Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIK
AN

MAKALAH
URGENSI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI DI ERA
DISRUPSI

Diajukan Untuk Mengikuti Intermediate Training (Latihan Kader II)


Nasional
HMI Cabang Mataram Tahun 2022

Disusun Oleh:
Baiq Darmiani

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG MATARAM
2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah Yang Maha Esa karena telah memberikan beribu-ribu nikmat dan rahmat-
Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga makalah yang
berjudul “Urgensi Pendidikan Islam Anak Usia Dini di Era Disrupsi” ini dapat
peneliti selesaikan.
Selanjutnya sholawat beserta salam tidak lupa pula penulis sampaikan untuk
sang revolusioner sejati junjungan alam nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW.
yang telah membawa zaman ini dari zaman yang gelap gulita penuh dengan
kebodohan menuju zaman yang terang benderang dan penuh dengan ilmu
pengetahuan yang dapat kita rasakan pada saat ini.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca,
khususnya penulis pribadi yang menysun. Meskipun penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna karena memang di dunia ini tidak ada yang
sempurna kecuali Ilahi Robbi.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, mohon maaf dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Selasa, 13 September 2022

Baiq Darmiani

2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 7
A. Pendidikan Islam .................................................................... 7
B. Pendidikan Anak Usia Dini..........................................................11
C. Urgensi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Di Era Distrupsi . 15
BAB III PENUTUP................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................18
B. Saran.............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang pendidikan, apalagi pendidikan agama bukanlah


merupakan persoalan yang mudah, sebab hal ini menyangkut eksistensi
bangsa di masa mendatang. Pendidikan merupakan totalitas yang
mengantarkan peserta didik untuk tumbuh dan berkembang sebagai sosok
individual, sebagai anggota keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting, baik bagi
masyarakat yang ada di perkotaan maupun di pedesaan untuk mencapai
kesejahteraan. Karena pendidikan yang diberikan dengan sengaja dari orang
dewasa kepada anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani
agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
Berbicara persoalan pendidikan Islam setidaknya, bisa diuraikan dari
dua istilah, yakni pendidikan dan Islam. Istilah pendidikan, biasanya
ditujukan pada pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat
di dalam masyarakat dan bangsa. Pendapat lain mengatakan bahwa
pendidikan ialah sebagai suatu kegiatan manusia yang dilaksanakan untuk
membantu sesama manusia agar mau dan mampu meraih harkat dan martabat
sebagai manusia.1
Pada hakekatnya pendidikan agama merupakan pembinaan terhadap
pondasi dari moral bangsa. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenyataan
bahwa tata tertib dan ketentraman hidup sehari-hari dalam masyarakat tidak
hanya semata-mata ditentukan oleh ketentuan-ketentuan hukum saja, tetapi
juga didasarkan atas ikatan moral, nilai-nilai kesusilaan dan sopan santun
yang didukung dan dihayati bersama oleh seluruh masyarakat. Kehidupan
masyarakat yang berpegang teguh pada moralitas tak bisa diwujudkan kecuali
dari pendidikan agama. Sebab moralitas yang mempunyai daya ikat
masyarakat bersumber dari agama, nilai-nilai dan norma-norma agama.
Pembinaan moral manusia dan penghayatan keagamaan dalam
kehidupan seseorang sebenarnya bukan hanya sekedar mempercayai
seperangkat aqidah dan melaksanakan tata cara upacara keagamaan saja
tetapi merupakan usaha yang terus menerus untuk menyempurnakan diri
pribadi dalam hubungan vertikal kepada Tuhan dan horizontal terhadap
sesama manusia sehingga terwujudlah keselarasan, keserasian dan
keseimbangan hidup menurut fitrah kejadiannya sebagai makhluk individual,
makhluk sosial, serta makhluk yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa. Pribadi
yang seperti ini

4
1
Darmadji. “Tafsir Al-Qur’an Tentang Teori Pendidikan Islam: Persepektif Pendidikan
Islam Di Indonesia.” Hermeneutik 7, no. 1 (2013): 173–192.

5
tidak datang dengan serta merta begitu saja, melainkan harus melalui proses
pendidikan yang panjang dimana unsur agama menjadi faktor yang asasi.
Melihat dari perkembangan zaman dan dunia yang serba modern saat
ini, moral merupakan suatu hal yang kurang diperhatikan bagi generasi muda,
padahal, nilai moral sangat penting untuk kemajuan bangsa, pembentukan
moral bisa ditempuh dengan pendidikan agama islam dari usia dini.
Pendidikan Agama Islam bagi anak usia dini adalah sarana untuk
menyiapkan peserta didik dalam mememahami, mengenal, bertakwa,
mengimani ajaran agama, mengamalkan akhlak mulia beragama Islam dari
sumber utamanya yaitu kitab suci Alquran dan hadis, melalui kegiatan
pengajaran, pembimbingan dan latihan serta penggunaan pengalaman. Jadi,
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak usia dini adalah proses
interaksi dan pengenalan yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan dan menghayati, meyakini dan
mengamalkan ajaran agama Islam.
Mengapa Pendidikan Agama Islam bagi anak usia dini itu penting ?
hal ini disebabkan Pendidikan Agama Islam memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan pendidikan lain pada umumnya, Pendidikan Agama Islam
bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan siswa dan siswi kepada Allah
SWT. Pendidikan Agama islam ini memiliki tujuan yang sejalan dengan misi
Islam yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak pada diri manusia sehingga
mencapai akhlak mulia. Hal itu sangat penting dalam menghadapi perubahan
tatanan kehidupan begitu cepat, atau yang dikenal dengan era disrupsi.
Era disrupsi adalah terjadinya perubahan sedemikian rupa, tidak
terduga, fundamental dan masif di segala aspek kehidupan. Menurut Rosyadi
(2018) era disrupsi membawa perubahan mendasar (fundamental) dalam
berbagai segi kehidupan masyarakat, yang diakibatkan lahirnya berbagai
penemuan baru bidang teknologi secara inovatif dan masif (Effendi &
Wahidy, 2019). Era disrupsi teknologi memberi dampak positif dan negatif.
Dampak negatif yang seharusnya mendapat perhatian khusus ialah: Cyber
Bullying, kejahatan, pornografi, komunikasi buruk, ancaman ujaran
kebencian, terganggunnya perkembangan emosi dan fisik anak, kebiasaan
mengumbar rahasia.2
Itulah sebabnya pendidikan Islam sangat penting untuk terus
diterapkan dan dipertahankan serta dijunjung tinggi bagi masa depan kaum
muda dalam menghadapi kemerosotan moral yang diakibatkan oleh
perubahan kemajuan zaman, terutama pada anak usia dini yang merupakan
generasi emas bagi bangsa dan agama. Jika generasi emas tidak diberikan
perhatian lebih dan

2
Santosa, “Urgensi Peran Orang Tua Membangun Kepemimpinan Anak di Era Disrupsi
Tekhnologi Berdasarkan Ulangan 6:6-9”, Journal of Cristhian Education And Leadership, vol. 2,
no. 1, Juni 2021, hlm. 72-73.

6
tidak dijaga serta tidak dibina dengan nilai-nilai keislaman, maka pendidikan
di bangsa ini akan terjadi kemerosotan dan tentu bangsa akan kehilangan arah.
Keberhasilan Pendidikan Agama Islam bagi anak usia dini akan
berdampak baik terhadap keberhasilan pendidikan nasional. Begitu juga
sebaliknya keberhasilan pendidikan nasional secara masif membantu
pencapaian pendidikan agama Islam, sebab itu keberadaan pendidikan agama
Islam oleh pemerintah dijadikan mitra untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan bernegara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan Islam pada anak usia dini di era disrupsi?
2. Mengapa pendidikan Islam anak usia dini urgen/penting di era disrupsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan Islam anak usia dini di era disrupsi.
2. Untuk mengetahui pentingnya pendidikan Islam anak usia dini di era
disrupsi.
D. Manfaat
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi penulis dan pembaca tentang
urgensi pendidikan Islam pada anak usia dini di era disrupsi.
2. Sebagai pijakan dan referensi pada penulis-penulis di masa selanjutnya
yang berhubungan dengan kajian urgensi pendidikan Islam anak usia dini
di era disrupsi serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang seperti apa
pentingnya pendidikan Islam pada anak usia dini di era disrupsi.

7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan menurut bahasa meliputi mendidik, memelihara, dan
mengasuh. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang diberikan atau
disampaikan dari orang yang sudah dewasa kepada anak yang belum
dewasa menuju perkembangan ke arah kedewasaan pribadi yang matang
dan mandiri, baik jasmani maupun rohani.
Pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dan terencana untuk
mengembangkan potensi peserta didik, “Sebuah upaya sadar”, merupakan
upaya pertama yang harus dilakukan institusi pendidikan. Upaya
penyadaran yang dilakukan oleh institusi pendidikan bukanlah
menyadarkan bahwa diri peserta didik bodoh dan perlu dicerdaskan,
melainkan upaya penyadaran tentang eksistensi dirinya di dalam dirinya
dan di dalam masyarakat dimana ia melakukan kegiatan sosial. Di pandang
dari sudut definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para pakar
pendidikan, bahwa hakikat pendidikan itu adalah proses pembentukan
manusia ke arah yang di cita – citakan dengan demikian pendidikan islam,
proses pembentukan manusia sesuai dengan tuntunan islam.
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-syaibani, Pendidikan adalah
proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi,
masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu
aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi -profesi asasi dalam
masyarakat.3
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan adalah sustu proses yang
mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola –
pola tingkah laku tertentu pada kanak – kanak atau orang yang sedang
dididik.4

3
. Mohannad Al-Toumy Al-Syaibaniy, Falsafah Al- Tarbiyah Al-Islamiyah, Terj, Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) Hlm, 399
4
. Hasan Langgulung, Manusisa dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta; Pustaka Al- Husna, 1986)) Hlm, 32

8
Islam merupakan salah satu agama terbesar yang tersebar di
seluruh dunia saat ini. Agama Islam juga menjadi satu-satunya agama
yang diridhai oleh Allah SWT. Islam dalam bahasa Arab merupakan
mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman, yang artinya taat, tunduk,
patuh, berserah diri kepada Allah. Sedangkan jika dilihat dari asal katanya,
Islam berasal dari kata assalmu, aslama, istaslama, saliim, dan salaam. 5
Masing-masing kata tersebut memiliki arti sebagai berikut:
 Assalmu artinya damai, perdamaian. Maksudnya, Islam adalah
agama yang damai dan setiap muslim hendaknya menjaga
perdamaian.
 Aslama artinya taat, berserah diri. Maksudnya seorang muslim
hendaknya berserah diri pada Allah dan mengikuti ajaran Islam
dengan taat.
 Istaslama artinya berserah diri.
 Saliim artinya bersih dan suci. Maksud dari kata ini merupakan
gambaran dari hati seorang muslim yang bersih, suci, jauh dari
sifat syirik atau menyekutukan Allah.
 Salaam artinya selamat, keselamatan. Islam adalah agama yang
penuh keselamatan. Jika seorang muslim menjalankan ajaran Islam
dengan baik, maka Allah akan menyelamatkannya baik di dunia
maupun akhirat.
Dalam Al-Qur'an sendiri, kata Islam sebagai agama disebutkan dalam
surat Al Maidah ayat 3, yang artinya
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam
itu jadi agama bagimu."
Selain itu, surat Ali Imran ayat 9 juga menyebutkan agama Islam,
yang artinya:
"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam."
Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai kesejahteraan dunia
dan akhirat hanya akan dapat dipahami, diyakini, dihayati, dan diamalkan
dengan baik melalui pendidikan. Islam memiliki ajaran yang sangat
komplit, tidak ada satupun hal yang luput dari pembahasannya, termasuk

5
. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
hllm 32.

9
masalah pendidikan, sehingga islam dapat diangkat sebagai alternatif
paradigm ilmu pendidikan. Sebagai agama yang sempurna Islam juga
sangat memperhatikan pendidikan.
Pedidikan islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki
ciri islam. Pendidikan Islam adalah salah satu pendidikan yang sangat
Spasinya beda
dengan yang atas penting ditanamkan kepada peserta didik sejak usia dini. Alasannya adalah
dan bawah (ini spasi pendidikan ini merupakan awal dari pengetahuan-pengetahuan dasar yang
harus dimiliki oleh para peserta didik.
Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk
hidupnya sesuai dengan ajaran islam. Pendidikan islam tersebut mengacu
pada perkembangan hidupnya sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan
Islam tersebut mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa
depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islami yang diamanahkan oleh
Allah kepada manusia. Sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan
dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.6
Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik
yang bisa menghasilkan manusia berbudaya tinggi, maka pendidikan
berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa
tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan
yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia. Tujuan
dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup masing-
masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karenanya perlu
dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran
pendidikan Islam.
Pengertian ini mengandung arti bahwa dalam proses pendidikan
Islam terdapat usaha memengaruhi jiwa anak didik melalui proses,
setingkat demi setingkat, menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu
menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga
terbentuklah manusia

9
6
Abdul Haris Pito, ‘’Metode Pendidikan Islam’’ Andragogi Jurnal Diklat Teknis, no. 1
(Januari – Juni 2019), 113-114.

9
yang berkepribadian dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah suatu system
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
olehhamba Allah. sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh
aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.7
Jadi Pendidikan Islam merupakan usaha yang diberikan oleh orang
tua atau pendidik kepada anak atau peserta didik yang bersumber dari Al-
quran dan As-sunnah agar anak atau peserta didik tersebut tumbuh
menjadi insan-insan yang mulia serta membawa dampak postif terutama
bagi agama Islam.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Manusia adalah mahluk yang sadar tujuan, dalam arti setiap
aktivitasnya senantiasa disadari dan dimiliki tujuan yang hendak
dicapainya. Tujuan adalah sesuatu yang dicita-citakan dimasa yang akan
datang dan ingin diwujudkan dengan berbagai daya dan upaya.
Rumusan tujuan pendidikan Islam biasanya digambarkan dalam
dua perspektif, yaitu perspektif manusia (pribadi) ideal dan perspektif
masyarakat (mahluk sosial) ideal. Perspektif manusia ideal digambarkan
seperti: “insan kamil”, “insan cita”, “manusia paripurna”, “manusia
bertakwa”, “manusia berkualitas”, “manusia dewasa”, “manusia
bersyukur”, “khalifah al-rabb fi al-ardl”, “kematangan dan integritas
pribadi”, “manusia yang ber-imtak dan ber-iptek” dan lain sebagainya.
Sedang dalam perspektif manusia sebagai makhluk sosial, tujuan
pendidikan dirumuskan dalam bentuk citra masyarakat ideal seperti:
“warga masyarakat, warga negara atau warga dunia yang lain serta
khalifah-Nya” (Nazali Shaleh Ahmad), “terciptanya masyarakat madani
(civil society)”, “al-mujtama al-fadlillah” (al-Farabi), “masyarakat utama”
(Muhamadiyah), dan lain sebagainya.8

7
. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 8.
8
. Tobroni, Pendidikan Islam, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), hlm. 112 - 113

1
Menurut Al-Ghazali bahwa tujuan pendidikan itu ada tiga macam,
yaitu: pertama, tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk
ilmu pengetahuan saja; kedua, tujuan pendidikan adalah membentuk
akhlak; ketiga, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagian dunia
dan akhirat. 9

Tujuan Pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk


memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga
pengamalan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan sekaligus
menjadi pegangan hidup.10
Pendidikan Islam bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai ke
Islaman kepada anak sejak dini, sehingga dalam perkembangan
selanjutnya anak menjadi manusia muslim yang Kaffah, yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.11
B. Pendidikan Anak Usia Dini
1. Pengertin Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6
tahun (Undangundang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut
para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini
adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan
dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangannya.
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai
penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak
terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8
tahun

9
. Heri Gunawan, Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 325.
10
. Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 20.
11
. Ahmad Suradi, "Sistem Pendidikan Anak Usia Dini dalam Konsep Islam," Al-Athfal
Jurnal Pendidikan Anak 04, no. 01 (2018), hlm. 64.

1
perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun
mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6)
Didalam buku Ahmad Susanto berjudul “Pendidikan Anak Usia
Dini” menjelaskan Definisi anak usia dini menurut National
Association for the Education Young Chilidren (NAEYC) menyatakan
bahwa anak usia dini atau “early childhood” merupakan anak yang
berada pada usia nol sampai dengan delapan tahun. Pada masa tersebut
merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek dalam rentang kehidupan manusia. Proses pembelajaran
terhadap anak harus memerhatikan karakteristik yang dimiliki dalam
tahap perkembangan anak.12
Depdiknas telah menjelaskan bahwa usia dini merupakan
periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang
tentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Masa
ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamental dalam
kehidupan anak yang akan mempengaruhi sampai periode akhir
perkembangannya.13
Sedangkan anak usia dini merupakan usia yang paling penting,
karena pada usia ini merupakan awal bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak yang membawa ke arah kehidupan selanjutnya.
Pendidikan usia dini khususnya pendidikan agama islam akan
memberikan dampak positif dan bekal bagi anak untuk menghadapi
permasalahan kehidupan di dunia ini.
Proses pendidikan yang selama ini diselenggarakan di sekolah-
sekolah formal tidak cukup hanya dengan meningkatkan dimensi
kognitif dan psikomotorik saja, namun dimensi afektif seperti
penanaman nilai-nilai keagamaan bagi peserta didik terutama pada usia
emas antara 0-6 tahun menjadi kebutuhan yang fundamental karena

. Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), hlm. 1.
12

. Leli Halimah, Pengembagan Kurikuum Pendidikan Anak Usia Dini (Bandung: PT


13

Refika Aditama, 2016), hlm. 2.

1
fungsi dan tujuan pendidikan yang terpenting adalah nilai moral bukan
kecerdasan.
Hakikat pendidikan berpandangan bahwasanya pendidikan
merupakan sebuah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengubah
prilaku manusia kearah dewasa dan kematangan. Ada sebagian hal
yang memperlukan kerja sama dalam pembaruan pendidikan ialah
unsur manusia. Dalam hal ini dianggap sangat penting dan mendasar
pola pikir yang berkembang, dan bias untuk dikembangkan (di didik).
Selaku makhluk budaya, tergambar dan terampil pada tindakannya,
tingkah laku individu sebagai makhluk budaya, dalam kehidupan
masyarakat. Yang berpijak pada pembakuan dan norma yang berjalan:
melalui proses belajar, manusia sebagai peserta didik dapat menjadikan
individu yang manusiawi dan individu yang sepenuhnya.14
Adapun tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohaani anak
sehingga memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yag lebih
lanjut.15Secara umum pendidikan anak usia dini adalah memberikan
stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar
mejadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif,
mandiri, percaya diri, dan mejadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.16
Pendidikan anak usia dini dimulai dari keluarga sampai
masyarakat yang berwujud interaksi sosial sesama dalam bingkai
persaudaraan. Keluarga dapat dikatakan tempat anak berkembang
sesuai dengan didikan oleh orang tua. Orang tualah menjadi benteng
utama yang bertanggung jawab atas keberhasilan anak di masa
yang akan

14
. Ihsan Dacholfany dan Uswatun Hasanah, Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Konsep
Islam, Jakarta: Amzah, 2018), hlm 2.
15
. Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 37.
16
. Ihsan Dacholfany, Op. Cit.

1
datang. Orang tua membimbing, memberi contoh teladan, dan
mewariskan nilai-nilai kehidupan untuk anak, interaksi antara orang
tua dengan anak dalam keluarga dapat dilakukan dengan bercerita,
bercanda, berkomunikasi, dan berbagi informasi.
Kebanyakan anak rusak karena ulah orang tua yang
mengabaikan pendidikan dan pembinaan rasa keagaamaan anak pada
usia dini. Setelah anak-anak sudah mulai beranjak dewasa barulah
orang tua tersadar akan pentingnya pendidikan dan pembinaan rasa
keagaaman pada usia dini. Itulah gunanya mengapa pendidikan Islam
anak usia dini sangat penting untuk dipelajari karena anak-anak adalah
inventasi orang tua menuju surga-Nya
Allah SWT.
2. Nilai-Nilai Agama Islam Yang Diajarkan Pada Anak Usia Dini
Pertama, Nilai Keimanan. Anak mulai mengenal Tuhan melalui
mulai halaman
sampai ke halama interaksi sosial di sekelilingnya, ia dapat melihat perilaku orang yang
ukuran spasinya mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Namun mereka belum
sem mempunyai pemahaman dalam menjalankan ajaran agama Islam, di
sinilah peran dan fungsi orang tua dalam memperkenalkan dan
atur ulang
membiasakan anak dalam melakukan tindakan-tindakan agama
aturan
sekalipun sifatnya hanyak meniru.
sudah di
dalam Kedua, Nilai Ibadah. Dalam pendidikan keluarga, orang tua
yaitu Spasi harus memahami bahwa anak yang masih kecil lebih senang dengan
kegiatan- kegiatan ibadah yang mengandung gerak, sedangkan ajaran
agama belum dapat dipahaminya karena ajaran agama yang abstrak
tidak menarik perhatiannya.
Ketiga, Nilai Akhlak. Apabila anak dibesarkan dengan
bimbingan akhlak yang mulia dari orang tua dan lingkungan yang
kondusif maka ia akan memiliki banyak figur untuk diteladani dan
membantu dalam pembentukan pribadi yang Islami pada diri anak.
Menurut Omar Mohammad at-Toumy, metode pendidikan dapat
dikatakan baik jika memenuhi ciri-ciri berikut:
1) Metode tersebut bersumber dari ajaran dan akhlak Islam.
2) Bersifat luwes, dan dapat berubah menyesuaikan dengan keadaan
dan suasana proses pembelajaran.
3) Senantiasa berupaya mengkoneksikan antara teori dan praktik,
antara proses belajar dan amal, antara hafalan dan pemahaman
secara terpadu.

1
4) Menghindari metode yang bersifat meringkas, karena hal itu dapat
merusak kemampuan ilmiah.
5) Mendorong peserta didik untuk berdiskusi, berdebat, dan berdialog
dengan cara yang sopan dan saling menghormati.
6) Memberi kebebasan pendidik untuk memilih metode yang sesuai
dengan materi dan peserta didiknya.17

C. Urgensi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Di Era Disrupsi


Teori disruption pertama kali dikenalkan oleh Christensen. Disrupsi
artinya mengganti pasar lama industri dan teknologi untuk menghasilkan
pembaruan yang lebih efesien dan menyeluruh. Sifat ini lebih bersifat
destruktif dan kreatif. Menurut Iskandar (2017:11) disrupsi adalah suatu
proses. Ia tidak terjadi seketika. Dimulai dari ide, riset, atau eksperimen, lalu
proses pembuatan, pengembangan business model. Ketika berhasil, pendatang
akan mengembangkan usahanya pada titik pasar terbawah yang diabaikan
incumbent, lalu perlahan-lahan menggerus ke atas, ke segmen yang sudah
dikuasai incumbent.
Iskandar juga mengungkapkan sebab-sebab timbulnya disrupsi yaitu:
1) Teknologi, khususnya informasi komunikasi, telah mengubah dunia
tempat kita berpijak. Teknologi telah membuat segala produk menjadi
jasa, jasa yang serba digital, dan membentuk market place baru, platform
baru, dengan masyarakat yang sama sekali berbeda.
2) Sejalan dengan itu muncullah generasi baru yang mendukung utama
gerakan ini. Mereka tumbuh sebagai kekuatan mayoritas dalam peradaban
baru yang menentukan arah masa depan peradaban. Itulah generasi
millennials.
3) Kecepatan luar biasa yang lahir dari microprocessor dengan kapasitas
ganda setiap 24 bulan menyebabkan teknologi bergerak lebih cepat dan
menuntut manusia berpikir dan bertindak lebih cepat lagi.
4) Sejalan dengan gejala distrupted society, muncullah disruptive leader yang
dengan kesadaran penuh menciptakan perubahan dan kemajuan melalui
cara-cara baru.
5) Bukan cuma teknologi yang tumbuh, tetapi juga cara mengeksplorasi
kemenangan. Manusia-manusia baru mengembangkan model bisnis yang
amat disrupsi yang mengakibatkan barang dan jasa lebih terjangkau
(affordable), lebih mudah terakses (accessible), lebih sederhana, dan lebih
merakyat; dan

17
Tian Wahyudi, “Strategi Pendidikan Akhlak Bagi Generasi Muda di Era Disrupsi”,
Jurnal Studi Pendidikan Islam, vol. 3, no. 2, Juli 2020, hlm. 157 & 159.

1
6) Teknologi sudah memasuki gelombang internet of things.18
Disrupsi secara bahasa berarti mengganggu, disrupsi bermakna
gangguan. Revolusi indutri menjadi pencetus lahirnya disrupsi sehingga
disrupsi sering diartikan dengan mengubah tatanan yang sudah mapan. Brian
Stauffer mengilustrasikan disrupsi sebagai teori perubahan atas kepanikan,
kecemasan dan bukti yang akan dijadikan alternatif dalam dunia pendidikan.
Adapun permasalahan yang akan diungkap adalah bagaimana trend dan
dampak pendidikan agama Islam di era disrupsi dan dampaknya.
Rekontruksi dan reformasi pendidikan agama Islam diperlukan agar
tidak tergilas dengan perubahan zaman. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan
di antaranya:
1) Melakukan telaah kritis dan menyeluruh baik yang normatif maupun
historis.
2) Adanya integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum.
3) Perlunya revolusi pembelajaran pendidikan agama Islam.
4) Diperlukan reformulasi dan reformasi materi-materi pembelajaran.
5) Diperlukan transformasi dan internalisasi nilai-nilai agama pada subyek
didik dan yang
6) Diperlukan pendidik yang berkualitas.19

Meliani dan Andreas mengutip tulisan Waruwu, istilah era disrupsi ini
dipakai untuk menunjukkan perkembangan keadaan saat ini sebagai dampak
dari revolusi industri yang bermula ketika perkembangan teknologi terus
melakukan berbagai inovasi dan berpotensi merubah sistem lama kepada
sistem baru yang berteknologi digital. Menurut Renald Kasali, era ini adalah
suatu era peralihan dimana informasi apapun dapat tersebar dengan mudah di
sosial media, menyebabkan pembaharuan informasi dapat dilakukan secara
kilat dan tidak disadari telah sangat berpengaruh bagi manusia. Era peralihan
ini telah membawa perubahan pola hidup manusia sehingga berbeda dibanding
era sebelumnya, Kasali juga mengemukakan lebih lanjut dalam buku “Self
Disruption” bahwa era disrupsi merupakan perubahan nyata yang terjadi
sebagai dampak dari kehadiran masa depan (future) ke dalam masa kini
(present).20
Era disrupsi tidak bisa dihindari, tetapi harus diadaptasi dengan benar
oleh semua individu. Perubahan zaman yang begitu cepat ini telah
memberikan tantangan tersendiri bagi keluarga dalam mendidik anak-anak.
Pola hidup anak telah berubah dibandingkan orang tuanya terdahulu. Boiliu
menegaskan fakta

18
Tian Wahyudi, “Strategi Pendidikan Akhlak Bagi Generasi Muda di Era Disrupsi”,
Jurnal Studi Pendidikan Islam, vol. 3, no. 2, Juli 2020, hlm. 157.
19
Fitri Rahmawati, “Kecenderungan Pergeseran Pendidikan Agama Islam di Indonesia
Pada Era Disrupsi”, Jurnal Tadris, vol. 13, no. 2, Desember 2018, hlm. 242 & 252.
20
Meliani, Andreas Fernando, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga di Era
Disrupsi Berdasarkan 2 Timotius 3:15-17, Jurnal Teologi Kristen, vol. 1, no. 2, 2021, hlm. 131.

1
tersebut dengan mengatakan bahwa pola hidup anak-anak telah menyatu
dengan pola digital saat ini. Anak memiliki kesempatan untuk mengakses
pelajaran atau pengetahuan secara digital dan dimanjakan dengan berbagai
kenikmatan hasil dari perkembangan teknologi yang pesat. Namun selain
kemudahan tersebut di atas ternyata dampak negatif pun muncul sebagai
ancaman. Berbagai perilaku buruk pada anak termasuk anak usia dini dapat
muncul akibat penggunaan teknologi yang salah, seperti kecanduan tontonan
tertentu, kecanduan game online, termasuk pornografi yang berpotensi
merusak mental, dan masih banyak lainnya.21 Oleh karena itu, sangat penting
menjunjung tinggi pendidikan Islam pada remaja di era disrupsi, terutama
untuk anak usia dini yang merupakan generasi emas dikarenakan anak usia
dini merupakan usia emas. Pendidikan yang diterima oleh anak usia dini
adalah penentu awal bagi masa depan karakter dan kepribadiannya pada usia
dewasa kelak.
Bersamaan dengan perkembangan globaliasasi yang ditandai dengan
teknologi terus berkembang pesat hampir di semua bidang kehidupan, maka
lingkungan yang tidak kondusif bagi anak dapat memengaruhi perkembangan
psikologis dan sosiologis anak. Dari sisi sosiologis, anak-anak pada masa kini
memiliki kecenderungan lebih individualis dan egois akibat kurang
berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal ini dikarenakan anak lebih suka
beraktifitas dengan teknologi seperti menonton televisi global, bermain games
online, sosial media dan tayangan youtube. Perubahan besar-besaran yang
terjadi saat ini harus diantisipasi dengan tepat oleh para pendidik, khususnya
para orang tua dalam mendidik anak mereka dengan pendidikan yang sebaik-
baiknya, terutama pendidikan Islam.
Adapun langkah-langkah yang dapat diupayakan dalam mendidik dan
membina generasi muda yang khas saat ini, yaitu dengan:
1) Memberikan pemahaman yang komperhensif tentang konsep akhlak itu
sendiri;
2) Memberikan dan menunjukan keteladanan;
3) Mencegah peserta didik larut dalam kesenangan dan kemewahan materi-
alime yang semu;
4) Memperkuat hubungan antara pendidik dengan peserta didik;
5) Menggunakan beragam metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik
serta;
6) Membangun dan mengotrol lingkungan peserta didik (lingkungan sekitar
dan pengaruh media online). 22
Dengan mengupayakan langkah-langkah tersebut, harapannya akan
terbentuk pribadi-pribadi Islamiyah dan berakhlak yang siap menghadapi
tantangan zaman.

21
Ibid., hlm. 132.
22
Tian Wahyudi, Strategi Pendidikan…, hlm. 159.

1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang


memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk
hidupnya sesuai dengan ajaran islam. Pendidikan islam tersebut mengacu
pada perkembangan hidupnya sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan anak
usia dini atau “early childhood” merupakan anak yang berada pada usia
nol sampai dengan delapan tahun. Pada masa tersebut merupakan proses
pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek dalam rentang
kehidupan manusia. Anak usia dini merupakan usia yang paling penting,
karena pada usia ini merupakan awal bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak yang membawa ke arah kehidupan selanjutnya.
Pendidikan usia dini khususnya pendidikan agama islam akan memberikan
dampak positif dan bekal bagi anak untuk menghadapi permasalahan
kehidupan di dunia ini.
Adapun era disrupsi merupakan suatu era peralihan dimana
informasi apapun dapat tersebar dengan mudah di sosial media,
menyebabkan pembaharuan informasi dapat dilakukan secara kilat dan
tidak disadari telah sangat berpengaruh bagi manusia. Era peralihan ini
telah membawa perubahan pola hidup manusia sehingga berbeda
dibanding era sebelumnya. Perubahan zaman yang begitu cepat ini telah
memberikan tantangan tersendiri bagi keluarga dalam mendidik anak-
anak. Pola hidup anak telah berubah dibandingkan orang tuanya terdahulu.
Anak memiliki kesempatan untuk mengakses pelajaran atau pengetahuan
secara digital dan dimanjakan dengan berbagai kenikmatan hasil dari
perkembangan teknologi yang pesat. Namun selain kemudahan tersebut di
atas ternyata dampak negatif pun muncul sebagai ancaman. Berbagai
perilaku buruk pada anak termasuk anak usia dini dapat muncul akibat
penggunaan teknologi yang salah, seperti kecanduan tontonan tertentu,
kecanduan game online, dan masih banyak lainnya.
Oleh karena itu, sangat penting menjunjung tinggi pendidikan
Islam pada remaja di era disrupsi, terutama untuk anak usia dini yang
merupakan generasi emas dikarenakan anak usia dini merupakan usia
emas. Pendidikan yang diterima oleh anak usia dini adalah penentu awal
bagi masa depan karakter dan kepribadiannya pada usia dewasa kelak.
Selain itu pendidikan anak usia dini sangat penting dalam menyiapkan
peserta didik agar terbentuknya karakteristik umat muslim.

1
Jadi sudah jelas bahwa pendidikan Islam bagi anak usia dini itu
penting disebabkan pendidikan Islam memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan pendidikan lain pada umumnya, Pendidikan Agama Islam
bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan siswa dan siswi kepada Allah
SWT. Pendidikan Islam memiliki tujuan yang sejalan dengan misi Islam
yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak pada diri manusia sehingga
mencapai akhlak mulia. Hal itu sangat penting dalam menghadapi
perubahan tatanan kehidupan begitu cepat, atau yang dikenal dengan era
disrupsi.
B. Saran
Dalam menghadapi era disrupsi yang semakin melesat, sebaiknya
Pemerintah harus lebih giat lagi mempersiapkan lembaga-lembaga
pendidikan agama bagi anak dan untuk para orang tua atau pendidik harus
berusaha selalu menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada anak di
sekolah dan rumah pada kehidupannya sehari-hari.

1
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Haris Pito, ‘’Metode Pendidikan Islam’’ Andragogi Jurnal Diklat Teknis,
no. 1, Januari – Juni 2019.

Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media,


1992.

Fitri Rahmawati, “Kecenderungan Pergeseran Pendidikan Agama Islam di


Indonesia Pada Era Disrupsi”, Jurnal Tadris, vol. 13, no. 2, Desember
2018.

Meliani, Andreas Fernando, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga di Era
Disrupsi Berdasarkan 2 Timotius 3:15-17, Jurnal Teologi Kristen, vol. 1,
no. 2, 2021.

Tian Wahyudi, “Strategi Pendidikan Akhlak Bagi Generasi Muda di Era Disrupsi”,
Jurnal Studi Pendidikan Islam, vol. 3, no. 2, Juli 2020.

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.

Ahmad Suradi, "Sistem Pendidikan Anak Usia Dini dalam Konsep Islam," Al-
Athfal Jurnal Pendidikan Anak 04, no. 01, 2018.

Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017.

Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2014.

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan


Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Hasan Langgulung, Manusisa dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan


Pendidikan, Jakarta; Pustaka Al- Husna, 1986.

Heri Gunawan, Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2014.

Ihsan Dacholfany dan Uswatun Hasanah, Pendidikan Anak Usia Dini Menurut
Konsep Islam, Jakarta: Amzah, 2018.

Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2015.

Leli Halimah, Pengembagan Kurikuum Pendidikan Anak Usia Dini Bandung: PT


Refika.

2
Mohannad Al-Toumy Al-Syaibaniy, Falsafah Al- Tarbiyah Al-Islamiyah, Terj,
Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Tobroni, Pendidikan Islam, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015.

Darmadji. “Tafsir Al-Qur’an Tentang Teori Pendidikan Islam: Persepektif


Pendidikan Islam Di Indonesia.” Hermeneutik 7, no. 1, 2013.

Santosa, “Urgensi Peran Orang Tua Membangun Kepemimpinan Anak di Era


Disrupsi Tekhnologi Berdasarkan Ulangan 6:6-9”, Journal of Cristhian
Education And Leadership, vol. 2, no. 1, Juni 2021.

Referensinya minimal 5 buku dan tiga

Atur Spasinya mulai dari hal. 14-


gunakan spasi 1.5 bukan 1.0 atau

sukses

Anda mungkin juga menyukai