DISUSUN OLEH:
Bahagia Kurniawan ( 22.00.4140 )
Fajar Kurniawan ( 22.00.4146 )
Assalamualaikum wr.wb…
semesta alam. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada penghulu para
1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan Dukungan dan Doa kepada
saya
2. Ummi Nova Yanti, S.Ag, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah “ Kapita
Selekta Pendidikan “
SD/MI/SMP/MTs/SMU/MA/SMK”.
Adapun tujuan utama penulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
2
Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagian dan menuntun
pada langkah yang lebih baik lagi kedepannya.Meskipun penulis berharap isi
dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading
Wassalamu‘alaikum Wr.Wb
Penul
is
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................4
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Paradigma Tradisional....................................................................................6
B. Paradigma Modern..........................................................................................8
C. Paradigma New Modernis...............................................................................9
D. Paradigma Liberal ( Aliran Kiri )..................................................................12
E. Liberalisme dalam Pendidikan Islam............................................................14
F. Paradigma Pemikiran Pendidikan Islam.......................................................15
BAB III.......................................................................................................................16
PENUTUPAN.............................................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam khususnya menjadi perhatian dalam kehidupan individu,
masyarakat dan berbangsa. Pendidikan yang baik dan maju turut menentukan
majunya bangsa. Sebaliknya, bangsa yang mundur adalah wujud dari mundurnya
pendidikan yang ada pada bangsa itu. Pendidikan adalah proses seseorang
mengembangkan kemampuan sikap dan tingkah laku di dalam masyarakat tempat ia
hidup, juga pendidikan itu adalah proses sosial yang terjadi pada orang yang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang
datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh pengembangan kemampuan
sosial dan kemampuan individu yang optimal.1
Dunia Islam pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan dan teknologi dan
mencapai puncaknya pada masa khalifah Abbasiyah. Pada masa itu seluruh aktivitas
intelektual dilandasi dengan nilai-nilai agama, tujuan akhir dari seluruh aktivitas
adalah menegakkan agama dan adanya perimbangan antara disiplin ilmu agama serta
pengembangan intelektual dalam kurikulum pendidikan. Namun sayangnya
kemajuan-kemajuan Islam saat itu tidak sempat dilanjutkan dengan sebaik-baiknya
oleh generasi berikutnya, sehingga tanpa sadar umat Islam telah melepaskan
kepeloporannya.
1
Nanang Fattah, Landasan Menejemen Pendidikan (Cet IX; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 4.
5
Dalam konteks pendidikan Islam, fokus pembelajaran tidak hanya pada aspek
intelektual, akan tetapi ada aspek lain yang dijadikan pilar pendidikan yaitu spiritual.
Pilar spritual yaitu manusia dapat terdidik untuk menghayati dirinya sebagai makhluk
Allah yang kehadirannya untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah swt. Aktivitas
apapun yang dilakukan manusia selamanya bernuansa pengabdian, baik sebagai
pelaku ekonomi, politik, profesional dan lain sebagainya nilai-nilai pengabdian yang
menghiasi dirinya. Pilar spritual memberikan efek kejiwaan bagi setiap orang berupa
merasakan ketenangan dalam hidup, menghilangkan egoisme, membangun hubungan
harmonis di antara sesama manusia dan makhluk lain, memiliki kepastian kehidupan
di masa depan, dan memberikan rasa aman dan damai bagi semua manusia dan
makhluk lain di muka bumi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Paradigma Tradisional, Paradigma Modern, Paradigma
New Modernis, Paradigma Liberal ( aliran kiri ), Liberalisme dalam
Pendidikan dan Paradigma pemikiran Pendidikan Islam ?
2. Sebutkan isi pokok apa saja paradigma tersebut ?
3. Bagaimana pengaruh paradigm tersebut terhadap pemikiran pendidikan islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetahuan dari paradigma tersebut
2. Untuk mengetahui teori paradigma yang disampaikan diatas
3. Untuk menjelaskan pentingnya paradigm pendidikan tersebut
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Paradigma Tradisional
Konsep Islam tradisional masih sangat urgen bagi kehidupan masyarakat,
mengingat Islam tradisional dapat menyatukan antara praktek ajaran Islam dengan
sumber ajaran Islam. Keberadaan Islam tradisional sudah menjadi budaya di dalam
kehidupan masyarakat lokal maupun masyarakat non lokal, dan keberadaan Islam
tradisional merupakan perpaduan antara budaya lokal dengan Nilai-nilai ke-Islaman.
Sehingga Islam tradisional dapat hidup sejalan antara realitas kehidupan masyarakat
secara universal dengan Nilai-nilai ke-Islaman. Maka dari itu Islam tradisional dapat
digolongkan sebuah gagasan mendekatkan antara teks dan konteks dalam Ilmu Ke-
Islaman saat ini, untuk itu dibutuhkan kajian yang mendalam tentang Islam
tradisional yang tumbuh kembang di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat
saat ini.
Ada dua model pendidikan sebagai representasi pendidikan Islam yang
berkembang di Indonesia sejak masuknya Islam hingga memasuki abad ke-20, yaitu,
yaitu model pesantren dan surau. Model pesantren tumbuh dan berkembang di Jawa,
sedangkan surau di Sumatera. Kedua model pendidikan ini masih sangat tradisional,
konservatif, kolot dan tidak memenuhi standar pendidikan Eropa. Dari aspek
manajemen, pesantren ataupun surau dipimpin oleh seorang Kiyai. Kiyai adalah figur
tunggal dan sentral yang memiliki otoritas penuh dalam segala hal terhadap murid
atau santrinya, bahkan masyarakat luas.
Dari aspek proses pendidikan, hampir dipastikan metode pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah yang monoton, tanpa dialog. Materi yang diajarkan
hanya terfokus pada pelajaran agama seperti tertuang dalam kitab Islam klasik,
misalnya terkait dengan praktik salat lima waktu, khutbah, salat jumat dan lainnya.
7
keagamaan. Dapat juga digambarkan bahwa pendidikan yang mampu membentuk
"manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggun dalam
moral". Hal ini berarti menurut cita-citanya pendidikan Islam memproyeksi diri untuk
memproduk "insan kamil", yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun
diyakini baru (hanya) Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya
Maka di dalam pendidikan Islam tujuan yang dapat digambarkan adalah
pendidikan yang bertujuan untuk memberikan suplai pengetahuan yang berbasis pada
ilmu Islam itu sendiri, yang kemudian mampu diaktualisasikan ke dalam kehidupan
sosial bermasyarakat. Dengan itu ilmu bisa dikatakan sebagai alat yang mampu
B. Paradigma Modern
Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,
maka pendidikan Islam dituntut untuk bergerak dan mengadakan inovasi-inovasi
dalam pendidikan. Mulai dari paradigma, sistem pendidikan dan metode yang
digunakan. Ini dimaksudkan agar perkembangan pendidikan Islam tidak tersendat-
sendat. Sebab kalau pendidikan Islam masih berpegang kepada tradisi lama yang
tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK, maka pendidikan Islam
akan buntu.
Adapun agar pendidikan Islam terus berkembang dan selalu sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perlu adanya integrasi antara
pendidikan Islam Tradisional dan pendidikan Islam modern. Selain itu juga perlu
adanya rekonstruksi metode atau model pembelajaran yang digunakan di dalam
pendidikan Islam. Ini diharapkan dapat mengikuti tuntutan anak modern yang selalu
kritis dan lebih berpikiran maju dari anak zaman dahulu yang cenderung manut dan
tunduk terhadap apa yang disampaikan guru.
Pendidikan Islam ke depan harus lebih memprioritaskan kepada ilmu terapan
yang sifatnya aplikatif, bukan saja dalam ilmu-ilmu agama akan tetapi juga dalam
bidang teknologi. Bila dianalisis lebih jeli selama ini, khususnya sistem pendidikan
Islam seakan-akan terkotak-kotak antara urusan duniawi dengan urusan ukhrawi, ada
pemisahan antara keduanya. Sehingga dari paradigma yang salah itu, menyebabkan
umat Islam belum mau ikut andil atau berpartisipasi banyak dalam agenda-agenda
yang tidak ada hubungannya dengan agama, begitu juga sebaliknya. Agama
mengasumsikan atau melihat suatu persoalan dari segi normatif (bagaimana
seharusnya), sedangkan sains meneropongnya dari segi objektifnya (bagaimana
adanya). Sebagai permisalan tentang sains, sering kali umat Islam phobia dan merasa
sains bukan urusan agama begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini ada pemisahan
antara urusan agama yang berorientasi akhirat dengan sains yang dianggap hanya
berorientasi dunia saja.
