Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TOKOH PENDIDIKAN M. AMIN ABDULLAH


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Tokoh Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Cahaya Khaeroni, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Alivia Nurlaila Salsabila 20250051
Maratun „anifah 20250043

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Tokoh Pendidikan M. Amin Abdullah”. Shalawat serta salam tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi kita Muhammad Saw. Semoga kita mendapatkan
syafa‟at-Nya di hari kiamat nanti.

Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan kerja
sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis hanya dapat memohon dan
berdo‟a atas segala bantuan, dukungan, semangat, masukan, dan do‟a yang telah
diberikan menjadi pintu datangnya Ridho dan kasih sayang Allah SWT. di dunia
dan di akhirat. Aamiin ya Rabbal alamiin.

Penulis berharap semoga makalah ini akan membawa manfaat yang


sebesar-besarnya khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan masalah........................................................................................ 5
C. Tujuan pembahasan..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
A. Biografi M. Amin Abdullah ........................................................................ 6
B. Konsep Pendidikan M. Amin Abdullah .................................................... 11
C. Karya-Karya M. Amin Ambdullah ........................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. Kesimpulan ............................................................................................... 16
B. Saran.......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tengah bangsa dan masyarakat yang multikultural-multireligius,
persoalan sosial-keagamaan memang bukan persoalan yang sederhana.
Kompleksitas hubungan sosial antarumat beragama ini dirasakan oleh
seluruh elemen dalam masyarakat, mulai dari politisi, guru, tokoh agama
dan orang tua di rumah. Menafikan keberadaan tradisi-tradisi agama di
muka bumi merupakan pekerjaan yang sia-sia. Masing-masing mempunyai
hak yang sama; masing-masing mempunyai cara untuk mempertahankan
tradisi dan identitasnya sendiri-sendiri dengan berbagai cara yang bisa
dilakukan.
Pendidikan merupakan salah satu media yang paling efektif untuk
melahirkan generasi yang memiliki pandangan yang mampu menjadikan
keragaman sebagai bagian yang harus diapresiasi secara konstruktif.
Sebab, pendidikan bersifat sistemik dengan tingkat penyebaran yang
cukup merata. Lembaga-lembaga pendidikan dari berbagai tingkatan telah
tersebar secara luas di berbagai wilayah Indonesia. Oleh karena itu,
pendidikan menjadi sarana yang cukup efektif untuk mencapai tujuan ideal
ini.1
Pendidikan menurut pandangan Islam adalah bagian dari tugas ke
khalifah-an manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab.
Kemudian pertanggungjawaban itu baru bisa dituntut kalau ada aturan dan
pedoman pelaksanaan. Oleh karena itu, Islam tentunya memberikan garis-
garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan
konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan dan menjadi tanggung
jawab manusia untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-
konsep dasar tersebut dalam praktik kependidikan. Secara historis,
pendidikan multikultural muncul pada lembaga-lembaga pendidikan
tertentu di wilayah Amerika yang pada awalnya diwarnai oleh sistem

1
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2008, h. 8.

4
pendidikan yang mengandung diskriminasi etnis, yang kemudian
belakangan hari mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pendidikan
multikultural sendiri merupakan strategi pembelajaran yang menjadikan
latar belakang budaya siswa yang bermacam-macam digunakan sebagai
usaha untuk meningkatkan pembelajaran siswa di kelas dan lingkungan
sekolah. Yang demikian ini dirancang untuk menunjang dan memperluas
konsep-konsep budaya, perbedaan, kesamaan dan demokrasi. 2
Pendidikan Islam multikultural juga dapat dipahami sebagai proses
pendidikan yang berprinsip pada demokrasi, kesetaraan dan keadilan;
berorientasi kepada kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian; serta
mengembangkan sikap mengakui, menerima dan menghargai keragaman
berdasarkan al-Qur‟an dan hadis. 3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi M. Amin Abdullah?
2. Bagaimana Konsep Pendidikan M. Amin Abdullah?
3. Apa Saja Karya-Karya M. Amin Abdullah?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Biografi M. Amin Abdullah
2. Untuk Mengetahui Konsep Pendidikan M. Amin Abdullah
3. Untuk Mengetahui Karya-Karya M. Amin Abdullah

2
Sangkot Sirait dalam Nizar Ali (eds.), Antologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Idea Press,
2010), h. 168
3
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren, Telaah terhadap Kurikulum
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.19.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi M. Amin Abdullah


Prof. Dr. H. Muhammad Amin Abdullah, MA atau biasa dipanggil
Pak Amin lahir di Margomulyo, Tayu, Pati, Jawa Tengah pada tanggal 28
Juli 1953. Ia merupakan anak tertua dari delapan bersaudara dari pasangan
seorang “santri” didikan pondok pesantren bernama H. Ahmad Abdullah,
yang aslinya berasal dari Pati, Jawa Tengah dan “priyayi” yang bernama
Siti „Aisyah, yang sempat mendapatkan didikan ala Belanda, berasal dari
Madiun, Jawa Timur. Dari delapan bersaudara tersebut, pria yang bernama
lengkap Muhammad Amin Abdullah, terlihat paling menonjol, baik dari
sisi intelektual maupun spiritualnya. Amin ternyata tidak hanya mewarisi
gen intelektualitas orang tuanya saja, namun Ia juga mewarisi gen
spiritualitas, terutama dari ibunya. Yang di masanya, Ia hanya mengenyam
pendidikan di HIS dan kemudian melanjutkan ke Mu‟allimat Yogyakarta.
Hal ini menjadikan ibunya terlihat lebih“modernis”dibandingkan dengan
bapaknya yang lulusan pondok pesantren tradisional namun sempat
mukim selama 18 tahun di Makkah.
Setamat sekolah dasar pada tahun 1966, Amin kemudian diantar
ibunya untuk mondok di Pondok Modern Gontor Ponorogo dan
menamatkan jenjang sekolah menengahnya di Kulliyatul Mu‟allimin
AlIslamiyah (KMI) Pondok Modern Gontor pada tahun 1972. Setelah itu,
Ia melanjutkan studinya di program sarjana muda Institut Pendidikan
Darussalam yang sekarang bernama Universitas Darussalam, Gontor, dan
memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1977. Kemudian Ia
menlanjutkan program sarjananya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan
Perbandingan Agama, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Pada tahun 1982 Ia meraih gelar sarjana di IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Setelah itu Ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan
studi magister dan doktoralnya di Department of Philosophy, Faculty of
Art and Sciences, Middle East Technical University (METU), Ankara,
Turki (1990) dengan mengambil program Ph.D bidang Filsafat Islam.

6
Kemudian pada tahun 1997-1998, Ia berkesempatan mengikuti Program
PostDoctoral di McGill University,Canada.
Semasa sekolah atau mondok di Gontor, Amin tergolong sebagai
santri yang tekun, rajin, ulet dan aktif. Amin sangat rajin dalam kegiatan
pramuka yang kemudian Ia diamanati untuk menjadi Ketua Andalan
Koordinator Urusan Latihan digugus depan almamaternya tersebut, tak
aneh ketika 37 tahun berikutnya yaitu pada tahun 2008, ketika Ia menjabat
sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga, Ia menjadi Pembina Pramuka para
mahasiswa di universitas tersebut. Amin juga aktif di kegiatan teater dan
tergabung dalam kegiatan HIPSADUS (Himpunan Sastra Darussalam).
Dari perkumpulan itulah Ia memulai menyalurkan bakat menulisnya
bersama dengan teman- teman sejawatnya. Sebelumnya, tambah Ustadz
Habib Chirzin, yang merupakan guru dari Amin sekaligus juga merupakan
alumni Gontor, bahwa dulu Amin juga pernah tergabung dalam Bengkel
Teater Islam Darussalam (TERISDA), bahkan Ia sempat memerankan
tokoh “Tukang Pos” ketika bermain di teater Gontor dengan membawa
sepeda kuno.
Ketika di KMI Gontor, Amin sekelas dengan siswa-siswa yang
kecerdasannya di atas rata-rata dan sekarang ini menjadi tokoh nasional di
antaranya ada Prof. Dr. Juhaya S. Praja (Guru Besar UIN Sunan Gunung
Djati Bandung), Prof. Dr. Azhar Arsyad (Mantan Rektor UIN Alauddin
Makassar), Prof. Dr. Nurul „Ain dan masih banyak tokoh lainnya. Di
Gontor inilah jiwa leadership Amin dibangun, diasah serta dilatih dengan
baik, terutama saat Ia menjabat sebagai Andulat di Koordinator Gerakan
Pramuka Gugus Depan Gontor. Ia begitu tekun dan rajin, dimana setiap
hari Kamis siang Ia selalu berkeliling mengecek kesungguhan peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pramuka. Sering kali Ia juga harus melatih
mereka apabila pelatih pramukanya tidak datang.
Ketika Amin ingin berangkat ke Turki pada penghujung tahun
1984, selama kurang lebih tiga tahun, yaitu antara tahun 1978 sampai
tahun 1981, sambil kuliah di tingkat sarjana di IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Amin juga sempat mengajar di Pondok Pesantren Pabelan,

7
Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Pondok ini merupakan pondok alumni
Gontor karena pimpinannya saat itu, yaitu Kiai Hamam Ja‟far, merupakan
Alumni PM Gontor dan salah satu santri kinasihnya (santri yang sangat
dikasihinya) KH. Imam Zarkasyi (Pendiri Pondok Modern Gontor).
Bahkan, di dalam salah satu tulisan komentatoris tentang Biografi Kiai
Hamam, nama Amin Abdullah disebut secara eksplisit bersama dengan
Ustadz Habib Chirzin, Ustadz Dawam Sholeh dan lainnya sebagai salah
satu Ustadz yang membuat Pondok Pesantren Pabelan sangat maju dan
alumninya menonjol d masyarakat.
Setelah menyelesaikan program sarjananya di IAIN Sunan
Kalijaga, setahun kemudian suami dari Hj. Nurkhayati ini diangkat
menjadi dosen tetap di Fakultas Ushuluddin pada Universitas yang sama.
Kemudian Ia berkesempatan mengambil Program Ph. D bidang Studi
Filsafat di Departement of Philosohpy, Faculty of Art and Sciences,
Middle East Technical University, Ankara, Turki dengan mempertahankan
disertasinya yang berjudul: “The Idea of University of Ethical Norms in
Ghazali and Kant.”
Pada Tahun 1993 Ia kemudian diangkat menjadi dosen tetap di
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, dan diserahi materi Filsafat
Islam dan Filsafat Agama. Pada tahun yang sama, Ia juga diserahi tugas
menjadi Asisten Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Beberapa
tahun kemudian Ia mulai mengajar di beberapa kampus ternama di
Indonesia seperti UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas
Muhammadiyah Malang, UGM, UII, UMS, IAIN Walisongo Semarang
dan UNISBA Bandung. Kemudian, kesibukannya itu sejenak Ia
tinggalkan, karena pada rentang tahun 1997-1998 Ia mengikuti program
Post-Doctoral di McGill University, Montreal, Kanada.
Barulah pada tahun 1998 sekembalinya dari McGill, Ia kemudian
diamanahkan untuk menjadi Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakartasekaligus menjadi Kepala Departemen Agama dan Filsafat di
Program Pascasarjananya. Pada tahun 2002 Ia diangkat menjadi Rektor
UIN Sunan Kalijaga, bahkan hingga dua periode masa jabatan.

8
Namanya bahkan semakin terkenal di kalangan akademisi Muslim
Indonesia, hal itu dikarenakan Ia pernah menjadi Ketua Majelis Tarjih
Muhammadiyah (1995-2000), Anggota Dewan Konsultatif, Indonesian
Conferenceon Religion and Peace (2000-2002), Wakil Ketua Dewan
Nasional Muhammadiyah (2000-2005) dan menjadi Anggota Badan
Akreditasi Jurnal (2003-2004). Hal ini menjadi nilai lebih baginya, apalagi
Ia begitu kreatif dan ide-idenya seolah tak pernah mengering, lebih-lebih
untuk dunia pendidikan. Dan untuk menyuarakan ide-idenya itu, Ia
menuliskannya di berbagai media cetak, menulis dalam buku-buku dan
juga menyerukannya lewat seminar- seminar nasioal maupun
Internasional.
Amin Abdullah juga merupakan salah seorang pemikir Islam yang
ada di Universitas Islam Negeri Yogyakarta yang memberikan angin segar
kajian Islam. Ia bahkan boleh dikatakan merupakan salah satu pemikir
Islam Indonesia yang menonjol dengan gagasan-gagasan keIslaman yang
progresif. Pertemuan Amin Abdullah dengan kajian Islam pesantren dan
Muhammadiyah, kajian Islam tradisi Eropa, kajian Islam ke
Indonesiaan,dan berbagai pengalaman keagamaan yang pluralistik
membawanya kepada pemahaman Islam yang mencoba merangkul
metode-metode pemahaman klasik dan kontemporer, dan membawanya
kepada pemahaman Islam yang mampu menjawab berbagai permasalahan
global, seperti isu pelanggaran kemanusiaan, pluralisme agama,
multikulturalisme, kemiskinan, gender, isu keamanan dan perdamaian, dan
lain sebagainya.
Intelektualitas Amin Abdullah sangat kental dengan asumsi
dasarnya bahwa kehidupan ini terdiri dari banyak ragam entitas yang satu
sama lain tidak berdiri sendiri, melainkan saling terhubung, saling
menopang, dan saling mengambil-memberi, Ia menyebutnya dengan life is
interconnected. Keterhubungan kehidupan ini ketika turun dalam batas
kesadaran historis manusia dalam segmen kehidupan yang berbeda lalu
menjadi terkotak-kotak. Kesadaran historis ketika turun menjadi ilmu
menjadi terkotak-kotak, menjadi fakultatif. Pendidikan menjadi tidak lagi

9
utuh, masing-masing mengunggulkan kekuatan fakultatifnya
sendirisendiri, dan kesaling terkaitan yang utuh menjadi hilang. Kesadaran
historis ini dalam dunia agama, ketika turun menjadi klaim-klaim
keagamaan yang saling menjatuhkan sehingga agama menjadi parokial,
sektarian, bentuk organisasi, dan lain sebagainya.
Kesadaran keagamaan yang utuh yang saling menghubungkan dan
saling menyatukan manusia dengan ragam perbedaan dan kepentingan
menjadi hilang. Hal yang sama bisa ditemukan dalam segmen kehidupan
manusia lainnya, seperti dalam dunia ekonomi, politik, dan budaya.
Asumsi dasar ini sangat kental mewarnai karya-karyanya. Asumsi dasar
ini pula yang menjadikan dirinya sebagai pemikir Islam yang dinamis
(tidak hanya mengajarkan, tetapi juga mengembangkan pemikiran
keislaman), progresif (tidak repetitif, melainkan produktif merangkul
berbagai ragam cara pemahaman untuk mendudukkan pemikiran
keislaman selalu dalam nalar kemajuan mengiringi laju perubahan dunia),
dan visioner (berpandangan jauh kedepan menghadirkan pemikiran
keislaman yang interreligius-multikultural dan berwawasan keilmuan yang
luas demi kehidupan dunia yang semakin baik dan semakin baik).
Amin Abdullah, selain sukses di dunia akademis, juga sukses di
karir birokratik-kampus. Dia dipercaya dua kali periode menjadi Rektor
kampusnya. Dia sukses menjalankan tugas melakukan perubahan
kelembagaan, dari IAIN menjadi UIN. Siapapun bisa mengerti betapa
berat tugas yang diembannya, namun keberhasilannya mengeksekusi tugas
ini terlihat dari perubahan gedung dan filsafat pengembangan keilmuan
Islam. Keberhasilannya tentu saja tidak hanya sebatas fisik berupa
bangunan, namun yang lebih penting dia mampu mengimplementasikan
pemikiran Islamnya yang dikenal dengan paradigm integratif-interkonektif
sebagai suatu pijakan filosofis ilmu bagi pengembangan keilmuan Islam
yang integratif- interkonektif dengan ilmuilmu modern yang telah mapan
untuk menjawab berbagai persoalan bangsa dan dunia yang kompleks. Dia
meninggalkan system manajemen yang lebih baik dari sebelumnya dan
mewariskankan suatu sistem akademik filosofis keilmuan-Islam, yaitu

10
epistemologi integratifinterkonektif, yang pasti akan abadi dikenang
generasi-generasi sesudahnya.4

B. Konsep Pendidikan M. Amin Abdullah


Berawal dari kenyataan kehidupan beragama yang makin banyak
ragamnya yang ada dalam masyarakat, maka M Amin Abdullah
berpendapat bahwa Menafsikan keberadaan tradisi-tradisi agama di muka
bumi, baik di Barat apalagi di Timur merupakan pekerjaan yang sia-sia.
Masing-masing mempunyai hak hidup yang sama dan juga cara untuk
mempertahankan tradisi dan identitasnya sendiri-sendiri dengan berbagai
cara yang bisa dilakukan. Cara yang paling tepat adalah melalui jalur
pendidikan. Karena Pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk
meneruskan, melanggengkan ,mengawetkan, darn mengonservasi tradisi
dari satu generasi ke generasi selanjutnya, dari abad yang satu ke abad
yang lain. Permasalahan pokok yang dihadapi para pendidikdan penggerak
sosial- keagamaan pada era kemajemukan dan era Multikultural adalah
bagaimana agar masing-masing tradisi keagamaan tetap dapat
mengawetkan, memelihara, melanggengkan, mengalihgenerasikan, serta
mewariskan kepercayaan dan tradisi yang diyakini sebagai suatu
kebenaran yang mutlak, namun pada saat yang sama juga menyadari
sepenuhnya keberadaan kelompok tradisi keagamaan lain yang juga
berbuat serupa. 5
M. Amin Abdullah mengartikan pendidikan Islam Multikultural
adalah sebagai pendidikan “perdamaian” yang berasaskan toleransi mutlak
harus dilakukan dan diajarkan secara seksama terhadap anak didik sebagai
bekal untuk menghadapi kemajemukan yang ada, agar tidak terjadi konflik
yang ditimbulkan dari perbedaan baik itu perbedaan agama, budaya, ras
suku dan lain sebagainya. 6

4
Al-hikmah, Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam: pemikiran Amin Abdullah, Vol. 1 No. 2
Juni-November
5
Zuhairi et.al., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 148.
6
Achmad Rois, pendidikan islam multikultural telaah pemikiran muhammad amin
abdullah, Vol. 8, No. 2, Desember 2013, hal. 316

11
Dalam rangka menyadari perbedaan tantangan historis antara
klasik-skolastik, era modernitas, dan terlebih lagi pada era modernitas
tingkat-lanjut (postmodern), diperlukan keberanian intelektual untuk
merumuskan ulang pola pendidikan Islam, baik yang menyangkut materi
maupun metodologi. Untuk menuju ke arah tersebut, ada beberapa catatan
kecil yang dikemukakan oleh M. Amin Abdullah yang tertuang dalam
bukunya, yakni sebagai berikut:

