membeli obat yang dijual bebas di warung.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Sebelum sakit klien mengatakan makan seperti biasa teratur yitu 3x/hari dengan komposisi nasi, lauk,
sayur, pasien selau menghabiskan porsi makan 1 piring, minum 4-5 gelas/hari. Saat sakit pasien
mengatakan tidak selera makan , hanya menghabiskan ¼ porsi saja dengan komposisi nasi, lauk, sayur.,
karena mulutnya terasa tebal dan pasien selau berak. Pasien minum 4 gelas/hari. BB sebelum MRS 65 kg
kg, saat MRs menjadi 53 kg.
3) Pola Aktifitas
Sebelum MRS aktifitas pasien adalah bekerja sebagai pegawai swata, pasien tidak pernah berolah raga.
Saat MRS aktivitas
sehari-hari pasien berkurang karena sakit, aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
4) Pola Eliminasi
Sebelum MRS pasie BAB ix/hari tiap pagi dengan konsistensi lunak, warna kuning tengguli, BAK 4-5x/hari
dengan warna kuning jernih. Saat MRS pasien BAB lebih dari 5x/hari dengan konsistensi cair, warna
kuning, BAK 4x/hari dengan warna kuning.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum MRS pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam/hari, tidak pernah tidur siang. Saat MRS pasien
tidur 4-5 jam/hari, sering terbangun karena suhu tubuh terasa panas dan perut terasa sakit

6) Pola Sensori Kognitif


Pasien tidak mengalami gangguan pada kelima pancainderanya, pasien mengerti tentng penyaklitnya
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien mengatakan cemas dan takut terhadp penyakitnya. Pasien malu dengan keadaannya , pasien
sering melamun dan pandangan kosong.
8) Pola Hubungan dan Peran
Saat sakit hubungan pasin dengan keluarga tetap harmonis terbukti orang tua, serta familynya tetap
menjaga pasien di Rs. Pasien anak ke 2 dari 4 bersauara
9) Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien berjenis kelami laki-laki, berumur 28 tahun dan belum menikah.
10) Pola Penanggulangan Stres
Pasien mengatakan apabila mempunyai masalah lebih sering diselesaikan sendiri.
11) Pola Tata nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam dan jarang melakukan ibadah.

e. Pemerisaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pasien lemah, GCS 4 5 6, T= 150/100 mmhg, S= 38 c, RR= 25x/mnt, N= 95x/mnt.
2) Kulit, rambut, kuku
Kul;it sawo matang, turgor kulit jelek, terdapat tato pada lengan kiri atas, rambut warna hitam lurus,
kuku bersih.
3) Kepala dan Leher
Pada kepala tidak terdapat adanya benjolan. Lrher di temukan pembesaran kelenjar limfe.
4) Mata
Mata cekung, konjungtiva anemis, sclera tidak icterus.
5) Telinga, Hidung, mulut, Tenggorokan
Telinga bentuk simetris, kebersihan cukup, hidung bentuk simetris, tidak ada polip, kebersihan mulut
kurang, terdapat jamur disekitar mulut, tenggorokan tidak ada nyeri tekan,
6) Dada dan Thorak
Inspeksi bentuk simetris, palpasi pergerakan daa kanan dan kiriseirama, perkusi sonor, auskultasi tidak
terdapat suara tambahan.
7) Abdomen
Inspeksi tidak terdapat acites, palpasi terdapat nyeri tekan, auskultasi peningkatan peristaltic usu
38x/mnt, perkusi kembung.
8) Sistem Respirasi
Tidak adanya pergerakan cuping hidung, tidak ada otot Bantu pernafasan, tidak terdapat suara nafas
tambahan.
9) Sistem Urogenital
Tidak terpasang kateter, tidak ada nyeri waktu BAK
10) Sistem Extremitas
Akral hangat, tidak ada gangguan pad pergerakan.

f. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 4 Desember 2004
1. Hemoglobin : 7,5 gr/dl (13,4 – 17,7 )
2. Rasio Limfosit T4,T8 : 0,9 ( I,5 )
3. Limfosit T4 : 400/mm ( 600 –2400/mm )
4. Globulin Gama Serum : 4,6 (2,6 – 3,6 )

2. Analisa Data
Dari pengkajian diatas kemudian dikelompokkan sehingga didapatkan suatu masalah sebagai berikut:

Tanggal 3 Desember 2004


1. Kelompok Data Pertama
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan badannya terasa lemas
b. Data Obyektif
Suhu tubuh meningkat, S = 38 c
c. Kemungkinan Penyebab
Demam
d. Masalah
Gangguan rasa nyaman
Tanggal 3 Desember 2004
2. Data Kelompok Kedua
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan diare
b. Data Obyektif
BAB frekuensi 5x/hari, konsistensi cair, warna kuning, Bising usus 38x/mnt, perut kembung, terdapat
nyeri tekan, BB turun (I=65 kg) (II= 53 kg), porsi makan habis ¼ dari yang disediakan.
c. Kemungkinan Penyebab
Out Put yang berlebihan
d. Masalah
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tanggal 3 Desember 2004
3 Kelompok Data Ketiga
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan cemas dan takut pada penyakirtnya
b Data Obyektif
Pasaien malu denagan keadaanya, sering melamun dan pandangan kosong, TD = 150/100
c. Kemungkinan Penyebab
Penyakit yang diderita
d.. Masalah
Kecemasan
Tanggal 3 Desember 2004
4. Kelompok Data Keempat
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan mulutnya terasa tebal
b. Data Obyektif
Kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut
c. Kemungkinan Penyebab
Penurunan Sistem Imun
d. Masalah
Resiko terhadap perubahan membran mukosa

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguaaan rasa nyaman berhubungan dengan demam, ditandai dengan suhu tubuh meningkat,S =
38c
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan
ditandai dengan BAB 5x/hari, konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung,bising
usus 38x/menit,porsi makan habis ¼ dari yang disediakan, BB (I=65 kg) (II=53 kg)
3. Kecemasan berhubungan dengan penyakitnya ditandai dengan pasien cemas,dan takut, sering
melamun dan pandangan mata kosong.
4. Resiko terhadap perubahan mukosa oral berhubungan dengan penurunan system imun ditandai
dengan kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut

C. PERENCANAAN
1. Diagnosa Keperawatan Pertama
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan ditandai
dengan diare 5x/hari konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung, bising usus
meningkat 38x/menit, porsi makan habis ¼ dari yang disediakan, BB menurun (I=65kg) (II=53kg)
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 2x24 jam
Kriteria Hasil :
1. Porsi makan yang disediakan habis
2. Peristaltik Usus dapat kembali normal (5-35x/menit)
3. Pasien dapat BAB dengan normal 1-2x/hari
4. BB mengalami peningkatan min 1 kg
Rencana Tindakan :
1. Catat intake dan out put yang adekuat
2. Timbang BB tiap hari bila perlu
3. Dorong penderita untuk makan sesuai dengan diet TKTP sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan ahli Gizi untuk membantu peningkatan BB
Rasional
1. Membantu perawatan yang tepat untuk mengurangi over hidrasi
2. Merupakan indicator untuk mengetahui status gizi
3. Diet yang tepat merupakan hal yang tepat dalam proses penyembuhan
4. Peningkatan gizi perlu dilakukan untuk mempertahankan BB
2. Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan Pasien lemah, suhu tubuh
meningkat S= 38 c
Tujuan :
Demam berkurang atau suhu tubuh kembali normal dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil :
2. Demam berkurang atau hilang
3. Pasien tampak rileks
4. Suhu kembali normal 37 c
Rencana Tindakan :
1. Kaji tentang penyebab Demam
2. Beri penjelasan pasien tentang penyebab demam
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Lakukan kolaborasi dengan tim Medis dalam hal pengobatan
Rasional :
1. Untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan
2. Dengan memberikan penjelasan diharapkan pasien tidak merasa cemas
3. Diharapkan dapat memberikan kenyamanan pada pasien
4. Dengan melakukan kolaborasi dengan tim medis diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan
demam
D. PELAKSANAAN
1. Diagnosa Keperawatan pertama
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang
berlebihanditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair, warna kuning, terdapat nyrio tekan, perut
kembung, bising usus meningkat 38x/menitporsi makan habis ¼ dari yang disedfiakan, BB (I=65kg)
(II=53kg)
Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004
1. Memberikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi dan sebab gangguan pada saluran pencernaan
Respon : Padien mengerti dan sangat kooperatif
2. Memberikan diet TKTP dengan porsi sedikit tapi sering
Respon : Pasien dapat menghabiskan ½ porsi
3. Melakukan observasi dan catat mengenai pemasukan makanan
Respon : Pasien sangat kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan pasien lemah, suhu meningkat
S= 38 c
Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004
1. Mengkaji penyabab demam
Respon : Pasien kooperatif
2. Memberi penjelasan kepada pasien tentang penyebab demam
Respon :Pasien mengangguk pertanda setujudan mengerti tentang apa yang disampaikan peawat
3. Memberikan posisi yang nyaman
Respon : Pasin mengatakan lebih nyaman
4 .Melakukan instruksi dokter dalam pengobatan
Respon : Pasien mau dilakukan tindakan dan sangat kooperatif

