Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM

“KONSEP IDEAL PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

1. Nadila Deta Enjelina (23041060220)

2. Mesyi Uswatun Karima (23041060226)

3. . Nadila Deta Enjelina (23041060220)

DOSEN PENGAMPU:

Mutia Dewi, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Islam
dan Ilmu Pengetahuan ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya
uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula saya ucapkan
terima kasih kepada Ibu. Mutia Dewi, M.Pd.I .selaku dosen mata kuliah Islam dan
ilmu Pengetahuan. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih
banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan
materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah
usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini
para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik
yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.

Palembang, 12 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB 2......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Konsep Pendidikan Islam...............................................................................5
2.2 PROBLEMATIK PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI............8
2.3 SOLUSI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI ERA
GLOBALISASI..................................................................................................13
2.4 TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI........14
BAB 3....................................................................................................................17
KESIMPULAN......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi menciptakan banyak hal perubahan dalam segala aspek kehidupan,
khususnya dalam kehidupan umat islam. Perubahan-perubahan ini merupakan
konsekuensi yang tidak bisa dihindari ilmu pengetahuan dan teknologi evolusi. Ini
membangkitkan kesadaran umat islam akan pentingnya hal ini pendidikan islam
dan penguasaan ilmu pengetahuan pengetahuan dan teknologi adalah kewajiban
kepada mereka. Di era ini, di era kemajuan apa yang kita sebut globalisasi,
faktanya, pendidikan islam memang demikian peluangnya cukup besar
kembangkan kualitas kinerja anda, karena minat yang semakin besar masyarakat
terhadap islam. Diperkuat kepentingan masyarakat ini menimbulkan lingkaran-
lingkaran terutama orang tua kelas menengah umat islam berusaha semakin keras
untuk bertahan hidup pendidikan islam yang berkualitas untuk anak mereka
supaya memegang teguh pendirian agama

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama
bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui
pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat

Keinginan mulia mereka adalah memperoleh pendidikan islam secara umum


tempat pelajar yang berkualitas tinggi tidak hanya ilmu keislaman saja yang
didapat, pelajar juga mendapatkannya memperoleh pengetahuan umum penting
bagi kehidupan saat ini dunia teknologi ini. Pendidikan agama islam kontemporer
ini bertujuan untuk kemungkinan pengembangan siswa memahami dengan cepat,
mengingat dan menerapkan nilai-nilai ke dalam praktik agama, tapi hanya dengan
teknologi mereka harus etis dan kepribadian yang sopan dan sopan.

1
Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia
baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Pendidikan Agama merupakan
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia
dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci
Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman

Dari pengertian di atas terbentuknya kepribadian yakni pendidikan yang


diarahkan pada terbentuknya kepribadian Muslim. Kepribadian Muslim adalah
pribadi yang ajaran Islamnya menjadi sebuah pandangan hidup, sehingga cara
berpikir, merasa, dan bersikap sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian
Pendidikan Agama Islam itu adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani
maupun rohani kepada anak didik menurut ajaran Islam, agar kelak dapat berguna
menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan


membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman
nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakatan.

Keuntungan yang akan kita terima dalam penelitian ilmiah islam khusus agar
kami dapat memberikan saran dan pelajaran hidup berdasarkan al-qur'an dan
hadits, dan dapat diketahui yang mana mana yang baik dan mana yang buruk.
Karena diri kita sendiri, kita bisa menjadi lebih dekatkepada allah swt. Bangun
kebiasaan berpikirlah secara ilmiah, dinamis dan kritis tentang permasalahan
disekitarnya pendidikan agama islam. Sediakan platform berpikir secara
komprehensif tentang ajaran islam dan beradaptasi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan berkembang oleh para intelektual di luar islam.

2
Umat islam tetap harus mampu kondisi pendidikan islam juga dirimu sendiri.
Aplikasi pendidikan sebuah islam yang tidak berarti apa-apa landasan islam itu
sendiri memberikan dampak negatif terhadap pendidikan islam. Pendidikan islam
berpotensi tersesat dari ajaran islam. Karena itu umat islam seharusnya tidak
hanya itu peduli seumur hidup mana yang berbau teknologi, tapi mana yang benar,
yang mereka lakukan adalah menerima globalisasi tanpa harus melupakan ajaran
Islam.

Fenomena belakangan ini banyak kerusakan akhlak di era globalisasi, baik


dari segi jaringan social (whatsapp, facebook, instagram) yang telah menjadi
santapan serta menjadi pakaian masyarakat dalam lingkungan yang tercampur
tidak baik, maupun dilihat dari segi tontonan, dan gaya hidup yang menjadi trend
negatif yang mempengaruhi perilaku kehidupan manusia yang tidak peduli lagi
pada agama dan nilai pendidikan akhlak.

Globalisasi menyebabkan perubahan sosial pada diri individu, tidak jarang itu
pun membuat seorang lebih jauh dari akhlak yang semestinya. Ketika kita
temukan anak seusia sekolah dasar, yang telah dikenalkan dengan telepon
genggam, di luar pengawasan, anak itu telah mengenal banyak hal lewat aplikasi-
aplikasi yang termuat di dalamnya, dan itu membuat kecenderungan dirinya
menjadi lebih dekat dengan telepon genggam dibanding dengan orang tuanya
sekalipun. Secara tidak langsung anak tersebut telah dibudakkan oleh telepon
genggam dan pasti akhlaknya terkikis sedikit demi sedikit jika tidak ada
bimbingan dan didikan yang lebih intens

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan pokok masalah yang
di pertanyakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Konsep Pendidikan Islam


2. Problematik Pendidikan Islam Di Era Globalisasi
3. Solusi Problematika Pendidikan Islam Di Era Globalisasi
4. Tantangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:

1. Mengetahui konsep Pendidikan islam


2. Mengetahui problematik Pendidikan islam di era globalisasi
3. Mengetahui Solusi Problematika Pendidikan Islam Di Era Globalisasi
4. Mengetahui tantangan Pendidikan islam di era globalisasi

1.4 Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat kepada beberapa pihak
antara lain:

1. Secara teoritis
Penelitian ini sebagai sumbangan pikiran bagi ilmu pengetahuan dalam
bidang pendidikan islam
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dalam
penanaman akhlak bagi para praktisi pendidikan islam di lingkungan
lembaga pendidikan agama Islam, pendidik khususnya ilmu agama Islam,
dan orang tua.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pendidikan Islam


Pendidikan agama Islam adalah bimbingan sadar dan pendidik (dewasa)
bagi anak-anak yang masih dalam proses tumbuh kembang berdasarkan
normanorma Islam agar kepribadiannya menjadi kepribadian muslim. Menurut
(Sajdah, 2019) bahwa pendidikan Islam itu ialah usaha membimbing anak didik
dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya
kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan pada
hukumhukum Islam.

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan disengaja secara


penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul
interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang
dicitacitakan yang dilakukan secara bertahap berkesinambungan di semua
lingkungan yang saling mengisi (rumah tangga, sekolah, masyarakat) unsur sosial
merupakan aspek individual alamiah yang ada sejak manusia itu lahir. Pendidikan
merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Sedangkan Pendidikan Islam menurut para tokoh ialah sebagai berikut:


“Pertama, menurut Ahmadi mendefinisikan Pendidikan Islam adalah segala usaha
untuk memelihara fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) yang sesuai dengan norma
Islam. Kedua, menurut Syekh Musthafa Al-Ghulayani memaknai pendidikan
adalah menanamkan akhlak mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan
petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan
keutamaan kebaikan serta cinta belajar yang berguna bagi tanah air.”

Dalam definisi diatas terlihat jelas bahwa pendidikan Islam itu membimbing
anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju
terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan

5
pada hukum-hukum islam. Beberapa ahli pendidikan Islam memberikan definisi
pendidikan Islam dari berbagai sudut pandang yang berbeda secara redaksional,
diantaranya adalah:

A. Umar Muhammad Al-Thoumy alSyaibany menemukan bahwa pendidikan


Islam adalah proses yang mengubah perilaku individu peserta didik dalam
kehidupan pribadi, masyarakat dan lingkungan alam.
B. Hasan Langgulung menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah suatu
proses yang mempersiapkan generasi muda untuk berperan,
mentransmisikan ilmu dan nilai-nilai Islam yang sesuai dengan aktivitas
manusia untuk berbuat baik di dunia dan mencapai hasil.
C. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan
yang diberikan kepada seseorang agar dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan ajaran Islam.
D. Mappanganro menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha yang
dilakukan dengan secara sadar membimbing, mendidik anak atau peserta
didik untuk meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
Islam.
E. Ikhwan al-Shafa dalam Discourse on Education menyatakan bahwa
perumpamaan orang yang tidak dididik ilmu aqidah adalah seperti kertas
yang masih putih bersih dan tidak ada nodanya.