1. Selain memberi uraian tentang ilmu-ilmu keislaman klasik, M Amin


Abdullah berpendapat bahwa mahasiswa dan anak didik perlu juga
diperkenalkan dengan persoalan-persoalan modernitas yang amat
kompleks sebagaimana dihadapi umat Islam sekarang ini dalam hidup
keseharian mereka. Pendekatan-pendekatan keilmuan social-keagamaan
yang saat ini berkembang juga perlu diperkenalkan pada mahasiswa dan
anak didik pada umumnya.

2. Pengajaran ilmu-ilmu keislaman tidak seharusnya selalu bersifat


doktrinal, melainkan perlu dikedepankan uraian dimensi historis dari
doktrin-doktrin keagamaan tersebut. Dengan demikian dimungkinkan
telaah kritis apresiatif- konstruktif terhadap khazanah intelektual Islam
klasik dan sekaligus memberi peluang dan kesempatan melatih para
peserta didik untuk merumuskan ulang pokok-pokok rumusan realisasi
doktrin agama yang sesuai dengan tantangan dan tuntutan zaman dan
bagaimana mereka dapat mencari jalan keluar (problem solving) sesuai
dengan nilai-nilai keagamaan Islam yang mereka yakini.
3. Pengajaran yang dulunya hanya bertumpu pada teks (nash) seperti
banyak dijumpai dalam buku buku teks mata kuliah filsafat pendidikan
Islam perlu diimbangi dengan telaah yang cukup mendalam dan cerdas
terhadap konteks dan realitas. Mengingat bahwa nash itu terbatas,
sedangkan kejadian-kejadian yang dialami umat manusia selalu
berkembang (al-nushush mutanahiyah wa al-waqai" ghoiru
mutanahiyah). Oleh karena itu, diperlukan ilmu-ilmu bantu yang
diambil dari disiplin psikologi, sosiologi, ekonomi, politik, sejarah,

12
filsafat, fisika, bioteknologi, dst., untuk menjelaskan hakikat, visi dan
misi agama Islam yang fundamental.
4. Dalam era pluralitas iman yang semakin mencuat dan menguat,
diskursus yang melakukan telaah secara akademik filosofis terhadap
khazanah intelektual Islam klasik, khususnya tasawuf sangat diperlukan
untuk megimbangi telaah yang bersifat doktrinal dari cabang keilmuan
kalam. Pelaksanaan pendidikan Islam kontemporer dikritik lantaran
terlalu banyak menekankan aspek kognitif anak didik, seperti dapat kita
lihat dari contoh- contoh soal agama Islam yang diberikan untuk tes-tes
di sekolah dan kurang memberikan tekanan pada aspek afektif dan
psikomotorik, menurut M Amin Abdullah, hal ini terjadi dikarenakan
pelajaran budi pekerti dan akhlak batiniah, yang bernuansa penghayatan
tasawuf, kurang begitu ditanamkan oleh para pendidik agama di
sekolah-sekolah formal maupun oleh para orang tua di rumah.
5. Pendidikan agama Islam era modernitas tidak lagi memadai jika hanya
terfokus pada pembentukan "moralitas individual" yang saleh, namun
kurang begitu peka terhadap "moralitas publik". Padahal moralitas
publik sangat terkait dengan realitas struktur social ekonomi, sosial-
politik, dan sosial- budaya yang mempunyai logika kepentingan sendiri-
sendiri. Persatuan antara struktur sosial-politik dengan dapat dilihat dari
fenomena tayangan di berbagai televisi swasta yang demikian marak.
Persatuan tersebut sebenarnya memberi andil yang begitu besar dalam
mencabik-cabik kesalehan individual dan kesalehan keluarga melalui
berbagai kemudahan dan fasilitas yang diberikan oleh budaya
modernitas yang sangat terasa menghimpit dan hegemonik. Pada era
klasik-skolastik dahulu orang biasa menahan diri dari pengaruh budaya
luar dengan cara beruz1ah (menyendiri). Namun, sekarang apa yang
disebut dengan 'uzlah dalam pengertian klasik-skolastik tidak
memungkinkan lagi. Maraknya iklan, baik yang bersifat eksploitatif,
manipulatif, maupun yang informatif, adalah produk sebuah struktur
ekonomi konglomerasi. Struktur ekonomi yang menghimpit seperti itu
tidak cukup dihadapi dengan pendekatan tekstual, melainkan harus

13
didekati secara kontekstual melalui advokasi-advokasi yang bersifat
kelembagaan yang secara jeli mencermati moralitas publik.
Menurut M Amin Abdullah, “pendididkan Islam era modernitas
perlu memasuki diskursus moralitas publik, sebab sumber kejahatan
moral tidak lagi bersumber dari individu-individu, melainkan telah
berpindah ke jaringan struktur yang sangat kompleks. Oleh karena nya,
orientasi pendidikan agama dan pendidikan Islam secara khusus tidak
lagi cukup kalau hanya menekankan pada kesalehan individual”.
Mengenal berbagai persoalan-persoalan jalinan struktural melalui
pendekatan-pendekatan yang lebih historis-empiris terhadap realitas
kehidupan sehari-hari era modernitas perlu juga dikedepankan, agar
anak didik mengenal liku-liku kehidupan modern dan sekaligus dapat
mencari jalan keluar yang tepat secara agamis berdasarkan nilai-nilai
rohaniah-ilahiah. Sistem pendidikan Islam Multikultural sebagaimana
tadi sudah dijelaskan bahwa, pendidikan Islam pada level kehidupan
individual, orang boleh saja menggaris bawahi perlunya “agree in
disagreement” (setuju dalam perbedaan). Tapi dalam pada level
kehidupan sosial dan publik, bukan pola agree in disagreement yang
diperlukan, melainkan model “social contrack”. Dalam konsep ”agree
in disagreement”, masih tampak corak pendekatan teologi dan kalam
yang cukup menonjol dan terlalu kental. Dalam pemaparan ini penulis
menjelaskan bagai mana membentuk sistem pendidikan islam
multikultural yang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang harus
dikembangakn. Sebagai salah satu bentuk perwujudan untuk
menciptakan pembelajaran yang memberi efek yang positif terhadap
anak didik untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi perbedaan.
Baik perbedaan dalam hal agama, golongan, suku, ras. 7
C. Karya-karya M. Amin Abdullah
Amin Abdullah bisa dikatakan sebagai seseorang yang memiliki
kemampuan dibanyak bidang keilmuan, Ia tidak hanya menguasai bidang

7
M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural-Multireligius (Jakarta: PSAP,
2005), h. 2

14
pemikiran dan pendidikan yang menjadi keahliannya, lebih dari itu Ia juga
merupakan seorang filosof yang banyak melahirkan karyakarya tentang
filsafat, di samping juga seorang teolog yang juga banyak melahirkan
karya-karya dalam masalah teologi. Amin Abdullah dapat dikelompokkan
pada penulis yang produktif. Dalam perjalan hidupnya, Ia telah banyak
menghasilkan artikel ataupun makalah yang telah dibukukan. Beberapa
karyanya antara lain adalah sebagai berikut :
1. Antara Al-Ghazali & Kant : Filsafat Etika Islam. Buku ini merupakan
pemaparan dan pemetaan teori etika yang dirumuskan oleh dua figur
pemikir terkemuka dan berpengaruh luas, masing-masing di dunia
Islam dan Barat: Al-Gazali dan Imanuel Kant.
2. Falsafah Kalam di Era Posmodernisme. Buku ini merupakan
kumpulan tulisan Amin Abdullah tentang dialektika antara
normatifitas wahyu dan historisitas kekhalifahan, filsafat menjawab
tantangan posmodernisme yang berkembang serta Al-qur‟an yang
bersifat universal sebagai perekat umat.
3. Studi Agama: Normativitas atau Historisitas. Buku ini berisikan
tulisan Amin Abdullah tentang gambaran pemahaman keagamaan
yang ditinjau dari sudut nilai-nilai wahyu dan pengalaman
keberagamaan.
4. Pendidikan Agama Era Multikultural. Buku ini merupakan wacana
pendidikan islam yang meliputi budaya, ekonomi, hiburan diera
multicultural.
5. Islamic Studies di Perguruan Tinggi. Pendekatan
IntegratifInterkonektif. Buku ini berisikan Pemikiran M. Amin
Abdullah tentang hubungan epistemologi Islam, yaitu: bayani, irfani,
dan burhani.8

8
Uqbatul Khair Rambe, Pemikiran Amin Abdullah, Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam,
Vol. 1 No. 2 (Juni-November 2019), h. 166-167

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Amin Abdullah merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang
dikenal atas kontribusinya dalam pengembangan pemikiran pendidikan di
Indonesia. Dalam perjalan hidupnya, Ia telah banyak menghasilkan artikel
ataupun makalah yang telah dibukukan. Beberapa karyanya antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Antara Al-Ghazali & Kant : Filsafat Etika Islam. Buku ini merupakan
pemaparan dan pemetaan teori etika yang dirumuskan oleh dua figur
pemikir terkemuka dan berpengaruh luas, masing-masing di dunia
Islam dan Barat: Al-Gazali dan Imanuel Kant.
2. Falsafah Kalam di Era Posmodernisme. Buku ini merupakan
kumpulan tulisan Amin Abdullah tentang dialektika antara
normatifitas wahyu dan historisitas kekhalifahan, filsafat menjawab
tantangan posmodernisme yang berkembang serta Al-qur‟an yang
bersifat universal sebagai perekat umat.
3. Studi Agama: Normativitas atau Historisitas. Buku ini berisikan
tulisan Amin Abdullah tentang gambaran pemahaman keagamaan
yang ditinjau dari sudut nilai-nilai wahyu dan pengalaman
keberagamaan.
4. Pendidikan Agama Era Multikultural. Buku ini merupakan wacana
pendidikan islam yang meliputi budaya, ekonomi, hiburan diera
multicultural.
5. Islamic Studies di Perguruan Tinggi. Pendekatan
IntegratifInterkonektif. Buku ini berisikan Pemikiran M. Amin
Abdullah tentang hubungan epistemologi Islam, yaitu: bayani, irfani,
dan burhani.
B. Saran
Diharapkan seluruh mahasiswa mata kuliah Study Tokoh
Pendidikan Islam dapat memahami isi makalah yang telah kelompok kami
susun. Dan semoga ilmunya dapat bermanfaat. Aamiin

16
DAFTAR PUSTAKA

Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan


Aplikasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2008, h. 8.
Sangkot Sirait dalam Nizar Ali (eds.), Antologi Pendidikan Islam
(Yogyakarta: Idea Press, 2010), h. 168
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren, Telaah
terhadap Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.19.

Al-hikmah, Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam: pemikiran Amin


Abdullah, Vol. 1 No. 2 Juni-November
Zuhairi et.al., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.
148
Achmad Rois, pendidikan islam multikultural telaah pemikiran
muhammad amin abdullah, Vol. 8, No. 2, Desember 2013, h. 316
M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural-Multireligius
(Jakarta: PSAP, 2005), h. 2
Uqbatul Khair Rambe, Pemikiran Amin Abdullah, Jurnal Theosofi dan
Peradaban Islam, Vol. 1 No. 2 (Juni-November 2019), h. 166-167

17

Anda mungkin juga menyukai