Anda di halaman 1dari 3

LK 1.

Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

NAMA

INSTANSI

Petunjuk:
1. Bacalah materi tentang Konsep Dasar Pendidikan Inklusif yang sudah peserta
bimtek unduh! Jawablah pertanyaan yang diberikan berdasar berbagai sumber
referensi yang relevan!.
2. Jawaban diunggah ke LMS dalam bentuk PDF.
3. Berilah nama file jawaban LK dengan format: Nama_Judul Sub Materi. Misal:
Agus Setiawan_Konsep Dasar Pendidikan Inklusif
1. Setelah membaca materi hakikat pendidikan inklusif, menurut anda apakah
landasan filosofis, yuridis dan empiris sudah mampu memberikan kondisi
yang ideal bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif?
Jawab:
Pada mulanya pendidikan inklusif merupakan suatu strategi untuk
mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan
sekolah yang responsive terhadap beragam kebutuhan actual dari anak dan
masyarakat. Dengan demikian pendidikan inklusif menjamin akses dan
kualitas. Satu tujuan inklusif adalah mendidik anak yang berkebutuhan khusus
akibat kecacatannya dikelas regular bersama dengan anak-anak lain yang non-
cacat, dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya, disekolah yang
dekat dengan lokasi rumahnya.
Keadilan sosial merupakan salah satu sila dalam Pancasila yang merupakan
landasan filosofis sistem pendidikan Indonesia. Secara filosofis, konsep
pendidikan  yang berkeadilan sosial dapat dirumuskan sebagai pendidikan
yang menganut prinsip keseimbangan dan pemerataan hak dan kewajiban
pendidikan berdasarkan pada kemajemukan keyakinan beragama, gender,
ekonomi, abilitas pribadi, dan akses informasi dari semua warga Negara
Dalam buku pedoman umum penyelenggaraan pendidikan inklusif.
Pendidikan inklusif di indonesia diselenggarakan dengan tujuan: (a)
Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak (termasuk
anak berkebutuhan khusus) mendapatkan pendidikan yang layak sesuai
dengan kebutuhannya. (b) Membantu mempercepat program wajib belajar
pendidikan dasar. (c) Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan
menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah. (d)
Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak
diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran. (e) Memenuhi amanat
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Ps. 32 ayat 1 yang berbunyi‟ setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan‟, dan ayat 2 yang berbunyi „setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya‟. UU no.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
khususnya Ps. ayat 1 yang berbunyi‟setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu‟. UU no. 23/2002
LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

tentang Perlindungan Anak, khususnya Ps. 51 yang berbunyi ‟anak yang


menyandang cacat fisik dan/mental diberikan kesempatan yang sama dan
aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa‟‟
(Direktorat PLB, 2007, p. 10).

Di Indonesia bentuk satuan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus


(ABK) yang berupa SLB telah lama dikenal, sedangkan bentuk layanan
pendidikan melalui pendidikan inklusi merupakan hal yang baru. Meskipun di
Indonesia telah cukup lama memperkenalkan model pendidikan terpadu,
namun istilah pendidikan inklusif baru berkembang sejak tahun 2000-an.
Konsep pendidikan inklusif dikembangkan di Indonesia sejalan dengan
kecenderungan dunia tentang arah kedepan perkembangan layanan pendidikan
bagi semua hak (education for all). Oleh karena itu, maka sosialisasi ke
berbagai stake holders tentang konsep pendidikan inklusif wajib digalakkan
agar Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia dibidang pendidikan.

Dari uraian singkat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan inklusi
memiliki landasan yang kuat. Meskipun keberadaan pendidikan inklusif telah
memperoleh pijakan hukum yang kuat, tetapi dalam implementasinya masih
dihadapkan kepada sejumlah kendala. Di beberapa sekolah inklusi, keberadaan
Anak berkebutuhan Khusus, terutama yag memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, dan sosial masih dihadapkan kepada adanya resistensi (penolakan),
baik dari pihak pengelola sekolah, peserta didik reguler (normal), maupun dari
orang tua peserta didik reguler. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
inklusif yang seharusnya menjadi pusat tumbuh kembangnya nilai
kebersamaan, justru dalam praktiknya masih kerap diwarnai oleh kondisi
ketidak bersamaan. Munculnya reistensi tersebut lebih banyak disebabkan oleh
kekurang pahaman warga sekolah dan masyarakat terhadap filosofi pendidikan
inklusif.

Selain itu, banyak yang belum menerapkan nilai – nilai dari sekolah ramah
anak dalam penerapan pendidikan secara inklusi. Masih sering terdapat
sekolah – sekolah yang melaksankan pendidikan inklusi namun belum
menyediakan fasilitas bagi setiap kebutuhan anak yang berkebutuhan khusus.

2. Setelah membaca materi tentang sekolah ramah anak, bagaimana pengelolaan


kelas yang akan anda lakukan agar tercipta lingkungan kelas yang ramah anak
dengan setting sekolah inklusif?
Jawab:
LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

3. Sebutkan indikator nilai-nilai kebersamaan yang mewarnai situasi dan suasana


pembelajaran dalam praktik penyelenggaraan sekolah inklusif?
Jawab:

4. Setelah membaca materi mekanisme layanan PDBK, menurut anda, model


penempatan PDBK manakah yang paling baik? Jelaskan alasannya?
Jawab:

Anda mungkin juga menyukai