Anda di halaman 1dari 29

BIODATA

• NAMA : ZET SIMON


• TTL : TORAJA, 27-09-
1981
JABATAN :
• KEPALA SEKOLAH
PENGALAMAN :
• PENGURUS DAERAH IGPKhI
• PENASEHAT RUMAH KREATIF
PENYANDANG DISABILITAS
NUNUKAN
• PENDIDIK BERPRESTASI DAN
BERDEDIKASI TK. NASIONAL TAHUN
2018
SOSIALISASI BUDAYA PELAYANAN
RAMAH BAGI DISABILITAS
DI KANTOR IMIGRASI KELAS II TPI NUNUKAN
PENCEGAHAN DAN PENURUNAN STUNTING
DALAM RPJMD KABUPATEN BULELENG 2017 – 2022

M I S I

1 4
VISI MEMANTAPKAN 3 MEMANTAPKAN
PEMBANGUNAN
PARTISIPASI
EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PEMANGKU
“TERWUJUDNYA MEWUJUDKAN
PERTUMBUHAN
KUALITAS SUMBER
DAYA MANUSIA YANG
KEPENTINGAN
DALAM
MASYARAKAT EKONOMI YANG
INKLUSIF
PROFESIONAL,
BERBUDAYA DAN
PEMBANGUNAN

BULELENG MENGENAL DISABILITAS


BERINTEGRITAS

YANG MANDIRI,
SEJAHTERA, MENINGKATKAN
DAN BERDAYA KUANTITAS DAN
KUALITAS
SAING INFRASTRUKTUR
DAERAH UNTUK
BERLANDASKA PENGEMBANGAN
PEMENUHAN MEWUJUDKAN
PELAYANAN PUBLIK PEMBANGUNAN
N TRI HITA EKONOMI
KERAKYATAN YANG 5
BULELENG YANG
BERBUDAYA DAN
KARANA” BERBASIS PADA
PRODUK UNGGULAN
BERKELANJUTAN
(SUSTAINABLE
DAERAH
DEVELOPMENT)
2 STUNTING 6
PENGERTIAN DISABILITAS
(UU No. 08 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas)

JENIS DISABILITAS
disability yang berarti cacat
atau ketidakmampuan
setiap orang yang
mengalami 1 Disabilitas fisik
keterbatasan fisik,
intelektual, mental,
dan/atau sensorik
dalam jangka waktu
2 Disabilitas mental
lama yang dalam
berinteraksi dengan
lingkungan dapat 3 Disabilitas intelektual
mengalami hambatan
dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara
penuh dan efektif
dengan warga negara
4 Disabilitas sensorik
lainnya berdasarkan
kesamaan hak
5 Disabilitas ganda atau multi
RAGAM DISABILITAS
FISIK MENTAL INTELEKTUAL SENSORIK

terganggunya
amputasi, fungsi pikir terganggunya
lumpuh layuh skizofrenia, karena tingkat salah satu fungsi
atau kaku, bipolar, kecerdasan di dari panca
paraplegi,
depresi, bawah rata-rata, indera, seperti
celebral palsy
(CP), akibat anxietas, antara lain disabilitas netra,
stroke, orang autis, seperti lambat disabilitas rungu,
kecil, dan lain hiperaktif belajar, grahita, dan/atau
sebagainya dan down disabilitas wicara.
syndrom.
• Setiap orang pasti mempunyai kesamaan hak tanpa pandang bulu
tidak mengenal kaya atau miskin, tua atau muda, sakit atau sehat,
dan manusia yang normal atau yang penyandang disabilitas semua
orang mempunyai kesamaan hak
DASAR HUKUM PEMENUHAN
HAK PENYANDANG DISABILITAS

UUD 1945, sudah dengan tegas menjamin para UUD 1945, UU No.39/1999 menyatakan bahwa setiap
penyandang disabilitas. Setidaknya dalam Pasal orang berhak memperoleh pengakuan, jaminan,
28H ayat (2), menyebutkan bahwa setiap orang perlindungan, dan perlakuan hukum yang adil, serta
berhak mendapat kemudahan dan perlakuan kepastian dan perlakuan yang sama di hadapan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan hukum.11 Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak
manfaat yang sama guna mencapai persamaan untuk memperoleh keadilan
dan keadilan.

UU 8 Tahun 2016 tentang Penyandang


Konvensi internasional mengenai hak- Disabilitas
hak penyandang disabilitas (Convention
on the Rights of Persons with
Disabilities) yang telah diratifikasi oleh Undangan Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Indonesia dalam UU No. 19 Tahun 2011 Asi Manusia , yang dimana bertujuan untuk
mengatur berbagai hak yang harus melindungi masyarakat Indonesia dari kasus
dipenuhi negara pihak kejahatan, diskriminasi, serta membela dan
menghormati Hak Asasi Manusia
memajukan, melindungi, dan memastikan pemenuhan hak-hak dan kebebasan fundamental penyandang disabilitas
secara penuh dan menyeluruh, dan memajukan penghormatan terhadap martabat yang melekat pada diri mereka.
FAKTA
• Jika melihat berbagai hak yang diatur di dalam Undang-Undang tentang Penyandang Disabilitas
tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat cita-cita yang kuat dari pemerintah untuk
memberikan penyelenggaraan hak asasi manusia bagi penyandang disabilitas melalui seluruh aspek
kehidupan agar penyandang disabilitas tidak merasa tersisihkan dari lingkungan masyarakat, dan
dapat menjalankan hidup dan kehidupannya layaknya orang pada umumnya. Namun, meskipun
undang-undang telah mengatur demikian, dalam pelaksanaannya kerap terjadi ketimpangan antara
implementasi dengan kebijakan yang telah dibentuk.
• Walaupun secara nasional dan internasional banyak perubahan yang telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pelaksanaan hak asasi manusia serta kondisi ekonomi, secara umum kelompok
penyandang disabilitas tetap menjadi kelompok terakhir yang dapat menikmatinya.
• para penyandang cacat di Indonesia masih menghadapi bebagai hambatan dalam beraktivitas dan
masih mengalami keterbatasan dalam berpartisipasi sebagai anggota yang setara dalam masyarakat,
serta masih mendapatkan perlakuan diskriminasi terhadap pemenuhan hak asasi manusia (HAM) di
segala aspek dalam lintas bidang kehidupan.
• pelaksanaannya belum merata dan belum sesuai dengan yang ditetapkan baik pada peraturan
perundang-undangan nasional maupun CRPD
• Meskipun undang-undang sudah diterbitkan, belum berarti penyandang disabilitas telah terpenuhi
hak-hak dasarnya, mengingat implementasi UU Penyandang Disabilitas itu membutuhkan upaya dan
dukungan dari berbagai pihak
HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS
Pasal 5 UU no 8 Tahun 2016

AKSESIBEL PELAYANAN PUBLIK

• mendapatkan • pemerintah dan pemerintah daerah


aksebilitas untuk wajib menjamin infrastruktur yang
mudah diakses oleh Penyandang
memanfaatkan fasilitas
Disabilitas
publik; dan • pelayan publik yang menjadi hak warga bebas dari tindakan
• mendapatkan negara dimana pelayanan tersebut bisa diskriminasi
akomodasi yang layak menyentuh semua kalangan termasuk
sebagai bentuk wisatawan yang masuk dalam kategori
aksebilitasi bagi difabel
individu. • pelayanan yang inklusif melalui asas-
• tingkat kemudahan bagi asas pelayanan yang telah ditetapkan,
penyandang disabilitas antara lain kesamaan hak, partisipatif,
persamaan perlakuan/ tidak
untuk menjangkau
diskriminatif, dan fasilitas dan
fasilitas dan/atau perlakuan khusus bagi kelompok
layanan publik. rentan
AKSESIBILTAS BAGI DISABILITAS

Ketidakmauan (unwilling)
Aksesibilitas Non pemerintah untuk
Aksesibiltas Fisik
Fisik menyediakan sarana
prasarana yang accessible
aksesibilitas yang berkenaan dengan
tingkat kemudahan bagi bagaimana informasi, komunikasi dan juga merupakan bentuk
penyandang disabilitas untuk teknologi dapat digunakan atau
menjangkau fasilitas dan/atau dipahami penyandang disabilitas pelanggaran hak asasi
layanan publik. dengan baik. manusia, karena fasilitas
kemudahan yang disediakan bagi
penyandang cacat sebagai upaya
dan pelayanan publik tidak
surat dan dokumen administrasi
belum ada yang berbentuk braille dan pemerintah dan masyarakat dalam boleh dijalankan secara
audio, ruang yang akses difabel belum mewujudkan kesamaan kesempatan
tersedia, rampa atau titian belum ada, dalam segala aspek kehidupan dan diskriminatif. Setiap orang
toilet belum akses,
masuk/keluar sempit, posisi pintu
pintu penghidupannya
tanpa terkecuali harus
kantor tinggi dan tidak datar, tidak ada dapat menikmati fasilitas,
guiding block, tidak disediakan lift
untuk kantor yang berlantai 2 atau
pelayanan pegawai, cara sarana prasarana dan
berinteraksi dan proses
lebih, papan informasi belum
pelayanan publik yang
accessible dan tidak lengkap, loket komunikasi di lingkungan
yang terlalu tinggi, alat bantu disediakan oleh negara
PRINSIP – PRINSIP AKSESIBILITAS
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Keselamatan
Kemudahan

Kegunaan

Kemandirian
• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
mengamantkan bahwa setiap instansi penyelenggara layanan public
diwajibkan memberikan pelayanan dengan perlakuan khusus kepada
anggota masyarakat tertentu yaitu difabel sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Ketentuan ini menegaskan kembali bahwa
bagi kaum disabilitas, perlu perlakuan khusus dari aparatur negara
agar mereka memiliki akses yang sama dengan kaum non disabilitas.
aksesibilitas bangunan dan lingkungan yang aksesibel yang meliputi aspek
sarana dan prasarana fisik

1. Ram atau
tangga landai.
Ram ini
hendaknya
disediakan di
setiap pintu
masuk agar
mudah diakses,
baik bagi
pengguna kursi
roda maupun
penyandang
disabilitas netra.
PRINSIP – PRINSIP AKSESIBILITAS
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

2. Lift atau
eskalator.
Sarana ini
penting untuk
disediakan
apabila
gedung
memiliki lebih
dari 1 (satu)
lantai..
PRINSIP – PRINSIP AKSESIBILITAS
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Pintu
otomatis
dengan
sensor
gerakan
untuk
membuka
dan menutup
secara
otomatis.
PRINSIP – PRINSIP AKSESIBILITAS
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Tolet khusus.
Toilet ini
memiliki ruang
yang lebar agar
dapat digunakan
oleh pengguna
kursi roda dan
memiliki closet
duduk yang
dilengkapi rail
pengaman agar
mereka bisa
berpegangan.
PRINSIP – PRINSIP AKSESIBILITAS
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Ruangan/
kamar
dilengkapi
dengan label,
nama atau
nomor dalam
huruf Braille.
PRINSIP – PRINSIP AKSESIBILITAS
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Pembedaan
landmark
untuk
menjadi
identitas
sebuah
gedung/
ruangan
PRINSIP – PRINSIP AKSESIBILITAS
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Parkir khusus
PRINSIP – PRINSIP AKSESIBILITAS
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Keamanan
lingkungan,
meliputi
saluran
air/got yang
tertutup dan
lantai yang
tidak
licin/basah.
PRINSIP – PRINSIP AKSESIBILITAS
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Jalur khusus
PENCEGAHAN DAN PENURUNAN STUNTING
DALAM RPJMD KABUPATEN BULELENG 2017 – 2022

M I S I

1 4
VISI MEMANTAPKAN 3 MEMANTAPKAN
PEMBANGUNAN
PARTISIPASI
EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PEMANGKU
“TERWUJUDNYA MEWUJUDKAN
PERTUMBUHAN
KUALITAS SUMBER
DAYA MANUSIA YANG
KEPENTINGAN
DALAM
MASYARAKAT EKONOMI YANG
INKLUSIF
PROFESIONAL,
BERBUDAYA DAN
PEMBANGUNAN

BULELENG AKSESIBEL NON FISIK


BERINTEGRITAS

YANG MANDIRI,
SEJAHTERA, MENINGKATKAN
DAN BERDAYA KUANTITAS DAN
KUALITAS
SAING INFRASTRUKTUR
DAERAH UNTUK
BERLANDASKA PENGEMBANGAN
PEMENUHAN MEWUJUDKAN
PELAYANAN PUBLIK PEMBANGUNAN
N TRI HITA EKONOMI
KERAKYATAN YANG 5
BULELENG YANG
BERBUDAYA DAN
KARANA” BERBASIS PADA
PRODUK UNGGULAN
BERKELANJUTAN
(SUSTAINABLE
DAERAH
DEVELOPMENT)
2 STUNTING 6
LOKET KHUSUS
PETUGAS KHUSUS
BUKU PETUNJUK BRAILE
LAYANAN INFORMASI
PETUNJUK ARAH
PELAYANAN INKLUSIF

DALAM UPAYA PENEGAKAN HAM PENYANDANG


DISABILITAS
Terima Kasih...

Anda mungkin juga menyukai