Anda di halaman 1dari 4

LK 1.

Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

NAMA Andriana Januaria Dhone

INSTANSI SDK Naru

Petunjuk:
1. Bacalah materi tentang Konsep Dasar Pendidikan Inklusif yang sudah peserta
bimtek unduh! Jawablah pertanyaan yang diberikan berdasar berbagai sumber
referensi yang relevan!.
2. Jawaban diunggah ke LMS dalam bentuk PDF.
3. Berilah nama file jawaban LK dengan format: Nama_Judul Sub Materi. Misal:
Agus Setiawan_Konsep Dasar Pendidikan Inklusif
1. Setelah membaca materi hakikat pendidikan inklusif, menurut anda apakah
landasan filosofis, yuridis dan empiris sudah mampu memberikan kondisi
yang ideal bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif?
Jawab:
Pada mulanya pendidikan inklusif merupakan suatu strategi untuk
mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan
sekolah yang responsive terhadap beragam kebutuhan actual dari anak dan
masyarakat. Dengan demikian pendidikan inklusif menjamin akses dan
kualitas. Satu tujuan inklusif adalah mendidik anak yang berkebutuhan khusus
akibat kecacatannya dikelas regular bersama dengan anak-anak lain yang non-
cacat, dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya, disekolah yang
dekat dengan lokasi rumahnya.
Keadilan sosial merupakan salah satu sila dalam Pancasila yang merupakan
landasan filosofis sistem pendidikan Indonesia. Secara filosofis, konsep
pendidikan yang berkeadilan sosial dapat dirumuskan sebagai pendidikan
yang menganut prinsip keseimbangan dan pemerataan hak dan kewajiban
pendidikan berdasarkan pada kemajemukan keyakinan beragama, gender,
ekonomi, abilitas pribadi, dan akses informasi dari semua warga Negara
Dalam buku pedoman umum penyelenggaraan pendidikan inklusif.
Pendidikan inklusif di indonesia diselenggarakan dengan tujuan: (a)
Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak (termasuk
anak berkebutuhan khusus) mendapatkan pendidikan yang layak sesuai
dengan kebutuhannya. (b) Membantu mempercepat program wajib belajar
pendidikan dasar. (c) Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan
menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah. (d)
Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak
diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran. (e) Memenuhi amanat
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Ps. 32 ayat 1 yang berbunyi‟ setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan‟, dan ayat 2 yang berbunyi „setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya‟. UU no.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
khususnya Ps. ayat 1 yang berbunyi‟setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu‟. UU no. 23/2002
LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

tentang Perlindungan Anak, khususnya Ps. 51 yang berbunyi ‟anak yang


menyandang cacat fisik dan/mental diberikan kesempatan yang sama dan
aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa‟‟
(Direktorat PLB, 2007, p. 10).

Di Indonesia bentuk satuan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus


(ABK) yang berupa SLB telah lama dikenal, sedangkan bentuk layanan
pendidikan melalui pendidikan inklusi merupakan hal yang baru. Meskipun di
Indonesia telah cukup lama memperkenalkan model pendidikan terpadu,
namun istilah pendidikan inklusif baru berkembang sejak tahun 2000-an.
Konsep pendidikan inklusif dikembangkan di Indonesia sejalan dengan
kecenderungan dunia tentang arah kedepan perkembangan layanan pendidikan
bagi semua hak (education for all). Oleh karena itu, maka sosialisasi ke
berbagai stake holders tentang konsep pendidikan inklusif wajib digalakkan
agar Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia dibidang pendidikan.

Dari uraian singkat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan inklusi
memiliki landasan yang kuat. Meskipun keberadaan pendidikan inklusif telah
memperoleh pijakan hukum yang kuat, tetapi dalam implementasinya masih
dihadapkan kepada sejumlah kendala. Di beberapa sekolah inklusi,
keberadaan Anak berkebutuhan Khusus, terutama yag memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial masih dihadapkan kepada adanya resistensi
(penolakan), baik dari pihak pengelola sekolah, peserta didik reguler (normal),
maupun dari orang tua peserta didik reguler. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan inklusif yang seharusnya menjadi pusat tumbuh kembangnya nilai
kebersamaan, justru dalam praktiknya masih kerap diwarnai oleh kondisi
ketidak bersamaan. Munculnya reistensi tersebut lebih banyak disebabkan
oleh kekurang pahaman warga sekolah dan masyarakat terhadap filosofi
pendidikan inklusif.

Selain itu, banyak yang belum menerapkan nilai – nilai dari sekolah ramah
anak dalam penerapan pendidikan secara inklusi. Masih sering terdapat
sekolah – sekolah yang melaksankan pendidikan inklusi namun belum
menyediakan fasilitas bagi setiap kebutuhan anak yang berkebutuhan khusus.

2. Setelah membaca materi tentang sekolah ramah anak, bagaimana pengelolaan


kelas yang akan anda lakukan agar tercipta lingkungan kelas yang ramah anak
dengan setting sekolah inklusif?
Jawab:
Adanya para siswa yang berkebutuhan khusus di sekolah inklusi berimplikasi
pada perubahan orientasi dan manajemen tidak hanya sekolah juga pada
manajemen kelas. Pembelajaran di sekolah inklusif dimana di kelas tersebut
beranggotakan anak berkebutuhan khusus menuntut perubahan dan
penyesuaian-penyesuaian. Guru kelas tidak lagi berorientasi klasikal tetapi
dihadapkan pada keberagaman kebutuhan siswa. Oleh karena itu, pengelolaan
LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

kelas di sekolah inklusi menjadi hal yang sangat penting dalam tataran
implementasi pendidikan inklusif di tanah air. Dengan terungkapnya
pengelolaan kelas menuju pendidikan di SD inklusif, maka akan dapat
meminimaisir permasalahan yang dialami oleh guru kelas dalam mengelola
kelas yang beranggotakan anak berkebutuhan khusus. Pembelajaran yang
bermakna bukan saja hanya mengajar, bukan saja penyampaian
informasi/pesan tetapi juga meliputi perkembangan pribadi siswa, interaksi
sosial serta penanaman sikap dan nilai pada diri siswa. Proses belajar yang
bermakna akan terwujud dalam kondisi, suasana iklim kelas yang kondusif,
efektif, kreatif, produktif dan menyenangkan. Selain itu terbina hubungan
interpersonal yang sehat dan mendorong munculnya perubahan perilaku
belajar siswa yang diharapkan.Untuk mencapai iklim kelas tersebut maka
diperlukan sustu pengelolaan yang dilakukan guru di dalam kelas.
Hal – hal yang akan saya lakukan adalah :
(1) Pengelolaan kelas dari faktor fisik adalah:
(a) Pengaturan ruang kelas dari penempatan meja kursi
peserta didik dan guru sebaiknya sering dilakukan kombinasi
mulai dari duduk geser setiap hari, bentuk kelompok-
kelompok kecil, letter U dan yang lainnya serta disesuaikan
dengan tingkat kejenuhan peserta didik.
(b) Ventilasi dan jendela di sebelah kiri dan kanan agar
memperlancar sirkulasi udara masuk ke dalam ruang kelas
dan cahaya tidak menyilaukan.
(c) Penempatan barang-barang disesuaikan dengan kondisi
kelas dan jumlah peserta didik. Untuk peserta didik
berkebutuhan khusus dalam penempatan posisi duduk di
letakkan di depan.
(2) Pengelolaan kelas dari faktor sosio-emosional adalah:
(a) guru menyamakan kedudukan peserta didik baik regular
maupun berkebutuhan khusus dalam pemberian prilaku atau
tindakan di kelas akan disesuaikan antara anak berkebutuhan
khusus dengan anak reguler.
(b) suara disesuaikan dengan kondisi kelas,
(c) kepemimpinan situasional sebagai bentuk bahwa peserta
didik adalah individu berpotensi yang harus di kembangkan
kemampuannya.
(3) Pengelolaan kelas dari faktor organisasional adalah:
(a) adanya aturan tertulis di dalam kelas dalam bentuk tata
tertib kelas, jadwal pelajaran, dan jadwal piket,
(b) organisasi kelas untuk mengetur kelas mulai dari
kebersihan dan kenyamanan demi terciptanya lingkungan
kelas yang kondusif, bersih, dan nyaman.

3. Sebutkan indikator nilai-nilai kebersamaan yang mewarnai situasi dan suasana


pembelajaran dalam praktik penyelenggaraan sekolah inklusif?
Jawab:
a) Siswa yang berkebutuhan khusus dan siswa reguler memiliki motivasi
LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

yang tinggi untuk belajar


b) guru mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh,
memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar
c) guru mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang bisa
mengakomodasi siswa yang berkebutuhan khusus dan siswa reguler
d) interaksi yang optimal antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa,
guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah.
e) guru mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara
mendalam, baik dari segi kemampuan maupun ketidakmampuannya
dalam menyerap materi pelajaran, kecepatan maupun kelambatannya
dalam belajar, dan perilakunya, sehingga setiap kegiatan pembelajaran
masing-masing anak mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai.
f) Siswa berkebutuhan khusus dan siswa reguler memiliki interaksi yang
baik dan tidak terjadi bullying di sekolah
g) Setiap warga sekolah menerapkan prinsip prinsip bahwa setiap orang
berhak menerima pendidikan tanpa dibeda – bedakan dari segi apapun.

4. Setelah membaca materi mekanisme layanan PDBK, menurut anda, model


penempatan PDBK manakah yang paling baik? Jelaskan alasannya?
Jawab:
Model penempatan PDBK yang paling baik adalah : model Pull out
Alasannya yaitu dengan adanya model penempatan Pull Out siswa tetap bisa
berinteraksi dengan siswa reguler dengan tetap belajar sesuai dengan
kebutuhannya. Model Pull Out dilakukan sebagai bentuk pemberian layanan
yang baik kepada siswa ABK. Penerapan model Pull Out perlu disiapkan
secara cermat. Sekolah melakukan pemetaan dan kajian terhadap kebutuhan
siswa ABK. Pengelolaan siswa ABK membutuhkan program yang mampu
memberikan layanan yang baik. Proses pembelajaran yang terintegrasi antara
siswa ABK dengan siswa normal memerlukan kurikulum yang berbeda
dengan sekolah lain. Modifikasi kurikulum diperlukan untuk tetap
memberikan layanan yang maksimal kepada siswa ABK. Bentuk layanan yang
dilakukan sekolah kepada siswa ABK yaitu menjamin proses pembelajaran
bagi siswa ABK dengan baik. Indikasi ketercapaian layanan di antaranya
tersedianya GPK, kelas, alat, media, dan proses pembelajaran. Sekolah juga
memberikan layanan berupa pendampingan secara kontinyu. Proses
pembelajaran untuk siswa ABK di kelas reguler menggunakan model Pull
Out. Model Pull Out dilakukan oleh guru pendamping. Model Pull Out
digunakan karena dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada siswa
ABK. Model ini digunakan setelah dilakukan pemetaan dan kajian yang
mendalam. Model Pull Out mampu :
(1) Membantu guru dalam memahamkan materi ajar kepada siswa ABK;
2) Siswa ABK sangat senang dan antusias belajar;
3) Siswa ABK dapat belajar sesuai kemampuan yang dimiliki

Anda mungkin juga menyukai