8
Pendidikan modern, memiliki beberapa karakteristik tersendiri bila
dibandingkan dengan pendidikan tradisional. Hal ini dikarenakan pendidikan modern,
jelas lebih mengarah mengikuti perubahan zaman. Ciri khas pendidikan Islam
modern, bukan hanya bersifat ukhrawi saja, tetapi juga berbicara tentang duniawi,
sehingga pendidikan modern ini mengarah kepada 2 kebahagiaan, yaitu kebahagiaan
dunia dan kebahagiaan akhirat. Proses pembelajarannya pun bukan hanya terfokus
kepada guru, tetapi seluruh komponen merupakan pusat pembelajaran termasuk
lingkungan dan murid. Hal ini diarahkan, siswa bukan hanya hebat di sisi kognitif
saja, tetapi juga dari segi afektif dan psikomotorik juga mengena kepada siswa.
Apabila ingin merekonstruksi pendidikan Islam di era modern ini, persoalan
pertama yang harus di tuntaskan adalah persoalan “dikotomi”. Artinya harus berusaha
mengintegrasikan kedua ilmu tersebut baik secara filosofis, kurikulum, metodologi,
pengelolaan, bahkan sampai pada departementalnya. Perubahan orientasi pendidikan
Islam harus dilakukan yaitu “bukan hanya bagaimana membuat manusia sibuk
mengurusi dan memuliakan Tuhan dengan melupakan eksistensinya, tetapi
bagaimana memuliakan Tuhan dengan sibuk memuliakan manusia dengan
eksistensinya di dunia ini. Artinya, bagaimana pendidikan Islam harus mampu
mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin sehingga menghasilkan
manusia yang memahami eksistensinya dan dapat mengelola dan memanfaatkan
dunia sesuai dengan kemampuannya.
C. Paradigma New Modernis
Secara sederhana neo-modernisme dapat diartikan dengan “paham
9
demikian, neo-modernisme bisa diartikan dengan dua hal: Pertama, sebagai gerakan
intelektual yang mendialogkan antara tradisi dan modernisasi. Kedua, sebagai fase
atau masa pembaharuan setelah tidak puas dengan hedonisme dalam era modern yang
sudah menjauh dari tradisi dan pandangan ketuhanan.
Neo-modernisme merupakan gerakan kritis yang hendak melawan
kecenderungan neo-revivalis, juga menutup kekurangan modernisme klasik. Bagi
Rahman, meskipun modernisme klasik telah benar dalam semangatnya namun ia
memiliki dua kelemahan mendasar. Pertama, ia tidak menguraikan secara tuntas
metode pembaruannya. Kedua, karena problem yang ditangani adalah masalah-
masalah ad hoc yang ada di Barat maka ada kesan kuat mereka itu telah terbaratkan.
Neo-modernisme mempunyai karakter utama pengembangan suatu metodologi
sistematis yang melakukan rekonstruksi Islam secara total dan tuntas serta setia pada
akar spritualnya dan dapat menjawab kebutuhan- kebutuhan Islam modern secara
cerdas dan bertanggung jawab
Selanjutnya pemikiran neo-modernisme Islam di Indonesia dapat
ditipologikan menjadi tiga yang masing-masing memiliki karakter tersendiri.
Pertama, “Islam rasional” yang berorientasi pada penemuan pengetahuan yang
mendasar mengenai ilmu ke-Islaman rasional, untuk mendapatkan keyakinan yang
rasional dan tingkah laku yang dapat dipertanggungjawabkan secara epistemologis.
Kedua, “Islam peradaban” yang beraksentuasi pada kepentingan praktis untuk
mendapatkan makna dari perwujudan konkrit Alqur’an. Karena itu, di samping
analisis hermaneutis dalam mengintrpretasi Alqur’an, merekapun memberi perhatian
besar pada Islam kaum salaf. Ketiga, “Islam transformatif” yang berpijak pada kata
kunci “emansipatoris”. Mainstream yang selalu menjadi dasar dalam menafsirka
Alqur’an adalah visi transformasi. Mereka yakin bahwa ada proses yang bersifat
empiris dan struktural yang telah menyebabkan suatu penindasan. Misi pokok yang
diemban adalah upaya membebaskan masyarakat muslim dari kemiskinan,
keterbelakangan dan ketertindasan
Berdasarkan bahasan di atas, secara garis besar, neo-modernisme Islam
Islam klasik, responsif terhadap masalah-masalah aktual dan memiliki basis pada
10
Secara konseptual dalam rangka pengembangan pendidikan Islam,
neo-modernisme menawarkan konsep holistik dalam memahami ajaran-ajaran
keagamaan. Konsep holistik yang dimaksud adalah upaya memahami ajaran
dan nilai-nilai yang mendasar dalam Alqur’an dan al-Sunnah dengan
mengikut sertakan dan mempertimbangkan khazanah intelektual Islam klasik
