0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan25 halaman
Teks tersebut membahas tentang perspektif Islam mengenai penyakit turunan. Secara ringkas, teks tersebut menjelaskan bahwa (1) penyakit turunan disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua, (2) Islam meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan manusia beserta kelainannya, dan (3) perkawinan dalam Islam diatur untuk memungkinkan reproduksi keturunan walaupun ada risiko
Teks tersebut membahas tentang perspektif Islam mengenai penyakit turunan. Secara ringkas, teks tersebut menjelaskan bahwa (1) penyakit turunan disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua, (2) Islam meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan manusia beserta kelainannya, dan (3) perkawinan dalam Islam diatur untuk memungkinkan reproduksi keturunan walaupun ada risiko
Teks tersebut membahas tentang perspektif Islam mengenai penyakit turunan. Secara ringkas, teks tersebut menjelaskan bahwa (1) penyakit turunan disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua, (2) Islam meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan manusia beserta kelainannya, dan (3) perkawinan dalam Islam diatur untuk memungkinkan reproduksi keturunan walaupun ada risiko
TINJAUAN DARI ASPEK ILMU PENGETAHUAN Definisi ; Penyakit keturunan atau kelainan genetik adalah suatu kondisi yang disebabkan kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan suatu kondisi Fenotipe klinis. Dapat pula dikatakan bahwa penyakit turunan adalah penyakit akibat keabnormalan genetik yang diturunkan oleh orang tuanya. Pathogenesis Penyakit Ketidaknormalan atau keabnormalan jumlah kromosom seperti dalam Sindrom Down (adanya ekstra kromosom 21) dan Sindrom Klinefelter (laki-laki dengan 2 kromosom X). Pada Sindrom Huntington terjadi mutasi gen berulang yang dapat menyebabkan Sindrom X rapuh. Gen yang rusak diturunkan oleh orang tua ketika individu lahir dari dua individu sehat pembawa gen rusak tersebut. Akan tetapi dapat juga terjadi ketika gen rusak tersebut merupakan gen yang dominan. Penyakit turunan biasanya bersifat resesif atau tersembunyi sehingga baru muncul jika ada faktor dari lingkungan seperti polutan, pola makan yang salah, dan sebagainya atau dalam keadaan homozigot, sedang dalam keadaan heterozigot, fenotipe penyakit tidak muncul karena tertutup oleh gen pasangannya yang dominan. Salah satu contoh KASUS BUTA WARNA : B = Normal b = buta warna Misalnya wanita carier / pembawa yang menikah dengan laki-laki normal : X B X b >< X BY, maka hasilnya : X B X B, X BY, X B X b, X bY ♀ normal, ♂ normal, ♀ carier, ♂ buta warna Persentasinya : 50 % normal, 25 % carier, 25 % buta warna. Dalam kajian genetika, sifat orang tua yang akan diwariskan kepada anaknya terdapat dalam gen, yang jumlahnya diperkirakan 25.000 – 30.000 gen yang mengkode sifat yang akan diturunkan. KONSEP FISIOLOGI KROMOSOM Kromosom adalah kumpulan DNA dalam inti sel manusia. Ada 2 (dua) jenis kromosom : 1. Autosom yaitu kromosom yang bertanggung jawab dalam menentukan ciri daripada tubuh manusia berjumlah 22 pasang kromosom atau 44 buah kromosom. 2. Kromosom sex (genosom) yaitu satu pasang kromosom yang bertanggung jawab dalam menetukan jenis kelamin manusia, yaitu XX bila wanita dan XY bila pria. Kromosom anak dibentuk dari gabungan setengah kromosom ayah yaitu 23 X atau 23 Y dan kromosom ibu yaitu 23 X. Jadi bila salah satu atau keduanya memiliki kelainan pada kromosom atau gen-nya maka akan dapat menimbulkan kelainan pada sang anak. Kelainan genetik ini dapat dibagi menjadi 4 (empat) kategori besar yaitu : 1.Kelainan kromosom dimana keseluruhan kromosom menghilang atau berduplikasi atau menyimpang, maka akan timbul kelainan pada struktur yang dikode oleh kromosom tersebut. 2.Kelainan dimana satu gen menyimpang (single gene disorder). Contoh : 3.Kelainan multifaktorial dimana merupakan hasil dari kombinasi kelainan genetik dan pengaruh lingkungan. 4.Kelainan mitochondrial, biasanya hanya sebagian kecil penyakit keturunan disebabkan oleh kelainan ini PENYAKIT TURUNAN Diperkirakan ada sekitar 4000 penyakit turunan / genetik yang sudah diindentifikasi. Sebagian besar penyakit turunan langka dan hanya terjadi pada 1 (satu) individu dari sekitar ribuan atau jutaan individu. Berikut ini beberapa contoh penyakit turunan : 1.HEMOFILI, tidak dapat memproduksi faktor pembeku darah, sehingga luka kecil (lecet / memar) dapat menyebabkan kematian karena perdarahan. 2.BUTAWARNA, tidak dapat menangkap panjang gelombang cahaya tertentu. Butawarna parsial tidak dapat membedakan biru, hijau, biru-merah dan merah- hijau. 3.ALBINO, tidak adanya pigmen warna melanin, rentan terhadap kanker kulit dan tidak tahan sinar. 4.GANGGUAN MENTAL, kerusakan syaraf karena kadar asam fenilpirufat di dalam darah terlalu tinggi. MEKANISME PENYAKIT - PENYAKIT TERSEBUT. HEMOFILI, kelainan kromosom dari induk, sehingga tidak adanya gen pembeku darah 1. ALBINO, kelainan kromosom induk, sehingga tidak adanya gen melanin, tidak produksinya enzim pembentuk melanin, maka tidak adanya pigmen melanin.. 2. Penyakit turunan tidak menular dan tidak dapat disembuhkan (atau belum dapat memperbaiki kelainan genetik) serta akan terus diwariskan pada keturunannya. Kita dapat mengetahui apakah kita memiliki kelainan genetik dalam kromosom atau tidak, hanya dengan melakukan pemeriksaan DNA saja. TINJAUAN DARI PERSPEKTIF ISLAM Mengenal Identitas Manusia Di dalam Al Qur’an disebutkan sifat-sifat baik (positif) dan buruk / kelemahan (negatif) manusia antara lain : 1.Manusia adalah makhluk atau yang di ciptakan.(Q.S. 96/2, 22/5, 23/123, 11/61, 15/26, 25/54, 86/5, 32/8, 4/1) 2.Manusia adalah makhluk yang lemah (fisik,mental,ilmu.