E. EVALUASI
Diagnosa Keperawatan Pertama
Tanggal 4 Desember 2004
Data Subyektif : Pasien mengatakan diare
Data Obyektif : BAB 5x/hari konsistensi cair, waran kuning, terdapat nyeri tekan, bising usus
meningkat 38x/menit, porsi makan habis ¼ dari yang disediakan
Aisment : Masalah belum teratasi
Planing : Rencana tindakan no 1,2,3,4
Tanggal 5 Desember 2004
Data Subyektif : Pasien mengatakan masih diare
Data Obyektif : BAB 4x/hari konsistensi lembek, warna kuning, terdapat nyeri
tekan sedikit ,bising usus 30x/menit
Assesment : Masalah teratasi sebagian
Plannng : Rencana tindakan dilanjutkan no 1,2,3,4

Diagnosa Keperawatn Kedua


Tanggal 3 Desember 2004
Data Subyektif : Pasiuen mengatakan badannya panas
Data Obyektif : Suhu tubuh meningkat S= 38 c
Assesment : Masalah belum teratasi
Planning : Rencana tindakan no 1,2,3
Tanggal 4 Desember 2004
Data Subyektif : Pasien mengatakan tubuhnya sedikit panas
Data Obyektif : Suhu tubuh S= 37,6 c
Assesment : Masalah teratasi sebagian
Planning : Rencana Tindakan dilanjutkan no 1,2,3
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara
darah, semen, dan secret vagina. Sebagian besar penularan terjadi melalui hubungan seksual. Infeksi HIV
memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa
gejala pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium lanjut.

B. SARAN
Diharapkan karena sampai saat ini belum diketahui vaksin atau obat yang efektif untuk pencegahan
atau penyembuhan AIDS. Sehingga untuk menghindari dari terinfeksi HIV dan menekan penyebarannya
cara yang utama adalah tindakan pencegahan melalui perubahan perilaku.

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayah
sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan judul “ HIV/AIDS “sebagai tugas mata
kuliah Dokumentasi Keperawatan semester III tahun 2004/2005. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
pada pihak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Asuhan keperawatan ini, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu dosen yang telah memberikan bimbingan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami mengharap
kritik dan sran dari para pembaca yang bersifat membangun. Akhir kta kami berharap semoga Asuhan
Keperawatan dapat berguna bagi semua Mahasiswa AKPER UNMUH Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai