FILSAFAT HUKUM
(ABORSI DARI PRESPEKTIF FILSAFAT)
OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih dari separuh (104,6 juta orang) dari total penduduk Indonesia (208,2
juta orang) adalah perempuan. Namun, kualitas hidup perempuan jauh tertinggal
dibandingkan laki-laki. Masih sedikit sekali perempuan yang mendapat akses dan
peluang untuk berpartisipasi optimal dalam proses pembangunan. Tidak heran bila
jumlah perempuan yang menikmati hasil pembangunan lebih terbatas dibandingkan
laki-laki. Hal itu terlihat dari semakin turunnya nilai Gender-related Development
Index (GDI) Indonesia dari 0,651 atau peringkat ke 88 (HDR 1998) menjadi 0,664
atau peringkat ke 90 (HDR 2000) (GOI & UNICEF, 2000). GDI mengukur angka
harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah, dan pendapatan
kotor per kapita (Gross Domestic Product/GDP) riil per kapita antara laki-laki dan
perempuan. Di bidang pendidikan, terdapat perbedaan akses dan peluang antara laki-
laki dan perempuan terhadap kesempatan memperoleh pendidikan. Menurut Susenas
1999, jumlah perempuan yang berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf (14,1%) lebih
besar daripada laki-laki pada usia yang sama (6,3%) (GOI & UNICEF, 2000).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pandangan filsafat hukum mengenai aborsi ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang aborsi yang terjadi pada
remaja dan Mengkaji penerapan filsafat pada aborsi
D. Manfaat
1. Manfaat institusi
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
memberikan informasi bagi instansi terkait dalam merencanakan langkah-
langkah pencegahan dan penanggulangan Aborsi .
2. Manfaat ilmiah
Makalah diharapkan dapat menjadi bahan referensi yang sangat berharga dalam
menambah khasanah literatur studi tentang Aborsi .
3. Manfaat praktis
Makalah ini sebagai ilmu dan penambah wawasan untuk menumbuhkan
dan mengembangkan keinginan dan kemampuan dalam rangka menunjang
proses pembelajaran bagi mahasiswa sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan pola kalimat (kata) tersebut, maka penyebutan kata filsafat dalam
bentuk kata benda seharusnya falsafah atau filsafat. Lebih lanjut Harun mengatakan
bahwa kata filsafat yang banyak digunakan dalam bahasa Indonesia, sebetulnya
bukan murni berasal dari bahasa Arab falsafah dan juga bukan murni dari bahasa
Barat philosophy. Akan tetapi, kata filsafat ini merupakan gabungan dari keduanya
(bahasa Arab dan Barat). Menurut Rasjidi, makna asal dari kata hikmat adalah tali
kendali yang digunakan pada seekor kuda untuk mengekang keliarannya. Juga berarti
pengetahuan atau kebijaksanaan. Atas dasar itu, maka diambillah kata hikmat sebagai
sinonim dari kata filsafat. Karena seseorang yang memiliki hikmat (pengetahuan) itu,
seharusnya dapat lebih bijaksana dan dapat membentengi dirinya dari perbuatan
Dari pengertian dan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli dan filosof
sebagaimana tersebut di atas, dapat dipahami bahwa Filasafat adalah usaha spekulatif
yang rasional, sistematik dan konseptual untuk memperoleh pengetahuan atau
pandangan yang selengkap mungkin mengenai realitas (kebenaran). Tujuannya
adalah untuk mengungkapkan atau menggambarkan dengan kata- kata, hakekat
realitas akhir yang mendasar dan nyata.
Filsafat adalah wacana tempat berlangsungnya penelusuran kritis terhadap
berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan
Data ilmu dan pengetahuan adalah dua buah kata yang merupakan kata majemuk,
sehingga dalam penggunaannya sehari-hari selalu dirangkai dan membentuk satu
arti, yakni ilmu pengetahuan. Namun, apabila dilihat dalam perspektif kemuliaan,
ternyata kata ilmu dan pengetahuan mempunyai arti tersendiri.
Dari zaman Plato (348 SM) sampai masa al-Kindi (1209 M), boleh dikatakan tidak
ada batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Karena seorang filosof pada zaman
tersebut pasti menguasai semua ilmu. Tetapi dengan adanya perkembangan daya pikir
manusia yang mengembangkanfilsafat pada tingkat praktis, sehingga ilmu
mengalami loncatan perkembangan dibandingkan dengan loncatan filsafat.
Walaupun sesungguhnya ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangannya dan
dengan didukung oleh kecanggihan teknologi, maka perkembangan ilmu pengetahuan
telah mengalahkan perkembangan filsafat.
Bahkan wilayah kajian filsafat seolah menjadi lebih sempit dibandingkan dengan
masa awal perkembangannya dari pada wilayah kajian ilmu. Oleh karena itulah,
muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan
dianggapnya kurang relevan lagi dikembangkan. Sebab manusia saat ini lebih
membutuhkan ilmu yang sifatnya praktis dari pada filsafat yang terkadang sulit
”dibumikan”. Lalu pertanyaannya sekarang, benarkah demikian Kartini Kartono
(1996) seperti yang dikutip oleh Cecep Sumarna mengemukakan bahwa ilmu telah
menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis.
Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejal sosial
lewat observasi dan eksperimenKebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat
itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi
dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak
setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuwan. Sebaliknya, tidak semua ilmuwan dapat
disebut filosof. Meskipun cara kerjanya sama, yakni sama-sama menggunakan
aktivitas berfikir, tetapi aktivitas berfikir ilmuwan sangat berbeda dengan aktivitas
berfikir filosof Selain itu, filsafat dan ilmu sama-sama mencari kebenaran.
E. Definisi Aborsi
Pembahasan mengenai hal ini yaitu dari segi agama Islam (Al-Quran &
Aborsi) serta agama Kristen (Alkitab & Aborsi) untuk menggambarkan pemahaman
lebih lanjut mengenai aborsi dan agama. Pertama-tama dari segi agama Islam dan
kemudiAl-Quran & Aborsi
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi
boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang
menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia
adalah sangat mengerikan.
Pertama: Manusia – berapapun kecilnya – adalah ciptaan Allah yang mulia. Agama
Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-
ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah
berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat
manusia.”(QS 17:70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua
orang. Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa
orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang
siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang
mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang
siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS
5:32)
Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang
yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang
masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil
atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk
menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-
Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah
kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31)
Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal
kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai
diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan
ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang
dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.
Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap
janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan
manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin.
Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah:
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim
ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan
pentingnya janin dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada
ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan
apalagi membunuh janin secara paksa!
Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam
kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi
kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam
sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad
SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan
seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan
kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari
Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.”.
Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,”Utusan
Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku
seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi
berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu
lahir.” Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus)
kain buruk dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini
menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar
nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan
dibunuh secara keji.
Pasal 229
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
H. Resiko Aborsi
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts
of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah
profesi dan kode etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekwen
dilakukan pengurangan kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat
dikurangi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam ontologi, membahas secara mendalam apa itu aborsi dari berbagai
sudut pandang
2. Dalam epistemologi, membahas secara mendalam proses yang terlibat dalam
aborsi. Proses tersebut diawali dengan membunuh janin di dalam kandungan
dengan menggunakan alat penjepit, setelah itu potongan-potongannya akan
dikeluarkan satu persatu dari dalam kandungan.
3. Dalam aksiologi, membahas kegunaan aborsi dalam kehidupan ini. Aborsi
dilakukan karena banyak sebab, misalnya pemerkosaan yang menyebabkan
kehamilan, kegagalan progam KB, hamil di luar nikah, dan lain-lain
4. Proses pembuktian atas kasus Abortus Buatan Ilegal sangat sulit dan rumit,
mengingat para pihak dalam melakukan perbuatan tersebut selalu didahului
pemukatan (jahat) untuk saling merahasiakan.
5. Bagaimanapun juga tindakan abortus adalah merupakan tindakan yang tidak
dapat ditolerir baik dari segi hukum maupun agama.
6. Bagi tenaga kesehatan, khususnya Dokter, Bidan dan Juru Obat, ancaman
pidana melakukan perbuatan Abortus Buatan Ilegal dapat ditambah sepertiga
dari ancaman hukumannya.
B. Saran – Saran
2. Untuk itu baik pemerintah, masyarakat, sekolah dan orangtua agar dapat
memberikan masukan (suplemen) khusus kepada remaja wanita, agar pola
pikir tentang arah-arah negatif dapat dihindari sejak dini
3. Hendaknya para tenaga kesehatan agar selalu menjaga sumpah profesi dan
kode etiknya dalam melakukan pekerjaan, sehingga pengurangan kejadian
Abortus Buatan Ilegal dapat dikurangi.