Anda di halaman 1dari 7

PERSUASI HIDUP SEHAT TANPA ROKOK

Pendahuluan Merokok adalah bagian dari rutinitas sehari-hari bahkan menjadi suatu kebiasaan. Banyak hal yang dapat memicu seseorang untuk merokok dan yang menjadi pendorong rutinitas tersebut adalah Nikotin. Nikotin yang terkandung di dalam rokok yang berfungsi merespon pola pikir serta imajenasi kita (secara tidak sadar) untuk berkerja dan inilah yang menyebabkan mengapa kita terus menerus mencari rokok disaat-saat tertentu. Kita harus mengetahui apa yang menyebabkan kita menantikan Rokok. Apakah Anda merokok setelah bangun pagi, sambil minum kopi, setelah makan siang, atau ketika berbicara di telepon? Ini adalah salah satu kebiasaan kita dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Beberapa orang mencoba berhenti merokok tanpa bantuan, istilahnya disebut cold turkey . Beberapa yang lain mencoba metode terapi sulih nikotin, yaitu menggunakan produk-produk yang mengandung nikotin rendah seperti permen karet, lozenges dan lain-lain. Namun, kenyataannya jarang yang berhasil. Alasan Merokok bagi sebagian orang bagaikan makanan pokok. Rokok bahkan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tanpa merokok, hidup serasa hampa dan tidak ada gairah bekerja. Ironisnya, rokok juga dinikmati anak usia sekolah. Bahkan, anak usia sekolah bangga dengan kepulan asap rokok yang konon menjadi identitas kejantanan. Tujuan Agar masyarakat hidup sehat tanpa rokok. Pencegahan dan cara hidup sehat sudah saatnya diajarkan sejak dini. Perubahan secara berkala dan sejak dini akan lebih terasa manfaatnya jika dibandingkan dengan perubahan secara instan. Pencegahan yang dimulai dari generasi muda adalah cerminan keberhasilan dalam meneruskan cita-cita perjuangan

bangsa Indonesia. Jika bangsa Indonesia meninggalkan generasi muda pecandu rokok, bangsa ini juga akan dipimpin oleh seorang pemimpin yang sakit secara fisik ataupun mental. Kondisi demikian akan semakin mempermudah kaum neokolonialisme dan neoliberalisme menjajah bangsa Indonesia yang kaya ini. Latar Belakang Merokok bagi sebagian orang bagaikan makanan pokok. Rokok bahkan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tanpa merokok, hidup serasa hampa dan tidak ada gairah bekerja. Ironisnya, rokok juga dinikmati anak usia sekolah. Bahkan, anak usia sekolah bangga dengan kepulan asap rokok yang konon menjadi identitas kejantanan. Bahaya merokok pun tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia hanya mengejar gengsi pergaulan hidup sesama teman. Tak jarang uang jajannya hanya habis untuk membeli rokok daripada untuk membeli buku-buku pelajaran dan bacaan. Fenomena semacam ini tak pelak membuat guru gusar. Peringatan hingga hukuman menjadi pemandangan setiap hari. Akan tetapi, mereka tidak jera dibuatnya. Fenomena merokok di kalangan pelajar ini mengindikasikan lemahnya moralitas pelajar sebagai tulang punggung bangsa Indonesia. Permasalahan Persoalan yang muncul kemudian adalah apakah semudah itu untuk mencegah dan membuat jera para perokok, apalagi perokok pemula. Terkait 30 penyakit. Persoalan rokok yang terkait dengan 30 jenis penyakit, antara lain hipertensi, gangguan jantung, stroke, gangguan pernapasan kronis, tuberkulosis, kanker, impotensi, keguguran, dan kelahiran prematur, tidak mudah diselesaikan. Rokok bagaikan makanan pokok rakyat Indonesia. Maka, tak mudah mengubah makanan pokok tersebut. Ambil contoh, jika masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi beras dan tiba-tiba diganti dengan roti atau gandum, seperti negara lain, hal itu bukan pekerjaan mudah. Pengembangan Ide Beberapa hal yang dapat dilakukan guna mencegahnya antara lain pertama, melarang suami merokok. Sebab, rokok sangat berbahaya bagi perkembangan janin dan ibu hamil. Larangan merokok ini merupakan bentuk penghormatan dan menghargai hak-

hak orang lain, mulai dari lingkungan keluarga. Jika penghormatan terhadap lingkungan terkecil sudah menjadi kebiasaan, untuk menghormati lingkungan yang lebih besar akan lebih mudah. Kedua, keteladanan kepada anak. Artinya, ketika larangan merokok menjadi peraturan keluarga, sang ayah juga tidak diperkenankan merokok di hadapan anak-anak. Jika ayah terpaksa harus merokok, langkah yang diambil adalah merokok ketika anakanak tidak ada di rumah. Proses imitasi (meniru) dari figur ayah yang tidak merokok dapat merangsang anak untuk tidak merokok. Ketiga, lingkungan masyarakat. Masyarakat adalah proses pembentukan karakter dan sifat anak. Apabila tatanan masyarakat baik, karakter dan sifat anak akan baik juga. Sebaliknya, jika tatanan masyarakat rusak, karakter dan sifat anak juga akan rusak. Keempat, penanaman nilai yang lebih akademis di lingkungan sekolah. Anak usia sekolah sudah saatnya dikenalkan dengan memberi arti lebih pada perilaku dan tata krama. Artinya, keragaman budaya masyarakat harus dimaknai secara lebih luas. Merokok adalah perbuatan tercela. Dengan merokok berarti kita telah membuang banyak uang untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Penanaman nilai . Merokok juga akan berakibat pada kecanduan yang lebih besar. Artinya, jika anak usia sekolah sudah berani merokok dengan hasil "korupsi" uang jajan dan uang sekolah, di tahun berikutnya mereka akan mencoba hal baru, sebagaimana ia mencoba rokok untuk pertama kali. Sebut saja, ia akan berani membeli barang-barang haram, seperti narkotika. Penanaman nilai ini menjadi penting. Artinya, guru sebagai penanggung jawab di sekolah seharusnya mengajarkan etika yang baik terhadap peserta didik. Guru tidak boleh merokok di depan peserta didik, sebagaimana orangtua dan masyarakat memberi teladan. Guru juga perlu memberi informasi secara ilmiah bahwa bahaya merokok telah merenggut 4,9 juta manusia pada 2000. Diperkirakan pada 2020 jumlah itu akan meningkat dua kali lipat. Kematian yang diakibatkan asap rokok paling banyak terjadi di negara berkembang, seperti Indonesia.

Penutup Masyarakat sebagai keluarga kedua mempunyai peran cukup signifikan. Artinya, masyarakat seharusnya menjadi bahan rujukan bagi anak. Lingkungan yang mendukung untuk selalu mengingatkan bahaya rokok seharusnya menjadi agenda utama dalam proses pendidikan selanjutnya. Merokok adalah pekerjaan sia-sia serta merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitar (orang lain). Merokok akan merusak organ tubuh. Uang terbuang sia-sia. Alangkah lebih baik jika uang tersebut ditabung dan dibelanjakan barang yang lebih bermanfaat bagi hari esok. Merokok juga membuat lingkungan kotor, baik dalam bentuk asap maupun debu rokok. Selain itu, merokok juga mengganggu ketertiban umum karena tidak menghormati hak-hak orang lain yang ingin menghirup udara bersih. Penanaman makna dan nilai penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain akan terbentuk dari lingkungan yang baik. Kesimpulan Kesehatan adalah aset Anda yang paling berharga. Berdasarkan data yang terkumpul antara tahun 1995 dan 1999, Centers for Disease Control (CDC) memperkirakan perokok dewasa pria rata-rata kehilangan 13.2 tahun dari kehidupannya dan perokok dewasa wanita rata-rata kehilangan 14.5 tahun dari kehidupannya karena merokok. Oleh karena itu, stop merokok sekarang juga. Risiko-risiko kesehatan akibat merokok sebenarnya disebabkan oleh bahan-bahan lain yang ditemukan dalam rokok Anda. Contohnya, rokok tembakau mempunyai lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya dan 250 diantaranya dapat menyebabkan kanker. Saran Pencegahan dan cara hidup sehat sudah saatnya diajarkan sejak dini. Perubahan secara berkala dan sejak dini akan lebih terasa manfaatnya jika dibandingkan dengan perubahan secara instan. Pencegahan yang dimulai dari generasi muda adalah cerminan keberhasilan dalam meneruskan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia. Jika bangsa Indonesia meninggalkan generasi muda pecandu rokok, bangsa ini juga akan dipimpin oleh seorang pemimpin yang sakit secara fisik ataupun mental. Kondisi demikian akan semakin mempermudah kaum neokolonialisme dan neoliberalisme menjajah bangsa Indonesia yang kaya ini.

Karangan Narasi Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Karangan narasi secara sederhana dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam. Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal tengah akhir. 1. Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. 2. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik.Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. 3. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri. Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba. 1. (What) Apa yang akan diceritakan, 2. (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya, 3. (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, 4. (Who) Siapa pelaku ceritanya, 5. (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan 6. (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.

Karangan Narasi SEBUAH PENGALAMAN YANG MENGESANKAN

Ketika bangun pada hari Senin pagi, aku sangat terkejut karena melihat jam di kamar telah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Aku langsung bangun dan menuju ke kamar mandi. Sampai di kamar mandi tiba-tiba aku terpeleset dan hampir saja mencederaiku. Setelah mandi, aku berpakaian sekolah, sarapan pagi lalu berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Sesampainya di sekolah kulihat tasku untuk mengambil topi. Betapa terkejutnya aku, ternyata topiku tidak ada di dalam tas. Karena hari itu hari senin (ada upacara bendera) aku pulang ke rumah untuk mengambil topi. Selesai mengambil topi aku kembali lagi ke sekolah dengan menaiki sepeda motor. Tibatiba di jalan motorku mogok, setelah diperiksa ternyata bensinnya habis. Terpaksa kudorong motor untuk mencari tempat penjualan bensin eceran. Untunglah tempat penjualan bensin itu tidak jauh. Aku membeli satu liter bensin dan langsung tancap gas menuju ke sekolah. Setibanya di sekolah ternyata murid-murid sudah berkumpul di lapangan. Upacara hampir saja dimulai. Aku pun tergesa-gesa berlari menuju ke lapangan upacara. Ketika upacara dimulai kepala sekolah langsung memberi pengarahan tentang tata tertib sekolah. Tiba-tiba datanglah seorang guru untuk memeriksa kerapian murid-muridnya, dan sialnya rambutku dinilai panjang oleh guru. Dengan leluasa serta tak kuasa kumenolak gunting yang ada digengaman guru mencabik-cabik rambutku. Dengan rambutku yang tak karuan, aku langsung masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Rupaya pelajaran tersebut mempunyai pekerjaan rumah (PR) dan aku lupa mengerjakan tugas tersebut lalu dihukum oleh guru untuk membuat tugas itu sebanyak tiga kali. Aku langsung mengerjakan tugas itu. Sebelum aku mengerjakannya jam pelajaran pun habis lalu aku disuruh menulis beberapa kali lipat lagi oleh guru. Ketika sedang mengerjakan tugas itu, teman-teman ribut di kelas karena jam pelajarannya kosong. Dengan senangnya teman-teman pun bermain di kelas sehingga aku pun merasa

terganggu. Aku menegurnya supaya tidak ribut lagi, ternyata mereka tidak senang dan tidak terima atas teguranku. Temanku tadi langsung merobek tugas yang sedang kubuat. Aku merasa kesal dan tanpa basa-basi lagi aku langsung menghajarnya sehingga terjadilah perkelahian. Kemudian kami dipanggil wali kelas ke kantor untuk menyelesaikan masalah tersebut. Aku ceritakan masalah tersebut dan kami pun disuruh untuk bermaaf-maafan. Setelah itu kami disuruh untuk melupakan masalah tersebut, akhirnya lonceng pun berbunyi menandakan pulang sekolah. Kami pun langsung pulang ke rumah. Setibanya di rumah aku merasa senang karena permasalahan tersebut telah selesai. Aku bercerita tentang kejadian-kejadian yang aku alami di sekolah tadi dengan orang tuaku. Orang tuaku pun menasehati agar selalu mengerjakan tugas tersebut dan mentaati peraturan tata tertib yang ada di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai