Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

FILSAFAT HUKUM
(ABORSI DARI PRESPEKTIF FILSAFAT)

OLEH :

1. RUSMAN RUSLI D101 12 003


2. MUH. ARYA HIDAYAT D101 12 007
3. HESAR MAKATA D101 12 010
4. IGNASISUS WAHYUDI D101 12 031
5. RAI EDI WIRAWAN D101 12 035
6. I MADE HENDRA PUTRA D101 12 036
7. ARGA FEBRIAN D101 12 041

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lebih dari separuh (104,6 juta orang) dari total penduduk Indonesia (208,2
juta orang) adalah perempuan. Namun, kualitas hidup perempuan jauh tertinggal
dibandingkan laki-laki. Masih sedikit sekali perempuan yang mendapat akses dan
peluang untuk berpartisipasi optimal dalam proses pembangunan. Tidak heran bila
jumlah perempuan yang menikmati hasil pembangunan lebih terbatas dibandingkan
laki-laki. Hal itu terlihat dari semakin turunnya nilai Gender-related Development
Index (GDI) Indonesia dari 0,651 atau peringkat ke 88 (HDR 1998) menjadi 0,664
atau peringkat ke 90 (HDR 2000) (GOI & UNICEF, 2000). GDI mengukur angka
harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah, dan pendapatan
kotor per kapita (Gross Domestic Product/GDP) riil per kapita antara laki-laki dan
perempuan. Di bidang pendidikan, terdapat perbedaan akses dan peluang antara laki-
laki dan perempuan terhadap kesempatan memperoleh pendidikan. Menurut Susenas
1999, jumlah perempuan yang berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf (14,1%) lebih
besar daripada laki-laki pada usia yang sama (6,3%) (GOI & UNICEF, 2000).

Angka Kematian Ibu (AKI) menurut survei demografi kesehatan Indonesia


(SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran (GOI & UNICEF,
2000). Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia.
Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal
care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang
melakukan ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI
1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan
oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih sangat rendah, di mana sebesar
54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi (GOI & UNICEF, 2000).
Namun tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya. Setiap tahunnya,
dari 175 juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat sekitar 75 juta perempuan yang
mengalami kehamilan tak diinginkan (Sadik 1997). Banyak hal yang menyebabkan
seorang perempuan tidak menginginkan kehamilannya, antara lain karena perkosaan,
kehamilan yang terlanjur datang pada saat yang belum diharapkan, janin dalam
kandungan menderita cacat berat, kehamilan di luar nikah, gagal KB, dan sebagainya.
Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD), diantara
jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik yang dilakukan
sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya yang memutuskan
untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan yang tidak aman
sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian karena ditangani oleh
orang yang tidak kompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar.

Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah.


Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya
mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya
mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila
sampai tindakannya ini diketahui. Hanya orang-orang yang mampu berempati yang
bisa merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit dan menderita
ketika harus memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya.

Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara


jelas Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu
(WHO 2000). Dengan perkembangan tehnologi kedokteran yang sedemikian
pesatnya, sesungguhnya perempuan tidak harus mengalami kesakitan apalagi
kematian karena aborsi sudah dapat diselenggarakan secara sangat aman dengan
menggunakan tehnologi yang sangat sederhana. Bahkan dikatakan bahwa aborsi oleh
tenaga profesional di tempat yang memenuhi standar, tingkat keamanannya 10 kali
lebih besar dibandingkan dengan bila melanjutkan kehamilan hingga persalinan.
Sayangnya, masih banyak perempuan di Indonesia tidak dapat menikmati
kemajuan tehnologi kedokteran tersebut. Mereka yang tidak punya pilihan lain,
terpaksa beralih ke tenaga yang tidak aman yang menyebabkan mereka beresiko
terhadap kesakitan dan kematian. Terciptanya kondisi ini terutama disebabkan karena
hukum di Indonesia masih belum berpihak kepada perempuan dengan melarang
tindakan ini untuk dilakukan kecuali untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
Akibatnya, banyak tenaga profesional yang tidak bersedia memberikan pelayanan ini;
walaupun ada, seringkali diberikan dengan biaya yang sangat tinggi karena besarnya
konsekuensi yang harus ditanggung bila diketahui oleh pihak yang berwajib.
Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya cukup beragam. Hull, Sarwono
dan Widyantoro (1993) memperkirakan antara 750.000 hingga 1.000.000 atau 18
aborsi per 100 kehamilan. Saifuddin (1979 di dalam Pradono dkk 2001)
memperkirakan sekitar 2,3 juta. Sedangkan sebuah studi terbaru yang
diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia per tahunnya sebesar 2 juta
(Utomo dkk 2001).

Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak


penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka
hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja
meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya.

Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air.


Artinya, satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka
adalah calon generasi penerus bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi
berikutnya. Tentunya, dapat dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan
yang mereka lakukan saat ini kelak di kemudian hari tatkala menjadi dewasa dan
lebih jauh lagi bagi bangsa di masa depan.
Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami
perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras
menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda
tanya yang lalu lalang di kepala mereka. Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang
telah sekian lama tertanam, membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan
reproduksi dengan orang lain. Yang lebih memprihatinkan, mereka justru merasa
paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota keluarganya
sendiri.

Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang kesehatan


reproduksi memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi
sendiri. Arus komunikasi dan informasi mengalir deras menawarkan petualangan
yang menantang. Majalah, buku, dan film pornografi yang memaparkan kenikmatan
hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan risiko
yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melalap “pelajaran”
seks dari internet, meski saat ini aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan
sudah muncul situs-situs pelindung dari pornografi . Hasilnya, remaja yang beberapa
generasi lalu masih malu-malu kini sudah mulai melakukan hubungan seks di usia
dini, 13-15 tahun!

Hasil penelitian di beberapa daerah menunjukkan bahwa seks pra-nikah


belum terlampau banyak dilakukan. Di Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung: 0,4 – 5%
Di Surabaya: 2,3% Di Jawa Barat: perkotaan 1,3% dan pedesaan 1,4%. Di Bali:
perkotaan 4,4.% dan pedesaan 0%. Tetapi beberapa penelitian lain menemukan
jumlah yang jauh lebih fantastis, 21-30% remaja Indonesia di kota besar seperti
Bandung, Jakarta, Yogyakarta telah melakukan hubungan seks pra-nikah.

Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang


melibatkan siswa SMP dan SMA di Cianjur terungkap 42,3 persen pelajar telah
melakukan hubungan seks yang pertama saat duduk di bangku sekolah. Beberapa dari
siswa mengungkapkan, dia melakukan hubungan seks tersebut berdasarkan suka dan
tanpa paksaan.

Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan terlebih lagi tidak


diperbolehkannya remaja putri belum menikah menerima layanan keluarga berencana
memaksa mereka untuk melakukan aborsi, yang sebagian besar dilakukan secara
sembunyi-sembunyi tanpa mempedulikan standar medis. Data WHO menyebutkan
bahwa 15-50 persen kematian ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang
tidak aman. Bahkan Departemen Kesehatan RI mencatat bahwa setiap tahunnya
terjadi 700 ribu kasus aborsi pada remaja atau 30 persen dari total 2 juta kasus di
mana sebgaian besar dilakukan oleh dukun.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pandangan filsafat hukum mengenai aborsi ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang aborsi yang terjadi pada
remaja dan Mengkaji penerapan filsafat pada aborsi

D. Manfaat

1. Manfaat institusi

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
memberikan informasi bagi instansi terkait dalam merencanakan langkah-
langkah pencegahan dan penanggulangan Aborsi .
2. Manfaat ilmiah

Makalah diharapkan dapat menjadi bahan referensi yang sangat berharga dalam
menambah khasanah literatur studi tentang Aborsi .
3. Manfaat praktis
Makalah ini sebagai ilmu dan penambah wawasan untuk menumbuhkan
dan mengembangkan keinginan dan kemampuan dalam rangka menunjang
proses pembelajaran bagi mahasiswa sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat dan Ilmu Serta Objek Kajiannya


Filsafat secara harfiah berarti upaya nalar untuk memahami suatu fenomena,
secara bahasa, philosophy berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni, philo
dan Sophia. Jika digabungkan, kedua kata tersebut akan memiliki arti”cinta akan
kebijaksanaan. Menurut Harun Nasution, falsafat berasal dari bahasa Yunani yang
tersusun dari dua kata, yakni philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat
(wisdom). Harun mengatakan bahwa orang Arab memindahkan kata Yunani
philosophia ke dalam bahasa mereka dan menyesuaikannya dengan tabiat susunan
kata-kata Arab, yaitu falsafah dengan pola fa’lala, fa’lalah dan fi’lal.

Berdasarkan pola kalimat (kata) tersebut, maka penyebutan kata filsafat dalam
bentuk kata benda seharusnya falsafah atau filsafat. Lebih lanjut Harun mengatakan
bahwa kata filsafat yang banyak digunakan dalam bahasa Indonesia, sebetulnya
bukan murni berasal dari bahasa Arab falsafah dan juga bukan murni dari bahasa
Barat philosophy. Akan tetapi, kata filsafat ini merupakan gabungan dari keduanya
(bahasa Arab dan Barat). Menurut Rasjidi, makna asal dari kata hikmat adalah tali
kendali yang digunakan pada seekor kuda untuk mengekang keliarannya. Juga berarti
pengetahuan atau kebijaksanaan. Atas dasar itu, maka diambillah kata hikmat sebagai
sinonim dari kata filsafat. Karena seseorang yang memiliki hikmat (pengetahuan) itu,
seharusnya dapat lebih bijaksana dan dapat membentengi dirinya dari perbuatan

Dari pengertian dan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli dan filosof
sebagaimana tersebut di atas, dapat dipahami bahwa Filasafat adalah usaha spekulatif
yang rasional, sistematik dan konseptual untuk memperoleh pengetahuan atau
pandangan yang selengkap mungkin mengenai realitas (kebenaran). Tujuannya
adalah untuk mengungkapkan atau menggambarkan dengan kata- kata, hakekat
realitas akhir yang mendasar dan nyata.
Filsafat adalah wacana tempat berlangsungnya penelusuran kritis terhadap
berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan
Data ilmu dan pengetahuan adalah dua buah kata yang merupakan kata majemuk,
sehingga dalam penggunaannya sehari-hari selalu dirangkai dan membentuk satu
arti, yakni ilmu pengetahuan. Namun, apabila dilihat dalam perspektif kemuliaan,
ternyata kata ilmu dan pengetahuan mempunyai arti tersendiri.

Pengetahuan mempunyai makna yang sama dengan knowledge dalam bahasa


Inggris. Dalam hal ini, antara pengetahuan dengan ilmu (science – Inggris) memiliki
perbedaan makna utamanya pada penggunaannya. Menurut al-Ghazali sebagaimana
yang dikutip oleh Cecep Sumarna bahwa, pengetahuan adalah hasil aktivitas
mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada
keraguan di dalamnya

Pengetahuan berlangsung dalam dua bentuk dasar yang berbeda. Pertama,


pengetahuan yang berfungsi untuk dinikmati dan memberikan rasa puas dalam hati
manusia. Kedua, pengetahuan yang patut digunakan atau diterapkan dalam menjawab
kebutuhan praktis. Dari dua bentuk dasar pengetahuan tersebut, kemudian
melahirkan tiga macam pengetahuan, yakni pengetahuan tentang sains, filsafat dan
mistik. Pengetahuan selalu memberi rasa puas dengan menangkap tanpa ragu
terhadap sesuatu. Pengertian pengetahuan seperti itulah yang telah membedakannya
dengan ilmu yang selalu menghendaki penjelasan lebih lanjut dari apa yang sekedar
dituntut oleh pengetahuan. Muhammad Hatta memberikan pengertian yang berbeda
antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan.

Dari zaman Plato (348 SM) sampai masa al-Kindi (1209 M), boleh dikatakan tidak
ada batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Karena seorang filosof pada zaman
tersebut pasti menguasai semua ilmu. Tetapi dengan adanya perkembangan daya pikir
manusia yang mengembangkanfilsafat pada tingkat praktis, sehingga ilmu
mengalami loncatan perkembangan dibandingkan dengan loncatan filsafat.
Walaupun sesungguhnya ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangannya dan
dengan didukung oleh kecanggihan teknologi, maka perkembangan ilmu pengetahuan
telah mengalahkan perkembangan filsafat.

Bahkan wilayah kajian filsafat seolah menjadi lebih sempit dibandingkan dengan
masa awal perkembangannya dari pada wilayah kajian ilmu. Oleh karena itulah,
muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan
dianggapnya kurang relevan lagi dikembangkan. Sebab manusia saat ini lebih
membutuhkan ilmu yang sifatnya praktis dari pada filsafat yang terkadang sulit
”dibumikan”. Lalu pertanyaannya sekarang, benarkah demikian Kartini Kartono
(1996) seperti yang dikutip oleh Cecep Sumarna mengemukakan bahwa ilmu telah
menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis.
Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejal sosial
lewat observasi dan eksperimenKebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat
itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi
dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak
setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuwan. Sebaliknya, tidak semua ilmuwan dapat
disebut filosof. Meskipun cara kerjanya sama, yakni sama-sama menggunakan
aktivitas berfikir, tetapi aktivitas berfikir ilmuwan sangat berbeda dengan aktivitas
berfikir filosof Selain itu, filsafat dan ilmu sama-sama mencari kebenaran.

