OUTLINE 2
OLEH :
INDRA BAYU
D1A018067
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Hak memperoleh pendidikan secara khusus diamanatkan dalam Pasal 28C Ayat 1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menentukan bahwa :
“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”
Secara normatif, hukum telah menentukan bahwa anak penyandang disabilitas berhak
untuk memperoleh perlakuan khusus untuk memperoleh pendidikan. Hal tersebut telah
dijamin oleh Pasal 28H ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang menentukan “Setiap orang
berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. Menindaklanjuti ketentuan Hak
Pendidikan Penyandang Disabilitas... 86 tersebut, Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya disebut UU No. 20 Tahun
2003) menentukan bahwa bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Senada dengan
hal tersebut, Pasal 51 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga menentukan bahwa
“Anak Penyandang Disabilitas diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh
pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus”. Dengan dasar di atas, maka anak
penyandang disabilitas mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan inklusi dan/atau
pendidikan khusus.
Berdasarkan konsiderans menimbang di atas terlihat sangat jelas bahwa negara mengakui
hak-hak penyandang disabilitas sebagai warga negara yang harus dipenuhi tanpa diskriminasi
Saat permasalahan bagi penyandang disabilitas tidak lagi hanya sekedar dipandang
melalui pendekatan charity (kedermawanan) melainkan sudah harus menggunakan
pendekatan berbasis hak bagi penyandang disabilitas, dimana penyandang disabilitas dimana
penyandang disabilitas tentunya memiliki hak yang sama dan setara dengan manusia lain
pada umumnya.
Disisi lan mayarakat mengangap penyandang disabilitas mrupakan beban di dalam keluarga
serta tidak sedikit pula yang menganggap sebagai aib keluarga. Hal ini tentunya membuat
para penyandang disabilitas mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan atau bahkan
mengembangkan dirinya. Hal ini juga disebabkan oleh kuatnya persepsi masyarakat dan
penyedia lapangan kerja yang menilai bahwa Penyandang Disabilitas tidak memiliki
keterampilan dan kemampuan yang setara dengan orang kebanyakan. Hal ini dampak dari
diskriminasi yang bersifatnya berlapis lapis.
Hak penyandang disabilitas dalam hak asasi manusia John Locke menyatakan hak
asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta
sebagai hak yang kodrati.Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat
mencabutnya.Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan
manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan
manusia.Dengan demikian, tidak ada satu-pun manusia yang dilahirkan tanpa hak asasinya
(man abstracto-manusia tanpa hak).Semua manusia diciptakan dengan hak asasinya masing-
masing (man in concreto). Hal itulah yang ditekanlah oleh John Locke bahwa walaupun
masyarakat membentuk negara melalui kontrak sosial, namun hak asasi tetap melakat pada
masing-masing individu, dan manusia menyerahkan sebagian hak-hak alamiahnya kepada
masyarakat. Jadi, walaupun masyarakat membentuk negara, namun hak asasinya merupakan
suatu yang kodrati yang tidak diciptakan atau diberikan oleh negara.Bahkan bagi Rousseau,
negara/raja mempunyai tugas utama untuk memberikan perlindungan terhadap hak asasi
manusia.
A. Cacat Fisik
Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara
lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara. Cacat fisik antara
lain: a) cacat kaki, b) cacat punggung, c) cacat tangan, d) cacat jari, e) cacat leher, f) cacat
netra, g) cacat rungu, h) cacat wicara, i) cacat raba (rasa), j) cacat pembawaan.Cacat tubuh
atau tuna daksa berasal dari kata tuna yang berarati rugi atau kurang, sedangkan daksa berarti
tubuh. Jadi tuna daksa ditujukan bagi mereka yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna.
B. Cacat Mental
Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik cacat bawaan
maupun akibat dari penyakit, antara lain: a) retardasi mental, b) gangguan psikiatrik
fungsional, c) alkoholisme, d) gangguan mental organik dan epilepsi.
Yaitu keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan sekaligus. Apabila
yang cacat adalah keduanya maka akan sangat mengganggu penyandang cacatnya.
a. mendapatkan pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur,
dan jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus;
b. mempunyai Kesamaan Kesempatan untuk menjadi pendidik atau tenaga kependidikan
pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan;
c. mempunyai Kesamaan Kesempatan sebagai penyelenggara pendidikan yang bermutu
pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan; dan
d. mendapatkan Akomodasi yang Layak sebagai peserta didik.
2.2 Pendidikan
1. Bahwa pendidikan berlangsung selama seumur hidup (long life education) Hal
tersebut karena usaha pendidikan sejatinya telah dimulai sejak manusia lahir dari
kandungan ibu sampai meninggal.
2. Konsep pendidikan berlangsung sepanjang hayat ini seolah memberikan pengertian
bahwa pendidikan tidak identik dengan lingkungan sekolah saja, tetapi juga dalam
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
3. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.
4. Bagi manusia, pendidikan merupakan suatu kewajiban karena dari adanya pendidikan,
manusia dapat memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.
Pengertian Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh
manusia sejak lahir, sebagai anugerah Tuhan. Berdasarkan Undang-undang no. 39 tahun
1999, pengertian HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia. Pengertian HAM menurut menurut Mukadimah Universal Declaration of Human
Right (Deklarasi Universal HAM) tahun 1948, menjelaskan setiap orang punya hak yang
sama untuk memperoleh kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia.
Ada beberapa faktor pemicu terjadinya pelanggaran HAM di masyarakat. Mengutip dari buku
Explore Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jilid 2 untuk Kelas XI, faktor penyebab
terjadinya pelanggaran HAM antara lain: Adanya kesenjangan sosial antara masyarakat
Rendahnya toleransi dan tenggang rasa antar masyarakat. Kurangnya pemahaman dan
penegakan mengenai hak asasi manusia Lembaga penegak hukum kurang bekerja secara
maksimal untuk mengusut pelanggaran HAM.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode penelitian kualitatif. Menurut Lexy J.
Moloeng (2004:6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan/ mengetahui gambaran secara rinci
tentang pengimplementasian Hak Akses Pendidikan dari Penyandang Disabilitas. Peneliti
harus berupaya mengumpulkan data secara lengkap melalui observasi, wawancara mendalam,
dengan mencatat, serta menggunakan dukungan alat perekam, sesuai dengan pokok
permasalahan penelitian.
1.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari dokumen-dokumen tertulis seperti literature berupa buku-buku,
arsip-arsip, profil Sekolah Luar Biasa Negeri 05 Kota Bengkulu. Studi
dokumentasi dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder yang mendukung
proses penelitian. Selain itu teknik dokumentasi juga dilakukan dengan
menggunakan metode foto, rekaman vidio, ataupun rekaman suara dari objek yang
diteliti.
1.5 Teknik Analisis Data
Analisa data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penyederhanaan data yang diperoleh dalam bentuk data yang mudah dibaca, dipahami dan
diinterpretasikan dimana hal itu dilakukan upaya mencari jawaban atas permasalahan yang
ada. Menurut Miles dan Huberman (dalam Emzir 2010:129) adalah proses pengorganisasian
dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat di kemukakan
hipotesis kerja. Adapun langkah-langkah yang diambil yaitu:
1. Reduksi Data atau Data Reduction: Reduksi data merujuk pada proses pemilihan,
pemokusan, penyederhanaan, abstraksi,dan pentransformasian “data mentah” yang
terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.
2. Model Data atau Display Data: Dimaksudkan agar memudahakan bagi peneliti untuk
melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Data
dapat disajikan dalam bentuk tabel atau uraian naratif.
https://www.google.com/search?q=penddikan&oq=penddikan+&aqs=chrome..69i57
j0i10i433l2j0i10i131i433j0i10i433j0i10l2j0i10i131i433j0i10l2.2277j0j7&sourceid=chrome
&ie=UTF-8
https://www.google.com/search?q=kebutuhan+pendidikan+adalah&source=lmns&b
ih=657&biw=1366&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiG-aaZ96z4AhUgAbcAHaE-
AU8Q_AUoAHoECAEQAA
https://spa-pabk.kemenpppa.go.id/index.php/perlindungan-khusus/anak-penyandang-
disabilitas/723-penyandang-disabilitas
https://scholar.google.co.id/citations?user=LpPNMtsAAAAJ&hl=id&oi=sra