Anda di halaman 1dari 32

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INKLUSIF:

KAJIAN TERHADAP KERAGAMAN RITUAL KEMATIAN DI MASYARAKAT


BAYAN LOMBOK UTARA

PROPOSAL TESIS

Oleh:
JULKIPLI
NIM 220401032

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2023

i
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INKLUSIF:
KAJIAN TERHADAP KERAGAMAN RITUAL KEMATIAN DI MASYARAKAT
BAYAN LOMBOK UTARA

Pembimbing :
Dr. Abdul Quddus, M.A
Dr.Muh. Azkar, M.Pd.I

Oleh:
JULKIPLI
NIM 220401032

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister
Pendidikan Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2023

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Tesis Oleh : Julkipli, NIM 220401032 dengan Judul, Pendidikan Agama Islam
Inklusif: Kajian Terhadap Keragaman Ritual Kematian Di Masyarakat Bayan Lombok
Utara telah memenuhi syarat dan disetujui.

Disetujui pada tanggal :………………………………..2023

Pembimbing I, Pembimbing II

Dr. Abdul Quddus, M.A Dr.Muh. Azkar, M.Pd.I


Nip 197811112005011009 Nip 198512312015031006

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan Semesta alam. Sholawat beserta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat,
dan semua pengikutnya. Amiin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian proposal tesis ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan
penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang akan
membantu, yaitu mereka antara lain:
1. Dr. Abdul Quddus, M.A sebagai pembimbing I
2. Dr.Muh. Azkar, M.Pd.I pembimbing II
3. Dr.Fathurrahman Muhtar, M.Ag. Sebagai Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam
4. Dr. Ribahan, M.Pd Sebagai Sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam
5. Prof. Dr. Fahrurrozi, M.A. Direktur Pascasarjana UIN Mataram
6. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag. Rektor UIN Mataram
Mereka yang akan nantinya memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi
mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana
keakraban menjadikan proposal tesis ini lebih matang nantinya.
Semoga amal kebaikan dari beliau tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda
dari Allah swt dan semoga karya ilmiah ini nantinya bermanfaat bagi semesta. Amiin.

Mataram, 03 Agustus 2023


Penulis,

JULKIPLI

iv
DAFTAR ISI
COVER LUAR……………………………………………………………….……i
COVER DALAM………………………………………………..………..………ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B.Rumusan Masalah................................................................................................3
C.Tujuan dan Manfaat..............................................................................................4
1. Tujuan...........................................................................................................4
2. Manfaat.........................................................................................................4
D.Ruang Lingkup dan Setting Penelitian.................................................................4
1. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................4
2. Setting Penelitian..........................................................................................4
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.....................................................................4
F. Kerangka Teori....................................................................................................7
G. Metode Penelitian..............................................................................................13
H. Sistematika Pembahasan...................................................................................18
I. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian..................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

v
PROPOSAL TESIS

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan agama Islam inklusif adalah suatu pendekatan dalam pendidikan agama
Islam yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang menghormati dan
mengakomodasi keragaman keyakinan agama, pemahaman, dan praktik keagamaan.
Pendekatan ini didasarkan pada prinsip-prinsip toleransi beragama.
Pendidikan agama Islam inklusif berakar pada prinsip-prinsip dasar dalam agama
Islam yang mengajarkan toleransi dan penghormatan terhadap keragaman. Prinsip-prinsip
ini meliputi konsep "Ahlul Kitab" (orang-orang ahli Kitab), yang mengakui orang-orang
yang mengikuti agama-agama samawi (Yahudi dan Kristen) sebagai saudara seiman.
Selain itu, prinsip-prinsip seperti dalam Al-Qur’an Surah Al – Baqoroh Ayat 256

( Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah
sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ) juga mendukung inklusivitas dalam pendidikan
agama Islam. Pemerintah dan lembaga pendidikan dapat memainkan peran penting dalam
mendorong pendidikan agama Islam inklusif dengan menciptakan regulasi yang
mendukung keragaman dalam pembelajaran agama. Hal ini mungkin melibatkan
penyusunan pedoman kurikulum yang inklusif, pengawasan terhadap konten pelajaran
agama Islam, serta penegakan hak individu untuk beragama sesuai keyakinan mereka.
Dalam konteks teoritis, pendidikan agama Islam inklusif menggabungkan berbagai
pendekatan pembelajaran, termasuk pemahaman interkultural dan multikultural. Teori-
teori ini mendukung integrasi aspek-aspek keragaman agama ke dalam kurikulum dan
metode pengajaran, dengan tujuan menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang
beragam keyakinan agama. Dan pendidikan agama Islam inklusif merujuk pada tafsir
(penafsiran) dan pemahaman yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian,
dan toleransi dalam Islam. Beberapa ulama dan cendekiawan Islam telah mengembangkan
pemahaman teologis yang menekankan bahwa agama Islam pada hakikatnya mengajarkan
perdamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap agama lain.
Dalam praktiknya, pendidikan agama Islam inklusif berfokus pada pengajaran yang
memahami keragaman agama sebagai aset, bukan sebagai ancaman. Dengan demikian,
pendidikan agama Islam inklusif bertujuan untuk membentuk individu yang mampu
berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat, tanpa mengorbankan identitas agama
mereka sendiri, sambil memahami dan menghormati perbedaan agama orang lain.
Pentingnya memahami perbedaan dalam ritual kematian yang dilakukan oleh
berbagai kelompok masyarakat yang beragama Islam. Ritual kematian merupakan bagian
penting dari budaya dan tradisi dalam masyarakat Muslim, dan beragamnya praktek ritual
tersebut mencerminkan perbedaan dalam pemahaman agama dan kepercayaan lokal.
Pendidikan Agama Islam berakar pada ajaran Islam yang berasal dari wahyu yang
diberikan kepada Nabi Muhammad SAW di abad ke-7 di wilayah Arab. Ajaran ini dicatat

1
dalam Al-Quran dan Hadis (tradisi Nabi). Ritual kematian dalam Islam didasarkan pada
tata cara yang ditentukan dalam Al-Quran dan Hadis. Ini termasuk tahapan seperti
memandikan mayat, mengkafani, mengimami shalat jenazah, dan menguburkan mayat
sesuai dengan ajaran sunnah. Ajaran Islam mengarah pada kepatuhan terhadap hukum-
hukum Allah dan praktik-praktik yang ditetapkan dalam Islam, dengan sedikit ruang bagi
inovasi atau penambahan yang dianggap bid'ah. Dalam konteks ini, Penelitian bertujuan
untuk melakukan kajian pendidikan agama Islam terhadap keragaman ritual kematian
dengan memfokuskan pada tiga kelompok yang berbeda, yaitu paham Sunni, Salafi
Wahabi dan Masyarakat Adat di Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
Sunni adalah mayoritas besar dalam Islam dan merujuk pada orang-orang yang
mengikuti ajaran dan tata cara yang berdasarkan pada hadist dan tradisi Nabi Muhammad
SAW. Mereka mencakup berbagai aliran dan mazhab (sekte), seperti Maliki, Hanafi,
Shafi'i, dan Hambali.1 Latar belakang Sunni bervariasi tergantung pada mazhab yang
mereka anut, tetapi mereka umumnya mengikuti ajaran-ajaran yang telah berkembang
selama berabad-abad dan ditentukan oleh pemikiran ulama-ulama besar dalam mazhab
mereka
Salafi Wahabi adalah gerakan reformis dalam Islam yang bermula di abad ke-18 di
Arab Saudi oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Mereka menganut pendekatan yang sangat
literal terhadap Islam dan mengklaim mengikuti ajaran Salaf al-Salih (pendahulu yang
saleh). Dalam konteks ritual kematian, Salafi Wahabi menekankan pengikutannya terhadap
ajaran salaf yang lebih sederhana dan tradisional dalam Islam, dengan penekanan pada
menghindari bid'ah dan praktik-praktik yang dianggap syirik.
Sedangkan ritual-ritual yang dilaksanakan oleh adat berkaitan dengan kematian
disebut gawe pati (ritual kematian dan pasca kematian). Upacara ini dilaksanakan mulai
dari hari penguburan (Nusur Tanah), hari ketiga (Nelung), hari ketujuh (Mituq), hari
kesembilan (Nyiwaq), hari keempat puluh (Matang puluh), keseratus (Nyatus) hingga hari
keseribu (Nyiu). Upacara-upacara ini bertujuan untuk menggabungkan arwah si mati
dengan dunia leluhur. Hal ini terkait erat dengan persepsi penganut Masyarakat Adat
bahwa kematian adalah suatu tahap untuk menjamin tahapan yang lebih tinggi, yakni
keluhuran (Lingkaran Leluhur) dan ritual-ritual untuk menjamin tercapainya tahapan ini.
Melalui do‘a yang dibaca pada saat upacara diyakini bahwa arwah si mati dipertemukan
dengan para leluhurnya. Ritual kematian dalam masyarakat adat bisa mencakup upacara-
upacara tradisional, penggunaan simbol-simbol khusus, dan praktik-praktik yang terkait
dengan kepercayaan dan budaya mereka sendiri. ( prosesinya ).2
Dengan mempelajari perbedaan-perbedaan dalam ritual kematian yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok ini, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persamaan
dan perbedaan dalam praktik ritual serta memahami landasan teologis atau budaya yang
mendasari setiap kelompok. Selain itu, kajian ini juga akan mengeksplorasi pemahaman
yang lebih luas kepada masyarakat tentang keberagaman dalam praktik agama. Diharapkan
bahwa hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan

1
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Terjemah Fiqih 4 Madzhab Jilid 2,''Terj.''Faisal Saleh (Purwokerto:Balai
Penerbitan & Perpustakaan Islam,2015),14.
2
(Observasi, 7-15 Agustus 2023)

2
agama Islam yang inklusif dan memahami serta menghargai keragaman budaya dan
kepercayaan dalam masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi dasar untuk
meningkatkan dialog antar kelompok dalam masyarakat Muslim dan mempromosikan
toleransi3agama. Di sisi lain, paham Sunni cenderung mengadopsi pendekatan yang lebih
fleksibel dan memperhitungkan konteks sosial dan budaya local dalam pemahaman ajaran
Islam.4
Perbedaan pendekatan ini berpotensi mempengaruhi nilai-nilai pendidikan Agama
Islam terhadap ritual kematian. Nilai-nilai pendidikan Agama Islam mencakup aspek-aspek
seperti penghormatan terhadap jenazah, perawatan dan pemakaman jenazah, doa-doa yang
dibaca, dan partisipasi masyarakat dalam proses pemakaman. Namun, penelitian mengenai
kajian pendidikan Agama Islam dalam ritual kematian antara paham Sunni, Salafi wahabi
dan Masyarakat Adat di Kecamatan Bayan, Lombok Utara masih terbatas. Oleh karena itu,
penelitian ini akan mengisi dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang
perbedaan dan persamaan pendidikan Agama Islam terhadap ritual kematian antara ketiga
paham tersebut.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan dan persamaan ini,
masyarakat Bayan akan dapat menghormati dan memahami keberagaman dalam praktik
keagamaan. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi pada literatur yang
ada tentang kajian paham keagamaan di masyarakat, khususnya dalam konteks ritual
kematian. Dalam konteks global yang semakin terhubung, pemahaman yang lebih luas
tentang perbedaan dan persamaan kajian pendidikan Agama Islam dapat membantu
mempromosikan dialog antarumat beragama5 dan memperkaya pemahaman kita tentang
Islam sebagai agama yang beragam maksudnya adalah Islam menghormati dan menerima
keberagaman dalam arti luas dalam masyarakat atau dunia.
Berangkat dari latar belakang tersebut, peneliti melihat bahwa kondisi ini
merupakan sebuah tantangan bagi Peneliti dalam upaya menumbuhkan nilai-nilai
meghormati, memahami keberagaman dalam praktik keagamaan dan sebagai bekal bagi
generasi bangsa dalam membangun kehidupan masyarakat kedepan yang lebih damai dan
harmonis khususnya di Bayan. Peniliti memiliki ketertarikan untuk meneliti lebih jauh
bagaimana nilai-nilai menghormati dan memahami keberagaman dalam praktik keagamaan
tersebut ditanamkan dalam Pendidikan Agama Islam sehingga peneliti mengangkat judul:
‘’ Pendidikan Agama Islam Inklusif: Kajian Terhadap Keragaman Ritual Kematian Di
Masyarakat Bayan Lombok Utara’’.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka dapat dijadikan rumusan masalah Sebagai
Berikut:
1. Bagaimana Praktik Keragaman Ritual Kematian di Masyarakat Bayan?
3
Novi Hendri and Hardi Putra Wirman, Gerakan Radikalisme Islam,(Bukittinggi: IAIN Bukittinggi
Pers,2017),183.
4
Dr.Mohammad Salik, Nahdlatul Ulama Dan Gagasan Moderasi Islam,(Malang:Literindo Berkah
Jaya,2020),2.
5
Noor Djannah Aly, ‘Tantangan Bagi Guru Pendidikan Agama Islam Menerapkan Konsep Pendidikan
Agama Berwawasan Multikultural,''Zawiyah 1,no 1(Desember 2015):37, diakses 3 Agustus 2023,
https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/zawiyah/article/view/388.

3
2. Bagaimana dampak keragaman ritual kematian terhadap inklusifitas social
keagamaan Masyarakat di Bayan Lombok Utara?
3. Sejauh mana pendidikan agama Islam inklusif dapat diintegrasikan untuk
memahami dan menghargai keragaman ritual kematian di masyarakat Bayan,
Lombok Utara?
C.Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dijadikan tujuan dan manfaat
sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Menjelaskan Praktik Keragaman Ritual Kematian Masyarakat Bayan
b. Menganalisis dampak keragaman ritual kematian terhadap inklusifitas keagamaan
Masyarakat adat di Bayan Lombok Utara.
c. Menganalisis sejauh mana konsep pendidikan agama Islam inklusif dapat
diaplikasikan untuk memperdalam pemahaman dan penghargaan terhadap
keragaman ritual kematian.
2. Manfaat
a. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang landasan teologis atau budaya
praktek ritual kematian dalam paham Sunni, Salafi wahabi dan Masyarakat Adat di
Bayan Lombok Utara.
b. Memberikan kontribusi dalam pengembangan dampak keragaman ritual kematian
terhadap inklusifitas social keagamaan Masyarakat adat di Bayan Lombok Utara.
c. Menyediakan panduan untuk pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam
inklusif yang dapat memahami dan menghargai keragaman ritual kematian.
D.Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada Pendidikan Agama Islam Inklusif: kajian
Terhadap Keragaman Ritual Kematian di Bayan. Ruang lingkup penelitian
mencakup tiga perspektif utama, yaitu Paham Sunni, Salafi wahabi dan Masyarakat
Adat di Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Penelitian ini akan mengkaji dan
menganalisis pendekatan pendidikan agama Islam yang diadopsi oleh ketiga
perspektif tersebut dalam menghadapi perbedaan dan keragaman dalam ritual
kematian di Bayan.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bayan, sebuah wilayah yang terletak di Kabupaten
Lombok Utara Provinsi NTB. Lokasi ini dipilih karena memiliki keragaman budaya
dan keagamaan yang signifikan. Bayan juga menjadi tempat di mana Paham Sunni,
Salafi wahabi dan Masyarakat Adat di Kecamatan Bayan, Lombok Utara memiliki
pengaruh yang kuat terhadap ritual kematian.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan tentang Pendidikan Agama Islam Inklusif: Kajian
Terhadap Keragaman Ritual Kematian Di Masyarakat Bayan Lombok Utara ini ada
beberapa topik yang terkait adalah:

