2. Landasan Religius
Pendidikan inklusif di Indonesia ternyata tidak hanya dilandasi oleh landasan
filosofis yang merupakan cerminan dari bentuk kepedulian terhadap anak
berkebutuhan khusus. Sebagai bangsa yang beragama, penyelenggaraan
pendidikan inklusif tidak bisa lepas dari konteks agama karena pendidikan
merupakan tangga utama dalam mengenal Tuhan. Tuhan tidak sekaligus
menjadikan manusia di atas bumi beriman kepada-Nya, tetapi masih melalui proses
kependidikan yang beriman dan Islami. Dalam hubungan dengan konsepsi
pendidikan islam yang navistis, faktor pembawaan diakui pula sebagai unsur
pembentuk corak keberagaman dalam diri manusia (Arifin, 2003:145).
3. Landasan Yuridis
a. UUD 1945 (Amandemen) pasal 31:
1) Ayat (1) : “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
2) Ayat (2) : “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”.
b. UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
1) Pasal 48 : Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal
9
(sembilan) tahun untuk semua anak.
2) Pasal 49 : Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh
pendidikan.
c. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5
1) Ayat (1) : Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
2) Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional,
intelektual, dan atau social berhak memperoleh pendidikan
khusus.
3) Ayat (3) : warga Negara di daerah terpencil ata terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus.
4) Ayat (4) : warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Pasal 11 ayat (1) dan (2) 'Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan danjkemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi'.
'Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun'. Pasal 12 ayat (1) 'Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya (1.b).
4. Landasan Pedagogis
Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas menyebutkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Jadi melalui pendidikan, peserta didika
berkelaian dibentuk menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab, yaitu individu yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam
masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari
teman sebayanya di sekolah-sekolah khusus. Betapapun kecilnya mereka harus
diberi kesempatan bersama teman sebayanya.
5. Landasan Empiris
Deklarasi Universal hak asasi manusia tahun 1928
Konvensi PBB tentang hak anak tahun 1989
Deklarasi Bandung dengan komitmen “Indonesia menuju pendidikan inklusif”
tahun 2004
Pengaturan standar tentang persamaan kesempatan bagi para penyandang
cacat tahun 1993.
C. Kesimpulan
Pendidikan inklusif merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan bagi anak-
anak yang memiliki keterbatasan tertentu dan anak-anak lainnya yang disatukan dengan
tanpa mempertimbangkan keterbatasan masing-masing, sehingga memberikan
kesempatan kepada semua anak untuk belajar bersama-sama di sekolah umum.
Referensi :
Suhendarti, Mamik. 2019. Konsep-konsep MIPA. Kota Tangerang: PT. Pustaka
Mandiri
Garnida, Dadang. 2015. Pengantar pendidikan inklusif. Bandung: PT. Refika
Aditama di akses melalui
https://www.academia.edu/66601502/BUKU_PENDIDIKAN_INKLUSI.