Ilmu bertugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan


kesemestaan. Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan ’bagaimana menjawab
pelukisan’, sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan ’bagaimana
sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan ke mana akhirnya’. Dari
gambaran yang dikemukakan di atas memberikan pemahaman bahwa filsafat di satu
sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, tetapi pada sisi yang lain
ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan. Tegasnya, filsafat sebagai
induk ilmu pengetahuan dapat menjadi pembuka dan sekaligus pamungkas keilmuan
yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu.

B. Pandangan Filsafat Tentang Aborsi


Dilihat dari sudut pandang filsafat, kita dapat menjabarkannya menurut ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Dalam ontologi, akan membahas apa itu aborsi. Aborsi
merupakan berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Dalam epistemologi, akan membahas secara
mendalam proses yang terlibat dalam aborsi. Proses tersebut diawali dengan
membunuh janin di dalam kandungan dengan menggunakan alat penjepit, setelah itu
potongan-potongannya akan dikeluarkan satu persatu dari dalam kandungan. Dalam
proses ini akan terjadi pendarahan yang hebat sehingga dapat membahayakan sang
ibu yang sedang mengandung, dan bila peralatan tidak steril dapat menyebabkan
infeksi. Dalam aksiologi, akan membahas kegunaan aborsi dalam kehidupan ini.
Aborsi dilakukan karena banyak sebab, misalnya pemerkosaan yang menyebabkan
kehamilan, kegagalan progam KB, hamil di luar nikah, dan lain-lain. Tapi masalah
aborsi ini sering menimbulkan konflik dalam hukum, yang mana disamakan dengan
membunuh. Tapi hukum ini semu, karena tidak ada kejelasan mengenai awal dari
kehidupan itu kapan. Oleh karena itu, aborsi sering disalahgunakan oleh berbagai
pihak.

C. Pandangan Pancasila Tentang Aborsi


Seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran
kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani
profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang
didasarkan atas Deklarasi Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah
Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani
mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah
merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum,
pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan
pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang
dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika
Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa “pengucilan”
anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif tertinggi adalah
pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.

D. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Aborsi


Disebutkan oleh Suriasumantri (1996), bahwa pengetahuan pada dasarnya
memiliki tiga landasan yaitu; ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Kajian mengenai
aborsi pun akan ditinjau dari tiga landasan tersebut. Ontologi membahas tentang apa
yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai
teori tentang ada. Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi
obyek penelaan ilmu tentang kecacingan tersebut. Dari pemahaman tersebut maka
kajian ontologi hakikat dan struktur pengetahuan tentang aborsi tersebut.

E. Definisi Aborsi

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan


istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi Spontan / Alamiah

2. Aborsi Buatan / Sengaja


3. Aborsi Terapeutik / Medis

Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan


disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan
Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28
minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu
maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Aborsi
terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai
penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat
membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua
atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

F. Agama Dan Aborsi

Pembahasan mengenai hal ini yaitu dari segi agama Islam (Al-Quran &
Aborsi) serta agama Kristen (Alkitab & Aborsi) untuk menggambarkan pemahaman
lebih lanjut mengenai aborsi dan agama. Pertama-tama dari segi agama Islam dan
kemudiAl-Quran & Aborsi

Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama


bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: “Kami menurunkan Al-Quran kepadamu
untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang
terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang hukum yang
mengendalikan perbuatan manusia.

Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi
boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang
menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia
adalah sangat mengerikan.
Pertama: Manusia – berapapun kecilnya – adalah ciptaan Allah yang mulia. Agama
Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-
ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah
berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat
manusia.”(QS 17:70)

Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua
orang. Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa
orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang
siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang
mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang
siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS
5:32)

Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang
yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang
masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil
atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk
menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-
Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah
kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31)

Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah


Allah. Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang
dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan
tanpa alasan medis dikenal dengan istilah “abortus provokatus kriminalis”
yang merupakan tindakan kriminal – tindakan yang melawan Allah. Al-
Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat
keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di
muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan
kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman
yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di
akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)

Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal
kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai
diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan
ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang
dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.

Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap
janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan
manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin.
Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah:
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim
ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan
pentingnya janin dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada
ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan
apalagi membunuh janin secara paksa!

Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam
kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi
kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam
sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad
SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan
seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan
kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari
Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.”.
Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,”Utusan
Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku
seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi
berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu
lahir.” Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus)
kain buruk dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini
menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar
nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan
dibunuh secara keji.

G. Hukum Dan Aborsi

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran


janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus
Criminalis” Yang menerima hukuman adalah:

1. Ibu yang melakukan aborsi

2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi

3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah:

Pasal 229

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya


supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 341

Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.

Pasal 342

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau


menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang


wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.

Pasal 348

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang


wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut

hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) di


Indonesia dikategorikan sebagai tindakan kriminal. Pasal-pasal KUHP yang mengatur
hal ini adalah pasal 229, 341, 342, 343, 346, 347, 348, dan 349. Menurut KUHP,
aborsi merupakan:

- Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa


kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
- Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat
kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).Dari segi medikolegal maka istilah
abortus, keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan
menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.

H. Resiko Aborsi

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan


seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi
itu “tidak apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat
menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena
tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

2. Resiko gangguan psikologis

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts
of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:

1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)


5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya

6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

9. Kanker hati (Liver Cancer)

10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya

11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)

12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”


(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review
(1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-
hal seperti berikut ini:

1. Kehilangan harga diri (82%)

2. Berteriak-teriak histeris (51%)


3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)

4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)

5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)

6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

I. Upaya Yang Dilakukan (Upaya Mengurangi Abortus Buatan Ilegal di Kalangan


Tenaga Kesehatan)

Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah
profesi dan kode etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekwen
dilakukan pengurangan kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat
dikurangi.

Dalam deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi


medik, disebutkan bahwa moral dasar yang dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal
Sumpah Dokter yang berbunyi: ”Saya akan menghormati hidup insani sejak saat
pembuahan: oleh karena itu Abortus buatan dengan indikasi medik, hanya dapat
dilakukan dengan syarat-syarat berikut”: Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu
tindakan terapeutik. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat
mungkin disetujui secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat
kompetensi profesional mereka. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter
yang kompeten di instalasi yang diakui oleh suatu otoritas yang sah. Jika dokter itu
merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan pengguguran
tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan
medik itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten. Selain memahami dan
menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga kesehatan perlu pula
meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya. Melalui pemahaman agama yang
benar, diharapkan para tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya selalu
mendasarkan tindakannya kepada tuntunan agama.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Dalam ontologi, membahas secara mendalam apa itu aborsi dari berbagai
sudut pandang
2. Dalam epistemologi, membahas secara mendalam proses yang terlibat dalam
aborsi. Proses tersebut diawali dengan membunuh janin di dalam kandungan
dengan menggunakan alat penjepit, setelah itu potongan-potongannya akan
dikeluarkan satu persatu dari dalam kandungan.
3. Dalam aksiologi, membahas kegunaan aborsi dalam kehidupan ini. Aborsi
dilakukan karena banyak sebab, misalnya pemerkosaan yang menyebabkan
kehamilan, kegagalan progam KB, hamil di luar nikah, dan lain-lain
4. Proses pembuktian atas kasus Abortus Buatan Ilegal sangat sulit dan rumit,
mengingat para pihak dalam melakukan perbuatan tersebut selalu didahului
pemukatan (jahat) untuk saling merahasiakan.
5. Bagaimanapun juga tindakan abortus adalah merupakan tindakan yang tidak
dapat ditolerir baik dari segi hukum maupun agama.
6. Bagi tenaga kesehatan, khususnya Dokter, Bidan dan Juru Obat, ancaman
pidana melakukan perbuatan Abortus Buatan Ilegal dapat ditambah sepertiga
dari ancaman hukumannya.

B. Saran – Saran

1. Diharapkan kepada orangtua agar lebih memperhatikan kondisi/ keadaaan


anak khususnya perempuan, seperti membatasi pergaulan, dan memberikan
informasi lebih awal tentang aborsi, serta ilmu agama yang lebih mendalam
dengan harapan agar si anak tidak terjebak dalam kondisi yang kemungkinan
dapat terjadi seperti itu.

2. Untuk itu baik pemerintah, masyarakat, sekolah dan orangtua agar dapat
memberikan masukan (suplemen) khusus kepada remaja wanita, agar pola
pikir tentang arah-arah negatif dapat dihindari sejak dini
3. Hendaknya para tenaga kesehatan agar selalu menjaga sumpah profesi dan
kode etiknya dalam melakukan pekerjaan, sehingga pengurangan kejadian
Abortus Buatan Ilegal dapat dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai