PENDIDIK
AN
MAKALAH
URGENSI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI DI ERA
DISRUPSI
Disusun Oleh:
Baiq Darmiani
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah Yang Maha Esa karena telah memberikan beribu-ribu nikmat dan rahmat-
Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga makalah yang
berjudul “Urgensi Pendidikan Islam Anak Usia Dini di Era Disrupsi” ini dapat
peneliti selesaikan.
Selanjutnya sholawat beserta salam tidak lupa pula penulis sampaikan untuk
sang revolusioner sejati junjungan alam nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW.
yang telah membawa zaman ini dari zaman yang gelap gulita penuh dengan
kebodohan menuju zaman yang terang benderang dan penuh dengan ilmu
pengetahuan yang dapat kita rasakan pada saat ini.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca,
khususnya penulis pribadi yang menysun. Meskipun penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna karena memang di dunia ini tidak ada yang
sempurna kecuali Ilahi Robbi.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, mohon maaf dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Baiq Darmiani
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 7
A. Pendidikan Islam .................................................................... 7
B. Pendidikan Anak Usia Dini..........................................................11
C. Urgensi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Di Era Distrupsi . 15
BAB III PENUTUP................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................18
B. Saran.............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
4
1
Darmadji. “Tafsir Al-Qur’an Tentang Teori Pendidikan Islam: Persepektif Pendidikan
Islam Di Indonesia.” Hermeneutik 7, no. 1 (2013): 173–192.
5
tidak datang dengan serta merta begitu saja, melainkan harus melalui proses
pendidikan yang panjang dimana unsur agama menjadi faktor yang asasi.
Melihat dari perkembangan zaman dan dunia yang serba modern saat
ini, moral merupakan suatu hal yang kurang diperhatikan bagi generasi muda,
padahal, nilai moral sangat penting untuk kemajuan bangsa, pembentukan
moral bisa ditempuh dengan pendidikan agama islam dari usia dini.
Pendidikan Agama Islam bagi anak usia dini adalah sarana untuk
menyiapkan peserta didik dalam mememahami, mengenal, bertakwa,
mengimani ajaran agama, mengamalkan akhlak mulia beragama Islam dari
sumber utamanya yaitu kitab suci Alquran dan hadis, melalui kegiatan
pengajaran, pembimbingan dan latihan serta penggunaan pengalaman. Jadi,
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak usia dini adalah proses
interaksi dan pengenalan yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan dan menghayati, meyakini dan
mengamalkan ajaran agama Islam.
Mengapa Pendidikan Agama Islam bagi anak usia dini itu penting ?
hal ini disebabkan Pendidikan Agama Islam memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan pendidikan lain pada umumnya, Pendidikan Agama Islam
bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan siswa dan siswi kepada Allah
SWT. Pendidikan Agama islam ini memiliki tujuan yang sejalan dengan misi
Islam yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak pada diri manusia sehingga
mencapai akhlak mulia. Hal itu sangat penting dalam menghadapi perubahan
tatanan kehidupan begitu cepat, atau yang dikenal dengan era disrupsi.
Era disrupsi adalah terjadinya perubahan sedemikian rupa, tidak
terduga, fundamental dan masif di segala aspek kehidupan. Menurut Rosyadi
(2018) era disrupsi membawa perubahan mendasar (fundamental) dalam
berbagai segi kehidupan masyarakat, yang diakibatkan lahirnya berbagai
penemuan baru bidang teknologi secara inovatif dan masif (Effendi &
Wahidy, 2019). Era disrupsi teknologi memberi dampak positif dan negatif.
Dampak negatif yang seharusnya mendapat perhatian khusus ialah: Cyber
Bullying, kejahatan, pornografi, komunikasi buruk, ancaman ujaran
kebencian, terganggunnya perkembangan emosi dan fisik anak, kebiasaan
mengumbar rahasia.2
Itulah sebabnya pendidikan Islam sangat penting untuk terus
diterapkan dan dipertahankan serta dijunjung tinggi bagi masa depan kaum
muda dalam menghadapi kemerosotan moral yang diakibatkan oleh
perubahan kemajuan zaman, terutama pada anak usia dini yang merupakan
generasi emas bagi bangsa dan agama. Jika generasi emas tidak diberikan
perhatian lebih dan
2
Santosa, “Urgensi Peran Orang Tua Membangun Kepemimpinan Anak di Era Disrupsi
Tekhnologi Berdasarkan Ulangan 6:6-9”, Journal of Cristhian Education And Leadership, vol. 2,
no. 1, Juni 2021, hlm. 72-73.
6
tidak dijaga serta tidak dibina dengan nilai-nilai keislaman, maka pendidikan
di bangsa ini akan terjadi kemerosotan dan tentu bangsa akan kehilangan arah.
Keberhasilan Pendidikan Agama Islam bagi anak usia dini akan
berdampak baik terhadap keberhasilan pendidikan nasional. Begitu juga
sebaliknya keberhasilan pendidikan nasional secara masif membantu
pencapaian pendidikan agama Islam, sebab itu keberadaan pendidikan agama
Islam oleh pemerintah dijadikan mitra untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan bernegara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan Islam pada anak usia dini di era disrupsi?
2. Mengapa pendidikan Islam anak usia dini urgen/penting di era disrupsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan Islam anak usia dini di era disrupsi.
2. Untuk mengetahui pentingnya pendidikan Islam anak usia dini di era
disrupsi.
D. Manfaat
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi penulis dan pembaca tentang
urgensi pendidikan Islam pada anak usia dini di era disrupsi.
2. Sebagai pijakan dan referensi pada penulis-penulis di masa selanjutnya
yang berhubungan dengan kajian urgensi pendidikan Islam anak usia dini
di era disrupsi serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang seperti apa
pentingnya pendidikan Islam pada anak usia dini di era disrupsi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam
3
. Mohannad Al-Toumy Al-Syaibaniy, Falsafah Al- Tarbiyah Al-Islamiyah, Terj, Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) Hlm, 399
4
. Hasan Langgulung, Manusisa dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta; Pustaka Al- Husna, 1986)) Hlm, 32
8
Islam merupakan salah satu agama terbesar yang tersebar di
seluruh dunia saat ini. Agama Islam juga menjadi satu-satunya agama
yang diridhai oleh Allah SWT. Islam dalam bahasa Arab merupakan
mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman, yang artinya taat, tunduk,
patuh, berserah diri kepada Allah. Sedangkan jika dilihat dari asal katanya,
Islam berasal dari kata assalmu, aslama, istaslama, saliim, dan salaam. 5
Masing-masing kata tersebut memiliki arti sebagai berikut:
Assalmu artinya damai, perdamaian. Maksudnya, