Anda di halaman 1dari 11

PELAYANAN KESEHATAN

PADA KOMUNITAS DIFABEL

JIMMY HASOLOAN, DRS., M.M


DEFINISI

Pelayanan Kesehatan
Menurut Azrul Azwar dalam bukunya Manajemen Kualitas Kesehatan (1994:42) :

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh suatu organisasi baik secara sendiri atau bersama-sama untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan perseorangan,
kelompok dan ataupun masyarakat.

Komunitas Difabel

Menurut Pakar John C. Maxwell, d :

Difabel adalah mempunyai kelainan fisik dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan suatu rintangan dan
hambatan baginya untuk melakukan aktifitas secara layak atau normal.

Maka Pelayanan Kesehatan Komunitas difabel adalah “Upaya yang dilakukan suatu organisasi baik secara kelompok
maupun individu untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kelainan fisik dan mental seseorang
yang membuat dirinya memiliki keterbatasan atau gangguan untuk melakukan aktifitas secara layak atau normal
(penyandang disabilitas)”
HAK KESETARAAN KAUM DIFABEL

Hak kesetaraan yang harus dan wajib dimiliki kaum difabel antara
lain :  Keagamaan

 Hidup  Keolahragaan

 Bebas dari stigma  Kebudayaan dan pariwisata

 Privasi  Kesejahtraan sosial

 Keadilan dan perlindungan hukum  Aksesbilitas

 Pendidikan  Pelayanan publik

 Pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi  Perlindungan dari bencana

 Kesehatan  Habilitasi dan rehabilitasi

 Politik  Konsesi

 Pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) :


“Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal budi dan hati
nurani dan hendaknya bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.” Dimana hal yang sangat fundamental dari
HAM adalah ide yang meletakkan semua orang terlahir bebas dan memiliki kesetaraan dalam HAM.
DIMENSI MUTU
PELAYANAN KESEHATAN
Project analysis slide 2
DIMENSI Meminimalisasi terjadinya kerugian (harm),
Optimalkan Sumberdaya yang ada,
tanpa pemborosan bahan 7 MUTU
cedera dan kesalahan medis yang bisa dicegah
kepada mereka yang menerima pelayanan

EFISIEN AMAN
Menyediakan pelayanan kesehatan yang Menyediakan pelayanan yang seragam tanpa

INTEGRASI
berbasis bukti kepada masyarakat membedakan jenis kelamin, suku, etnik, tempat
tinggal, agama, sosial ekonomi

EFEKTIF ADIL
Mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan Menyediakan pelayanan yang sesuai dengan
pemberian pelayanan kesehatan preferensi, kebutuhan dan nilai-nilai individu

TEPAT BERORIENTASI
WAKTU PASIEN
Menyediakan pelayanan yang terkoordinasi lintas fasyankes dan pemberi
pelayanan, serta menyediakan yankes untuk seluruh siklus kehidupan
PENINGKATAN MUTU KESEHATAN

a. Penataan Distribusi SDM antar


Kabupaten/ Kota
Peran b. Pemenuhan kebutuhan pelayanan
Pemerintah kesehatan yang terjangkau oleh
dan masyarakat;
Pemerintah c. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
Daerah (Dinas d. Keselamatan pasien;
Kesehatan) e. Pengembangan jangkauan pelayanan; dan
f. Peningkatan kemampuan kemandirian
fasilitas pelayanan kesehatan.
g. Koordinasi pengaturan SDM antar
pemerintah daerah Kabupaten/ kota di
wilayah Provinsi
TANTANGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA
KOMUNITAS DIFABEL DI INDONESIA

 Hambatan Akses 1. Hambatan arsitektual


Merupakan kendala atau keterbatasan 2. Hambatan informasi dan komunikasi
seseorang (penyandang disabilitas ) dalam
proses mencapai pelayanan kesehatan yang
diperlukan/dikehendaki. Hambatan akses
dibagi menjadi 2 kategori yaitu
HAMBATAN ARSITEKTUAL

Hambatan arsitektual mempengaruhi tiga kategori 1. Disabilitas intelektual atau tunagrahita


disabilitas utama, yaiu : (kemampuan kognitif di bawah rata-rata)
1. Disabilitas fisik, mencakup mereka yang
menggunakan kursi roda, semi-ambulant, dan
mereka yang memiliki hambatan
manipulatoris yaitu kesulitan gerak otot
2. Disabilitas sensoris meliputi tunanetra (tidak
bisa melihat secara total/buta) dan tunarungu
(tidak bisa mendengar secara total/tuli)
CONTOH HAMBATAN ARSITEKTUAL

Hambatan Arsitektual bagi Pengguna Hambatan Arsitektual bagi Penyandang Hambatan Arsitektual bagi Orang
Kursi Roda Semi-ambulant (tunadaksa tidak Tunanetra (tidak bisa melihat secara
memerlukan kursi roda) total/buta)

Tidak adanya petunjuk arah atau ciri-ciri


Perubahan tingkat ketinggian permukaan yang dapat didengar atau dilihat dengan
Tangga yang terlalu tinggi, lantau yang
yang mendadak (tangga, parit, dan lain- dengan pengelihatan terbatas yang
licin, dan lain sebagainya
lain) menunjukan nomor lantai pada gedung-
gedung bertingkat

Rintangan-rintangan seperti membuka


Tidak adanya pertautan yang landai antara Bergerak cepat melalui pintu putar atau
jendela atau papan reklame yang dipasang
jalan dan trotoar pintu yang menutup secara otomatis (lift)
di tempat pejalan kaki

Lift tanpa petunjuk taktual (dapat diraba


Tidak cukupnya ruang untuk lutut di Tangga berjalan tanpa pegangan yang
atau huruf braille) di pusat perbelanjaan
bawah meja atau wastafel bergerak terlalu cepat (eskalator)
umum atau gedung-gedung bertingkat
Hambatan Informasi dan Hambatan Informasi dan
Komunikasi Orang Tunarungu Komunikasi Orang Tunagrahita
(tidak dapat mendengar secara (kemampuan kognitif dibawah
total) rata-rata)

Para tunarungu tidak mungkin dapat Para penyandang disabilitas intelektual


memahami pengumuman melalui akan mengalami kesulitan mencari jalan
pengeras suara di bandara atau terminal di dalam lingkungan baru jika di sana
angkutan umum. Mereka juga tidak terdapat petunjuk jalan yang jelas
mengalami kesulitan membaca bibir di dan baku. Oleh karena itu, penambahan
auditorium dengan pencahayaan yang rambu-rambu atau petunjuk lingkungan
buruk, dan mereka mungkin tidak dapat lainnya seyogyanya menggunakan
mendengar bunyi tanda bahaya. format yang sudah dibakukan.
HAMBATAN INTERNAL

Hambatan internal merupakan keterbatasan atau kendala yang tercipta atau berasal dari
diri seseorang itu sendiri (penyandang disabilitas). Misal :

a. Kurang rasa percaya diri

b. Tidak memiliki keterampilan komunikasi yang baik

c. Kurangnya penguasaan teknik-teknik alternatif untuk mengatasi keterbatasan akibat


ketunaan (tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan tunagrahita)

d. Tidak mampu menampilkan diri secara pantas (poor grooming, poor dressing, atau
cara berpakaian)

e. Penguasaan pengetahuan umum yang tidak memadai


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai