Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pemikiran, Penelitian Hukum,

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraaan


Volume 9 Nomor 2, Juni 2022 ISSN: 2355-6439

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSI

Muhammad Amir
Dosen UIN Alauddin Makassar DPK STAI DDI Pinrang
muhamir0823@gmail.com

Abstract: Inclusive education is regular education that is tailored to the needs of students who have
disabilities and/or have the potential for intelligence and special talents in regular schools in a
systemic unit. Inclusive education accommodates all children with special needs who have a normal
IQ, intended for those who have disabilities, special talents, special intelligence and or who require
special service education. The foundation of inclusive education is the Law on the National Education
System chapter IV article V concerning the rights and obligations of citizens. The purpose of inclusive
education is to provide the widest opportunity for all students who have physical, emotional, mental
and social disabilities or have the potential for intelligence or special talents to obtain quality
education according to their needs and abilities.
Keywords: Analysis, policy, education, inclusion
Abstrak: Pendidikan inklusif adalah pendidikan regular yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik yang memiliki kelainan dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada sekolah
regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidkan inklusif mengakomodasi semua anak
berkebutuhan khusus yang mempunyai IQ normal, diperuntukan bagi yang memiliki kelainan, bakat
istimewa, kecerdasan istimewa dan atau yang memerlukan pendidkan layanan khusus. Landasan
pendidikan inklusif adalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional bab IV pasal V
tentang hak dan kewajiban warga negara.Tujuan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan
seluas- luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial
atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan ynag bermutu
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Kata Kunci: Analisis, kebijakan, pendidikan,inklusi

PENDAHULUAN yang memiliki tingkat kesulitan dalam


Pendidikan inklusi merupakan seseuatu mengi- kuti proses pembelajaran karena
yang baru di dunia pendidikan Indonesia. memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
Istilah pendidikan inklusif atau inklusi, mulai sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
mengemuka sejak tahun 1990, ketika kon- dan bakat istimewa. Oleh karena itu, untuk
ferensi dunia tentang pendidikan untuk men- dorong kemampuan pembelajaran
semua, yang diteruskan dengan pernya- mereka dibutuhkan lingkungan belajar yang
taan tentang pendidikan inklusif pada tahun kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem
1994. penilaian, sarana dan prasarana serta yang
Pendidikan khusus merupakan pendidi- tidak kalah pentingnya adalah tersedianya
kan yang diperuntukan bagi peserta didik media pendidikan yang memadai sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.

Muhammad Amir, Analisis Kebijakan Pendidikan |1


Seiring dengan perjalanan kehidupan mengakui kebhinekaan antar manusia
sosial bermasyarakat, ada pandangan bahwa yang mengemban misi tunggal untuk
mereka anak-anak penyandang dissabilitas mem- bangun kehidupan bersama yang
dianggap sebagai sosok individu yang lebih baik dalam rangka meningkatkan
tidak berguna, bahkan perlu diasingkan. kualitas pengabdian kepada Tuhan yang
Namun, seiring dengan perkembangan per- Maha Esa.
adaban manusia, pandangan tersebut mulai 3. Menurut Permen No.70 Tahun 2009 Pasal
berbeda. Keberadaannya mulai dihargai dan 1 menyatakan bahwa pendidikan inklusif
memiliki hak yang sama seperti anak normal adalah sistem penyelenggaraan pendidikan
lainnya. yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelai-
Hal ini sesuai dengan apa yang
nan dan memiliki potensi kecerdasan dan
diharapkan dalam Undang-Undang Dasar atau bakat istimewa untuk mengikuti
1945 Pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang pendidikan atau pembelajaran dalam lling-
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pen- kungan pendidikan secara bersama-sama
didikan Nasional dapat disimpulkan bahwa dengan peserta didik pada umumnya.
Negara memberikan jaminan sebenarnya 4. Pendidikan inklusif adalah pendidikan
kepada anak-anak berkebutuhan khusus regular yang disesuaikan dengan kebutu-
untuk memperoleh layanan pendidikan yang han peserta didik yang memiliki kelainan
berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa dan atau memiliki potensi kecerdasan dan
anak-anak berkebutuhan khusus bakat istimewa pada sekolah regular
mendapatkan kesempatan yang sama dengan dalam satu kesatuan yang sistemik.
anak-anak normal lainnya dalam pendidikan. Pendidkan inklusif mengakomodasi
Hanya saja, jika ditinjau dari sudut pandang semua anak berkebutuhan khusus yang
pendidikan, karena karakteristiknya yang mempunyai IQ normal diperuntukan bagi
yang memiliki kelainan, bakat istimewa,
berbeda dengan anak normal pada umumnya
kecerdasan istimewa dan atau yang
menyebabkan dalam proses pendidikannya memerlukan pen- didikan layanan khusus.
mereka mem- butuhkan layanan pendekatan Indonesia dan dunia memiliki banyak
dan metode yang berbeda dengan pendekatan keberagaman. Seperti yang kita tahu negeri
khusus ini kaya akan suku, bangsa dan bahasa, itu
salah satu contoh keberagaman. Contoh lain
PEMBAHASAN ada pribadi yang “lengkap”, dalam artian
A. Pengertian Pendidikan Inklusi memiliki dua mata, satu hidung, dua telinga,
satu mulut, dua tangan, dua kaki dan
Definisi pendidikan inklusif terus anggota- anggota tubuh lain yang berfungsi
menerus berkembang sejalan dengan dengan baik. Tetapi ada juga pribadi yang
semakin mendalamnya renungan orang berbeda dengan kita (manusia mayoritas),
terhadap praktik yang ada. Jika pendidikan yaitu tuna rungu, tuna wicara, tidak punya
inklusif ingin tetap menjadi jawaban yang kaki, lumpuh (difable), dll. Yang saya
nyata dan berharga untuk mengatasi tentang tekankan disini, mereka tidak cacat ! Mereka
pendidikan dan hak asasi manusia. Akhirnya hanya berbeda, ya hanya berbeda dengan
definisi pendidikan inklusif hanya berupa orang kebanyakan. “Coba bayangkan kalau
versi lain dari pendidikan luar biasa untuk di dunia ini semua orang berkaki satu, berarti
anak berkebutuhan khusus. kalau kita mempunyai dua kaki, kita
Beberapa definisi pendidikan inklusif dianggap cacat. Padahal sesungguhnya kita
yaitu sebagai berikut: tidak cacat, hanya berbeda”
1. Pendidikan inklusif adalah penggabungan
pendidikan regular dan pendidikan khusus B. Model Pendidikan Inklusi
kedalam satu sistem persekolahan yang Menurut Suyanto & Mudjito A.K.
dipersatukan untuk mempertemukan per- (20012: 5), ada tiga model pendidikan untuk
bedaan kebutuhan semua siswa.
menggabungkan anak berkebutuhan khusus
2. Pendidikan inklusif bukan sekedar metode
atau pendekatan pendidkan melainkan dengan anak normal dalam satu lingkungan
suatu bentuk implementasi filosofi yang belajar, yakni:

2 | Tomalebbi: Volume 9, Nomor 2, Juni 2022


a. Mainstream, adalah system pendidikan Semua yang ada di dunia, semata hanya
yang menempatkan anak-anak berkebutu- milik Nya, dan manusia diciptakan
han khusus di sekolah umum, mengikuti hanyanyah sebagai hamba yang selalu
kurikulum akademis yang berlaku, dan memohon berkah dan kebaikan. Bangsa
guru juga tidak harus melakukan adaptasi yang percaya Kepada Tuhan, meyakini
kurikulum. Diikuti oleh anak-anak yang bahwa semua manusia dilahirkan dalam
sakit namun tidak berdampak pada keadaan suci. Di hadapan Tuhan manusia
kemampuan kognisinya. adalah sama, oleh karenanya juga
b. Integrasi, adalah menempatkan anak-anak mempunya hak hidup yang sama antara
berkebutuhan khusus dalam kelas anak- satu dengan lainnya.
anak normal, dimana mereka mengikuti c. Landasan Yuridis, berbagai peraturan dan
pelajaran-pelajaran yang dapat mereka perundang telah diterbitkan dalam rangka
ikuti dari gurunya. Sedangkan untuk mata pelaksanaan pendidikan inklusi ini, di
pelajaran akademis lainnya anak-anak antaranya:
berkebutuhan khusus itu memperoleh 1) UUD 1945 (amandemen) pasal 31, ayat
pengganti di kelas yang berbeda dan 1 dan 2 tentang hak untuk pendidikan.
terpisah. Penempatan integrasi itu tidak 2) UUno. 20 tahu 2003 pasal 5, ayat 1
sama dengan integrasi pengajaran dan sampai dengan 4 tentang system
itegrasi sosial, karena tergantung pada pendidikan Nasional.
dukungan yang diberikan sekolah. 3) UU No. 23 tahun 2002 pasal 48 dan 49,
c. Inklusi, adalah system penyelenggaraan tentang perlindungan anak.
pendidikan yang memberikan kesempatan 4) UU No. 4 tahun 1997 pasal 5, tentang
kepada semua peserta didik yang memiliki penyandang anak cacat.
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan 5) PP No. 17 tahun 2010 pasal 127 sampai
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti dengan 142, tentang Pengelolaan dan
pendidikan atau pembelajaran dalam Penyelenggaraan Pendidikan.
lingkungan pendidikan secara bersama- 6) Permendiknas No. 70 tahun 2009,
sama dengan peserta didik pada umumnya tentang Pendidikan inklusif
(Permendiknas No. 70 tahun 2009). 7) Surat Edaran Dirjen Manajemen Pen-
C. Landasan Pendidikan Inklusi didikan Dasar dan Menengah, Kemen-
diknas No. 380/C.C6/MN/2003,
Landasan penyelengaraan pendidikan tanggal 20 Januari 2003.
inklusi di Indonesia didasari oleh lima pilar 8) Deklarasi Bandung: “Indonesia Menuju
besar, yakni landasan filosofis, relegius, Pendidikan Inklusif” tanggal 11-14
yuridis, pedagogis dan empiris. Agustus 2004.
a. Landasan filosofis, pendidikan inklusi di d. Landasan Pedagogis, pada UU No. 20
Indonesia tidak lepas dari tatanan atau tahun 2003 pasal 3, disebutkan bahwa
aturan-aturan dasar kehidupan bangsa tujuan pendidikan nasional adalah ber-
yang tidak tertulis, namun masih sangat kembangnya potensi peserta didik agar
kuat untuk membangun landasan menjadi manusia yang beriman dan
kebijakan. Falsafah berasal dari lambang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
burung Garuda Pancasila yang kakinya berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
menceng- keram pita bertuliskan Bhineka kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Tunggal Ika, maknanya adalah berbeda- Negara yang demokratis dan bertanggung-
beda tapi tetap satu. Dalam bentuk jawab. Melalui pendidikan peserta didik
kesatuannya diwujudkan dengan lima berkelainan dibentuk menjadi warga
sikap atau sila yakni Pacasila. Negara yang demokratis dan bertanggung-
b. Landasan Relegius, sebagai bangsa yang jawab, yakni individu yang mampu
relegius (beragama), memiliki keyakinan menghargai perbedaan, berpartisipasi
yang kuat bahwa Tuhan adalah segalanya. dalam masyarakat.

Muhammad Amir, Analisis Kebijakan Pendidikan |3


e. Landasan Empiris, mengacu dari atau kurikulum modifikasi; anak kemam-
penelitian yang banyak dilakukan di puan akademik sedang (dibawah rata-rata)
Negara-negara Barat sejak tahun 1980-an disiapkan kurikulum funsional/vokasional;
(diseponsori oleh The National Academy dan anak sangat rendah disiapkan kuriku-
Of Science), hasilnya menunjukan lum pengembangan bina diri, juga disiap-
klasifikasi dan penempatan anak kan kurikulum komponsatoris.
berkelainan di sekolah, kelas, atau tempat
2. Tenaga Pendidik (guru)
khusus tidak efektif dan diskriminatif.
Dalam hal ini diperlukan guru yang
D. Prinsip Pendidikan Inklusi professional; memiliki pengetahuan,
1. Prinsip pemerataan dan peningkatan ketrampilan dan sikap tentang materi yang
mutu, pendidikan inklusif merupakan akan diajarkan/dilatihkan, memahami
strategi untuk pemerataan kesempataan siswa. Seorang guru dituntut menguasai
memperoleh pendidikan, dan juga sejumlah keterampilan yang berkaitan
merupa- kan strategi peningkatan mutu dengan proses pembelajaran, antara lain
pendidikan. Tentunya hal ini merupakan menguasai bahan ajar, mengelola kelas,
tanggung jawab pemerintah untuk menggunakan metode, media, dan sumber
menyusun strategi ini. belajar, serta kemampuan untuk melaku-
2. Prinsip Kebutuhan individual, setiap anak kan penilaian, baik proses maupun hasil.
memiliki kebutuhan dan kemampuan yang 3. Input Peserta Didik
berbeda, sehingga pendidikan inklusi
harus berorientasi pada Program Kemampuan awal dan karakter siswa
Pembelajaran Indidvidu (PPI), pendidikan menjadi acuhan utama dalam mengem-
didasarkan pada kebutuhan anak. bangkan kurikulum dan bahan ajar serta
3. Prinsip Kebermaknaan, pendidikan inklu- penyelenggaraan proses belajar mengajar.
sif harus menjaga komunitas kelas yang Implikasinya antara lain perlu dipikirkan:
ramah, menerima keanekaragamaan dan siapa input siswanya?, apakah semua
menghargai perbedaan. peserta didik berkelainan dapat mengikuti
4. Prinsip Keberlajutan, pendidikan inklu-sif kelas regular?, bagaimana
harus diselenggarakan secara berkelanju- identifikasinya?, apa alat identifikasinya?
tan pada semua jenjang pendidikan. Siapa yang akan terlibat dalam
5. Prinsip Keterlibatan, dalam menyeleng- indentifikasi?
garakan pendidikan inklusif harus 4. Lingkungan dan Penyelenggara Sekolah
melibat- kan seluruh komponen
pendidikan terkait. Bila dicermati, maka lingkungan
sangat berpengaruh sekali terhadap penye-
E. Faktor Keberhasilan Pendidikan Inklusi lenggaraan pendidikan inklusi. Selain
1. Fleksibilitas Kurikulum (Bahan Ajar) lingkungan sekitar, peran orang tua,
Kurikulum sebaiknya berorientasi kepala sekolah, dan pemerintah juga
pada kebutuhan anak supaya anak tidak sangat menetukan kualitas pendidikan
merasa mendapat tekanan secara psikolo- inklusi.
gis. Kurikulum harus memiliki tujuan/ 5. Sarana dan Prasarana
capaian, dan dalam perkembanganya
keberhasilan pendidikan inklusi.
harus dinamis dan konstruktif. Dalam
Sarana dan prasarana sebaiknya disesuai-
pendidikan inklusi, kurikulum
kan dengan kurikulum (bahan ajar) yang
menggunakan kuriku- lum sekolah regular
telah dikembangakan. Sarana dan prasa-
yang dimodifikasi. Ada 3 model
rana menurut Wahyuningrum seperti yang
kurikulum yang mungkin perlu
dikutib oleh Mohammad takdir Ilahi
dipersiapkan untuk pendidikan inklusi
(2013: 186) terdiri dari fasilitas fisik dan
yakni, untuk anak dengan kemampuan
fasilitas uang. Selanjutnya dikatakan
akademik rata-rata dan di atas rata-rata
bahwa sarana pendidikan dalam
mengunakan kurikulum normal
4 | Tomalebbi: Volume 9, Nomor 2, Juni 2022
pendidikan inklusif adalah seperangkat
peralatan, bahan dan

Muhammad Amir, Analisis Kebijakan Pendidikan |5


perabotan yang langsung digunakan dalam daan dengan menerapkan kurikulum dan
proses pendidikan di sekolah. pembelajaran yang interaktif.
6. Evaluasi Pembelajaran 2. Guru dituntut melakukan kolaborasi
dengan profesi atau sumberdaya alam lain
Dalam evaluasi belajar, sebagaimana dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
disebutkan dalan Permendiknas No. 70 evaluasi.
tahun 2009 pasal 7 samapi 9: 3. Guru dituntut melibatkan orang tua secara
1) Penilaian hasil belajar bagi peserta bermakna dalam proses pendidikan.
didik pendidikan inklusif mengacu 4. Kepala sekolah dan guru yang nanti akan
pada jenis kurikulum tingkat satuan jadi Guru Pembimbing Khusus (GPK),
pendidikan yang bersangkutan. harus mendapatkan pelatihan bagaimana
2) Peserta didik yang mengikuti pembela- menjalankan sekolah inklusi.
jaran berdasarkan kurikulum yang 5. GPK harus mendapatkan pelatihan teknis
dikembangkan sesuai dengan standar memfasilitasi anak ABK.
nasional pendidikan atau di atas 6. Asesmen di sekolah dilakukan untuk
nasional pendidikan wajib mengikuti mengetahui ABK dan tindakan yang
unjian nasional. diper- lukan. Mengadakan bimbingan
3) Peserta didik yang memiliki kelainan khusus, atas kesalahpahaman dan
dan mengikuti pembelajaran berdasar- kesepakatan dengan orang tua ABK.
kan kurikulum yang dikembangkan di 7. Mengidentifikasi hambatan berkait dengan
bawah standar pendidikan mengikuti kelainan fisik, social, dan maslah lainnya
ujian yang diselenggarakan oleh satuan terhadap akses dan pembelajaran.
pendidikan yang bersangkutan. 8. Melibatkan masyarakat dalam melakukan
4) Peserta didik yang menyelesaikan dan perencanaan dan monitoring mutu pen-
lulus sesuai dengan standar nasional didikan bagi semua anak. (Suyanto &
pendidikan mendapatkan ijazah yang Mudjito AK. 2012: 39).
blangkonya dikeluarkan oleh pemerin-
tah. F. Analisis
5) Peserta didik yang memiliki kelainan Kebijakan pemerintah sebagai komit-
yang menyelasaikan pendidikan ber- men untuk mewujudkan penyelenggaraan
dasarkan kurikulumyang pendidikan inklusif di Indonesia, dapat
dikembangkan oleh satuan pendidikan ditandai dengan lahirnya Undang-undang
di bawah standar nasional pendidikan sebagai berikut:
mendapatkan Surat Tanda Tamat 1. UU No. 4 tahun 1997 pasal 5 tentang
Belajar yang blangkonya dikeluarkan pernyandang anak cacat
oleh satuan pendidikan yang 2. UU No. 23 tahun 2002 pasal 48 dan 49
bersangkutan. tentang perlindungan anak
6) Peserta didik yang memperoleh Surat 3. UU No. 20 tahun 2003 pasal 5, ayat 1
Tamat Belajar dapat melanjutkan sampai dengan 4 tentang system
pendidikan pada tingkat atau jenjang pendidikan Nasional.
yang lebih tinggi pada satuan pendidi- 4. Surat Edaran Dirjen Manajemen Pendidi-
kan yang menyelenggarakan pendidi- kan Dasar dan Menengah, Kemendiknas
kan inklusif atau satuan pendidikan No. 380/C.C6/MN/2003, tanggal 20
khusus. Januari 2003.
Selain itu ada beberapa hal yang harus 5. Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang
mendapat perhatian dalam pelaksanaan Pendidikan Inklusif
pendidikan inklusif ini: 6. PP No. 17 tahun 2010 pasal 127 sampai
1. Sekolah harus menyediakan kondisi kon- dengan 142, tentang Pengelolaan dan
disi kelas yang hangat, ramah, menerima Penyelenggaraan Pendidikan.
keanekaragaman dan menghargai perbe-

6 | Tomalebbi: Volume 9, Nomor 2, Juni 2022


Bahkan pada tahun 2002 pemerintah bakat istimewa, kecerdasan istimewa dan
secara resmi mulai melakukan proyek atau yang memerlukan pendidkan layanan
ujicoba di sembilan provinsi yang memiliki khusus. Landasan pendidikan
pusat sumber, dan sejak saat itu lebih dari inklusif adalah Undang-
1500 siswa berkelainan telah bersekolah di undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
sekolah regular, dan pada tahun 2005 bab IV pasal V tentang hak dan
meningkat menjadi 6.000 siswa atau 5,11% kewajiban warga negara.
dari seluruh jumlah anak berkebutuhan Tujuan pendidikan inklusif adalah mem-
khusus. Sedangkan pada tahun 2007 berikan kesempatan seluas-luasnya kepada
meningkat menjadi 7,5% atau 15.181 siswa semua peserta didik yang memiliki kelainan
yang tersebar di 796 sekolah inklusif yang fisik, emosional, mental dan sosial atau
terdiri dari 17 TK, 648 SD, 75 SLTP, dan 56 memiliki potensi kecerdasan atau bakat
SLTA (Sunaryo. 2009:6). istimewa untuk memperoleh pendidikan ynag
KESIMPULAN bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan.
Pendidikan inklusif adalah pendidikan
regular yang disesuaikan dengan kebutuhan DAFTAR PUSTAKA
peserta didik yang memiliki kelainan dan Peni Puspito. “Kebijakan Pendidikan di
atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat Indonesia”
istimewa pada sekolah regular dalam satu http://penpenk26.blogspot.com/2015/0
kesatuan yang sistemik. Pendidkan inklusif 2/kebijakan-pendidikan-inklusi-
mengakomodasi semua anak berkebutuhan di.html?m=1
khusus yang mempunyai IQ normal, Mohammad Takdir Ilahi. 2013. Pendidikan
diperuntukan bagi yang memiliki kelainan, Inklusi: Konsep & Aplikasi. Yogya-
Media. karta: Ar-Ruzz
Pendidikan inklusif: makalah pendidikan Suyanto & Mudjito. AK. 2012. Masa Depan
inklusif (2015inspirasi. blogspot.com) Pendidikan Inklusif. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar.

Muhammad Amir, Analisis Kebijakan Pendidikan |7

Anda mungkin juga menyukai