serta mencermati kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang
ditawarkan oleh dunia teknologi modern. Dengan kata lain, neo-modernisme
selalu mempertimbangkan Alqur’an dan al-Sunnah, khazanah pemikiran
Islam klasik, serta pendekatan-pendekatan keilmuan yang muncul pada era
modern. Jargon yang sering dikumandangkan adalah “al-Muhâfazhah ‘ala al-
Qadîm al-Shâlih wa al-Akhzu bi al-Jadîd al-Ashlah”, yakni memelihara hal-
hal yang baik yang telah ada sambil mengembangkan nilai-nilai baru yang
lebih baik
11
D. Paradigma Liberal ( Aliran Kiri )
1. Liberalism dalam Diskurs
yang berarti kebebasan. Kata ini kembali kepada kata ‚liberty‛ dalam
bebas
12
Tetapi yang terjadi sekarang adalah, bahwa umat manusia kehilangan
alami. Hal ini terjadi karena adanya sikap penolakan terhadap pemikiran
1. Intervensi Kurikulum
Kurikulum sebagai panduan untuk membentuk produk
pemikiran dan perilaku pelajar/mahasiswa menjadi salah satu
sasaran intervensi. Kurikulum bidang akidah, konsep wahyu
maupun syariah Islam menjadi obyek liberalisasi yang
tersistemkan. Liberalisasi akidah Islam diarahkan pada
penghancuran akidah Islam dan penancapan paham pluralisme
agama yang memandang semua agama adalah benar. Liberalisasi
konsep wahyu ditujukan untuk menggugat otentisitas (keaslian) al-
Quran Mushaf Utsmani dan as-Sunnah.
Adapun liberalisasi syariah Islam diarahkan pada
13
seluruh Indonesia. Tahun 2004, TAF memberikan pelatihan
kepada lebih dari 564 dosen yang mengajarkan pelatihan tentang
pendidikan kewarganegaraan yang kental dengan ide liberalis-
sekular untuk lebih dari 87.000 pelajar. Fakta lain, AS dan
Australia juga membantu USD 250 juta dengan dalih
mengembangkan pendidikan Indonesia.
F. Paradigma Pemikiran Pendidikan Islam
1. Pengertian Paradigma Pendidikan Islam
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir
Pada sisi lain secara luas diartikan sebagai usaha sadar untuk
14
jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengabdiannya kepada Allah
Swt.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang
belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan
wilayahnya. Paradigma adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya,
yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan.
Islam yang memiliki sifat universal dan kosmopolit tak terbantahkan
untuk bisa merambah ke ranah kehidupan apa pun, termasuk dalam ranah
pendidikan. Ketika Islam dijadikan Paradigma Ilmu Pendidikan paling tidak
berpijak pada tiga alasan :
1. Ilmu Pendidikan sebagai ilmu humaniora tergolong ilmu normatif,
karena ia terkait oleh norma-norma tertentu. Pada taraf ini, nilai-
nilai Islam sangat berkompeten untuk dijadikan norma dalam Ilmu
Pendidikan.
2. Alasan kedua adalah, dalam menganalisis masalah pendidikan,
para ahli selama ini cenderung mengambil teori-teori dan falsafah
Pendidikan Barat. Falsafah Pendidikan Barat lebih bercorak
sekuler yang memisahkan berbagai dimensi kehidupan.
Sedangkan masyarakat Indonesia lebih bersifat religius. Atas dasar
itu, nilai-nilai ideal Islam sangat memungkinkan untuk dijadikan
acuan dalam mengkaji fenomena kependidikan.
3. Alasan ketiga adalah dengan menjadikan Islam sebagai
Paradigma, maka keberadaan Ilmu Pendidikan memiliki ruh yang
dapat menggerakkan kehidupan spiritual dan kehidupan yang
15
hakiki. Tanpa ruh ini berarti pendidikan telah kehilangan
ideologinya.
4. Tak terbantahkan lagi bahwa Islam adalah agama yang sempurna.
Segala aspek kehidupan manusia di atur di dalamnya. Tak
terkecuali masalah pendidikan. Pendidikan di dalam Islam,
diarahkan untuk memanusiakan manusia, dengan bahasa lain
untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Manusia adalah
makhluk yang taat, tunduk patuh kepada aturan, selalu condong
kepada kebenaran.Maka jelas di sini bahwa ketika Islam dijadikan
paradigm Ilmu Pendidikan, produk dari pendidikan itu sendiri
akan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
B. Saran
Tentunya dengan keterbatasan ilmu yang kami punya, penulis sudah
menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca
16
DAFTAR PUSTAKA
17