Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih


yang terhindari dari ancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman dan tentram.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan keselamatan dan keamanan yaitu
usia, tingkat kesadaran, emosi, status mobilisasi, gangguan sensori,informasi /
komunikasi, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, keadaan imunitas,
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih, status nutrisi, tingkat
pengetahuan.

Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju


dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara
tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia
(lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang
dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60 tahun
(Kane, 2001).

Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih
dari satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan
gejala yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional
(kemampuan kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien
geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 2001).

Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan
tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-
lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan
lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia
yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan

ASKEP GERONTIK 1
yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan
masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall &
Hassett, 2002).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai


kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik,
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a.Mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan Untuk mendapatkan


gambaran dan informasi dalam Membuat Askep Lansia pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan keamanan.

b.Untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.

2.Tujuan Khusus

a. Dapat Mengerti dan memahami Pengertian Keamanan dan Keselamatan pada


Lansia
b. Dapat mengetahui dan mengerti Hal-hal yang berkaitan dengan Keamanan dan
keselamatan pada Lansia
c. Dapat Mengetahui keaadaan pasien Lansia yang harus di berikan tindakan
Keamanan dan Keselamatan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah


ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lanjut usia terkait dengan
keselamatan dan keamanan

ASKEP GERONTIK 2
BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan

A. Definisi

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat
diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan
keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

Tugas seorang perawat :

1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya


sakit.
2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang
mempengaruhi hidup dan keadaan klien.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk


melindungi diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi,
gangguan sensori persepsi, tingkat kesadaran, status emosional, kemampuan
komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan faktor lingkungan. Perawat
perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat merencanakan perawatan atau
mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.

1. Usia

Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui


pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk

ASKEP GERONTIK 3
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia
dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.

2. Gaya Hidup

Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya


diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat
kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan
keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.

3. Status mobilisasi

Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,


gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.

4. Gangguan sensori persepsi

Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting


bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba,
cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.

5. Tingkat kesadaran

Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan,


reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien
yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur,
klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima
obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.

6. Status emosional

Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima


bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan

ASKEP GERONTIK 4
konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan
depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.

7. Kemampuan komunikasi

Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan


informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan
bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol
tanda bahaya.

8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan

Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan.


Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi
keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat
mencegah terjadinya cedera.

9. Faktor lingkungan

Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi


penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

C. Macam-Macam Bahaya / Kecelakaan

Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di


tempat pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:

1. Api /kebakaran

Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit.


Penyebab kebakaran yang paling sering adalah rokok dan hubungan
pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen
sebagai berikut: panas yang cukup, bahanbahan yang mudah terbakar,
dan oksigen yang cukup.

ASKEP GERONTIK 5
2. Luka bakar (Scalds and burns).

Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap
panas, seperti uap air panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar
oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif. Klien dirumah
sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami
penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.

3. Jatuh.

Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh
dapat terjadi akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan,
lingkungan dengan pencahayaan yang kurang.

4. Keracunan.

Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh


melalui aktivitas kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau
diserap dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama keracunan pada
anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya atau beracun yang
sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya
bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena
penurunan pengelihatan) atau akibat overdosis obat (karena penurunan
daya ingat).

5. Sengatan listrik

Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang


harus diwaspadai oleh perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat
menyebabkan sengatan listrik bahkan kebakaran, contoh: percikan listrik
didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah satu
pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang grounded

ASKEP GERONTIK 6
yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung
kepermukaan tanah.

6. Suara bising.

Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya


fungsi pendengaran, tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi
terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar kebisingan serta kerentanan
individu. Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan gangguan
pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpapar suara 85-
95 desibel untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan gangguan
pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah 85 desibel biasanya
tidak mengganggu pendengaran.

7. Radiasi.

Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang


berlebihan atau pengobatan melalui radiasi yang merusak sel lain. Zat
radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti radiografi,
fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan
adalah kalsium, iodine, fosfor.

8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).

Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan


kekurangan oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa
terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam
atau kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh
adanya benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk
ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan
henti jantung serta kematian.

9. Lain-lain

ASKEP GERONTIK 7
Kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak
berfungsi dengan baik (equipment-related accidents) dan kesalahan
prosedur yang tidak disengaja (procedure-related equipment).

D. Pencegahan Kecelakaan Di Rumah Sakit.

1) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari


kecelakaan.

2) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.

3) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik


aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.

4) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.

5) Menghindari kecelakaan :

a) Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.

b) Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien
yang gelisah.

c) Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.

d) Meja yang mudah dijangkau.

e) Kereta dorong ada penghalangnya.

6) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik


misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain.

7) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah


meledak seperti tabung oksigen dan termos.

ASKEP GERONTIK 8
8) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah
terbakar.

9) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti


penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi.

10) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.

11) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu


penerangan.

12) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.

13) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan
mampu menggunakannya.

14) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemanan Dan Keselamatan Klien

1. Faktor Fisiologis

Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan


baik, apabila salah satu sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan
mengancam keamanan seseorang. Misalnya orang akan menarik
tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan
sebagainya.

a) Sistem Muskuloskeletal

Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial


dalam pembentukan postur dan pergerakan yang normal. Kerusakan yang
terjadi pada mobilitas dan kemampuan untuk merespon terhadap hal yang
membahayakan, dan ini meningkatkan risiko terhadap injuri. Masalah

ASKEP GERONTIK 9
muskoloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh
keadaan seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan
sprains

b) Sistem Neurologis

Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi akan menciptakan sistem yang baik pada individu. Rangsangan yang
diterima dari saraf tepi akan diteruskan ke sistem saraf pusat melalui
proses persepsi kognisi yang baik sehingga seseorang dapat memutuskan
dalam melakukan proses berfikir. Hal tersebut akan menciptakan
seseorang mampu melakukan orientasi dengan baik terhadap orang,
tempat dan waktu sehingga orang akan merasa nyaman.

Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti


cedera kepala, medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke,
injuri tulang belakang, penyakit degeneratif (seperti Parkinson dan
Alzaimer), dan tumor kepala.

c) Sistem Kardiorespirasi

Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat


beristirahat karena suplai O2 dan nutrisi untuk sel, jaringan dan organ
tercukupi dengan baik. Adapun kondisi gangguan sistem kardiovaskuler
yang mengganggu keamanan adalah hipertensi, gagal jantung, kelainan
jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi. Penyakir respirasi
atau pernafasan yang mengganggu keamanan seperti kesulitan bernafas,
wheezing, danm kelelahan yang diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap
aktivitas, keterbatasan mobilitas.

d) Aktivitas dan Latihan

ASKEP GERONTIK 10
Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada
kedaruratan. Keterbatasan dalam aktivitas dan latihan akan mengganggu
seseorang dalam mengenali hal yang mengancam dirinya dari luar.

e) Kelelahan (Fatigue)

Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap


bahaya, kesulitan mengambil keputusan dan ketidakadekuatan dalam
pemecahan masalah. Fatigue dapat diakibatkan karena kurang tidur, gaya
dan pola hidup, jam pekerjaan, stress, atau karena berbagai macam
pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.

1. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping.

Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan


yang akan mengganggu keamanan seseorang, dimana seseorang akan
kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu. Contoh, seseorang yang
mengalami kecemasan mengenai prosedur operasi, maka seseorang
tersebut akan mengalami miskomunikasi tentang informasi apa yang akan
dia lakukan setelah operasi sehingga akan mengancam keamanan dia
waktu pulang ke rumah sehingga akan muncul masalah komplikasi setelah
operasi.

Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung


dengan keamanan. Faktor kepribadian seseorang memainkan peranan
dalam keamanan. Menarik diri, pemalu dan ketidakpercayaan berpengaruh
pada peningkatan keamanan, sehingga seseorang perlu untuk belajar
kembali atau mereka akan mengalami masalah gangguan jiwa/mental.

a) Faktor Lingkungan Rumah

Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan,


pengaturan panas dan sebagainya. Pengaturan perabot rumah tangga

ASKEP GERONTIK 11
merupakan bagian penting dari keamanan di dalam rumah. Penataan yang
baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga sangat
menentukan keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata
tajam, rokok, lantai rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan kimia
akan membantu dalam pencegahan baya dalam rumah termasuk sumber
listrik dan api. Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah
adanya risiko adanya untuk jatuh.

b) Tempat kerja

Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan


adanya risiko untuk terjadi injuri pada seseorang. Bahaya yang dapat
ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat seseorang bekerja, baik secara
fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka seseorang sangat
membutuhkan adanya suatu kondisi yang ergonomis, sehingga perlu
adanya pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam
mencegah terjadinya injuri atau kecelakaan kerja.

c) Komunitas

Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan


keamanan seperti kegaduhan, kebisingan, pencahayaan yang kurang baik
di tempat umum maupun pusat bermain. Sanitasi lingkungan juga sangat
berperan dalam peningkatan keamanan individu dalam komunitas.

d) Tempat pelayanan kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang


baik bagi petugas kesehatan maupun pasiennya. Bahaya dapat ditimbulkan
karena peralatan, kesalahan prosedur dan sebagainya. Hal ini perlu adanya
standar operasional prosedur yang baku dan diperbaharui di RS sehingga
kebutuhan akan keamanan dapat terpenuhi untuk semua yang ada dalam
rumah sakit.

ASKEP GERONTIK 12
e) Temperatur

Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan


seseorang. Perlu adanya penyesuaian diri terhadap perubahan
temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan keamanan seseorang dapat
terpenuhi.

f) Polusi

Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara bebas


akan menggangu keamanan seeorang. Bahan kimia dalam produk kimia
yang terdapat baik di udara, air dan tanah akan menganggu ekosistem yang
ada.

g) Sumber listrik

Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun


dimanapun sanagt muttlak diperlukan untuk mencegah terjadinya sengatan
listrik ataupun kebakaran.

h) Radiasi

Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen


ataupun kematian sel sehingga mengakibatkan tubuh seseorang menjadi
rentan sehingga keamanan seseorang dapat mengalami masalah.

2. Faktor Penyakit

Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah


dalam pemenuhan kebutuhan keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis
merupakan penyakit yang dapat menjadikan tubuh untuk mengalami
penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang baik dalam
pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga infeksi

ASKEP GERONTIK 13
nosokomial tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik
ataupun keluarga.

3. Faktor Ketidak pengindahan tentang Keamanan

Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan


kebutuhan keamanan. Apabila standar prosedur telah dilakukan sesuai dengan
kepatuhan yang ada maka keamanan seseorang dapat tercipta.

F. Fungsi Sistem Saraf

1. Menerima informasi dari dalam maupun luar melalui afferent sensory


pathway (sensorik)
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf
pusat
3. Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat saraf (refleks) maupun di
otak untuk menentukan respon yang tepat dengan situasi yang di hadapi
4. Menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent pathway tadi
(motorik) keorgan-organ tubuh sebagai kontrol atau memodifikasi tindakan.

G. Kebijakan Rumah Sakit Terkait Keselamatan Dan Keamanan Pada


Pasien

Keselamatan pasien juga dapat mengurangi berdampaknya terhadap


peningkatan biaya pelayanan, dengan meningkatnya pasien rumah sakit,
harapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat
meningkat.

Saat ini ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah
sakit. Yakni, keselamatan pasien, keselamatan petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang

ASKEP GERONTIK 14
berdampak terhadap pencemaran lingkungan, serta keselamatan bisnis
rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit itu sendiri.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN


KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

A. Pengkajian

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien


seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori
komunikasi :

a. Halusinasi;

b. Gangguan proses pikir;

c. Kelesuan;

d. Ilusi;

e. Kebosanan dan tidak bergairah;

f. Perasaan terasing;

g. Kurangnya konsentrasi;

h. Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.

2. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:

a. Kesadaran menurun;

b. Kelemahan fisik;

c. Imobilisasi;

ASKEP GERONTIK 15
d. Penggunaan alat bantu.

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi:

Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan


klien (home hazards appraisal).

1. Resiko Jatuh

1) Usia klien lebih dari 65 tahun

2) Riwayat jatuh di rumah atau RS

3) Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

4) Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas

5) Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)

6) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)

7) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics,


diuretics, or laxatives)

2. Riwayat kecelakaan

Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang,


oleh karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan
kecelakaan ituterulang kembali

3. Keracunan

Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan.
Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya
keracunan dan upaya pencegahannya.

4. Kebakaran

Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana


klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan
keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.

5. Pengkajian Bahaya

ASKEP GERONTIK 16
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi,
dapur, kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah
dalam keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.

6. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)

Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi


yang cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat
bahkan meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat
tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik
tentang keadaan rumah yang terstuktur.

Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas


mereka dan tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang
aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberikan kontribusi keamanan
rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan, dan kemudian mengkaji
berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan. Pengkajian yang
dilakukan pada klien antara lain pengkajian terhadap riwayat dan pemeriksaan
fisik. Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat
pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.

A. Data Subyektif

Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait


dengan kebutuhan keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah
tulang, pembatasan aktivitas, dan sebagainya. Klien perlu ditanyakan tentang
tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap tanda bahaya, tindakan
pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan
pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang
perubahan lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.

Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien


mencakup: kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan
kondisi anak-anak.

1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita,
penggunaan alat bantu (alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota
badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan hidup sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan
penglihatan, kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak
dapat tidur, pusing ketika memutar kepala atau menegakkan kepala,
anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan mobilitas fisik, kerusakan
keseimbangan dan neuropati.
3. Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium,
dimensia, kerusakan orientasi orang, tempat dan waktu)

ASKEP GERONTIK 17
4. Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan
trisiklik, obat anti cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan
alkohol, dan narkotika.
5. Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan,
pencahayaan, kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.

B. Data Objektif

Data obyektif dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik


terkait dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit
dan mobilitas. Pengkajian juga mencakup prosedur test diagnostik.

1. Sistem Neurologis

 Status mental
 Tingkat kesadaran
 Fungsi sensori
 Sistem reflek
 Sistem koordinasi
 Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
 Sensivitas terhadap lingkungan

1. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi

 Toleransi terhadap aktivitas


 Nyeri dada
 Kesulitan bernafas saat aktivitas
 Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi

1. Integritas kulit

 Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien


 Kaji adanya luka, scar, dan lesi
 Kaji tingkat perawatan diri kulit klien

1. Mobilitas

 Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien


 Kaji range of motion klien
 Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

B. Diagnosa

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah, 2003)

1. Injuri ( jatuh )

ASKEP GERONTIK 18
Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya
dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.

Kemungkinan berhubungan dengan:

 Kurangnya informasi tentang keamanan


 Kelemahan
 Gangguan kesadaran;
 Kurangnya koordinasi otot;
 Epilepsi;
 Episode kejang;
 Vertigo;
 Gangguan persepsi.

Kemungkinan data yang ditemukan:

 Perlukaan dan injuri.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 AIDS;
 Demensia;
 Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;
 Epilepsi;
 Penyakit perdarahan.

2. Perubahan proteksi

Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk


melindunginyadirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam
tubuh.

Kemungkinan berhubungan dengan:

 Defisit imunologi;
 Malnutrisi;
 Kemoterapi atau efek pengobatan;
 Penglihatan yang kurang;
 Kurang informasi tentang keselamatan.

Kemungkinan data yang ditemukan:

 Riwayat kecelakaan;
 Lingkungan yang beresiko.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

ASKEP GERONTIK 19
 Usia: kematangan, sangat tua;
 Nutrisi kurang;
 Gangguan darah;
 Pembedahan;
 Radiasi atau kemoterapi;
 Penyakit imunitas;
 AIDS.

C. Intervensi ( Rencana Keperawatan )

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)

Contoh rencana asuhan keperawatan:

Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan


penurunan sensori (tidak mampu melihat).

Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera


(jatuh) tidak terjadi.

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi


lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien
mampu:

1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan


kemungkinan cidera.
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari
cidera.

Intervensi

a. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.

b. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko.

c. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat


tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1.

d. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah.

e. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan


yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya
ditempat yang aman).

ASKEP GERONTIK 20
f. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan
penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.

Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera
adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan
tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya, Klien
mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

Intervensi Keperawatan menurut (Tarwoto dan Wartonah)

1. Risiko injuri

Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya


dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.

Kemungkinan berhubungan dengan:

 Kurangnya informasi tentang keamanan;


 Kelemahan;
 Gangguan kesadaran;
 Kurangnya koordinasi otot;
 Epilepsi;
 Episode kejang;
 Vertigo;
 Gangguan persepsi.

Kemungkinan data yang ditemukan:

 Perlukaan dan injuri.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 AIDS;
 Demensia;
 Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;
 Epilepsi;
 Penyakit perdarahan.

Tujuan yang diharapkan:

 Injuri tidak terjadi.

Intervensi:

ASKEP GERONTIK 21
a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat tidurnya

b. Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan

c. Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya

d. Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada tempatnya

e. Kunci roda tempat tidur

f. Posisi kepala lebih ditinggikan

g. Berikan penerangan yang cukup pada malam hari

h. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan persepsi pasien

i. Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toilet

j. Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur khusus untuk
mencegah dekubitus.

k. Berikan pendidikan kesehatan tentang:

• Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol

• Pencegahan injuri di rumah

Rasional:

a. Pencegahan primer

b. Monitor faktor risiko

c. Mencegah terjadinya kecelakaan

d. Dibutuhkan pada saat emergensi

e. Mempertahankan keamanan

f. Mencegah aspirasi

g. Mencegah jatuh

h. Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori

i. Mencegah kecelakaan

ASKEP GERONTIK 22
j. Mencegah komplikasi akibat injuri

k. Mencegah injuri

2. Perubahan proteksi

Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk


melindunginya dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam
tubuh.

Kemungkinan berhubungan dengan:

 Defisit imunologi;
 Malnutrisi;
 Kemoterapi atau efek pengobatan;
 Penglihatan yang kurang;
 Kurang informasi tentang keselamatan.

Kemungkinan data yang ditemukan:

 Riwayat kecelakaan;
 Lingkungan yang beresiko.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 Usia: kematangan, sangat tua;


 Nutrisi kurang;
 Gangguan darah;
 Pembedahan;
 Radiasi atau kemoterapi;
 Penyakit imunitas;
 AIDS.

Tujuan yang diharapkan:

Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial.

Intervensi:

a. Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasi

b. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan

c. Jaga pasien dari injuri dan infeksi

ASKEP GERONTIK 23
d. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari bekas
suntikan

e. Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik

f. Berikan diet adekuat

g. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:

• Pemberian pengobatan

• Mempertahankan keamanan

• Teknik isolasi

• Penggunaan alat-alat proteksi

Rasional:

a. Mengurangi risiko penularan penyakit

b. Mengatasi faktor penyebab

c. Mengurangi risiko infeksi

d. Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksi

e. Menghindari pendarahan

f. Meningkatkan daya tahan tubuh

g. Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri

ASKEP GERONTIK 24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar


bagi lansia. Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat
berperan secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai pemberi perawatan
langsung (care giver), pendidik, pengawas kesehatan, konsultan, dan Kolaborasi.
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan
tentram.

B. SARAN

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai


kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik,
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

ASKEP GERONTIK 25
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran UI. (2000). Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien


Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta ; FKUI

Maryam Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta ;
Salemba Medika.

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta ; EGC

Tarwoto, Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Watson, Roger. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta ; EGC

ASKEP GERONTIK 26

Anda mungkin juga menyukai