(Q.S.4/28,30/54,17/85) 3.Manusia tidak mengetahui yang ada di dalam rahim dan yang akan terjadi. (Q.S.31/34) Diantara sifat baik (positif) manusia antara lain : 1.Manusia adalah makhluk yang dimuliakan dan sebagus-bagusnya ciptaan Allah. (Q.S. 17/70, 95/4) 2.Manusia diambil kesaksian oleh Allah di alam arwah. (Q.S.7/172-173) 3.Manusia penerima amanah, penguasa dan pemakmur bumi. (Q.S.33/72,2/30,11/61) 4.Manusia adalah makhluk beradab dan berbudaya. (Q.S.7/26,31, 80/24- 32,89/6-10) 5.Manusia adalah abdi Allah. (Q.S.51/56) 6.Manusia mencari dan memohon keridhaan Allah, serta keselamatan dunia akhirat. (Q.S.2/200-201,2/207) Mengenal Kekuasaan Allah atas ciptaan-Nya 1.Allah yang menciptakan segala sesuatu dan mengetahuinya, baik yang nyata dan tak tampak (ghaib). (Q.S. 6/101-102,103, 6/73, 6/59) 2.Allah telah menetapkan di Lauh Mahfuzh apa yang akan terjadi, termasuk kehamilan / kelahiran. (Q.S. 35/11, 57/22) 3.Allah yang menimpakan dan memberikan apa yang tidak diinginkan (mudharat) dan yang diinginkan (Al-Khair) manusia. (Q.S.6/17,18,10/107, 16/53, 4/78,79) 4.Allah yang memberikan anak / cucu atau keturunan kepada manusia. (Q.S.16/72,78,4/1) 5.Allah mengajarkan dan memperkenankan do’a suami istri selaku hamba- Nya untuk memperoleh keturunan. (Q.S.7/189,25/74,14/39,37/100- 101,19/2-9 h.a.2/186, 40/60) 6.Allah mempunyai 5 otoritas atas peristiwa dialam semesta : kapan terjadi hari kiamat, turunnya hujan yang ada di dalam rahim, kepastian yang akan dikerjakan manusia dan tempat manusia mati. (Q.S.31/34) 7.Di dalam sabda Rasulullah SAW dijelaskan peristiwa yang dialami bayi di dalam kandungan. “Sesungguh seseorang diantaramu pada penciptaannya di dalam rahim selama 40 hari berbentuk nuthfah, kemudian berbentuk alaqah selama itu pula, kemudian menjadi mudhqhah selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat kepadanya yang membawa emapat perintah (kalimat) dan dikatakan kepada malaikat : catat amal perbuatannya, rizkinya,ajalnya dan celaka atau bahagia hidupnya, kemudian dihembuskan ruh kepada bayi tersebut. (H.R.Bukhori, Muslim, Tirmidzi dan Abu Daud dari Ibnu Mas’ud) Perkawinan dalam Islam Perkawinan dalam Islam diatur secara luas dalam Hukum Islam (Hukum Munakahah) karena ia merupakan peristiwa akbar, sakral, momental dan Strategis : a. Ia merupakan peristiwa akbar, karena Allah telah mensejajarkan dalam rangkaian ayat-ayat tentang penciptaan manusia (pria dan wanita), alam semesta dengan berbagai fenomenanya, sebagian dari tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya untuk menjadi pemikiran renungan manusia. (Q.S.30/20-26) b. Ia merupakan peristiwa sakral, suci dan mulia karena ia merupakan manifestasi ketaatan / kepatuhan dalam memenuhi panggilan syari’at Islam. (Q.S.8/24) Manifestasi keimanan dan ketaqwaan dalam mata rantai pengabdian yang utuh kepada Allah. (Q.S.24/51,52,54) Nabi Muhammad SAW bersabda : “An Nikahu sunnati wa man lam ya’mal bi sunnati falaisa minni” : “Nikah itu sunnahku (jalan hidupku), maka bukanlah dari golonganku bagi siapa yang tidak mengikuti sunnahku”. “Man tazawwaja faqad akhraza syathra dinihi,falyattaqillaha fisy-syathril akhar” : “Siapa yang nikah sungguh ia telah menunaikan separuh agamanya, bertaqwalah kepada Allah separuh sisanya dalam kehidupan berumah tangga”.
c. Ia merupakan peristiwa momental, saat yang sangat
bersejarah dalam kehidupan pribadi seseorang (inner life story) dalam menapak masa depannya, suatu tahapan mematangkan / mendewasakan diri dalam arti luas, untuk memikul tanggung jawab, pemimpin dari unit terkecil masyarakat yang terdiri isteri (dan anak-anak). (Q.S.4/34) d. Ia merupakan peristiwa yang memiliki nilai-nilai strategis, karena sangat luas lingkup jangkaunnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena itu orang-orang arif bijaksanan melukiskan perkawinan bagaikan “membangun sebuah negara kecil di bumi-to build a small country in the world”. Islam sebagai agama wahyu terakhir, tidak hanya mengajarkan tatanan hubungan antar manusia secara universal, tetapi juga secara mendasar tentang hubungan, etika dan moralitas dalam kehidupan berumah tangga, suatu hubungan antar manusia (interpersonal) yang paling frekwens dan intens yang ditata atas dasar ketaqwaan kepada Allah (49/13),4/1) yang pada garis besarnya dapat disarikan dari Al Qur’an antara lain : a. Mencari jodoh yang seiman dan perilaku tidak tercela. (Q.S.2/221,24/3,26,4/22,23,25) b. Menjauhkan diri dari penyalahgunaan dan penyimpangan dari kesucian hubungan seksual (17/32,29/28,29) c. Menjaga keharmonisan rumah tangga (bergaul yang baik), memberi nafkah yang halal, saling mempercayai, tidak mengucapkan kata-kata dan perbuatan tercela seperti zhihar,ila’). (Q.S.4/19,58/1-4 h.a.4/34-35,15-16,24/4-10,2/226) d. Menjaga rahasia kehidupan rumah tangga. (Q.S. 4/34, 66/1-5) e. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan anak, generasi penerus yang saleh dan calon ahli syurga HIKMAH KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA Bertolak dari fungsi khilafah dan tujuan hidup manusia, maka ditinjau dari aspek agama Islam sekurang-kurangnya ada empat hikmah utama dalam perkawinan : 1.Upaya pemenuhan naluriyah/biologis yang wajar, sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk Allah yang berada dan berbudaya, dengan menghindarkan segala bentuk seksual demoralisasi. (Q.S.17/32,4/15,7/80) 2.Upaya menjaga kelestarian dan eksistensi manusia di muka bumi ini (4/1,16/72). Dalam hubungan inilah Rasulullah menganjurkan mencari jodoh yang mampu memberikan keturunan : “Hendaklah kamu mengawini perempuan yang subur dan penyayang, karena dengan kalianlah umatku menjadi lebih banyak dari pada umat Nabi (lain) pada hari kiamat”. (H.R.Ahmad) 3. Upaya investasi kemanusiaan (human investment) dengan meninggalkan generasi yang berkualitas (yang saleh) yaitu generasi yang sehat jasmaninya, cemerlang daya fikirnya,agung amal karyanya dan luhur budi pekertinya, dalam bingkai iman dan taqwa kepada Allah yang diharapkan akan mampu menjaga martabat dan kehormatan diri, orang tua,bangsa,negara dan agamanya. (Q.S.4/9,17/23-24,31/14,46/15)
Dalam sabda Rasulullah SAW dinyatakan :
“Sesungguhnya lebih baik bagi kamu meninggalkan keturunan dalam kecukupan dari pada kamu meninggalkan mereka menjadi beban orang lain”. (H.R.Bukhori dan Muslim dari Sa’ad bin Abi Waqas) 4. Upaya meletakkan landasan utama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan memberikan hak, kewajiban dan tanggung jawab bagi suami dan isteri sesuai dengan kodrat alamiyahnya masing-masing (4/34,4/19, Al-Hadits) serta penonjolan prinsip musyawarah dan mufakat dalam memecahkan setiap permasalahan yang timbul. Dan di dalam rumah tangga terletak batu ujian, sejauh mana seseorang bersifat amanah / jujur atau tidak dalam melaksanakan kepemimpinan seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW : “Orang yang diperintahkan oleh Allah untuk memimpin, lalu ia mati, sedang di waktu mati, ia dalam keadaan berkhianat terhadap yang dipimpinya, tidak ada yang diterimanya dari Allah selain Allah mengharamkan syurga baginya”. (H.R.Bukhari dan Muslim dari Ma’qil bin Yasar). Di dalam H.R.Bokhari, Ahmad dan Abu Daud dinyatakan Rasulullah SAW, bahwa setiap kamu adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan seorang isteri adalah pemimpin dalam (tata rumah tangganya), semuanya diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Keempat hikmah yang disebutkan di atas yang ingin diperoleh melalui perkawinan bukanlah hal yang mudah, banyak hambatan dan rintangan, bahkan dalam kenyataannya tidak jarang merupakan ancaman yang serius bagi kelangsungan hidup berumah tangga, hambatan dan ancaman tersebut dapat digolongkan kepada “penyakit rumah tangga”. Tidak ada contoh kehidupan rumah tangga yang terbaik, selain mencotoh kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW, dalam kesederhanaan hidup beliau dan keluarganya, beliau menggambarkan : “Baity jannaty” (rumah tanggaku adalah syurgaku) dengan resep yang beliau berikan : 1. Hindarkanlah segala perbuatan haram, anda akan menjadi manusia yang berbakti. 2. Ridhalah dengan apa yang diberikan Allah kepada anda, anda akan menjadi orang yang terkaya 3. Berbuat baiklah dengan tetangga anda, anda akan menjadi orang yang benar-benar beriman 4. Cintailah sesama manusia seperti anda mencintai diri anda sendiri, pasti anda akan menjadi orang yang benar- benar muslim 5. Jangan anda terlalu banyak tertawa, karena hal tersebut akan mematikan budi nurani. Dari apa yang dipaparkan di atas jelaslah bahwa kebahagiaan, kesejahteraan hidup hakiki (termasuk kehidupan berumah tangga) akan dapat terwujud apabila setiap muslim benar-benar dapat memahami,menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, lebih-lebih lagi dalam mengantisipasi dinamika dan kompleksitas kehidupan di era globalisasi (dalam seluruh aspek kehidupan), maka Islam sebagai pedoman hidup harus difahami secara benar, sesuai dengan peranan dan sifatnya yang universal dan rahmatan lil ‘alamin. Al Qur’an memberikan 3 wasiat utama agar hidup ini lebih bermakna dan memberikan nilai tambah dan beruntung yaitu : 1) bacalah Kitab Allah Al Qur’an (dengan haqqa tila watih- sebenar-benar bacaan / pemahaman / pengamalan) 2) dirikanlah shalat untuk memperkuat ketahanan iman Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW : “Nawwiru manazilakum bishshalati wa qira atil Qur’an” (sinarilah rumah tanggamu dengan mendirikan shlat dan membaca Al Qur’an). 3) belanjakanlah harta dijalan Allah sebagai wujud kepedulian terhadap sesama. (Q.S.35/29-30) Fungsi keagamaan yang merupakan salah satu fungsi utama dari 8 (delapan) fungsi diatas, dapat merujuk kepada Sabda Rasulullah SAW yang memberikan 5 (lima) indikator Keluarga Sakinah : 1. Bila keluarga itu taat menjalankan ajaran agama 2. Bila anggota keluarga yang muda menghormati yang lebih tua 3. Bila mencari penghidupan (rezki) dengan jalan yang halal, tidak tamak / serakah 4. Bila membelanjakan hartanya dengan hemat dan sederhana, tidak boros, tidak kikir 5. Bila senantiasa melakukan introspeksi diri (muhasabah) untuk melihat kekurangan dan kesalahannya sehingga cepat bertaubat kepada Allah SWT. Sebaliknya jika Allah menghendaki keluarga itu tidak bahagia maka Dia membiarkan keluarga itu dalam kesesatan. (H.R.Ad Dailamy) KEDUDUKAN ANAK DALAM ISLAM
Di dalam Al Qur’an di kenal 4 (empat) tipologi atau
model anak : 1. Anak merupakan hiasan dunia dan diarahkan menjadi anak yang saleh. (Q.S.18/46) 2. Anak menjadi fitnah (ujian) bagi orang tuanya. (Q.S.64/5, 8/28) 3. Anak menjadi musuh bagi orang tuanya. (Q.S.64/4) 4. Anak yang takwa pemimpin orang yang takwa merupakan dambaan hamba Allah. (Q.S.25/74) Disamping itu Islam mengajarkan bagaimana pengaturan terhadap bayi yang baru lahir, serta perilaku sang ibu yang sedang hamil. (Q.S.3/33-37), kesungguhan dalam pemeliharaan anak (Q.S.4/9) NILAI-NILAI ISLAMI DALAM HUBUNGAN SUAMI ISTERI : 1. Hubungan seksual suatu kebutuhan dalam konteks ibadah kepada Allah melalui pernikahan. (Q.S.2/187, 2/222, 223) 2. Larangan hubungan seksual dengan isteri yang sedang haid dan nifas. (Q.S.2/222) 3. Larangan penyimpangan seks dari hubungan seks diluar nikah sebagai perbuatan keji (zina, homo sex). (Q.S.4/15, 7/80,17/32,24/2-3) 4. Larangan menikah yang mempunyai hubungan darah / keluarga (nasab). (Q.S. 4/22,23) 5. Rasulullah SAW memberikan tuntunan tentang hubungan seksual suami isteri : “Rasulullah SAW bersabda : “Apabila seseorang diantara kalian akan berhubungan dengan isterinya, hendaklah ia mengucapkan ; “Dengan nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah kami dari syetan, dan jauhkanlah syetan itu dari apa yang telah Engkau izinkan kepada kami (dari keturunan kami)”, dan kalau ditakdirkan suami isteri itu punya anak dari hubungannya itu, maka syetan tidak akan memudharatkan anak itu selama- lamanya”. (H.R.Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Abbas r.a) 6. Kewajiban mandi janabah pasca hubungan seksual. (Q.S. 2/222) dan didukung oleh Hadits : “Berhentilah sekedar yang biasa terhalang oleh haidmu, kemudian mandilah”. (HR.Muslim dari ‘Aisyah r.a) “Apabila bertemu dua penyumatan, maka sesungguhnya telah diwajibkan mandi meskipun tidak keluar mani”. (H.R.Muslim). KESIMPULAN Ditinjau dari aspek ilmiah dapat disimpulkan : a.Penyakit turunan merupakan peristiwa yang substansial dan komplit yang terjadi di dalam bagian terkecil dari struktur tubuh manusia yaitu sel tubuh, yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti kelainan genetik, gen yang menyimpang, kelainan multifaktorial dan kelainan mitochondrial. b.Penyakit turunan pada manusia hanya dapat di ketahui secara dini bila dilakukan pemeriksaan DNA c.Penyakit turunan bersifat resesif dan dapat manifes atau muncul karena faktor lingkungan. d.Penyakit turunan tidak dapat dicegah dan diobati, serta akan terus diwariskan kepada keturunannya. Ditinjau dari perspektif Islam dapat disimpulkan : a.Sesuai dengan salah satu tujuan Hukum Islam (maqashid al syari’ah) adalah menjaga keturunan (hifzh al nasl), maka memperoleh keturunan tanpa penyakit turunan suatu yang didambakan setiap keluarga Muslim. b.Mengingat penyakit turunan tidak dapat dicegah dan tidak mudah diketahui serta dilandasi suatu keyakinan yang kuat bahwa Allah-lah yang menentukan semua Ciptaan-Nya (termasuk kehamilan), maka suatu kewajiban bagi setiap individu Muslim mengikuti pedoman atau tuntunan Islam (Al Qur’an dan As Sunnah) dalam membangun kehidupan berumah tangga, mulai dari mencari jodoh sampai upaya memperoleh keturunan yang saleh. Lima indikator atau parameter rumah tangga sakinah harus diupayakan penerapannya, di samping do’a yang diajarkan Allah di dalam Al Qur’an pada Q.S.25/74 dengan sepenuh penghayatan. c.Bagi penyandang penyakit turunan, sepanjang tidak mengalami cacat atau gangguan mental, masih tetap melaksanakan kewajiban sebagai seorang Muslim sebatas kemampuannya seperti yang dinyatakan : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (Q.S.2/286) “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan mu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (Q.S.2/21) “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S.51/56) “Diangkat pena (tidak dicatat) karena tiga hal yaitu orang yang terganggu akal (ingatannya) sampai ia sadar, sampai ia dewasa (mukallaf)”. (H.R.Ahmad, Abi Daud dan Hakim). DAFTAR KEPUSTAKAAN :
1.Al Qur’an Al Karim dan Al Hadits
2.Burlian Abdullah, “Ragam Perilaku Manusia menurut Al Qur’an”, Cahaya Abadi offset, Palembang (2009) 3.Medical genetics 3 rd edition, 2006. www.scq.ubc.ca 4.Suryo, “Genetika Manusia”, Gajah Mada University Press, 1997