Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN GANGGUAN KEAMANAN


DAN KESELAMATAN DI RUANG KRISAN RS PELAMONIA

NAMA : SOVIA MUSTIKA MUSPAH

STAMBUK : 144 2018 2103

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN

A. PENGERTIAN
Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan pada dasarnya merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia yang dikemukaan oleh Abraham Maslow.
Kebutuhan keselamatan dan kemanan merupakan kebutuhan dasar kedua yang
harus diupayakan setelah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan keamanan dan
keselamatan juga harus dicapai jika seseorang ingin memenuhi kebutuhan dasar
yang lain, seperti kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri,
dan kebutuhan aktualisasi diri (Green, 2000).
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan
aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik,
emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan,
kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Kebutuhan
keamanan berkaitan dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal.
Keamanan fisiologis berkenaan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan
kehidupan seseorang. Ancaman yang datang secara fisiologis tersebut dapat berupa
hal yang nyata maupun imajinasi. Keamanan dalam konteks hubungan
interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang
konsisten dari orang lain, serta kemampuan untuk memahami orang dan
lingkungan di sekitarnya. Ketidaktahuan seseorang akan sesuatu yang adal di
sekitarnya dapat menimbulkan perasaan cemas dan tidak aman (Asmadi , 2008).
Berbeda dengan kebutuhan keamanan, kebutuhan keselamatan merupakan
kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman yang muncul terhadap
keselamatan manusia dapat berupa ancaman mekanis, kimiawi, termal, dan
bakteriologis. Pasien kadang kurang menyadari adanya ancaman di rumah sakit
atau di tempat-tempat pelayanan kesehatan. Hal inilah yang membuat perawat
harus menyadari situasi yang mungkin dapat membuat pasien cedera. Perlindungan
yang diberikan bukan hanya ditujukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
tetapi juga memelihara kebersihan (Asmadi, 2008).
Hampir sama dengan keselamatan akan ancaman fisik, keamanan fisik
(Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman
kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, termis, elektris maupun
bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi
diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan ini akan
difokuskan pada providing for safety atau memberikan lingkungan yang aman.
Sedangkan keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar
dari ancaman bahaya/ kecelakaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak dapat
diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian.
Karakteristik keamanan dan keselamatan :
1. Pervasiveness (insidensi)
Keamanan bersifat pervasif artinya luas mempengaruhi semua hal.
Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan,
bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2. Perception (persepsi)
Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi
aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan
keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara
akurat.
3. Management (pengaturan)
Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan
melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek
keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN


KEAMANAN DAN KESELAMATAN
1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia
dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
2. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya
diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat
kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan
keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,
gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat
penting bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa,
dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan,
reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien
yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur,
klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima
obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien
menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan
konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan
depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan
mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien
dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa
mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan.
Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi
keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat
mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
10. Informasi / komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
11. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional
Antibiotic dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.
12. Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang penyakit.
13. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu
penyakit.
14. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
terserang penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berresiko terhadap
penyakit tertentu.
15. Tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.

C. PENATALAKSANAAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN


KEAMANAN DAN KESELAMATAN
1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi
atau prediksi situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari
dan memberikan pendidikan kesehatan yang memberikan kekuatan bagi klien
untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera secara mandiri.
2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan
bahwa ketiga elemen tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi
ada dua tujuan yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari cedera dan
membatasi serta memadakan api.
3. Mencegah terjadinya jatuh pada klien
 Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem
komunikasi yang ada
 Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
 Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
 Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
 Berikan alas kaki yang tidak licin
 Berikan pencahayaan yang adekuat
 Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan
kesadaran dan gangguan mobilitas
 Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
4. Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang
 Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal (mencegah nyeri
saat terbentur)
 Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara
 Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
 Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.
 Berikan masker oksigen jika diperlukan.
5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila
terjadi keracunan melalui identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah yang
terkonsumsi, segera laporkan ke institusi kesehatan terdekat serta menyebutkan
nama dan gejala yang dialami klien, jaga klien pada posisi tenang ke satu sisi
atau dengan kepala ditempatkan diantara kedua kaki untuk mencegah aspirasi.
6. Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar)
jangan sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien aman dari
arus listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka
bakar, kontraksi otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah
macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik, pakai
sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan gunakan
sarung tangan non konduktif.
7. Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek
psikososial seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta gangguan
konsentrasi dan pola komunikasi. Efek fisiologis meliputi peningkatan nadi dan
respirasi, peningkatan aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika
intensitas suara tepat. Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang
genting, dinding, dan lantai yang kedap suara; memasang gorden; memasang
karpet; atau memutar background music.
8. Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak.
9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan
sumber radioaktif, dan pelindung yang digunakan selama terpapar radiasi.
Upaya yang harus dilakukan oleh perawat dalam hal ini adalah memakai baju
khusus, memakai sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah
memakai sarung tangan, dan membuang semua benda yang terkontaminasi.
10. Melakukan pemasangan restrain pada klien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien. Restrain diklasifikasikan
menjadi fisikal(physical) dan kemikal(chemical) restrain. Fisikal restrain adalah
restrain dengan metode manual atau alat bantu mekanik, atau lat-alat yang
dipasang pada tubuh klien sehingga klien tidak dapat bergerak dengan mudah
dan terbatas gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk zat
kimia neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang digunakan
untuk mengontrol tingkahlaku sosial yang merusak.
Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering
dikeluhkan akibat pemasangan restrain. Komplikasi fisik diantaranya luka
tekan, retensi urin, inkontinensia, dan sulit BAB, bahkan kematian pun
dilaporkan. Komplikasi psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung,
pelupa, depresi, takut, dan marah. Restrain hendaknya digunakan sebagai
alternatif terakhir. Bila dilakukan maka haruslah:
a. Di bawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa penyebabnya,
dan untuk berapa lama
b. Klien setuju dengan tindakan tersebut.

D. HAL – HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN
KESELAMATAN
Riwayat keperawatan:
 Riwayat cedera atau jatuh
Pengkajian risiko jatuh dapat menggunakan instrumen Morse Fall Scale, St.
Thomas Risk Assessment Tool in Falling Elderly Inpatients (STRATIFY),
Resident Assessment Instrument (RAI), Fall Risk Assessment Tools, Henrich Fall
Risk Model, dan lain-lain (Aranda-Galardo, 2013).
 Riwayat imunisasi
 Riwayat infeksi akut atau kronik
 Terapi yang sedang dijalani
 Stressor emosional: ekspresi verbal dan non verbal, gaya hidup.
 Proses penyakit yang terlihat pada klien dan keluhan fisik.
 Status nutrisi.
Pada pengkajian status nutrisi dapat pula diketahui tentang IMT pasien.
 Tingkat kesadaran, kelemahan fisik, imobilisasi, penggunaan alat bantu.
Pemeriksaan fisik:
 Infeksi lokal, terbatas pada kulit dan membrane mukosa. Tanda-tandanya meliputi
bengkak, kemerahan, nyeri, panas dan gangguan fungsi gerak.
 Infeksi sistemik, tanda-tandanya meliputi demam, peningkatan frekuensi nadi dan
pernafasan, malaise, anoreksia, mual, muntah, sakit kepala, pembesaran kelenjar di
area infeksi.
 Sistem Neurologis: status mental, tingkat kesadaran, fungsi sensori, sistem reflek,
sistem koordinasi, tes pendengaran, penglihatan dan pembauan, sensivitas terhadap
lingkungan
 Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi: toleransi terhadap aktivitas, nyeri dada,
kesulitan bernafas saat aktivitas, frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
 Integritas kulit : inspeksi terhadap keutuhan kulit klien, kaji adanya luka, scar, dan
lesi, kaji tingkat perawatan diri kulit klien
 Mobilitas: inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien, kaji
range of motion klien, kaji kekuatan otot klien, kaji tingkat ADLs klien

Pemeriksaan penunjang:
Berupa data laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi meliputi peningkatan
angka leukosit, penignkatan laju enap darah, dan kultur urin, darah serta secret
menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Resiko infeksi b.d adanya luka insisi

11. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Berikan perawatan teknik dan aseptic, perthankan teknik cuci tangan yang
baik
2. Observasi daerah yang luka (ada pus/tidak)
3. Pantau TTV (ada demam/mengigil)
4. Memonitor granulosit, WBC
5. Batasai pengunjung
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic
Rasional :
1. Cara pertama untuk menghindari infeksi nasokomial
2. Deteksi dini perkembangan infeksi, memungkinksn untuk melakukan
intervensi segera
3. Dapat mengidentifikasi adanya infeksi
4. Untuk mengetahui jumlah wbc
5. Menurunkan pemajanan terhadap pembawa kuman penular infeksi
6. Menurunkan kolonisasi bakteri an mencegah infeksi luka
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2014. Analisa dokumentasi keperawatan pada asuhan keperawatan kebutuhan


keamanan dan keselamatan. Diakses 09 November 2014 dari
www.indonesiannursing.com
Anonym. 2014. Asuhan keperawatan klien dengan masalah keamanan dan keselamatan.
Diakses 09 November 2014 dari www.911medical.org
Aranda-Galardo, Marta; Morales-Asencio, Jose M; Canca-Sanchez, Jose C; Perez-
Jimenez, Claudia; Morales-Fernandez, Angeles; Luna-Rodriguez, Margarita E;
Moya-Suarez, Ana B; Mora-Banderas, Ana M. 2013. Instrument for Assessing The
Risk of Falls in Acute Hospitalized Patients: A Systematic Review an Meta-Analysis.
BMC Health Services Research, 122.

Anda mungkin juga menyukai