Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia, dikarenakan jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk (Kemenkes RI, 2010). Demam berdarah ditemukan hampir
di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik (Ariani, 2016),
yang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus dan daerah terjangkit terus
meningkat dan menyebar luas serta sering menimbulkan Kejadian Luar
Biasa/KLB (Depkes RI, 2008). Kejadian demam berdarah dapat berpotensi
menimbulkan dampak sosial yang berupa keresahan masyarakat karena
perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat, serta dampak ekonomi yaitu meningkatnya anggaran belanja
negara untuk pengobatan penyakit demam berdarah (Afrian, dkk, 2016).
Data WHO (2015) memperkirakan 2,5 miliar atau 40% populasi di dunia
berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan di
negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi dengue
yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Terhitung sejak tahun 1986 hingga
2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand
(Dewi, 2015). Angka kesakitan (IR/Incidence Rate) DBD di Indonesia pada tahun
2012 hingga 2016 mengalami fluktuasi, antara lain tahun 2012 dengan IR 37,27
per 100.000 penduduk (90.245 kasus), tahun 2013 IR 45,85% (112.511 kasus),
tahun 2014 IR 39,80% ( 100.347 kasus), tahun 2015 IR 50,75% (129.650 kasus),
dan tahun 2016 IR 78,85% (204.171 kasus). Angka kematian (CFR/Case Fatality
Rate) DBD di Indonesia tahun 2012 0,90% ( 816 jiwa), tahun 2013 CFR 0,77%
(871 jiwa), tahun 2014 CFR 0,9% (907 jiwa), tahun 2015 CFR 0,83% (1071
jiwa), tahun 2016 CFR 0,78% (1598 jiwa) (Kemenkes RI, 2012-2016). Sesuai
dengan Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019,
untuk target IR DBD Nasional yaitu < 20 per 100.000 penduduk dan target CFR
Nasional <1%, sedangkan Indonesia masih jauh dari target nasional tersebut
(RPJMN, 2015-2019).
Di babel sendiri, kasus DBD untuk tahun 2019 kita memang meningkat
tetapi belum KLB, dan masih ditahap waspada. Sedangkan jumlah kasus DBD di
Babel di awal tahun 2019 berjumlaah 121 kasus. Yang tertinggi di Kabupaten
Bangka yaitu 45 kasus. Hadist yang diriwayatkan oleh Al-Jami' al-Kabir tentang
kebersihan : Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Jagalah kebersihan sampai batas tertinggi dari kemampuan kalian. Hal itu karena
sesungguhnya Allah SWT. membangun agama Islam dengan pilar kebersihan dan
orang yang bisa masuk surga hanyalah orang yang menjaga kebersihan." (HR
Suyuthi). Hadist tersebut menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri
maupun lingkungan yang merupakan langkah dalam pencegahan penyakit demam
berdarah dan menjauhkan dari penyakit yang lain (Nimda, 2016).

Penyakit demam berdarah dapat dicegah dan disembuhkan, sesuai dengan


Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 152 menyatakan
bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab
melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit
menular serta akibat yang ditimbulkannya. Kebijakan Kementerian Kesehatan
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD yaitu pengendalian vector dari
larva sampai nyamuk dewasa melalui pemberdayaan masyarakat dengan utama
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M plus; surveilans untuk deteksi dini,
pencegahan dan pengendalian kasus dan KLB DBD; penatalaksanaan kasus untuk
mencegah kematian; dukungan managemen (termasuk anggaran, peningkatan
kapasitas SDM dan logistik), kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD

Pencegahan demam berdarah merupakan tanggung jawab bersama seluruh


elemen masyarakat, dengan salah satu elemen terkecil adalah keluarga (Dewi,
2015). Pencegahan penyakit demam berdarah yang paling efektif adalah dengan
melibatkan peran serta masyarakat melalui perubahan perilaku yang berhubungan
dengan pencegahan penyakit demam berdarah (Natalia, 2010). Menurut Green
yang dikutip oleh Waryana (2016), perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 (tiga)
faktor, yaitu: faktor pemudah (predisposing factor) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya; faktor
pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat steril dan sebagainya; dan faktor pendorong
(reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku dari petugas
kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
B. Tujuan

a. Tujuan Umum
Menggambarkan pengelolaan kasus atau asuhan keperawatan pada klien An. R
dengan DHF Grade II di Ruang Anak Rumah Sakit Umun Depati Hamzah
Pangkalpinang tahun 2019.

b. Tujuan Khusus
1) Mampu mengkaji klien dengan DHF Grade II di Ruang Anak Rumah Sakit
Umun Depati Hamzah.
2) Mampu merumuskan rencana tindakan selama memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan DHF Grade II di Ruang Anak Rumah Sakit
Umun Depati Hamzah.
3) Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien DHF Grade II di
Ruang Anak Rumah Sakit Umun Depati Hamzah.
4) Mampu melakukan evaluasi pada klien DHF Grade II di Ruang Anak
Rumah Sakit Umun Depati Hamzah.

C. Ruang Lingkup

Asuhan keperawatan pada klien An. R dengan DHF Grade II di Ruang


Anak Rumah Sakit Umun Depati Hamzah., yang dilaksanakan pada tanggal
Desember sampai Desember 2019.

D. Metode Penulisan

dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode deskripsi dengan


cara :
1. Teknik anamnesa
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung
pada pasien dan keluarga untuk memperoleh data yang lengkap dan valid.
2. Teknik Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan penulisan
secara langsung dan menggunakan panca indra dalam mencari data
penunjang masalah kesehatan pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara memeriksa kondisi kesehatan
pasien melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
4. Study keperpustakaan
Yaitu mempelajari buku-buku literature untuk mendapatkan konsep dasar
dalam penyususnan makalah ini secara teoritis yang kemudian
diaplikasikan dalam bentuk kasus kelolaan.
5. Study Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dari status klien, catatan keperawatan, dan
catatan perkembangan yang berhubungan dengan pasien.

E. Sistematis Penulisan

Sistematis penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab, yaitu :


1. Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan makalah, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
2. Bab II Landasan Teoritis, terdiri dari definisi, anatomi dan fisiologi,
etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, komplikasi,
pemeriksaan penunjang, pemeriksaan medis, konsep asuhan keperawatan
teoritis meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan.
3. Bab III Asuhan keperawatan pada klien An. R dengan DHF Grade II terdiri
dari identitas pasien, riwayat keperawatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
penunjang, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi
4. Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
I. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialahpenyakit
demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat inicenderung
polanya berubah ke orang dewasa.Gejala yang ditimbulkan denganmanifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapatmenimbulkan
kematian.(Titik Lestari, 2016).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty (betina) (Hidayat, 2012).
Demam berdarah adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albapictus dan Aedes aegypti)
(Ngastiah 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke
dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti

B. Etiologi

1) Virus dengue
Deman dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam
aribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan demam dengue dan demam berdarah dengue. Keempat
serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak (Suhendro, 2009).
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip
(DEN 1, 2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh
nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi,
sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu.Kapasitas virus untuk
mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi. Virulensi virus
berperan melalui kemampuan virus untuk :
a. Menginfeksi lebih banyak sel,
b. Membentuk virus progenik,
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2012).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari. (Soedarto, 2006 ; 37).
3) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus
dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue
huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue
dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2006; 38).
C. Anatomi Fisiologi Darah
1. Anatomi Darah

Gambar 1. Darah

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair
yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce
Evelyn, 2008 : 133).Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti,
ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5
juta dalam mm3.Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Eristrosit di buat
dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar
keseluruh tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Eritrosit
berwarna kuning kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika
didalamnya banyak mengandung O2.

Gambar 2. Sel Darah Merah

Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah


merah.Berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan
dalam peredaran darah untuk dibawa ke jaringan dan membawa
karbon dioksida dari jaringan tubuh ke Paru-Paru. Hemoglobin
mengandung kira-kira 95% Besi ( Fe ) dan berfungsi membawa
oksigen dengan cara mengikat oksigen menjadi Oksihemoglobin dan
diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme.Disamping
Oksigen, hemoglobin juga membawa Karbondioksida dan dengan
Karbon monooksida membentuk ikatan Karbon Monoksihemoglobin
(HbCO), juga berperan dalam keseimbangan ph darah.
Sintesis hemoglobin terjadi selama proses Eritropoisis,
pematangan sel darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin.
Proses pembentukan sel darah merah ( Eritropoeisis) pada orang
dewasa terjadi di sumsum tulang seperti pada tulang tengkorak,
vertebra, pelvis, sternum, iga, dan epifis tulang-tulang panjang. Pada
usia 0-3 bulan intrauterine terjadi pada yolk sac, pada usia 3-6 bulan
intrauterine terjadi pada hati dan limpa. Dalam proses pembentukan sel
darah merah membutuhkan bahan zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan faktor lain. Kekurangan salah
satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan produksi sel darah
sehingga mengakibatkan Anemia yang ditandai dengan Kadar
hemoglobin yang rendah/kurang dari normal.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat
bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel.
Leukosit berwarna bening (tidak berwarna), banyaknya kira-kira
4.000-11.000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh
dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh
jaringan RES (Retikulo Endotel Sistem). Fungsi yang lain yaitu
sebagai pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpa ke pembuluh darah. Sel leukosit
selain didalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh
manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena kemasukan
kuman atau infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan
meningkat.
Gambar 3. Jenis Jenis Leukosit
c. Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening
kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari :
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-
lain yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan
osmotik).
3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
(Pearce Evelyn, 2009)

2. Fisiologi Darah
Menurut Syaifuddin (2007) fungsi darah terdiri atas :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil O2/zat pembakar dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarka zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun
yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit,
antibodi/zat-zat anti racun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
D. Manifestasi Klinis

1. Demam dengue

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
lebih manifestasi klinis sebagai berikut :

- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua


haldibawah ini dipenuhi

a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.

b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :

- Uji tourniquet positif


- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat
bekas suntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul

d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:

- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :

- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:

- Penurunan kesadaran, gelisah


- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi
- Tekanan darah turun <20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin, lembab(Wiwik dan Hariwibowo, 2010)

E. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks
virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen
(Suriadi & Yuliani, 2016).
Penyakit DBD ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus
dengue. Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit,
yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue.Jika orang
digigit nyamuk Aedes Aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang
dihisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak
dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk.
Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk.Sebagian besar
virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu
jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap
untuk dituarkan/dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya pada waktu
nyamuk itu menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis)
menemukan kapiler darah, sebelum darah itu dihisap, terlebih dahulu
dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan
kepada orang lain (Irawan, 2017).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali menyebabkan demam dengue.Reaksi tubuh merupakan reaksi
yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan
tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue
yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi
pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini
akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi.
Virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty, pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali). Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh
darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi
system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.Hal ini
berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin
dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat ,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan
dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung
lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila
tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan
gangguan koagulasi.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,
bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.
Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati
yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi.Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada
pasien dengan perdarahan hebat.
Pathway

F. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO, DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai
berikut:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet
(+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain
ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari
(tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.

G. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik


Ada beberapa pemeriksaan pada pasien DBD, diantaranya :
a. Tes Tourniquet yang positif
b. Pemeriksaan Hematologi, beberapa diantaranya :
a Hematokrit
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses
perjalanan penyakit DBD.
b Hemoglobin
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit
menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan
hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang
dapat ditemukan pada DBD.
c Jumlah leukosit dan hitung jenis
Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai
leukositosis sedang.Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan
ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal.Jumlah
granulosit menurun pada hari ketiga sampai kedelapan.
d Trombosit
Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana yang
diajukan oleh WHO sebagai diagnosis klinis peyakit DBD.Jumlah
trombosit biasanya masih normal selama 3 hari pertama.Trombositopenia
mulai tampak beberapa hari setelah panas, dan mencapai titik terendah
pada fase syok.
c. Diagnosis Laboratorium Infeksi Virus Dengue, uji laboratorium meliputi:
1) Isolasi Virus Dengue
Isolasi virus merupakan cara yang paling baik dala arti sangat
menentukan, tetapi diperlukan peralatan dan teknik yang canggih,
sehingga tidak dipakai secara rutin.

2) Pemeriksaan Serologi
Uji serologi dengan mendeteksi kenaikan antibodi jauh lebih sederhana
dan lebih cepat, tetapi kros reaksi antibodi antara virus dengue dan virus
dari kelompok flavirus dapat memberikan hasil positif palsu.
Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi
titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen
dengue dalam spesimen serta berpandangan. Dibuktikan adanya virus
dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan
cara immuno-flouresens, ataupun di dalam spesimen serum dengan uji
ELISA.
d. Pemeriksaan Radiologi dan USG
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa
kelainan yang dapat dideteksi, yaitu : dilatasi pembuluh paru, efusi pleura,
kardiomegali, efusi perikard, hepatomegali, cairan dalam rongga
peritoneum.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak
<1th>1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th>1th diberikan 5 mg/
kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander
( 20 - 30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1
½ liter - 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan
Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres

I. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1.   Perdarahan yang luas.
2.   Mengalami shock atau renjatan.
3.   Mengalami effuse pleura
4.   Mengalami penurunan tingkat kesadaran.

J. Pencegahan
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF:
a Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
b Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
c Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu
sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang
paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan
ditempat perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu:
a) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –
kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
b) Menutup rapat – rapat tempat penampung air .
c) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat
menampung air hujan.

K. Prognosis
Secara umum demam dengue dan demam berdarah dengue memiliki
prognosis baik bila ditangani dengan baik. Permasalahan terjadi ketika terjadi
kelalaian dalam mengontrol terjadinya syok yang dapat segera menyebabkan
kematian

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas
terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-
kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian,
nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV), melena atau
hematemesis.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain
sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
3. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
4. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang.
5. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.
6. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
DHF disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. DHF sering terjadi di daerah yang padat
penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih, banyak genangan air
bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang
jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.Biasanya pada
pasien DHF mengalami perubahan penatalaksanaan kesehatan yang
dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada pasien DHF mengalami mual, muntah, penurunan
nafsu makan selama sakit, nyeri saat menelan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi.
c. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien DHF akan terganggu aktifitasnya akibat
adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak
akibat penyakitnya.
d. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pasien DHF kebiasaan tidur akan terganggu
dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa
gelisah pada waktu tidur. Anak dengan DHF sering mengalami kurang
tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga
kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
e. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan. kadang-kadang anak dengan DHF mengalami diare atau
konstipasi, sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
f. Pola reproduksi dan sexual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi
dan seksual klien, mengkaji adanya perdarahan pervagina pada anak
perempuan.
g. Pola kognitif dan perseptual
Biasanya pada penderita DHF mengalami perubahan kondisi kesehatan
dan gaya hidup yang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan
dalam merawat diri. Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba
dan penghidu tidak mengalami gangguan. Nyeri dapat menjadi keluhan
pada pola sensori.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan DHF biasanya timbul  rasa cemas, gelisah dan
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
i. Pola koping dan toleransi
Biasanya pada pasien DHF stres timbul apabila seorang pasien tidak
efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.Anak dengan DHF
biasanya merasakan cemas dan takut terhadap penyakitnya, anak
cenderung ingin ditemani orang tua dan orang terdekat
j. Pola Hubungan dan Peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan
perannya selama sakit,karena  klien  harus  menjalani  perawatan  di 
rumah  sakit  maka  dapat  mempengaruhi  hubungan  dan  peran  klien 
baik  dalam  keluarga, lingkungan bermain  dan  sekolah.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan
menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan
terganggu.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada pasien DHF biasanya didapatkan terjadinya peningkatan suhu tubuh.
Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :

a) Grade I : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, tanda-tanda


vital dan nadi elmah.
b) Grade II : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
c) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d) Grade IV : Kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin. berkeringat dan kulit tampak biru. meliputi inspeksi,palpasi,
perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung kaki.

b. Pemeriksaan fisik head to toe


a) Integument : Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab, kuku sianosis atau tidak.
b) Kepala : Bentuk mesochepal, rambut hitam, kulit kepala bersih
c) Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
reflek pupil isokor.
d) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
e) Hidung : Simetris, ada perdarahan hidung / epsitaksis.
f) Mulut : Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan
pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kekakuan
leher, nyeri telan.
h) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, ada penggunaan otot bantu
pernafasan.
Perkusi: Sonor seluruh lapang paru
Palpasi : Taktil fremitus normal
Auskultasi : Vesikuler
i) Abdomen :
Inspeksi : Bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali).
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi: Tympani
Palpasi : Turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
j) Ekstrimitas : Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot,
sendi dan tulang.
k) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang
kateter
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
5. Resiko tinggi terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan
dengan  Trombositopenia.
C. Rencana keperawatan

N Diagnosa Noc Nic


o
1 Hipertermi berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Fever treatment:
dengan peningkatan laju selama…x… diharapkan suhu tubuh dalam 1. Monitor suhu sesering mungkin
metabolisme batas normal dengan kriteria hasil : 2. Monitor IWL
1) Suhu tubuh pasien dalam batas normal 3. Monitor warna dan suhu kulit
(36 – 37 c). 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
2) Nadi dan RR pasien dalam rentang 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
normal. 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan 7. Monitor intake dan output
tidak ada pusing. 8. Berikan antipiretik
9. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian cairan intravena
13. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation:
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, Nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek egatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipertermi dan penanganan yang
diperlukan
12. Berikan antipiretik jika perlu
Vital sign monitoring:
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktifitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan keperawatan Nutrition management:


nutrisi: kurang dari selama ...x... diharapkan asupan nutrisi 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh adekuat dengan kriteria hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
berhubungan dengan 1) Adanya peningkatan berat badan pasien jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
ketidakmampuan sesuai dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intak FE
menelan makanan. 2) Berat badan pasien ideal sesuai dengan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
tinggi badan vitamin C
3) Pasien mampu mengidentifikasi kebutuhan 5. Berikan substansi gula
nutrisi 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi serat untuk mencegah konstipasi
5) Pasien mampu menunjukkan peningkatan 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
fungsi pengecapan dari menelan dikonsultasikan dengan ahli gizi
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
berarti makanan harian
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition monitoring:
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor type dan jumlah aktifitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan rambut kusam dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadan albumin, total protein, Hb, dan kadar
Ht
12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
13. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake nutrisi
15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla
lidah dan cavitas oral
16. Catat jika lidah berwarna magenta, skarlet

3 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Pain Management:
dengan agens cedera …x… diharapkan nyeri pasien terkontrol
1. Lakukan Pengkajian Nyeri Secara Komprehensif
biologis. dengan kriteria hasil:
1) Klien mampu mengontrol nyeri (tahu
Termasuk Lokasi, Karakteristik, Durasi,
penyebab nyeri, mampu menggunakan
Frekuensi,Kualitas Dan Faktor Presipitasi
teknik non farmakologi untuk mengurangi
2. Observasi Reaksi Non Verbal Dari Ketidaknyamanan
nyeri, mencari bantuan).
3. Gunakan Teknik Komunikasi Terapeutik Untuk
2) Pasien mampu melaporkan bahwa nyeri
Mengetahui Pengalaman Nyeri Pasien
berkurang dengan menggunakan
4. Kaji Kultur Yang Mempengaruhi Respon Nyeri
menegement nyeri
5. Evaluasi Pengalaman Nyeri Masa Lampau
3) Pasien mampu mengenali nyeri (skala,
6. Evaluasi Bersama Pasien Dan Tim Kesehatan Lain
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
Tentang Ketidakefektifan Kontrol Nyeri Masa
4) Pasien mampu menyatakan rasa nyaman
Lampau
setelah nyeri berkurang
7. Bantu Pasien Dan Keluarga Untuk Mencari Dan
Menemukan Dukungan
8. Kontrol Lingkungan Yang Dapat Mempengaruhi
Nyeri Seperti Suhu Ruangan, Pencahayaan Dan
Kebisingan
9. Kurangi Faktor Presipitasi Nyeri
10. Pilih Dan Lakukan Penanganan Nyeri (Farmakilogi,
Non Farmakologi Dan Interpersonal)
11. Kaji Type Dan Sumber Nyeri Untuk Menentukan
Intervensi
12. Ajarkan Tentang Teknik Non Farmakologi
13. Berikan Analgetik Untuk Mengurangi Nyeri
14. Evaluasi Keefektifan Kontrol Nyeri
15. Tingkatkan Istirahat
16. Kolaborasikan Dengan Dokter Jika Ada Keluhan Dan
Tindakan Nyeri Tidak Berhasil
17. Monitor Penerimaan Pasien Tentang Menagement
Nyeri

Analgesic Administration:

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat


nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesic ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesic tergantung type dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
9. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

4 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Activity therapy:


berhubungan dengan …x… diharapkan dapat melakukan aktivitas
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
kelemahan umum. dengan baik dengan kriteria hasil:
dalam merencanakan program terapi yang tepat
1) Pasien mampu berpartisipasi dalam
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
mampu dilakukan
tekanan darah, nadi dan RR
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
dengan kemampuan fisik, psikolog dan social
(ADLs) secara mandiri
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
3) Tanda-tanda vital normal
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
4) Energy psikomotor diinginkan
5) Mampu berpindah: dengan atau tanpa 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
bantuan alat seperti kursi roda, krek
6) Status kardiopulmonari adekuat 6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7) Sirkulasi status baik 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
8) Status respirasi: pertukaran gas dan luang
ventilasi adekuat 8. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktifitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual

5. Resiko tinggi terjadinya Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang
perdarahan lebih lanjut …x… diharapkan perdarahan tidak ada lagi disertai dengan tanda klinis.
berhubungan dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan tentang pengaruh trombositopenia pada
dengan  Trombositopenia 1. Pendarahan berhenti atau tidak ada klien.
. 2. Hasil trombosit normal (150.000/uL). 3. Monitor jumlah trombosit
4. Berikan penjelasan pada keluarga klien untuk
melaporkan jika ada perdarahan lebih lanjut seperti
hematemesis, epistaksis.
5. Kolaborasi  dalam pemberian obat-obatan sesuai
indikasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R UMUR 11 TAHUN DENGAN
KASUS GASTROENTIRITIS AKUTDIRUANG RAWAT INAP
ANAK RSUD DEPATI HAMZAH PANGKALPINANG
TAHUN 2019

TANGGAL a) masuk: 23- 12-2019 b)Pengkajian peserta didik : 23-12 2019

1. INDENTITAS PASIEN Penanggung Jawab Pasien


Nama (Inisial) : An. D Nama :Tn.A
Umur : 11 Tahun Umur : 44 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : .Gandaria I Hubungan : Orang tua
Diagnosamedis : DHF Alamat : Gandaria I

2. KELUHAN UTAMA (SaatPengkajian)


Keluarga mengatakan anak demam sejak ±15 jam sebelum masuk rumah sakit, demam
terus menerus, mual muntah ±4x, 2x muntah ada darah, dan mimisan 1x, keluarga juga
mengatakan gusi An berdarah

Riwayat Penyakit Saat Ini (P,Q,R,S,T)


Klien mengatakan nyeri perut di daerah pusar dan ulu hati,
- Nyeri pada perut di daerah pusar dan ulu hati
- Nyeri seperti kembung dan penuh
- Skala nyeri 3 (ringan)
- Nyeri yang dirasakan hilang timbul
- Nyeri saat tekan perut kiri

Masalah Keperawatan : Nyeri dan resiko pendarahan

3. RIWAYAT KEHAMILAN
a. Prenatal
Ibu An.R mengatakan selama kehamilan An.R ibu selalu memeriksa kehamilan ke
puskesmas terdekat.Dan selama hamil tidak ada keluhan yang berat hanya mual biasa.
b. Intranatal
Ibu An.R mengatakan anaknya lahir spontan pada usia kehamilan 38 minggu dibantu
oleh bidan, anak lahir tidak ada kelainan apapun dan berat badan saat lahir 3200 gram,
Tinggi badan 49cm
c. Postnatal
Menurut ibu An.R lahir normal, sehat, dan pergerakan An.R aktif.

4. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


a. Penyakit yang pernah di derita : ibu An.R mengatakan anaknya menderita penyakit
malaria
b. Riwayat operasi : Ibu An. R mentakan anaknya belum pernah menjalani operasi.
c. Riwayat Pengobatan dan alergi : ibu An. R mengatakan anaknya tidak ada alergi
terhadap makanan dan obat-obatan.
d. Riwayat Imunisasi : ibu An. R mengatakan anaknya imunisasi lengkap sejak masih
kecil.

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Orangtua An. R mengatakan di keluarganya terdapat riwayat penyakit degenerative yaitu
hipertensi

6. GENOGRAM

Keterangan :
: Laki –laki : Meninggal
: Perempuan : Pasien
7. RIWAYAT SOSIAL
Orang tua An.R mengatakan anaknya selalu aktif dirumah maupun dilingkungan
sosialnya.Seperti selalu bermain dengan teman sebaya di sekitar rumah

8. KEBUTUHAN DASAR
a. Makan : Orang tua An.R mengatakan An.R mampu menghabiskan makanan yang
disediakan
b. Minum : Orang tua An.R mengatakan anaknya kurang minum, An.R mengatakan 5-6
gelas/ hari
c. Tidur : Orangtua An.R mengatakan tidak ada masalah dengan tidur, klien dapat
istirahat tidur dengan nyenyak
d. Eliminasi : Orangtua An.R mengatakan An.R BAB 1 kali sehari, dan BAK sedikit,
warna BAK kuning
e. Personal Hygiene : An.R mandi 2 kali sehari dengan cara di seka/ di lap.

Kebutuhan Cairan Anak


BB : 28 KG = 100 ml x BB
= 100 ml x 28 kg
= 2800 cc/hari
Balance Cairan
Input : infus Rl = 15cc/jam x 24 jam = 360cc/jam
Minum = 50cc x 1 = 50cc
Paracetamol (2 x 2,5) = 5 cc
Output : Urine = 60 cc
IWL = 50 cc
IWL = 50 cc x 10 kg = 500 cc
Balance Cairan = Input – output
= 462,5 – 500 = -162,5 => kebutuhan cairan yang kurang
Masalah Keperawatan : Resiko Kekurangan Volume Cairan

9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaanumum : keadaan umum An.R baik tapi agak lemas, kesadaran
Compos Mentis dengan GCS :15 E:4 M:6 V:5
b. LingkarKepala : 53 cm
c. Tanda – Tanda Vital
TD : 100/70 Mmhg
T : 36.8 C
N : 136 x/m
RR : 22 x/m

10. DATA SISTEMIK


a. Sistem Persepsi Sensori
Inspeksi : 1. Pengelihatan : Pengelihatan anak baik, tidak ada kelainan dan
tidak menggunakan alat bantu melihat seperti kacamata.
2. Penciuman : An.R dapat membedakan bau-bauan, tidak ada
kelainan pada hidung.
3. Pengecapan : Anak dapat membedakan rasa asam, manis, asin
dan pahit. Tidak tampak kelainan pada lidah anak.
4. Pendengaran : An. N dapat mendengar dengan baik, tidak
menggunakan alat bantu dengar, dan telinga An. N tampak
bersih dan tidak ada eksudat yang abnormal.
5. Perabaan : An.R dapat membedakan sensasi perabaan,
tidak terdapat masalah.
Palpasi : 1. Pengelihatan : tidak ada nyeri tekan pada area sekitar mata
baik kirim maupun kanan.
2. Penciuman : tidak ada nyeri tekan pada daerah hidung.
3. Pendengaran : tidak ada nyeri tekan di daerah sekiar telinga.
Perkusi : Tidak ada pemeriksaan perkusi pada system persepsi sensori.
Auskultasi : Tidak ada pemeriksaan auskultasi pada system persepsi sensori.
MasalahKeperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
b. Sistem Penglihatan
Inspeksi : Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak inkterik,
pupil mata Ishokor 3/3mm, pertumbuhan alis tampak sempurna. An.R
tidak menggunakan alat bantu pengelihatan seperti kacamata.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah sekitar mata baik mata kanan maupun
mata kiri.
Perkusi : Tidak ada pemeriksaan perkusi pada sistem pengelihatan.
Auskultasi : Tidak ada pemeriksaan perkusi pada sistem pengelihatan.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

c. Sistem Pernapasan
Inspeksi : dada An.R tampak simetris, pergerakan dinding dada baik, tidak
adakelainan, tidak tampak kemerahan, luka atau lebab didaerah
dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, tidak ada kelinan pada
tulang dada.
Perkusi : Pemeriksaan perkusi didapatkan sonor kiri dan kanan.
Auskultasi : Pemeriksaan auskultasi didapatkan suara nafas vesikuler
(Normal)
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

d. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Tidak tampak kemerahan, lebam, atau luka di daerah dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah dada.
Perkusi : Pemeriksaan perkusi Redup (Normal)
Auskultasi : Suara asukultasi LUP-DUP
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan.

e. Sistem Saraf Pusat


Inspeksi : Kesadaran anak Compos Mentis, GCS : 15 E:4 M:6 V:5
Palpasi :Tidak ada pemeriksaan palpasi pada system syaraf pusat
Perkusi :Tidak ada pemeriksaan perkusi pada system syaraf pusat
Auskultasi : Anak bicara spontan dan lancar
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah

f. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi : Perut anak tampak simetris, tidak ada kemerahan, lebab atau luka
didaerah perut.
Auskultasi : terdapat bising usus.
Palpasi : Ada Nyeri saat tekan perut kiri skala nyeri 3 (ringan) , nyeri perut di
daerah pusar dan ulu hati
Perkusi : Nyeri seperti kembung dan penuh, terdengar suara redup.
Masalah Keperawatan :Nyeri Akut

g. Sistem Muskuloskletal
Inspeksi : Tidak tampak kelainan pada ektremitas anak, tidak tampak jejas,
kemerahan dan juga lebam
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada ektremitas atas dan bawah.
Perkusi : Tidak ada pemeriksaan perkusi pada system musculoskeletal.
Auskultasi : Tidak ada pemeriksaan auskultasi pada sitem musculoskeletal.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

h. Sistem Integumen
Inspeksi :Tidak tampak kemerahan, luka maupun lebab pada kulit pasien.
Membrane mukosa bibir tampak kering, mata tampak sedikit cekung,
anak banyak berkeringat, tampak lemas.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tugor kulit tidak elastis.
Perkusi : Tidak ada pemeriksaan perkusi pada system integumen
Auskultasi : Tidak ada pemeriksaan auskultasi pada system integument
Masalah Keperawatan : Resiko Kekurangan volume cairan

i. Sistem Reproduksi
Inspeksi : Organ genitalia tampak normal tidak ada kelainan, tidak tampak
kemerahan, bengkak maupun lebam di daerah genitalia.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada organ genitalia.
Perkusi : Tidak ada pemeriksaan perkusi pada system reproduksi
Auskultasi : Tidak ada pemeriksaan auskutasi pada system reproduksi.
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan

j. Sistem Perkemihan
Inspeksi :Tidak tampak kemerahan, jedas dan lebam.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, kandung kemih terasa kosong.
Perkusi : Tidak ada pemeriksaa perkusi pada sitem perkemihan
Auskultasi : Tidak ada pemeriksaan auskultasi pada sitem perkemihan
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

11. PEMERIKSAAN STATUS NUTRISI


a. TB : 140 Cm
b. BB : 28 Kg
c. Status Antropometri :
1. Lingkar kepala : 53 cm
2. Lingkar dada : 48 cm
3. Lingkar perut : 52 cm
4. Lingkar lengan : 15 cm

BB 28
IMT = = = 14, 28 (Berat Badan Kurang)
(TBX TB) (1,40 X 1,40)
12. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Tanggalpemeriksaan: 03-12-2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Hematologi lengkap
Jumlah Elektrosit 4.66 10^6/ul 3.9-5.9
Hematokrit 37 % 34-40
Hemoglobin 13.2 9/dl 11.5-13.5
MCV *79 Fl 80-100
MCH 28 Pg 27-31
MCHC 36 g/dl 32-36
Jumlah Trombosit *34 10^3/ul 150-400
RDW-CV 12.3 % 11.5-14.5
Jumlah Lekosit 12.8 10^3/ul 6.0-17.0
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil *0 % 1-3
Neutrofil Batang *0 % 2-6
Neutrofil Segmen *71 % 50-70
Limfosit 24 % 20-40
Monosit 5 %
Kimia Darah
Glukosa Darah
Rapid
Glukosa Sewaktu 89 mg/dl <180

b. Terapi yang diberikan


Obat/ Golong Dosis Indikasi KontraIndikasi
Tindak an
an
IVFD Cairan 25 Untuk pengganti 1. Alergi terhadap
RL crystalo tpm cairan elektroit cairan ringer laktat.
id pada kasus 2.Hati-hati penggunaan
dehidrasi, bersamaan dengan
demam tinggi, ceftriaxone.
luka bakar dan
diare.
Ondans Antiem 3x4 g Mencegah dan 1.Alergi terhadap
etron etik mengibati mual antiemetik ondansetron
muntah. 2.hati-hati penggunaan
pada ibu hamil
omepra Antiant 1x20 Untuk 1.Hati-hati pada
zole asida mg menurunkan penderita gangguan
sekresi asam ginjal
lambung lebih. 2.hati-hati pada
penderita yang
memiliki riwayat
porfiria akut
Paracet Anelget 3x25 Sebagai 1.jangan digunakan
amol ik dan 0 mg antiinflamasi untuk pasien yang
antipiret mengurangi memiliki riwayat
ik nyeri ringan dan hipersensitivitas atau
meredakan alergi pada
demam paracetamol.
antiulce 3x2 Untuk mengobati Hati-hati pada
sucralfa rant cth atau mencegah penderita diabetes,
te tukak lambung gagal ginjal kronis
serta ulkus
duodenum

13. PENGKAJIAN MASALAH PSIKOSOSIO BUDAYA DAN SPIRITUAL


1. PSIKOLOGIS
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah anak tampak lemas
Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan ibu mengatakan ingin cepat pulang
Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan ibu anak mengatakan yakin Pengetahuan
klien tentang masalah/penyakit yang ada cukup mengerti
2. SOSIAL
Aktifitas atau peran klien di masyarakat adalah An.R sering bermain dengan
temannya
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah tidak ada
Cara mengatasinya tidak ada
Pandangan klien tentang aktifitas sosial di lingkungannya ibu anak mengatakan
aktifitas sosialnya cukup baik
3. BUDAYA
Budaya yang diikuti adalah budaya melayu yang aktifitasnya adalah kumpul-kumpul,
Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut adalah tidak ada, Cara mengatasinya
keberatan tersebut adalah tidak ada

4. SPIRITUAL
Aktifitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari adalah An. R sering ikut sholat.
Kegiatan keagamaan yang biasanya dilakukan adalah mengaji, Aktifitas ibadah yang
sekarang tidak dapat dilaksanakan adalah mengaji, Perasaan klien akibat tidak dapat
melaksanakan hal tersebut biasa saja, Upaya klien mengatasi perasaan tersebut biasa
saja. Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang
dialami orang tua anak mengatakan ini cobaan
14. ANALISA DATA

No Data Senjang Masalah


1. DS : Resiko perdarahan
- Klien mengatakan muntah 4 kali ada darah di
rumah
- Klien mengatakan mimisan 1 kali di rumah
- Klien mengatakan gusi berdarah
DO:
- Tes ramplet: ada bintik-bintik merah di
tangan
- Terdapat petekie pada tangan lengan atas
- Jumlah trombosit 25 /ul (normal 150-400)
- Hasil pemeriksaan labolaturium 24 Desember
2019 : hematokrit 36 % (normal 35-45)
- TD : 100/70 Mmhg
- T : 36.8 C
- N : 136 x/m
- RR : 22 x/m
2. DS : Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri perut di daerah pusar
dan ulu hati
DO :
- Nyeri pada perut di daerah pusar dan ulu hati
- Nyeri seperti kembung dan penuh
- Skala nyeri 3 (ringan)
- Nyeri yang dirasakan hilang timbul
- Nyeri saat tekan perut kiri
- TD : 100/70 Mmhg
- T : 36.8 C
- N : 136 x/m
- RR : 22 x/m

3. DS: Resiko kekurangan volume


- Klien mengatakan kurang minum cairan
- Klien mengatakan BAK 3-4 x/hari warna urin
kuning jernih
- Klien mengatakan minum 5-6 gelas/ hari
DO
- Turgor kulit tidak elastis
- Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning
- TD : 100/70 Mmhg
- T : 36.8 C
- N : 136 x/m
- RR : 22 x/m

15. MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko perdarahan
2. Nyeri
3. Resiko kekurangan volume cairan

16. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-factor pembekuan darah
( trombositopenia)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
3. Resiko kekurangn volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravasukuler ke ekstravaskuler

17. PRIORITAS MASALAH


1. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-factor pembekuan darah
( trombositopenia)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
3. Resiko kekurangn volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravasukuler ke ekstravaskuler
NURSING PLANING

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 23 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruangan Anak Kelas 3 Bed 7 Shif : Malam

No Diagnosa keperawatan Jam NOC NIC Paraf


(SMART) Perawat
1. Resiko perdarahan 05.15 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang
berhubungan dengan wib keperawatan selama 3 x 24 jam disertai tanda-tanda klinis.
penurunan factor- diharapkan tidak terjadinya 2. Monitor jumlah trombosit setiap hari.
factor pembekuan perdarhan dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
darah 1. Tidak terjadi tanda-tanda 4. Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia
(trombositopenia) perdarahan. pada keluarga.
2. Jumlah trombosit meningkat. 5. Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk
segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan
lebih lanjut seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Nyeri akut 05.20 Setelah dilakukan tindakan asuhan Managemen Nyeri
berhubungan dengan wib keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperehensif
agens cedera biologis diharapkan nyeri akut teratasi/ termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang dengan kriteria hasil : kualitas termasuk lokasi, karakteristik dan faktor
1. Mampu mengontrol nyeri presipitasi
( tahu penyebab nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
menggunakan tehnik 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
mengurangi nyeri, mencari 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
bantuan ) nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
2. Melaporkan bahwa nyeri kebisingan
berkurang dengan 5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
menggunakan manajemen nonfarmakologi dan interpersonal )
nyeri . 6. Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi (tarik
3. Mampu mengenali nyeri nafas dalam, relaksasi, massage)
( skala, intensitas, frekuensi 7. Tingkatkan istirahat
dan tanda nyeri ) 8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
4. Menyatakan rasa nyaman dan tindakan nyeri tidak berhasil
setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang
normal
3. Resiko kekurangn 05.30 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.
volume cairan keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Kaji input dan output cairan.
berhubungan dengan diharapkan tidak terjadinya 3. Observasi adanya tanda-tanda syok.
pindahnya cairan kekurangan volume cairan dengan 4. Anjurkan klien untuk banyak minum.
intravasukuler ke kriteria hasil : 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
ekstravaskuler 1. Input dan output seimbang I.V.
2. Vital sign dalam batas normal
3. Tidak ada tanda presyok
4. Akral hangat
5. Capilarry refill < 2 detik
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 24 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruangan Anak Kelas 3 Bed 7 Shif : Pagi

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko perdarahan 08.00 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 09.30 wib


berhubungan dengan wib trombosit yang disertai tanda-tanda S : Klien mengatakan gusi berdarah
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - Tes ramplet: ada bintik-bintik merah
darah hari/ 12 jam. di tangan
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak - Terdapat petekie pada tangan lengan
istirahat. atas
4. Memberikan penjelasan tentang - Hasil pemeriksaan trombosit jam
pengaruh trombositopenia pada 08.10: 25 /ul (normal 150-400 /ul)
keluarga. - Hasil pemeriksaan labolaturium
5. Memberikan penjelasan pada pasien hematokrit 36 % (normal 35-45 %)
atau keluarga untuk segera melapor jika - Hb: 12.2/dl (normal 11.5-15.5/dl)
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut - TD : 100/70 Mmhg
seperti: hematemesis, melena, - T : 36.8 C
epistaksis. - N : 136 x/m
- RR : 22 x/m
A : Masalah belum Terastasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda-tanda
klinis.
2. Monitor jumlah trombosit setiap
hari/ 12 jam.
3. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat.
4. Beri penjelasan pada pasien atau
keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Nyeri akut 08.45 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 10.00 wib
berhubungan dengan wib komperehensif termasuk lokasi, S : Klien mengatakan nyeri perut di daerah
agens cedera biologis karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas pusar dan ulu hati
O:
termasuk lokasi, karakteristik dan
- Nyeri pada perut di daerah pusar
faktor presipitasi
dan ulu hati
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari - Nyeri seperti kembung dan penuh
ketidaknyamanan - Skala nyeri 3 (ringan)
3. Menggunakan teknik komunikasi - Nyeri yang dirasakan hilang timbul
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien. - Nyeri saat tekan perut kiri
4. Memilih dan melakukan penanganan - TD : 100/70 Mmhg
nyeri (farmakologi, nonfarmakologi - T : 36.8 C
dan interpersonal ) - N : 136 x/m
5. Mengajarkan tentang tehnik - RR : 22 x/m
nonfarmakologi (tarik nafas dalam, A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
relaksasi, massage) 1. Mengajarkan tentang tehnik
6. Meningkatkan istirahat nonfarmakologi (tarik nafas dalam,
7. Berkolaborasi dengan dokter jika ada relaksasi, massage)
keluhan dan tindakan nyeri tidak 2. Meningkatkan istirahat
berhasil : Pemberian obat oral 3. Berkolaborasi dengan dokter jika
sucralfate ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil : Pemberian obat oral
sucralfate

3. Resiko kekurangn 09.15 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 10.15 wib
volume cairan wib tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-4 x/hari
warna kuning jernih
intravasukuler ke syok.
- Klien mengatakan minum 5-6
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak
gelas/ hari
minum. O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V : RL gtt 25 tpm - Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan Infus RL gtt 25
tpm
- TD : 100/70 Mmhg
- T : 36.8 C
- N : 136 x/m
- RR : 22 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji keadaan umum klien dan
tanda-tanda vital.
2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda
syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 24 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruang Anak kelas 3 Bed 7 Shif : Sore

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko perdarahan 15.30 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 17.00 wib


berhubungan dengan trombosit yang disertai tanda-tanda S:
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - Petekie pada tangan lengan atas
darah hari/ 12 jam. - Hasil pemeriksaan trombosit jam
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak 15.39: 34 /ul (normal 150-400 /ul)
istirahat. - Hasil pemeriksaan labolaturium
4. Memberikan penjelasan tentang hematokrit 35 % (normal 35-45 %)
pengaruh trombositopenia pada - Hb: 12.5/dl (normal 11.5-15.5/dl)
keluarga. - TD : 100/55 Mmhg
5. Memberikan penjelasan pada pasien - T : 37 C
atau keluarga untuk segera melapor jika - N : 117 x/m
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
- RR : 21 x/m
seperti: hematemesis, melena,
A : Masalah belum terastasi
epistaksis.
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda-tanda
klinis.
2. Monitor jumlah trombosit setiap
hari/ 12 jam.
3. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat.
4. Beri penjelasan pada pasien atau
keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Nyeri akut 16.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 18.00 wib
berhubungan dengan komperehensif termasuk lokasi, S : Klien mengatakan nyeri perut di daerah
agens cedera biologis karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas pusar dan ulu hati
O:
termasuk lokasi, karakteristik dan
- Nyeri pada perut di daerah pusar
faktor presipitasi
dan ulu hati
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari - Nyeri seperti kembung dan penuh
ketidaknyamanan - Skala nyeri 2 (ringan)
3. Menggunakan teknik komunikasi - Nyeri yang dirasakan hilang timbul
terapeutik untuk mengetahui - Nyeri saat tekan perut kiri
pengalaman nyeri pasien. - TD : 100/55 Mmhg
4. Memilih dan melakukan penanganan - T : 37 C
nyeri (farmakologi, nonfarmakologi - N : 117 x/m
dan interpersonal ) - RR : 21 x/m
5. Mengajarkan tentang tehnik A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
nonfarmakologi (tarik nafas dalam,
relaksasi, massage) 1. Mengajarkan tentang tehnik
6. Meningkatkan istirahat nonfarmakologi (tarik nafas dalam,
7. Berkolaborasi dengan dokter jika ada relaksasi, massage)
keluhan dan tindakan nyeri tidak 2. Meningkatkan istirahat
berhasil : Pemberian obat oral 3. Berkolaborasi dengan dokter jika
sucralfate, injeksi omeprazole (1x20 ada keluhan dan tindakan nyeri
mg) tidak berhasil : Pemberian obat oral
sucralfate, injeksi omeprazole (1x20
mg)

3. Resiko kekurangn 16.45 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 18.45 wib
volume cairan tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-5 x/hari
warna kuning jernih
intravasukuler ke syok.
- Klien mengatakan minum 5-6
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak
gelas/ hari
minum. O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V. - Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan infus RL gtt 25
Tpm
- TD : 100/55 Mmhg
- T : 37 C
- N : 117 x/m
- RR : 21 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji keadaan umum klien dan
tanda-tanda vital.
2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda
syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.

IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 24 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruang Anak kelas 3 Bed 7 Shif : Malam

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko perdarahan 21.30 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 22.00 wib


berhubungan dengan wib trombosit yang disertai tanda-tanda S:
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - Petekie pada tangan lengan atas
darah hari/ 12 jam. - TD : 105/69 Mmhg
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak - T : 35.9 C
istirahat. - N : 90 x/m
4. Memberikan penjelasan tentang - RR : 21 x/m
pengaruh trombositopenia pada A : Masalah belum Terastasi
keluarga. P : Intervensi dilanjutkan
5. Memberikan penjelasan pada pasien 1. Monitor tanda-tanda penurunan
atau keluarga untuk segera melapor jika trombosit yang disertai tanda-tanda
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut klinis.
seperti: hematemesis, melena, 2. Monitor jumlah trombosit setiap
epistaksis. hari/ 12 jam.
3. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat.
4. Beri penjelasan pada pasien atau
keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Nyeri akut 21.30 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 22. 30 wib
berhubungan dengan wib komperehensif termasuk lokasi, S : Klien mengatakan nyeri perut di daerah
agens cedera biologis karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas pusar dan ulu hati
O:
termasuk lokasi, karakteristik dan
- Nyeri pada perut di daerah pusar
faktor presipitasi
dan ulu hati
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari - Nyeri seperti kembung dan penuh
ketidaknyamanan - Skala nyeri 2 (ringan)
3. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui - Nyeri yang dirasakan hilang timbul
pengalaman nyeri pasien. - Nyeri saat tekan perut kiri
4. Memilih dan melakukan penanganan - TD : 105/69 Mmhg
nyeri (farmakologi, nonfarmakologi - T : 35.9 C
dan interpersonal ) - N : 90 x/m
5. Mengajarkan tentang tehnik - RR : 21 x/m
A: Masalah belum teratasi
nonfarmakologi (tarik nafas dalam,
P : Intervensi dilanjutkan
relaksasi, massage) 1. Mengajarkan tentang tehnik
6. Meningkatkan istirahat nonfarmakologi (tarik nafas dalam,
7. Berkolaborasi dengan dokter jika ada relaksasi, massage)
keluhan dan tindakan nyeri tidak 2. Meningkatkan istirahat
berhasil : Pemberian obat oral 3. Berkolaborasi dengan dokter jika
sucralfate ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil : Pemberian obat oral
sucralfate

3. Resiko kekurangan 21.50 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 22. 50 wib
volume cairan wib tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-5 x/hari
warna kuning jernih
intravasukuler ke syok.
- Klien mengatakan minum 5-6
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak
gelas/ hari
minum. O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V.
- Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan infus RL gtt 25
Tpm
- TD : 105/69 Mmhg
- T : 35.9 C
- N : 90 x/m
- RR : 21 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji keadaan umum klien dan
tanda-tanda vital.
2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda
syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 25 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruang Anak kelas 3 Bed 7 Shif : Pagi

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko perdarahan 08.25 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 09.25 wib


berhubungan dengan wib trombosit yang disertai tanda-tanda S:
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - Petekie pada tangan lengan atas
darah hari/ 12 jam. - Hasil pemeriksaan trombosit jam
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak 08.25: 12 /ul (normal 150-400 /ul)
istirahat. - Hasil pemeriksaan labolaturium
4. Memberikan penjelasan pada pasien hematokrit 35 % (normal 35-45 %)
atau keluarga untuk segera melapor jika - Hb : 12.1/dl (normal 11.5-15.5 /dl)
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut - TD : 110/60 Mmhg
seperti: hematemesis, melena, - T : 36 C
epistaksis. - N : 98 x/m
- RR : 20 x/m
A : Masalah belum Terastasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda-tanda
klinis.
2. Monitor jumlah trombosit setiap
hari/ 12 jam.
3. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat.
4. Beri penjelasan pada pasien atau
keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Nyeri akut 08.35 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 09.35 wib
berhubungan dengan wib komperehensif termasuk lokasi, S : Klien mengatakan nyeri perut
agens cedera biologis karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas berkurang
O:
termasuk lokasi, karakteristik dan
- Nyeri pada perut di ulu hati
faktor presipitasi
- Nyeri seperti ngilu
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari - Skala nyeri 2 (ringan)
ketidaknyamanan - Nyeri yang dirasakan hilang timbul
3. Mengajarkan tentang tehnik - TD : 110/60 Mmhg
nonfarmakologi (tarik nafas dalam, - T : 36 C
relaksasi, massage) - N : 98 x/m
4. Meningkatkan istirahat - RR : 20 x/m
5. Berkolaborasi dengan dokter jika ada A: Masalah teratasi sebagian
keluhan dan tindakan nyeri tidak P : Intervensi dilanjutkan
berhasil : Pemberian obat oral 1. Mengajarkan tentang tehnik
sucralfate nonfarmakologi (tarik nafas dalam,
relaksasi, massage)
2. Meningkatkan istirahat
3. Berkolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil : Pemberian obat oral
sucralfat
3. Resiko kekurangan 09.00 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 10.00 wib
volume cairan wib tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-5 x/hari
warna kuning jernih
intravasukuler ke syok.
- Klien mengatakan minum 5-6
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak
gelas/ hari
minum. O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V. - Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan infus RL gtt 25
Tpm
- TD : 110/60 Mmhg
- T : 36 C
- N : 98 x/m
- RR : 20 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji keadaan umum klien dan
tanda-tanda vital.
2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda
syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.

IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 25 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruang Anak kelas 3 Bed 7 Shif : Sore

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko perdarahan 15.40 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 16.40 wib


berhubungan dengan wib trombosit yang disertai tanda-tanda S:
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - Petekie pada tangan lengan atas
darah hari/ 12 jam. - Hasil pemeriksaan trombosit jam
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak 15.40: 24 /ul (normal 150-400 /ul)
istirahat. - Hasil pemeriksaan labolaturium
4. Memberikan penjelasan pada pasien hematokrit 35 % (normal 35-45 %)
atau keluarga untuk segera melapor jika - Hb : 12.2/dl (normal 11.5-15.5 /dl)
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut - TD : 100/70 Mmhg
seperti: hematemesis, melena, - T : 36.4 C
epistaksis. - N : 85 x/m
- RR : 21 x/m
A : Masalah belum Terastasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda-tanda
klinis.
2. Monitor jumlah trombosit setiap
hari/ 12 jam.
3. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat.
4. Beri penjelasan pada pasien atau
keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Nyeri akut 16.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 17.00 wib
berhubungan dengan wib komperehensif termasuk lokasi, S : Klien mengatakan nyeri perut
agens cedera biologis karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas berkurang
O:
termasuk lokasi, karakteristik dan
- Nyeri pada perut di daerah pusar
faktor presipitasi
dan ulu hati
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari - Nyeri seperti kembung dan penuh
ketidaknyamanan - Skala nyeri 2 (ringan)
3. Mengajarkan tentang tehnik - Nyeri yang dirasakan hilang timbul
nonfarmakologi (tarik nafas dalam, - TD : 100/70 Mmhg
relaksasi, massage) - T : 36.4 C
4. Meningkatkan istirahat - N : 85 x/m
5. Berkolaborasi dengan dokter jika ada - RR : 21 x/m
A: Masalah teratasi sebagian
keluhan dan tindakan nyeri tidak
P : Intervensi dilanjutkan
berhasil : Pemberian obat oral 1. Mengajarkan tentang tehnik
sucralfate nonfarmakologi (tarik nafas dalam,
relaksasi, massage)
2. Meningkatkan istirahat
3. Berkolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil : Pemberian obat oral
sucralfate

3. Resiko kekurangan 16.15 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 17.15 wib
volume cairan wib tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-5 x/hari
warna kuning jernih
intravasukuler ke syok.
- Klien mengatakan minum 5-6
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak
gelas/ hari
minum. O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V.
- Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan infus RL gtt 25
Tpm
- TD : 100/70 Mmhg
- T : 364 C
- N : 85 x/m
- RR : 21 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji keadaan umum klien dan
tanda-tanda vital.
2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda
syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 25 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruang Anak kelas 3 Bed 7 Shif : Malam

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko perdarahan 21.15 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 21.50 wib


berhubungan dengan wib trombosit yang disertai tanda-tanda S:
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - Petekie pada tangan lengan atas
darah hari/ 12 jam. - TD :100/70 Mmhg
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak - T : 36.4 C
istirahat. - N : 85 x/m
4. Memberikan penjelasan pada pasien - RR : 21 x/m
atau keluarga untuk segera melapor jika A : Masalah belum Terastasi
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut P : Intervensi dilanjutkan
seperti: hematemesis, melena, 1. Monitor tanda-tanda penurunan
epistaksis. trombosit yang disertai tanda-tanda
klinis.
2. Monitor jumlah trombosit setiap
hari/ 12 jam.
3. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat.
4. Beri penjelasan pada pasien atau
keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Nyeri akut 21.30 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 22. 15 wib
berhubungan dengan wib komperehensif termasuk S : Klien mengatakan tidak nyeri perut
lokasi,
agens cedera biologis O:
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
termasuk lokasi, karakteristik dan - TD : 100/70 Mmhg
- T : 36.4 C
faktor presipitasi
- N : 85 x/m
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
- RR :21 x/m
ketidaknyamanan A: Masalah teratasi sebagian
3. Mengajarkan tentang tehnik
P : Intervensi dilanjutkan
nonfarmakologi (tarik nafas dalam, 1. Berkolaborasi dengan dokter jika
relaksasi, massage) ada keluhan dan tindakan nyeri
4. Meningkatkan istirahat tidak berhasil : Pemberian obat oral
5. Berkolaborasi dengan dokter jika ada sucralfate
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil : Pemberian obat oral
sucralfate
3. Resiko kekurangan 21.35 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 22.30 wib
volume cairan wib tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-5 x/hari
intravasukuler ke syok. warna kuning jernih
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak - Klien mengatakan minum 5-6
minum. gelas/ hari
O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam
- Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V.
- Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan infus RL gtt 25
Tpm
- TD : 100/70 Mmhg
- T : 36.4 C
- N : 85 x/m
- RR : 21 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji keadaan umum klien dan
tanda-tanda vital.
2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda
syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 26 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruang Anak kelas 3 Bed 7 Shif : Pagi

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko perdarahan 08.36 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 09.36 wib


berhubungan dengan wib trombosit yang disertai tanda-tanda S:
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - Petekie pada tangan lengan atas
darah hari/ 12 jam. - Hasil pemeriksaan trombosit jam
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak 08.36: 16 /ul (normal 150-400 /ul)
istirahat. - Hasil pemeriksaan labolaturium
4. Memberikan penjelasan pada pasien hematokrit 34 % (normal 35-45 %)
atau keluarga untuk segera melapor jika - Hb : 12.0/dl (normal 11.5-15.5 /dl)
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut - TD : 100/60 Mmhg
seperti: hematemesis, melena, - T : 36.4 C
epistaksis. - N : 82 x/m
- RR : 20 x/m
A : Masalah belum Terastasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda-tanda
klinis.
2. Monitor jumlah trombosit setiap
hari/ 12 jam.
3. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat.
4. Beri penjelasan pada pasien atau
keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Nyeri akut 09.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 10.00 wib
berhubungan dengan wib komperehensif termasuk lokasi, S : Klien mengatakan tidak nyeri perut
agens cedera biologis karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas O:
termasuk lokasi, karakteristik dan - TD : 100/60 Mmhg
- T : 36.4 C
faktor presipitasi
- N : 82 x/m
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
- RR : 20 x/m
ketidaknyamanan A: Masalah teratasi sebagian
3. Mengajarkan tentang tehnik P : Intervensi dihentikan
nonfarmakologi (tarik nafas dalam,
relaksasi, massage)
4. Meningkatkan istirahat
5. Berkolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil : Pemberian obat oral
sucralfate
3. Resiko kekurangan 09.15 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 10.15 wib
volume cairan wib tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-5 x/hari
warna kuning jernih
intravasukuler ke syok.
- Klien mengatakan minum 5-6
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak
gelas/ hari
minum. O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V. - Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan infus RL gtt 25
Tpm
- TD : 100/70 Mmhg
- T : 36.4 C
- N : 82 x/m
- RR : 20 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji keadaan umum klien dan
tanda-tanda vital.
2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda
syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.

IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 26 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruang Anak kelas 3 Bed 7 Shif : Sore

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko perdarahan 15.00 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 16.00 wib


berhubungan dengan wib trombosit yang disertai tanda-tanda S:
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - Petekie pada tangan lengan atas
darah hari/ 12 jam. - Hasil pemeriksaan trombosit jam
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak 15.10: 24 /ul (normal 150-400 /ul)
istirahat. - Hasil pemeriksaan labolaturium
4. Memberikan penjelasan pada pasien hematokrit 35 % (normal 35-45 %)
atau keluarga untuk segera melapor jika - Hb : 12.2/dl (normal 11.5-15.5 /dl)
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut - TD : 110/60 Mmhg
seperti: hematemesis, melena, - T : 36.3 C
epistaksis. - N : 93 x/m
- RR : 20 x/m
A : Masalah belum Terastasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda-tanda
klinis.
2. Monitor jumlah trombosit setiap
hari/ 12 jam.
3. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat.
4. Beri penjelasan pada pasien atau
keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Resiko kekurangan 15.30 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 16.30 wib
volume cairan wib tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-5 x/hari
warna kuning jernih
intravasukuler ke syok.
- Klien mengatakan minum 5-6
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak
gelas/ hari
minum. O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V. - Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan infus RL gtt 25
Tpm
- TD : 110/65 Mmhg
- T : 36.3 C
- N : 93 x/m
- RR : 20 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji keadaan umum klien dan
tanda-tanda vital.
2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda
syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.

IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 26 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruang Anak kelas 3 Bed 7 Shif : Malam

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf


1. Resiko perdarahan 21. 25 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 22.00 wib
berhubungan dengan wib trombosit yang disertai tanda-tanda S:
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - TD : 105/52 Mmhg
darah hari/ 12 jam. - T : 36.2 C
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak - N : 92 x/m
istirahat. - RR : 20 x/m
4. Memberikan penjelasan pada pasien A : Masalah belum Terastasi
atau keluarga untuk segera melapor jika P : Intervensi dihentikan pasien pulang
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
seperti: hematemesis, melena,
epistaksis.
2. Resiko kekurangan 21.40 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 22.20 wib
volume cairan wib tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-5 x/hari
warna kuning jernih
intravasukuler ke syok.
- Klien mengatakan minum 5-6
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak
gelas/ hari
minum. O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V. - Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan infus RL gtt 25
Tpm
- TD : 105/52 Mmhg
- T : 36.2 C
- N : 92 x/m
- RR : 20 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dihentikan pasien pulang
1. Mengkaji keadaan umum klien dan
tanda-tanda vital.
2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda
syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.

IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An. R Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue


Jenis Kelamin : Perempuan Hari/ Tanggal : 27 Desember 2019
Kamar/ bed : Ruang Anak kelas 3 Bed 7 Shif : Pagi

No Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko perdarahan 08.30 1. Memonitor tanda-tanda penurunan 09.00 wib


berhubungan dengan wib trombosit yang disertai tanda-tanda S:
penurunan factor- klinis. O:
factor pembekuan 2. Memonitor jumlah trombosit setiap - Petekie pada tangan lengan atas
darah hari/ 12 jam. - Hasil pemeriksaan trombosit jam
(trombositopenia) 3. Menganjurkan klien untuk banyak 08.30: 34 /ul (normal 150-400 /ul)
istirahat. - Hasil pemeriksaan labolaturium
4. Memberikan penjelasan pada pasien hematokrit 36 % (normal 35-45 %)
atau keluarga untuk segera melapor jika - Hb : 12.7/dl (normal 11.5-15.5 /dl)
ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut - TD : 103/62 Mmhg
seperti: hematemesis, melena, - T : 36 C
epistaksis. - N :78 x/m
- RR : 20 x/m
A : Masalah belum Terastasi
P : Intervensi dihentikan pasien pulang
2. Resiko kekurangan 08.45 1. Mengkaji keadaan umum klien dan 09.15 wib
volume cairan wib tanda-tanda vital. S:
berhubungan dengan 2. Mengkaji input dan output cairan. - Klien mengatakan kurang minum
pindahnya cairan 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda - Klien mengatakan BAK 3-5 x/hari
warna kuning jernih
intravasukuler ke syok.
- Klien mengatakan minum 5-6
ekstravaskuler 4. Menganjurkan klien untuk banyak
gelas/ hari
minum. O:
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Turgor kulit elastis
pemberian cairan I.V. - Capilarry refill < 2 detik
- Warna urin kuning jernih
- Terpasang Cairan infus RL gtt 25
Tpm
- TD : 103/62 Mmhg
- T : 36 C
- N : 78 x/m
- RR : 20 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dihentikan pasien pulang
1. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 liter/hari.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada klien yang dilakukan asuhan keperawatan yaitu An.R dengan

diagnose medis DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) ialahpenyakit demam

akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya

berubah ke orang dewasa.Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi

perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan

kematian. Masalah yang dialami An.R yaitu nyeri abdomen, resiko

perdarahan, serta resiko kekurangan volume cairan.

Masalah keperawatan yang berhasil diatasi yaitu nyeri akut, dengan

intervensi yaitu teknik nonfarmakologi dengan cara tarik nafas dalam serta

berkolaborasi dengan dokter dalam peemberian obat oral sucralfate. Untuk

diagnose resiko perdarahan dan resiko kekurangan volume cairan masih

dalam pemantauan dan intervensi dilanjutkan serta dianjurkan An.R untuk

minum yang banyak.

B. SARAN
Diharapkan perawat memberikan edukasi pada kepada keluarga
tentang patofisiologi penyakit DHF agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Kurane I. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on


Immunopathogenesis.Comparative Immunology, Microbiology &
Infectious Disease.2007; Vol 30:329-40.
WHO.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: WHO& Departemen Kesehatan RI; 2008.
Lestari K. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Indonesia.Farmaka. Desember 2007; Vol. 5 No.3: hal .12-29.
Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Pathophysiology and Management of
Dengue Hemorrhagic Fever. Bangkok: Department of Pediatrics, Faculty
of Medicine, Ramathibodi Hospital, Mahidol University;2006.
Hadinegoro, Rezeki S, Soegianto S, SoerosoT, Waryadi S. Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:Ditjen PPM&PL Depkes&Kesos
R.I; 2009.
Harikushartono, Hidayah N, Darmowandowo W, Soegijanto S. Demam Berdarah
Dengue: Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta:
Salemba Medika; 2011.
Soegijanto S. Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus Dengue.
www.pediatrikcom/buletin/20100220-8ma2gi-buletindoc; 20010 [cited
2010]; Available from: www.pediatrikcom/ buletin/20060220-8ma2gi-
buletindoc.
Novriani H. Respon Imun dan Derajat Kesakitan Demam Berdarah Dengue dan
Dengue Syndrome Pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran. 2006;Vol
134:46-9.

Anda mungkin juga menyukai