Anda di halaman 1dari 5

BAB 9

PENDIDIKAN INKLUSIF MIPA

A. Pengertian Pendidikan Inklusif


Pendidikan Inklusif lahir sebagai bentuk ketidakpuasan penyelenggaraan
pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus dengan menggunakan sistem
segregasi. Sisism segregasi adalah sistem penyelenggaraan sekolah yang diperuntukan
bagi anak-anak yang memiliki kelainan atau anak-anak berkebutuhan khusus. Sistem ini
dipandang bertentangan dengan tujuan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus. Di mana tujuan penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
adalah untuk mempersiapkan mereka untuk dapat berinteraksi sosial secara mandiri di
lingkungan masyarakatnya. Namun dalam proses penyelenggaraan pendidikannya,
system segresi justru dipisahkan dengan lingkungan masyarakatnya, khususnya terjadi
di masyarakat kita. Berangkat dari kenyataan tersebut, kahirlah beberapa konsep
pendidikan inklusi.
Semangat pendidikan inklusif adalah memberi akses yang seluas-luasnya kepada
semua anak, termasuk anak berkebutuhan kusus, untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu dan memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan memberikan layanan
pendidikan yang sesusai dengan kebutuhan.
Beberapa Pengertian pendidikan inklusif yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Permen No.70 Tahun 2009 Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan inklusif
adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan
atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam
llingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
2. Pengertian pendidikan inklusif yang dirumuskan dalam seminar AGRA dan disetujui
oleh 55 negara (terutama dari selatan) yaitu :
 Pengertian pendidikan inklusif lebih luas dari pada pendidikan formal karena
mencakup pendidikan dirumah, masyarakat, sistem non formal dan informal.
 Mengakui bahwa semua anak dapat belajar
 Memungkinkan stuktur, system, dan metodologi pendidikan memenuhi
kebutuhan semua anak
 Mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak meliputi usia,
jenis kelamin, etika, bahasa, kecacatan, status HIV IAIDS.
 Merupakan proses dinamis yang senantiasa berkembang sesuai dengan
budaya dan konteksnya
3. Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O'Neil 1994).
Dari beberapa pendapat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian pendidikan
inklusi adalah pelayanan pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus
tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik atau kondisi
lainnya untuk bersama-sama mendapat pelayanan pendidikan di sekolah regular
(SD,SMP, SMA maupun SMK).

B. Landasan Pendidikan Inklusi


Istilah inklusif memiliki ukuran universal. Istilah dapat dikaitkan dengan
persamaan, keadilan dan hak individual dalam pembagian sumber-sumber seperti
politik, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
MIF.Baihaqi dan M. Sugiarmin menyatakan bahwa hakikat inklusif adalah
mengenai hak setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual.
Perbedaan yang terdapat dalam diri individu harus disikapi dunia pendidikan dengan
mempersiapkan model pendidikan yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan
individu tersebut.perbedaan bukanlantas melahirkan diskriminasi dalam pendidikan,
namun pendidikan harus tanggap dalam menghadapi perbedaan.
Landasan yang digunakan dalam penyelangaraan pendidikan inklusif di
Indonesia yaitu landasan filosofis, landasan religius, landasan yuridis, landasan
pendagogis dan landasan empiris. Secara terperinci landasan-landasan tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis bagi pendidikan Inklusif di Indonesia yaitu:
a. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang Negara
burung Garuda yang berarti “Bhineka Tunggal Ika”. Keragaman dalam etnik,
dialek, adat istiadat, keyakinan, tradisi, dan budaya merupakan kekayaan
bangsa yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam NKRI.
b. Pandangan agama (khususniya islam) : manusia dilahirkan dalam keadaan
suci, kemuliaan manusia di hadapan Tuhan (Allah) bukan karena fisik tetapi
takwanya, allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri,
manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling silaturrahmi (“inklusif”).
c. Pandangan universal hak azasi manusia menyatakan bahwa setiap manusia
mempunyai hak untuk hidup layak, pendidikan, kesehatan dan pekerjaan.

2. Landasan Religius
Pendidikan inklusif di Indonesia ternyata tidak hanya dilandasi oleh landasan
filosofis yang merupakan cerminan dari bentuk kepedulian terhadap anak
berkebutuhan khusus. Sebagai bangsa yang beragama, penyelenggaraan
pendidikan inklusif tidak bisa lepas dari konteks agama karena pendidikan
merupakan tangga utama dalam mengenal Tuhan. Tuhan tidak sekaligus
menjadikan manusia di atas bumi beriman kepada-Nya, tetapi masih melalui proses
kependidikan yang beriman dan Islami. Dalam hubungan dengan konsepsi
pendidikan islam yang navistis, faktor pembawaan diakui pula sebagai unsur
pembentuk corak keberagaman dalam diri manusia (Arifin, 2003:145).

3. Landasan Yuridis
a. UUD 1945 (Amandemen) pasal 31:
1) Ayat (1) : “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
2) Ayat (2) : “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”.
b. UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
1) Pasal 48 : Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal
9
(sembilan) tahun untuk semua anak.
2) Pasal 49 : Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh
pendidikan.
c. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5
1) Ayat (1) : Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
2) Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional,
intelektual, dan atau social berhak memperoleh pendidikan
khusus.
3) Ayat (3) : warga Negara di daerah terpencil ata terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus.
4) Ayat (4) : warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Pasal 11 ayat (1) dan (2) 'Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan danjkemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi'.
'Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun'. Pasal 12 ayat (1) 'Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya (1.b).
4. Landasan Pedagogis
Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas menyebutkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Jadi melalui pendidikan, peserta didika
berkelaian dibentuk menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab, yaitu individu yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam
masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari
teman sebayanya di sekolah-sekolah khusus. Betapapun kecilnya mereka harus
diberi kesempatan bersama teman sebayanya.
5. Landasan Empiris
 Deklarasi Universal hak asasi manusia tahun 1928
 Konvensi PBB tentang hak anak tahun 1989
 Deklarasi Bandung dengan komitmen “Indonesia menuju pendidikan inklusif”
tahun 2004
 Pengaturan standar tentang persamaan kesempatan bagi para penyandang
cacat tahun 1993.
C. Kesimpulan
Pendidikan inklusif merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan bagi anak-
anak yang memiliki keterbatasan tertentu dan anak-anak lainnya yang disatukan dengan
tanpa mempertimbangkan keterbatasan masing-masing, sehingga memberikan
kesempatan kepada semua anak untuk belajar bersama-sama di sekolah umum.

Dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual sehingga potensi


anak dapat berkembang secara optimal. Semangat pendidikan inklusif adalah memberi
akses yang seluas-luasnya kepada semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus,
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan memberikan layanan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhannya.

Referensi :
Suhendarti, Mamik. 2019. Konsep-konsep MIPA. Kota Tangerang: PT. Pustaka
Mandiri
Garnida, Dadang. 2015. Pengantar pendidikan inklusif. Bandung: PT. Refika
Aditama di akses melalui
https://www.academia.edu/66601502/BUKU_PENDIDIKAN_INKLUSI.

Satriawati. 2020. Pendidikan Inklusi. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam


terbitan (KDT) di akses melalui
https://www.academia.edu/66601502/BUKU_PENDIDIKAN_INKLUSI.

Anda mungkin juga menyukai