Dalam ilmu pendidikan Islam, beberapa istilah bahasa Arab yang sering
digunakan oleh para ulama untuk mendefinisikan pendidikan Islam berbeda-beda,
walaupun kadang dibedakan, tetapi sering disamakan, yaitu al-tarbiyah, al-ta'dib
dan al-ta'lim Sayid Muhammad al-Naquib al-Attas lebih menyukai ungkapan al-
ta'dib untuk menyampaikan makna pendidikan dibandingkan dengan ungkapan
lainnya, karena al-ta'dib berarti pendidikan hanya untuk manusia, sedangkan
ungkapan altarbiyah dan alta'lim berlaku untuk makhluk lain (binatang).

Abdurrahman al-Nahlawi berpendapat bahwa istilah yang paling tepat untuk


mendefinisikan pendidikan adalah istilah al-tarbiyah. Sementara itu, seorang
pendidik lainnya, Abdul Fattah Jalal, berpendapat dengan cara yang berbeda
bahwa al-ta’lim lebih tepat digunakan. istilah untuk mendefinisikan pendidikan.

6
Dan di bawah ini kami akan mencoba menjelaskan penyebutan pendidikan Islam
dalam bahasa Arab satu per satu.

1. Istilah At-Tarbiyah

Istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb, meskipun kata rabb memiliki
banyak arti, namun arti dasarnya adalah menumbuhkan, mengembangkan,
memelihara, mengatur, melestarikan (keberadaan). Secara etimologis, kata
“Altarbiyah” berasal dari tiga kata dasar, yaitu Rabba-yarbu yang artinya
tumbuh, tumbuh dan berkembang. Abdurrahman al-Nahlawi berpendapat
bahwa pengertian pendidikan Islam yang tersirat dalam istilah al-tarbiyah
meliputi atas empat unsur pendekatan yaitu:

a. Memelihara dan menjaga fitrah 16 anak didik menjelang dewasa

B. Mengembangkan seluruh potensi anak didik menuju kesempurnaan

C. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan

D. Melaksanakan pendidikan secara terencana dan bertahap

Pendapat Al-Nahlawi ini sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional di


Indonesia sebagaimana tersurat dalam pasal 3 Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Al-Ta'lim

Kata ta'lim berasal dari akar kata "allama - yu'allimu - ta'lîm". Ahli bahasa
mendefinisikan kata ta'lim sebagai pengajaran, misalnya 'allamahu al-'ilma
yang berarti mengajarkan ilmu, dan tarbiyah berarti latihan. Jika kita lihat ke
belakang, al-ta'lim telah digunakan sejak awal tahun 1990-an. pelaksanaan
pendidikan Islam. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa al-ta'lim diartikan

7
lebih luas dari pada al-ta'dibi dan al-ta'dibi. Hal ini juga diperkuat dengan
pendapat Abdul Fattah yang mengungkapkan bahwa istilah al-ta’lim lebih
tepat digunakan untuk mendefinisikan pendidikan.

3. Al-Ta'dib

Biasanya istilah al-ta’dib diartikan dengan sopan santun, budi pekerti,


moral, etika, akhlak, dan adab. Istilah al-ta’dib memiliki akar kata yang sama
dengan istilah adab yang berarti peradaban atau kebudayaan. Artinya,
pendidikan yang baik akan melahirkan peradaban yang baik pula. Dari definisi
tersebut, maka alta’dib dapat diartikan sebagai “pengenalan” dan “pengakuan”
setiap manusia terhadap berbagai aturan dan tatanan Tuhan (sunnatullah)
dengan tidak secara sekaligus sehingga lambat laun manusia tersebut dapat
mentaati peraturan tersebut. Pendidikan agama Islam adalah bimbingan sadar
dan pendidik (dewasa) bagi anak-anak yang masih dalam proses tumbuh
kembang berdasarkan normanorma Islam agar kepribadiannya menjadi
kepribadian muslim.

2.2 PROBLEMATIK PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI


Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan yang terbagi
menjadi tiga hal. Pertama, Pendidikan Islam sebagai lembaga diakuinya
keberadaan lembaga pendidikan Islam secara Eksplisit. Kedua, Pendidikan Islam
sebagai Mata Pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran
yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ketiga,
Pendidikan Islam sebagai nilai yakni ditemukannya nilai-nilai islami dalam sistem
pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan islam tidak luput dari problematika
yang muncul di era global ini. Terdapat dua faktor dalam problematika tersebut,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal
a. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan pada dasarnya hanya satu, yaitu memanusiakan


manusia, atau mengangkat harkat dan martabat manusia atau human dignity,
yaitu menjadi khalifah di muka bumi dengan tugas dan tanggung jawab

8
memakmurkan kehidupan dan memelihara lingkungan. Tujuan pendidikan
yang selama ini diorientasikan memang sangat ideal bahkan, lantaran terlalu
ideal, tujuan tersebut tidak pernah terlaksana dengan baik.

Orientasi pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara nasional,


barangkali dalam konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau kabur
kehilangan orientasi mengingat adalah tuntutan pola kehidupan pragmatis
dalam masyarakat indonesia. Hal ini patut untuk dikritisi bahwa globalisasi
bukan semata mendatangkan efek positif, dengan kemudahankemudahan yang
ada, akan tetapi berbagai tuntutan kehidupan yang disebabkan olehnya
menjadikan disorientasi pendidikan. Pendidikan cenderung berpijak pada
kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga ruh
pendidikan islam sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social movement
(gerakan sosial) menjadi hilang.

b. Masalah Kurikulum.

Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya
otoriter yang terkesan pihak “bawah” harus melaksanakan seluruh keinginan
pihak “atas”. Dalam system yang seperti ini inovasi dan pembaruan tidak akan
muncul. Dalam bidang kurikulum sistem sentralistik ini juga mempengaruhi
output pendidikan. Tilaar menyebutkan kurikulum yang terpusat,
penyelenggaraan sistem manajemen yang dikendalikan dari atas telah
menghasilkan output pendidikan manusia robot. Selain kurikulum yang
sentralistik, terdapat pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan
berkaitan dengan saratnya kurikulum sehingga seolah-olah kurikulum itu
kelebihan muatan. Hal ini mempengaruhi juga kualitas pendidikan. Anak-anak
terlalu banyak dibebani oleh mata pelajaran.

c. Pendekatan/Metode Pembelajaran

UUD 45 hasil amandemen, serta UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang


sistem pendidikan nasional yang memerintahkan negara mengalokasikan dana
minimal 20% dari APBN dan APBD di masing-masing daerah, namun hingga
sekarang belum terpenuhi. Bahkan, pemerintah mengalokasikan anggaran

9
pendidikan genap 20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang dirancang dalam
anggaran strategis pendidikan

Peran guru atau dosen sangat besar dalam meningkatkan kualitas


kompetensi siswa/mahasiswa. Dalam mengajar, ia harus mampu
membangkitkan potensi guru, memotifasi, memberikan suntikan dan
menggerakkan siswa/mahasiswa melalui pola pembelajaran yang kreatif dan
kontekstual (konteks sekarang menggunakan teknologi yang memadai). Pola
pembelajaran yang demikian akan menunjang tercapainya sekolah yang
unggul dan kualitas lulusan yang siap bersaing dalam arus perkembangan
zaman.

Siswa atau mahasiswa bukanlah manusia yang tidak memiliki


pengalaman. Sebaliknya, berjuta-juta pengalaman yang cukup beragam
ternyata ia miliki. Oleh karena itu, dikelas pun siswa/mahasiswa harus kritis
membaca kenyataan kelas, dan siap mengkritisinya. Bertolak dari kondisi
ideal tersebut, kita menyadari, hingga sekarang ini siswa masih banyak yang
senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti ceramah, didikte,
karena lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berfikir.

d. Profesionalitas dan Kualitas SDM

Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia


sejak masa Orde Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang
masih belum memadai. Secara kuantitatif, jumlah guru dan tenaga
kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi mutu
dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan. Banyak guru dan tenaga
kependidikan masih unqualified, underqualified, dan mismatch, sehingga
mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan
pendidikan yang benar-benar kualitatif.

e. Biaya Pendidikan

Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi persoalan


tersendiri yang seolah-olah menjadi kabur mengenai siapa yang bertanggung
jawab atas persoalan ini. Terkait dengan amanat konstitusi sebagaimana

10
termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memerintahkan negara
mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN dan APBD di masing-masing
daerah, namun hingga sekarang belum terpenuhi. Bahkan, pemerintah
mengalokasikan anggaran pendidikan genap 20% hingga tahun 2009
sebagaimana yang dirancang dalam anggaran strategis pendidikan.

2. Faktor Eksternal
a. Dichotomic

Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah dichotomy


dalam beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara
Wahyu dengan Akal setara antara Wahyu dengan Alam. Munculnya problem
dikotomi dengan segala perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh
dibilang gejala ini mulai tampak pada masa-masa pertengahan. Menurut
Rahman, dalam melukiskan watak ilmu pengetahuan islam zaman pertengahan
menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti antara hukum dan
teologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota semua ilmu.

b. To General Knowledge

Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu


pengetahuannya yang masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan
kepada upaya penyelesaian masalah (problem solving). Produk-produk yang
dihasilkan cenderung kurang membumi dan kurang selaras dengan dinamika
masyarakat. Menurut Syed Hussein Alatas menyatakan bahwa, kemampuan
untuk mengatasi berbagai permasalahan, mendefinisikan, menganalisis dan
selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan
karakter dan sesuatu yang mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia
menambahkan, ciri terpenting yang membedakan dengan non-intelektual
adalah tidak adanya kemampuan untuk berfikir dan tidak mampu untuk
melihat konsekuensinya.

c. Lack of Spirit of Inquiry

11
Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia
pendidikan islam ialah rendahnya semangat untuk melakukan
penelitian/penyelidikan. Syed Hussein Alatas merujuk kepada pernyataan The
Spiritus Rector dari Modernisme Islam, Al Afghani, Menganggap rendahnya
“The Intellectual Spirit” (semangat intelektual) menjadi salah satu faktor
terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam di Timur Tengah.

d. Memorisasi

Kemerosotan secara gradual dari standar-standar akademis yang


berlangsung selama berabad-abad tentu terletak pada kenyataan bahwa, karena
jumlah buku-buku yang tertera dalam kurikulum sedikit sekali, maka waktu
yang diperlukan untuk belajar juga terlalu singkat bagi pelajar untuk dapat
menguasai materi-materi yang seringkali sulit untuk dimengerti, tentang
aspekaspek tinggi ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum
matang.

Hal ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi
tekstual daripada pemahaman pelajaran yang bersangkutan. Hal ini
menimbulkan dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan (memorizing)
daripada pemahaman yang sebenarnya. Kenyataan menunjukkan bahwa abad-
abad pertengahan yang akhir hanya menghasilkan sejumlah besar karya-karya
komentar dan bukan karya-karya yang pada dasarnya orisinal.

e. Certificate Oriented

Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalab al’ilm,
telah memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih mencari ilmu,
melakukan perjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan kebenaran suatu
hadits, mencari guru diberbagai tempat, dan sebagainya. Hal tersebut
memberikan isyarat bahwa karakteristik para ulama muslim masa-masa awal
didalam mencari ilmu adalah knowledge oriented. Sehingga tidak
mengherankan jika pada masa-masa itu, banyak lahir tokoh-tokoh besar yang
memberikan banyak konstribusi berharga, ulama-ulama encyclopedic, karya-
karya besar sepanjang masa. Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang

12
ada pada masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan kecenderungan
adanya pergeseran dari knowledge oriented menuju certificate oriented
semata.

Mencari ilmu hanya merupakan sebuah proses untuk mendapatkan


sertifikat atau ijazah saja, sedangkan semangat dan kualitas keilmuan
menempati prioritas berikutnya

2.3 SOLUSI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI ERA


GLOBALISASI

Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak


mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global
ini. Dalam menuju era globalisasi, indonesia harus melakukan reformasi dalam
proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih
komprehensif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif
dalam kehidupan masyarakat global demokratis.

Menurut (Rahayuningsih, 2020) dengan berkembang pesatnya zaman dan


teknologi informasi menuntut dunia pendidikan berusaha untuk meningkatkan
mutu pendidikan secara nasional. Untuk itu pendidikan harus dirancang
sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi
yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan,
kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan harus
menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor
yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan
kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.

Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para penglola lembaga


pendidikan, terutama lembaga pendidikan Islam untuk melakukan nazhar atau
perenungan dan penelitian kembali apa yang harus diperbuat dalam
mengantisipasi tantangan tersebut, model-model pendidikan Islam seperti apa
yang perlu ditawarkan di masa depan, yang sekiranya mampu mencegah dan atau

13
mengatasi tantangan tersebut. Melakukan nazhar dapat berarti attaammul wa
al’fahsh, yakni melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara
cermat dan mendalam, dan bias berarti taqlib albashar wa al-bashirah li idrak al-
syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan
cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu, termasuk
di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide
dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi
masa depan yang lebih baik

2.4 TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI

Globalisasi akan memesatkan pengkomersilan pendidikan itu sendiri.


Kelompok pengusaha pendidikan akan mengaut keuntungan melalui bidang
pendidikan. Hal ini sangat disangsikan jika berketurusan tanpa kontrol dan
pendidikan bisa terkorbankan. Dampak lainnya adalah penghayatan ilmu itu
semakin terkikis, karena para pelajar hanya belajar ilmu saja tanpa
menghayatinya. Belajar hanya untuk tujuan mendapat nilai ujian atau demi
memenuhi tugas yang diberikan. Hal ini akan melahirkan generasi yang cerdik
pandai tanpa diimbangi dengan menghayatan ilmu itu sendiri.

Akibatnya, kemahiran yang mereka miliki mungkin akan digunakan untuk


tujuan negatife seperti menipu dan sebagainya. Selain itu, globalisasi juga
menumbuhkan gabungan ikatan primordial dengan sistem politik modern yang
melahirkan nepotisme, birokratisme, dan otoriterisme. Tantangan utama
globalisasi yang lain yang harus segera disikapi oleh pendidikan Islam yaitu:

1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Pendidikan Islam saat ini sedang ditantang konstribusinya terhadap


pembentukan peradaban dan budaya modern yang relevan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dimensi ini, pendidikan Islam
mengalami kemunduran fungsi karena pendidikan Islam lebih berorientasi pada
aspek moral spiritual. Terdapat banyak pendapat yang mengatakan bahwa
pendidikan Islam tidak terlalu fokus memprioritaskan aspek yang bersifat praktis
dan pragmatis, seperti penguasaan teknologi. Akibatnya, pendidikan Islam tidak

14
mampu bersaing pada level kebudayaan di tingkat global. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam memandang perkembangan iptek
sebagai tantangan yang harus dihadapi dan dikuasai, sehingga generasi muslim
tidak tertinggal oleh kebudayaan yang berkembang. Konteks ini ada dua hal yang
penting untuk dipikirkan, yaitu (1) bagaimana supaya perkembangan iptek tidak
terlepas dari nilai-nilai ajaran Islam; (2) bagaimana pendidikan Islam dapat
berkonstribusi bagi kemajuan iptek di masa depan.

2. Demokratisasi

Demokratisasi merupakan isu lain yang mempengaruhi masa kini


pendidikan Islam Indonesia. Tuntutan demokratisasi pada awalnya ditujukan pada
sistem politik negara sebagai antitesa terhadap sistem politik yang
otoriter.Selanjutnya perkembangan tuntutan ini mengarah kepada sistem
pengelolaan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Demokratisasi
pendidikan Islam menghendaki sistem pendidikan yang bersifat sentralistik,
seragam, dan dependen, untuk beralih mengembangkan sistem pendidikan yang
lebih otonom, beragam dan independen.

3. Bidang Budaya

Bidang budaya terjadi perkembangan yang luar biasa cepatnya, terutama


dipacu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan Islam
yang menganjurkan silaturahmi face to face terpatahkan oleh menjamurnya media
jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Pendidikan Islam bukan sekedar
proses penanaman nilai moral untuk membentengi diri dari akses negatif
globalisasi, tetapi yang paling penting adalah bagaimana nilai-nilai moral yang
telah ditanamkan pendidikan Islam tersebut mampu berperan sebagai kekuatan
pembebas dari himpitan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan sosial,
budaya, dan ekonomi. Berdasarkan fenomena tersebut, jelas tidak dapat
dipungkiri bahwa perubahan dalam segala bentuk dan sistem baik bersifat
personal maupun global bisa terjadi dalam hitungan waktu yang relative sangat
singkat.

15
Hal ini merupakan sebuah tantangan yang mutlak dijawab oleh pendidikan
Islam dengan tujuan dan cita-citanya yang luhur, walaupun pada dasarnya Islam
sebagai sebuah sistem telah memberikan wacana tentang perubahan yang memang
harus terjadi demi mencapai tujuan hidup manusia yang dijadikan landasan tujuan
pendidikan Islam. Sebagaimana difirmankan Allah swt dalam QS al- Ra’d / 13 :
11

“…sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri …”

Berdasarkan ayat tersebut, Islam menganjurkan adanya perubahan yang


positif dalam keadaan apapun sehingga mengarah pada kemajuan dan perbaikan.
Pemahaman yang demikian perlu ditumbuhkembangkan pada cara berfikir peserta
didik sebagai generasi kedepan. Memperluas wawasan dan membentuk sikap
yang toleran terhadap berbagai perubahan dengantanpa kehilangan pegangan dan
pendirian, sebab perubahan yang terjadi merupakan sunnatullah.

16
BAB 3

KESIMPULAN

Globalisasi mempertahankan nilai-nilai agama yang murni. karena pendidikan


Islam dipengaruhi oleh arus globalisasi yang terjadi saat ini. Era globalisasi
menghadirkan tantangan baru bagi pendidikan Islam, karena pertemuan budaya
antar bangsa dapat memberikan dampak positif dan negatif, Untuk menghadapi
tantangan tersebut, pendidikan Islam harus menemukan jati dirinya di tengah
menguatnya arus globalisasi yang mengancam kepunahan agama.

Tantangan globalisasi bagi pendidikan Islam yaitu masalah kualitas. Era


global adalah era persaingan bebas,maka akan terjadi pertukaran antar negara baik
resmi maupun tidak. Pertukaran manusia, barang, jasa, teknologi dan lain-
lain,untuk itu perlu dibentuk manusia yang unggul jadi kualitas SDM sangat
penting untuk menentukan kualitas lembaga pendidikan, negara dan agama.
Adapun peluang pendidikan Islam adalah perkembangan yang begitu cepat di
berbagai bidang inilah, pendidikan Islam bisa berpeluang besar untuk
menyebarkan ajaran Islam dengan cepat pula.

17
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Syahrin, Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi, Cet. I, (Yogyakarta:
IAIN Sumatera Utara, 1998)

Indra, Hasbi, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Cet. II (Jakarta: Rida Mulia,
2005)

Muchsin, Bashori dan Wahid, Abdul, Pendidikan Islam Kontemporer, (Bandung:


PT Refika Aditama, 2009)

Zainuddin, M. dan Esha, Muhammad In’am, Horison Baru Pengembangan


Pendidikan Islam; Upaya Merespon Dinamika Masyarakat global, Cet. I,
(Yogyakarta: Aditya Media, 2004)

Dwistia, H., Sajdah, M., Elfina, N., & Awaliah, O. (2022). Pemanfaatan Media
Sosial Sebagai Media Pendidikan Agama Hindu. Ar Rusyd: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 2(1), 81–97.

Purnawanto, AT. 2017. Problematika Pendidikan Islam Di Era Globalisasi. Dalam


Jurnal Ilmiah Pedagogy.

Sajdah, M. 2019. Problematika Pendidikan Islam Di Era Globalisasi Generasi


Milenial. Arrusyd: Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Keagamaan Islam.
8(2), 12-22.

Tantowi, A. 2009. Pendidikan Islam Di Era Transformasi Global. (Semarang:


Pustaka Rizki Putra)

18

Anda mungkin juga menyukai