4
1. " PAROKIALITAS ADAT WETU TELU DI BAYAN [Wajah Akulturasi Agama
Lokal Di Lombok] " oleh Muhammad Harfin Zuhdi.6
 Penelitian ini Menganalisis parokialitas dalam Adat Wetu Telu: Penelitian
ini mengeksplorasi konsep dan praktik parokialitas dalam konteks Adat
Wetu Telu di Bayan. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana Adat
Wetu Telu mempertahankan eksistensi lokal dan membatasi pengaruh
agama-agama luar terhadap masyarakat setempat.
2. " Islam Nusantara: Relasi Agama-Budaya Dan Tendensi Kuasa Ulama " oleh
Achmad Syahid.7
 Buku ini menganalisis paham Salafi Wahabi dan paham Ahlussunnah Wal
Jamaah ( Sunni ) terhadap praktik kematian dalam masyarakat Muslim
secara umum, yang dapat memberikan beberapa perspektif relevan.
Sebagai bentuk keberlanjutan kajian ilmiah perlu mengembangkan
penelitian sejenis dengan penelitian saat ini, sebagai model pembanding dan
menjawab persoalan yang belum terjawab dalam penelitian sebelumnya.
Pada Tahun 2014, Zuhdi, Muhammad Harfin intisari dalam
penelitiannya yang berjudul ‘’ Parokialitas Adat Wetu Telu di Bayan[Wajah
Akulturasi Agama Lokal di Lombok] penelitian ini bertujuan untuk memahami
lebih dalam praktik dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Adat Wetu
Telu yang dimiliki oleh Masyarakat di Bayan, ini melibatkan studi tentang
ritual, kepercayaan, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat tersebut dan
mempelajari Proses akulturasi agama lokal Penelitian ini juga ingin menyelidiki
bagaimana agama lokal, seperti Adat Wetu Telu, berinteraksi dan terakulturasi
dengan agama - agama besar, seperti Agama Islam. Tujuannya untuk
mengidentifikasi aspek-aspek di mana agama lokal mempengaruhi atau
disesuaikan dengan agama-agama lain, dan sebaliknya. Analisis terhadap
identitas dan keberlanjutan budaya Penelitian ini juga bertujuan untuk
menganalisis bagaimana praktik-praktik Adat Wetu Telu memengaruhi
identitas masyarakat setempat dan keberlanjutan budaya mereka, juga berfokus
pada asfek agama dan budaya Ini bisa mencakup pertanyaan tentang bagaimana
agama lokal memainkan peran dalam mempertahankan warisan budaya dan
identitas masyarakat setempat. Metode penelitian menggunakan penelitian
kualitatif dengan melakukan observasi partisipatif dan survey etnografi secara
langsung. Hasil penelitian menunjukan dalam pandangan komunitas Wetu Telu
di Lombok, secara substansial Wetu Telu merupakan sistem norma yang
mengikat dan sebagai pedoman dasar masyarakat dalam berinteraksi sehari-hari

6
Muhammad Harfin Zuhdi, ‘PAROKIALITAS ADAT WETU TELU DI BAYAN [Wajah Akulturasi Agama
Lokal Di Lombok],Istinbath 13,1(Desember 2014):40, diakses 12 agustus 2023,
https://www.neliti.com/id/publications/41794/parokialitas-adat-wetu-telu-di-bayan-wajah-akulturasi-agama-
lokal-di-lombok
7
Achmad Syahid, Islam Nusantara: Relasi Agama-Budaya Dan Tendensi Kuasa Ulama (Depok:Rajawali
Pers,2019),28.

5
sesama warga, maka ia disebut “adat”, maupun dalam rangka persembahan
kepada leluhur, maka ia disebut “kepercayaan Wetu Telu”.8
Pada tahun 2019, Syahid, Achmad dalam penelitiannya yang berjudul ‘’
Islam Nusantara: Relasi Agama-Budaya dan Tendensi Kuasa Ulama’’
penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis Hubungan Antara Agama dan
Budaya dalam Konteks Islam Nusantara, Meneliti Peran Ulama dalam
Menentukan Arus Utama Islam Nusantara, Mengidentifikasi Tendensi Kuasa
Ulama dan memberikan Kontribusi terhadap Studi Islam Nusantara. Secara
umum tujuannya adalah untuk memahami hubungan yang kompleks antara
agama Islam dan budaya lokal di wilayah Nusantara. Ini bisa melibatkan studi
tentang bagaimana nilai-nilai, praktik, dan tradisi Islam diadaptasi dan
diselaraskan dengan budaya lokal. , serta Lebih berfokus pada aspek agama-
budaya dan peran ulama. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptip
dengan melakukan study Lapangan (Fieldwork) , observasi dan wancara secara
langsung kepada Masyarakat dan ulama. Hasil penelitian menunjukan
meskipun islam Nusantara ramah terhadap teradisi setempat melalui proses
interaksi, kontekstualisasi,indigenisasi dan vernakularisasi namun ontentisitas
islam tetap terjaga. Ia terap menampakan dimensi ke islaman, oleh karena itu,
praktik dan karya yang termasuk dalam ranah heterodoksi tak termasuk di
dalam tradisi islam.9

Tabel 1.1
Adapun Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian

No Judul Persamaan Perbedaan

Terkait dengan
" PAROKIALITAS pendidikan agama
ADAT WETU TELU judul ini berfokus pada
Islam inklusif, judul ini
DI BAYAN [Wajah studi tentang adat Wetu
mungkin dapat
Akulturasi Agama Telu di Bayan, Lombok,
menyentuh masalah
1 Lokal Di Lombok] " dan bagaimana agama
inklusi agama lokal
oleh Muhammad lokal mengakulturasi
dalam kerangka
Harfin Zuhdi elemen-elemen agama
pendidikan Islam, tetapi
dalam budaya setempat.
perbedaan fokus tetap
ada.

8
Zuhdi,Parokialitas Adat Wetu Telu,44.
9
Syahid,'' Islam Nusantara,''55.

6
Terkait dengan
pendidikan agama
Islam inklusif, ini juga Judul ini membahas
" Islam Nusantara: mungkin membahas hubungan antara agama
Relasi Agama-Budaya cara inklusi elemen Islam dan budaya dalam
2 Dan Tendensi Kuasa budaya dalam konteks Nusantara dan
Ulama " oleh Achmad pembelajaran agama juga merujuk pada peran
Syahid Islam, tetapi fokusnya ulama dalam hubungan
lebih luas pada relasi tersebut.
agama-budaya dan
peran ulama.

Terdapat persamaan
'Pendidikan Agama dengan judul kedua Judul ini secara khusus
Islam Inklusif: dalam hal fokus pada berfokus pada pendidikan
Kajian Terhadap pendidikan agama agama Islam inklusif dan
3 Keragaman Ritual Islam inklusif, tetapi menyoroti keragaman
Kematian Di judul ketiga lebih ritual kematian di
Masyarakat Bayan spesifik tentang kajian masyarakat Bayan,
Lombok Utara'' ritual kematian dalam Lombok Utara.
konteks agama Islam.

F. Kerangka Teori
Kerangka teori untuk Penelitian ini dapat mencakup beberapa aspek berikut:
1. Pendidikan Agama Islam Inklusif
Pendidikan Agama Islam dibangun oleh dua makna esesnsial yakni
“pendidikan” dan “agama Islam”. Salah satu pengertian pendidikan menurut Plato
adalah mengembangkan potensi siswa, sehingga moral dan intelektual mereka
berkembang sehingga menemukan kebenaran sejati, dan guru menempati posisi
penting dalam memotivasi dan menciptakan lingkungannya. 10 Dalam etiknya
Aristoteles, pendidikan diartikan mendidik manusia untuk memiliki sikap yang
pantas dalam segala perbuatan. 11 Dalam pandangan al-Ghazali pendidikan adalah
usaha pendidik untuk menghilangkan akhlak buruk dan menanamkan akhlak yang
baik kepada siswa sehingga dekat kepada Allah dan mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat. Sedangkan Ibnu Khaldun memandang bahwa pendidikan itu memiliki
makna luas. Menurutnya pendidikan tidak terbatas pada proses pembelajaran saja
dengan ruang dan waktu sebagai batasannya, tetapi bermakna proses kesadaran
manusia untuk menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa alam sepanjang
zaman. 12 Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

10
AB Musyafa' Fathoni, ‘IDEALISM E PENDIDIKAN PLATO, Tadris 5,1(Desember 2010):105, diakses 25
Agustus 2023,https://www.academia.edu/download/38751801/httpdownload.
portalgaruda.orgarticle.phparticle_267589_val_7084_title_IDEALISME_PENDIDIKAN_PLATO.pdf
11
Sultan Al Fasya and Rizka Harfiani, ‘Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Akhlak
Siswa Sekolah Darul Muhmin Thailand’, Journal on Education, 5.2 (2023), 3699–3714
<https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.1051>.
12
Fasya and Harfiani,'' Implementasi Pendidikan Agama Islam''.2.

7
1. Keterbukaan Terhadap Berbagai Paham Islam
 Pengakuan dan penghargaan terhadap berbagai aliran Islam, termasuk
paham Sunni dan Salafi Wahabi, serta pengakuan bahwa berbagai aliran
memiliki hak untuk menjalankan ritual kematian sesuai dengan keyakinan
mereka.
2. Partisipasi Aktif Masyarakat Adat
 Keterlibatan masyarakat adat dalam ritual kematian Islam, dengan
memperhatikan bahwa masyarakat adat mungkin memiliki tradisi dan
praktik sendiri yang perlu dihormati.
3. Fasilitas dan Ruang Inklusif
 Adanya fasilitas dan ruang yang dapat digunakan oleh berbagai kelompok
masyarakat dalam pelaksanaan ritual kematian, sehingga semua orang dapat
berpartisipasi tanpa hambatan.
4. Pendidikan Agama Inklusif
 Adanya upaya pendidikan agama Islam yang inklusif yang mengajarkan
nilai-nilai toleransi, keragaman, dan penghargaan terhadap perbedaan.
5. Penghargaan terhadap Masyarakat Multikultural
 Pengakuan dan penghargaan terhadap keragaman etnis, budaya, dan agama
di masyarakat Bayan, serta upaya untuk menjalin hubungan yang harmonis
di antara kelompok-kelompok ini dalam konteks ritual kematian.
Pendidikan adalah pertumbuhan, perkembangan, dan hidup itu sendiri. Ia
memandang secara progresif dan berprinsip pada sikap optimistis tentang kemajuan siswa
dalam proses pendidikannya.13 Kihajar Dewantara mengemukakan pendidikan sebagai
tuntunan untuk tumbuhnya potensi siswa agar menjadi pribadi dan bagian dari masyarakat
yang merdeka sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Selanjutnya, menurut Darajat, pendidikan dalam perjalannya telah diwarnai oleh
agama dalam peran dan prosesnya. Menurutnya agama merupakan motivasi hidup dan
kehidupan, termasuk sebagai alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting.
Bukan sekedar diketahui, memahami dan mengamalkan agama adalah sangat penting bagi
dalam mencetak manusia yang utuh. Oleh karena agama Islam adalah salah satu agama
yang diakui negara, maka tentunya PAI mewarnai proses pendidikan di Indonesia.
sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis
Pendidikan14 yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta membentuk sikap,
kepribadian manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga
keterampilan dan kemampuan peserta didik dalam menyikapi nilai-nilai agama, serta untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang dapat menjalankan dan mengamalkan
ajaran agamanya”. Dalam regulasi lain disebutkan bahwa PAI adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan Hadits. Berkaitan dengan tujuan PAI
13
Abdul Thalib, Indah Huka, Yona Latuperisa, ‘Pengaruh Story Telling Terhadap Pengetahuan Pola
Konsumsi Sayur Dan’, Pasapua Health Journal, 3.1 (2021), 28.
14
Peraturan Pemerintah RI. (2007).Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia tentang Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan(pp Nomor 55 Bab I Pasal 1 ayat 1Tahun 2007). Jakarta

8
di sekolah, Darajat mengemukakan beberapa tujuan sebagai berikut. Kesatu, menumbuh
suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap siswa yang positif dan disiplin serta
cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan sebagai esensi takwa; taat kepada perintah
Allah dan Rasul-Nya. Kedua, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan motivasi
intrinsik siswa terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sehingga mereka sadar akan
iman dan ilmu dan pengembangannya untuk mencapai keridlaan Allah Swt. Ketiga,
menumbuhkan dan membina siswa dalam memahami agama secara benar dan dengannya
pula diamalkan menjadi keterampilan beragama dalam berbagai dimensi kehidupan.
Bagi John Dewey, pengalaman adalah basis pendidikan, atau dalam terminologi
Dewey sendiri “pengalaman” sebagai “sarana dan tujuan Pendidikan. 15 Kihajar Dewantara
mengemukakan pendidikan sebagai tuntunan untuk tumbuhnya potensi siswa agar menjadi
pribadi dan bagian dari masyarakat yang merdeka sehingga mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Dari pendapat beberapa tokoh yang telah menjelaskan makna pendidikan
tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Pendidikan merupakan suatu
proses yang terjadi secara timbal balik. 2. Siswa adalah manusia merdeka yang dipandang
memiliki potensi untuk selanjutnya potensi tersebut ditumbuhkan dan dikembangkan
melalui pendidikan. 3. Pendidik adalah orang yang memiliki posisi penting proses
pendidikan, termasuk dalam memotivasi dan menciptakan lingkungan kondusif. 4.
Manusia dengan intelektual cerdas dan karakter yang baik tujuan dari pendidikan sehingga
menemukan keselamatan dan kebahagiaan. Selanjutnya, menurut Darajat (1992),
pendidikan dalam perjalannya telah diwarnai oleh agama dalam peran dan prosesnya.
Menurutnya agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan, termasuk sebagai alat
pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Bukan sekedar diketahui,
memahami dan mengamalkan agama adalah sangat penting bagi dalam mencetak manusia
yang utuh. Oleh karena agama Islam adalah salah satu agama yang diakui negara, maka
tentunya PAI mewarnai proses pendidikan di Indonesia. PAI adalah usaha dan proses
penanaman sesuatu (pendidikan) secara kuntinyu antara guru dengan siswa, dengan
akhlakul karimah sebagai tujuan akhir. Penanaman nilai-nilai Islam dalam jiwa, rasa, dan
pikir; serta keserasian dan keseimbangan adalah karaktersitik utamanya.
Beragama dalam berbagai dimensi kehidupan. Ahmad Tafsir mengemukakan tiga
tujuan PAI, yakni: (1) terwujudnya insan kamil, sebagai wakil-wakil Tuhan di muka bumi,
(2) terciptanya insan kaffah, yang memiliki tiga dimensi; religius, budaya, dan ilmiah, dan
(3) terwujudnya penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah, pewaris para
nabi, dan memberikan bekal yang memadai untuk menjalankan fungsi tersebut. Mengamati
dan menelisik pengertian dan tujuan PAI, baik menurut ahli maupun regulasi di Indonesia.
Memandikan Jenazah, Mengkafankan, Mensholatkan dan menguburkannya
Suatu ritual penting dalam Islam. Namun, ada beberapa variasi dalam cara Memandikan
Jenazah, Mengkafankan, Mensholatkan dan menguburkannya dilakukan, tergantung pada
mazhab (madzhab) atau tradisi lokal. Ada empat mazhab utama dalam Islam (Hanafi,

15
Wasitohadi Wasitohadi, ‘HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF JOHN DEWEY Tinjauan
Teoritis’, Satya Widya, 30.1 (2014), 49 <https://doi.org/10.24246/j.sw.2014.v30.i1.p49-61>.

9
Maliki, Syafi'i, dan Hanbali), dan masing-masing mazhab memiliki tata cara yang sedikit
berbeda. Ini menciptakan keragaman dalam pelaksanaan ritual ini.16
Pendidikan Agama Islam mengajarkan umat Islam untuk menghormati
keragaman budaya dan tradisi dalam ritual kematian, selama praktik tersebut tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam. Prinsip utama adalah memperlakukan
jenazah dengan hormat, mendoakan mereka, dan mempersiapkan mereka untuk perjalanan
ke akhirat sesuai dengan ajaran Islam.
Berdasarkan definisi di atas, bila dikaitkan dengan keberagamaan seseorang,
maka ada dua tipe makna Islam yaitu Islam formal (yang lahiriyah saja), dan menjadi motif
sebagian agama yang tidak murni, dan Islam yang riil (al-Islam al-Haqq), yaitu Islam yang
sebenarnya. Islam inklusif merupakan suatu paham keberagamaan yang didasarkan pada
pandangan bahwa agama-agama lain yang ada di dunia ini sebagai yang mengandung
kebenaran dan dapat memberikan manfaat serta keselamatan bagi penganutnya. Di
samping itu, ia tidak semata-mata menunjukkan pada kenyataan tentang adanya
kemajemukan (pluralis), melainkan keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan
tersebut. Islam memandang Pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all),
laki-laki atau bersuku-suku agar supaya dapat saling mengenal, dan diharapkan dari hal itu
dapat terjalin interaksi yang baik, dan dapat menjadi prasyarat untuk dapat saling
menghormati dan menghargai orang lain. Allah SWT berfirman:

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13).
Hadis tentang wajib menuntut ilmu. “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap
muslim, laki-laki dan perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Bari) Hadis ini mencerminkan bahwa
di dalam Islam terdapat prinsip bahwa pendidikan harus disebarluaskan ke segenap lapisan
masyarakat secara adil dan merata sesuai dengan disparitas yang ada atau sesuai..
2. Ritual Kematian Dalam Islam
Mengurus jenazah dalam ritual kematian adalah tugas yang penting dalam Islam,
dan prosesnya melibatkan serangkaian langkah yang harus diikuti dengan cermat. Berikut
adalah panduan umum tentang cara mengurus jenazah dalam ritual kematian dalam Islam:
Ketika seseorang meninggal, yang pertama kali harus dilakukan adalah memberi
tahu keluarga dan teman-teman dekat tentang kematian tersebut. Biasanya di lakukan
melalui Masjid-Masjid atau Musholla- Musholla dengan Pengeras suara Ini sering
dilakukan oleh Masyarakat atau petugas di Masyarakat yang merawat orang yang telah
meninggal.

16
Saleh,Fiqih 4 Mazhab,178.

10
Memanggil Seorang Ahli atau ulama atau imam masjid setempat biasanya akan
dipanggil untuk membantu mengurus jenazah dan mengarahkan proses ritual kematian.
Mereka akan memberikan panduan tentang apa yang harus dilakukan.
Mengurus Jenazah, Proses ini melibatkan beberapa langkah, antara lain:
a. Memandikan Jenazah (‫)َغْس ُلُه‬: Jenazah harus dimandikan dengan air suci oleh
orang-orang yang berkompeten dalam prosedur ini. Biasanya, ada tiga kali
penyucian dengan air yang dicampur dengan wewangian. Jenazah dilap
setelah dimandikan.
b. Mengapankan Jenazah (‫)َو َتْك ِفيُنه‬: Setelah dimandikan, jenazah harus
dikenakan dengan baju kafan. Baju kafan dalam Islam umumnya sederhana
dan terbuat dari kain putih.
c. Menyolatkan Jenazah ( ‫)َو الَّص َالُة َع َلْيِه‬: Shalat jenazah adalah bagian penting
dalam ritual kematian. Itu dilakukan oleh orang-orang yang hadir, dipimpin
oleh seorang imam atau ulama. Shalat jenazah berbeda dari shalat sehari-hari
dan biasanya melibatkan empat takbir (Allahu Akbar). Selama shalat ada doa-
doa khusus dibaca untuk memohonkan ampunan dan rahm at bagi yang telah
meninggal.
d. Menguburkan Jenazah (‫)َو َد ْفُنُه‬: Setelah shalat jenazah, jenazah dibawa ke
tempat pemakaman dalam prosesi pemakaman. Di beberapa budaya, jenazah
bisa dibawa dengan kendaraan, sementara di tempat lain, jenazah dibawa
dengan tandu atau keranda.17
Pemakaman Jenazah diletakkan di kuburan yang telah digali
sebelumnya. Biasanya, jenazah diletakkan dengan posisi menghadap kiblat.
Doa-doa terakhir dibaca sebelum jenazah ditutupi dengan tanah oleh hadirin
atau petugas pemakaman.
Doa-doa dan dzikir untuk yang telah meninggal biasanya dilanjutkan selama
beberapa hari setelah pemakaman biasanya pada malam hari diadakan di rumah keluarga
atau di rumah Jenazah sebelum meninggal, terutama dalam tiga hari pertama, tujuh dan
Sembilan hari. Penting untuk diingat bahwa proses ini bisa memiliki variasi dalam praktik
berdasarkan budaya, tradisi lokal, dan mazhab Islam yang dianut. Namun, prinsip-prinsip
dasar mengurus jenazah dalam Islam adalah menjaga kesucian jenazah, menghormati
mereka yang telah meninggal, dan memohonkan ampunan serta rahmat dari Allah SWT.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk Mengkaji Pendidikan Agama Islam
Inklusif: Kajian Terhadap Keragaman Ritual Kematian di Masyarakat Bayan Lombok
Utara adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan kualitatif dengan jenis
fenomenologi. Pendekatan secara fenomenologi adalah bagaimana melihat realitas
terhadap tindakan atau perilaku yang tampak pada manusia secara intensionalitas.
17
Muhammad bin Qasim, ‘Terjemah Kitab Fathul Qarib Muhammad Bin Qasim Bin Muhammad Al Ghazi’,
Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang, 2007.

11
Pra-anggapan dasar perspektif fenomenologi merupakan suatu kesadaran pada
simbol-simbol atau objek, pengetahuan, praktik-praktik, dan situasi atau keadaan
dalam dunia lingkungannya..
2. Lokasi Penelitian
Peneliti akan melakukan analisis praktik Ritual Kematian terhadap tiga
paham yaitu Sunni, Salafi Wahabi dan Masyarakat adat berlokasi di Kecamatan
Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Alasan peneliti mengambil Kecamatan Bayan,
Kabupaten Lombok Utara sebagai lokasi penelitian ini karena banyaknya
masyarakat melakukan peraktik Ritual Kemataian yang berbeda. Jika dirunut
kembali ke pertanyaan awal, maka tentu sekali masyarakat melakukan Peraktik
Ritual Kematian yang berbeda tersebut juga mempunyai alasan tersendiri.
Sebagaimana Peter L. Berger18 menyatakan bahwa proses sosial dalam kehidupan
masyarakat terjadi akibat adanya adaptasi, identifikasi dan penyerapan kembali ke
dalam diri atas realitas sosial tersebut sehingga cepat atau lambat akan membentuk
pengetahuan serta pemahaman bagi masyarakatnya dan akan membentuk dialektika
sebagai model sosialisasinya dalam lingkungannya. Oleh karena itu, semua tradisi
dalam kehidupan masyarakat akan melewati proses sosial sebagai konstruksi sosial
kehidupannya untuk menjalankan tradisinya..
3. Data dan Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah subyek dari mana data tersebut bisa
diperolah. Seperti yang disebutkan Lotfand, bahwa dalam sebuah penelitian
kualitatif terdapat dua sumber data utama yaitu data primer dan data sekunder. 19
a. Data primer merupakan jenis data awal yang telah diperoleh melalui hasil
wawancara yang dilakukan secara detail dan di dalamnya juga memuat
tindakan untuk mendapatkan sejumlah informasi langsung dari informan
yakni (dari para pelaku paham Sunni, Salafi Wahabi dan Masyarakat Adat)
jenis data awal ini kemudian akan di catat secara tertulis dan melakukan
dokumentasi.
b. Data sekunder, adalah suatu jenis data yang dapat dihasilkan secara tidak
langsung, tetapi mampu melengkapi data primer. Yakni; data sekunder yang
didapati melalui sumber secara tertulis akan menjadi bagian dari sumber
pendukung pada sebuah penelitian secara kualitatif. Jenis data yang
dimaksud berupa k arya-karya ilmiah baik itu buku, jurnal atau artikel
ilmiah, dokumentasi resmi atau pribadi yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
a. Observasi.
18
Bahwan, ‘KONSTRUKSI SOSIAL DALAM TRADISI KEAGAMAAN (Analisis Tentang Praktik Ziarah
Makam Keramat Di Lombok)’, Tesis, 2019, 51–56
<https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48411/1/BAHWAN - KONSTRUKSI SOSIAL
DALAM TRADISI KEAGAMAAN.pdf>.
19
Bahwan,’’ Konstruksi Sosial,’’22.

12
Observasi20 dilakukan secara langsung terhadap berbagai kegiatan ritual
kematian yang dilakukan oleh masyarakat Bayan Lombok Utara. Kegiatan ritual
yang di observasi misalnya upacara sebelum, sedang dan sesudah pemakaman, doa-
doa, persembahan, dan praktik-praktik yang terkait termasuk secara umum
Memandikan, Mengkafani dan mengubur jenazah. Peneliti akan merekam ucapan-
ucapan informan atau pelaku ritual kematian dan menyusun keterangan secara
berulang-ulang melalui penegasan ucapan informen dan meminimalisir pertanyaan
yang tidak bermakna. Mencatat dari apa yang dilihat oleh peneliti itu merupakan
catatan sederhana dan berkaitan dengan identitas pelaku, sikap pelaku, termasuk
pernyataan-pernyataannya yang mengarah pada suatu pemaknaan sehingga akan
menjadi target pengamatan peneliti. Mengenai nama dari sejumlah objek-objek
tertentu yang berbentuk fisik juga dirasa sangat penting untuk dapat mengetahui
secara keseluruhan lingkungan dari suatu tempat kejadian yang juga menjadi sasaran
pengamatan terjadi. Catatan ini ditulis sesederhana mungkin supaya tidak beralih
fokus dari analisis pencatatan.21
b. Wawancara mendalam (in-depth interview)
Peneliti mewawancarai para Tokoh paham sunnni yaitu Tuan Guru,
Pimpinan Pondok Pesantren dan tokoh agama yang punya kompeten untuk
menjelaskan peneliti, dari Tokoh Salafi Wahabi yaitu Tokoh paham setempat dan
paham Masyarakat adat yaitu kiyai adat misalnya kiyai penghulu, kiyai santri, kiyai
lebe dan pemangku lainnya adalah tokoh adat lainnya mereka yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan ritual kematian. Mereka dapat memberikan wawasan tentang
keyakinan, tradisi, tujuan dari ritual tersebut dan selain mewawancarai pemuka agama
peneliti juga mewawancarai anggota keluarga yang telah kehilangan orang yang
mereka cintai dan mereka yang terlibat dalam pelaksanaan ritual kematian. Ini akan
membantu memahami bagaimana ritual tersebut dijalankan dan apa maknanya bagi
mereka secara pribadi Misalnya, menyangkut pemahaman pelaku ritual kematian
secara keagamaan, pengetahuan pelaku ritual kematian dari segi sejarah atau cerita
yang sudah melegenda sejak lama hingga pada sistem keyakinannya yang masih
bernuansa tradisional.
Peneliti membuat Pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun secara sistematis
setidaknya akan mempermudah peneliti dalam mengolah data. Proses wawancara nantinya
dilakukan kepada para informen yang terkait secara lansung dalam penelitian ini yaitu
tokoh pelaku ritual kematian dan lain-lain. Wawancara ini akan dilaksanakan ketika
aktivitas ritual kematian berlangsung dan setelah kegiatan ritual kematian selesai. Pertama-
tama, wawancara ini ditujukan kepada informan tokoh ritual kematian dan pelaku ritual
kematian secara umum. Setelah wawancara tersebut dilakukan, selanjutnya peneliti akan
melakukan wawancara sesuai arahan (rekomendasi) dari informen kunci secara
snowballing. Atas dasar rekomendasi tersebut peneliti akan kemabali melanjutkan kepada
informan lainnya hingga mendapatkan hasil “data jenuh”, dan tidak lagi menemukan
informasi baru.
20

21

13
Dalam rangka memperoleh hasil data yang keradibilitas, peneliti juga akan melakukan
analisis secara terus menerus dan triangulasi.22 Dalam pengamatan akan ditempuh dengan
cara berkali-kali peneliti turun ke lapangan khususnya di para pelaku ritual kematian
tersebut. Triangulasi yang dilakukan adalah mengecek kembali kepada informen sesudah
hasil wawancara ditranskip hingga berkonsultasi dengan pembimbing
c. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan teks agama Islam terkait yang digunakan dalam
ritual kematian, seperti ayat-ayat Al-Quran dan hadist yang relevan dan
mengumpulkan manuskrip, kitab-kitab kuno, rekaman video, fhoto-fhoto. dokumen
resmi atau informasi tertulis yang berkaitan dengan pelaksanaan ritual kematian di
masyarakat Bayan Lombok Utara termasuk panduan ritual dan aturan yang
mungkin ada.
Peneliti akan mengkaji banyak rujukan serta referensi yang memiliki
hubungan dengan penelitian ini. Selain itu, dokumentasi juga menjadi sumber
penguat untuk menjawab tinjauan teoritis permasalahan yang diteliti
5. Tekhnik Analisis data
Teknik analisis data menggunakan metode kualitatif berupa deskripsi secara
mendalam dari fenomena ritual kematian terutama menyangkut praktik ritual
kematian. Dalam hal ini peneliti menerapkan konsep analisis yang merujuk pada
sistem yang pernah diterapkan Geertz23dimana sistemnya yang menggunakan
model for dan model of adalah konsep yang dijalankan dalam sebuah penelitian
tentang realitas fenomena sosial budaya. Kemudian realitas tersebut pada bagian of
akan diinterpretasi agar mudah dimengerti.
Dalam analisis ini, peneliti tidak melakukan penafsiran terlebih dahulu
karena yang berbicara adalah data. Namun jika terdapat penafsiran maka itu
merupakan hasil dari pemahaman interpretasi informan atas fenomena yang
dialaminya. Melalui analisis ini, kemudian konstruksi sosial dalam tradisi
keagamaan khususnya yang berkaitan dengan pola tindakan atau pelaku ritual
kematian yang dilakukan masyarakat akan muncul sebagai realitas sosial
(kenyataan sosial) dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat yang telah
dikonstruksi melalui dunia sosio-kultrualnya
6. Keabsahan Data
Mengenai pengecekan kembali keabsahan data pada penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa teknik di antaranya:
1. Interpretasi
Interpretasi ialah memberi arti yang signifikan terhadap analisis. Memberi
arti yang signifikan menurut penulis yakni pengalihan bahasa asli masyarakat
yang ada di Kecamatan Bayan, Lombok Utara ke bahasa Indonesia.
2. Triangulasi Metode

22
Nursapia Harahap, ‘Penelitian Kualitatif’, 2020.
23
Bahwan, Konstruksi Sosial., 25.

14
Triangulasi metode/teknik dilakukan dengan cara membandingkan data
yang dihasilkan dari beberapa teknik berbeda yang digunakan dalam penelitian.
Sebagaimana pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dan
penelitian dengan langkah-langkah observasi, wawancara dan dokumententasi
lapangan. Dalam hal ini penulis juga menggunakan responden yang berbeda-
beda yang bertujuan untuk pengecekan keabsahan informasi yang didapat.
Dengan melalui berbagai pandangan ini penulis berharap bisa memperoleh hasil
data yang validitas sehingga tidak ada keraguan terhadap hasil penelitian yang
dilakukan.
3. Triangulasi sumber data
Triangulasi ini sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data
dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari masing-masing
responden. Triangulasi sumber data ini bertujuan untuk menggali sebuah
informasi tentang gambaran dan kepercayaan masyarakat terhadap ritual
kematian di Kecamatan Bayan, Lombok Utara agar nampak keabsahannya
melalui teknik perolehan data observasi, wawancara serta dokumentar, lalu
peneliti membuat dalam dokumen tertulis dan mengarsipkannya. Masing-masing
cara itu peneliti berharap dapat memperoleh data yang berbeda dengan maksud
supaya memberikan pandangan yang berbeda-beda pula mengenai tradisi adat
istiadat yang menjadi pusat penelitian. Dari berbagai pandangan tersebut penulis
berharap memberikan keluasan pengetahuan juga berpikir sehingga bisa
memperoleh kebenaran yang handal.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan untuk Proposal Tesis Tentang Kajian Pendidikan Agama
Islam Terhadap Ritual Kematian antara paham Sunni, paham Salafi Wahabi dan
Masyarakat Adat di Kecamatan Bayan, Lombok Utara, ini terdiri dari Lima bab
pembahasan. Bab I Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan
masalah. Selanjutnya menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian, sekaligus dengan
penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka teori, metode penelitian, Sistematika
pembahasan.
Pada Bab II peneliti akan memaparkan landasan teologis atau budaya praktek ritual
kematian dalam paham Sunni, Salafi wahabi dan Masyarakat Adat di Bayan Lombok
Utara. Bab ini akan dibagi menjadi empat pembahasan yaitu; Penghormatan Terhadap
Jenazah, Perawatan dan Pemakaman Jenazah, Do’a – Do’a yang di baca dan Partisipasi
Masyarakat dalam Proses Pemakaman.
Pada Bab III peneliti menguraikan Pengenalan tentang praktek keragaman ritual
kematian Sunni, Salafi wahabi dan Masyarakat Adat di Bayan Lombok Utara. Pada
pembahasan ini, akan di klasifikasikan ke dalam empat pokok pembahasan yaitu; definisi
dan Sejarah, berikutnya pada pembahasan kedua yaitu; Pendekatan terhadap kitab suci,
Pembahasan selanjutnya yaitu; Praktik Ritual Kematian dalam paham Sunni, Salafi
Wahabi, Masyarakat Adat di Kecamatan Bayan, Lombok Utara dan Nilai – Nilai
Pendekatan Sunni, Salafi Wahabi dan Masyarakat Adat dalam Ritual Kematian.

15
Sedangkan pada Bab IV peneliti membahas tentang Bagaimana dampak keragaman
ritual kematian terhadap inklusifitas social keagamaan Masyarakat adat di Bayan Lombok
Utara. Pada pembahasan ini, peneliti membaginya menjadi dua pokok bahasan yaitu:
Pengaruh Terhadap Masyarakat Bayan, Hubungan antara penganut Paham Sunni, Salafi
Wahabi dan Masyarakat Adat di Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
Kemudian yang terakhir adalah Bab V sebagai Bab Penutup dan Bab ini hanya
berisi tiga bagian yaitu; Kesimpulan,Implikasi Teoritik dan Saran.24
I. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
Berikut table rencana jadwal kegiatan penelitian:

Tabel 1.2

September Oktober November Desember


2023 2023 2023 2023
No Kegiatan
Minggu Ke- Minggu Ke- Minggu Ke- Minggu Ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan dan Perencanaan
Mengumpulkan
1 dan mempelajari
literatur terkait
Merumuskan
2 pertanyaan
penelitian
I 3 Merancang
kerangka teori
Menentukan
metode penelitian
4
yang akan
digunakan
5 Menyusun jadwal
kegiatan penelitian
II Pengumpulan Data
1 Mengidentifikasi
dan menghubungi
responden yang
representatif dari
ketiga paham

24
Pascasarjan UIN Mataram.ac.id, ‘Pedoman Penulisan Artikel, Makalah, Proposal, Tesis, Dan Disertasi’,
Buku Panduan, 2.1 (2021).

16
Melakukan
wawancara
mendalam dengan
responden dari
Paham Sunni,
2
Salafi wahabi dan
Masyarakat Adat
di Kecamatan
Bayan Lombok
Utara
Melakukan
observasi
partisipatif
3 terhadap praktik
ritual kematian
dalam ketiga
paham
Mengumpulkan
dokumen-
dokumen terkait
4
praktik ritual
kematian dalam
ketiga paham
Analisis Data
Mentranskripsi
1 dan menganalisis
data wawancara
Menganalisis data
2 observasi
partisipatif
Menganalisis
dokumen-
dokumen terkait
3
praktik ritual
kematian dalam
ketiga paham
Mengidentifikasi
perbedaan dan
persamaan dalam
4
nilai-nilai
pendidikan Agama
Islam
Penyusunan Pembahasan
Menyusun
pembahasan
IV 1 berdasarkan
temuan penelitian
2 Menganalisis

17
perbedaan dan
persamaan dalam
nilai-nilai
pendidikan Agama
Islam dalam ritual
kematian antara
ketiga paham
Mengaitkan
temuan penelitian
3 dengan kerangka
teori yang telah
dirumuskan
Menyusun
4 kesimpulan dari
hasil penelitian
Penyusunan Laporan Penelitian
Menyusun laporan
penelitian sesuai
1
dengan struktur
yang ditentukan
Mereview dan
2 mengedit laporan
V penelitian
3 Menyusun daftar
pustaka
Menyusun
ringkasan dan
4
abstrak laporan
penelitian

Jadwal kegiatan tersebut bersifat perkiraan dan dapat disesuaikan dengan


kompleksitas penelitian, ketersediaan responden, dan kebutuhan analisis data. Disiplin
waktu yang baik dan pengaturan jadwal yang efektif akan membantu menyelesaikan
penelitian dalam waktu yang ditentukan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Thalib, Indah Huka, Yona Latuperisa, Kreshars J.A Noija, ‘Pengaruh Story Telling
Terhadap Pengetahuan Pola Konsumsi Sayur Dan’, Pasapua Health Journal, 3.1
(2021), 25–28
Al-Juzairi, Abdurrahman, Terjemah Fiqih 4 Madzhab Jilid 1, Pustaka Al-Kautsar, 2017
Aly, Noor Djannah, ‘Tantangan Bagi Guru Pendidikan Agama Islam Menerapkan Konsep
Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural’, Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam,
1.1 (2015), 19–38 <https://ejournal.iainkendari.ac.id/zawiyah/article/view/388>
Bahwan, ‘KONSTRUKSI SOSIAL DALAM TRADISI KEAGAMAAN (Analisis Tentang
Praktik Ziarah Makam Keramat Di Lombok)’, Tesis, 2019, 51–56
<https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48411/1/BAHWAN -
KONSTRUKSI SOSIAL DALAM TRADISI KEAGAMAAN.pdf>
Fasya, Sultan Al, and Rizka Harfiani, ‘Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam
Penanaman Akhlak Siswa Sekolah Darul Muhmin Thailand’, Journal on Education,
5.2 (2023), 3699–3714 <https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.1051>
Fathoni, A B M, ‘IDEALISM E PENDIDIKAN PLATO’, 1985
Harahap, Nursapia, ‘Penelitian Kualitatif’, 2020
Ideologi, Ancaman, Radikalisme Islam, and Sumatera Barat, GERAKAN
Mataram.ac.id, Pascasarjan UIN, ‘Pedoman Penulisan Artikel, Makalah, Proposal, Tesis,
Dan Disertasi’, Buku Panduan, 2.1 (2021)
Qasim, Muhammad bin, ‘Terjemah Kitab Fathul Qarib Muhammad Bin Qasim Bin
Muhammad Al Ghazi’, Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang, 2007
19
Salik, Mohammad, Nahdlatul Ulama Dan Gagasan Moderasi Islam, 2020
Syahid, Achmad, Islam Nusantara: Relasi Agama-Budaya Dan Tendensi Kuasa Ulama
(Rajawali Pers, 2019)
Wasitohadi, Wasitohadi, ‘HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF JOHN
DEWEY Tinjauan Teoritis’, Satya Widya, 30.1 (2014), 49
<https://doi.org/10.24246/j.sw.2014.v30.i1.p49-61>
Zuhdi, Muhammad Harfin, ‘PAROKIALITAS ADAT WETU TELU DI BAYAN [Wajah
Akulturasi Agama Lokal Di Lombok]’, Istinbath, 13.1 (2014), 26–46

LAMPIRAN

20
Lampiran 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Sebuah tesis adalah suatu dokumen ilmiah yang dipersiapkan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar magister (S2). Tesis ini adalah manifestasi dari kemampuan akademik
seorang mahasiswa dalam melakukan penelitian yang relevan dengan disiplin ilmu yang
ditekuninya. Penelitian ini akan fokus pada topik yang dijelaskan dalam judul berikut:
“Pendidikan Agama Islam Inklusif: Kajian Terhadap Keragaman Ritual Kematian
di Masyarakat Bayan Lombok Utara”. Penelitian ini akan mengadopsi metode
penelitian kualitatif, khususnya jenis penelitian fenomenologi. Tujuan yang hendak dicapai
oleh peneliti melalui penelitian ini adalah:
1.Untuk mengetahui pandangan Masyarakat Bayan mengenai Ritual kematian.
2.Untuk mengetahui prosesi ritual kematian yang dilakukan oleh Masyarakat
Bayan.
3.Untuk mengatahui fungsi yang terkandung dalam ritual kematian yang
dilakukan Masyarakat Bayan.
Dalam usaha mencapai sasaran tersebut, peneliti akan berinteraksi dengan pihak-
pihak yang relevan dalam penelitian ini melalui berbagai metode pengumpulan data,
termasuk observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pedoman wawancara akan digunakan
sebagai panduan utama dalam proses ini. Peneliti menghimbau agar semua pihak bersedia
memberikan informasi yang akurat, tepercaya, dan lengkap. Dijamin bahwa informasi
yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya. Peneliti sangat menghargai kerjasama dan
kontribusi informasi yang diberikan, dan kami menyampaikan terima kasih atas
partisipasinya..

Hormat saya

21
Julkipli

22
Lampiran 2

PEDOMAN OBSERVASI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INKLUSIF: KAJIAN TERHADAP


KERAGAMAN RITUAL KEMATIAN DI MASYARAKAT BAYAN
LOMBOK UTARA

A . Tujuan Observasi : Mengetahui prosesi keragaman ritual kematian


yang dilakukan oleh Masyarakat Bayan menurut paham sunni, salafi wahabi
dan Masyarakat Adat.
B. Observer : Julkipli ( Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam)
C. Observee : Masyarakat yang ada di kecamatan Bayan Lombok
Utara
D. Pelaksanaan Observasi
1. Hari/Tanggal : ………………………………………………….
2. Jam : …………………………………………………..
3. Nama Observee : ………………………………………………….
E. Aspek-Aspek yang Diobservasi
1. Gambaran umum lokasi penelitian
2. Profil mengenai Masyarakat yang ada di Kecamatan Bayan Lombok Utara
3. Pandangan Masyarakat Bayan mengenai ritual kematian.
4. Prosesi ritual kematian yang dilakukan oleh Masyarakat Bayan
5. Fungsi apa yang terkandung dalam ritual kematian pada Masyarakat Bayan
Lombok Utara.

23
Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INKLUSIF: KAJIAN TERHADAP


KERAGAMAN RITUAL KEMATIAN DI MASYARAKAT BAYAN
LOMBOK UTARA

Penelitian tentang upacara pemakaman yang dilakukan di Masyarakat


Bayan, Lombok Utara, merupakan salah satu contoh penelitian yang mengadopsi
pendekatan kualitatif. Dalam konteks ini, pedoman wawancara memiliki peran
yang sangat penting untuk memastikan keberhasilan pengumpulan data yang
lengkap dan akurat. Pedoman wawancara ini mengandung pertanyaan-pertanyaan
inti yang akan dijawab selama proses penelitian.

24
Lampiran 4

Pedoman Wawancara
Nama :
Alamat :
Umur :
Perumusan Masalah
1. Bagaimana Pandangan Masyarakat Bayan Mengenai Kematian.

No. Indikator Subjek Informan Lainnya


1 Apakah yang difikirkan ketika √
mendengar kata kematian?
2 Bagaimanakah ritual kematian √
yang ada pada Masyarakat Bayan
pada paham sunni, salafi wahabi
dan Masyarakat Adat?
3 Disebut apakah ritual kematian √
yang ada pada Masyarakat Bayan
pada paham sunni, salafi wahabi
dan Masyarakat Adat?
4 Bagimanakah asal muasal √
Masyarakat Bayan?
5 Adakah identitas khusus yang √
dipakai Masyarakat Bayan
dalam kehidupan sehari-hari?

2. Bagiamana Prosesi Ritual Kematian Masyarakat Bayan

No Indikator Subjek Informan Lainnya

1 Apakah yang dimaksud dengan √


ritual Gawe Pati?
2 Kapan biasnya ritual Gawe √
Pati akan dilaksanakan?

3 Dimana biasanya ritual Gawe √


Pati dilaksanakan?

4 Siapa saja yang boleh datang √


dalam ritual yang dilakukan
oleh Masyarakat Bayan?
5 Bagaimana tanggapan √
masyarakat setempat mengenai
25
ritual Gawe Pati?

3. Bagaimana Fungsi yang Ada Dalam Ritual Masyarakat Bayan

No Indikator Subjek Informan Lainnya


1 Apakah fungsi ritual bagi √
orang yang telah meninggal?
2 Bagaimana fungsi ritual bagi √
keluarga?
3 Apa dampak yang terjadi jika √
ritual tidak dilaksanakan?

26
Lampiran 5

DAFTAR INFORMAN

1. Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

2. Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

3. Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
4. Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

5. Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

300

Anda mungkin juga menyukai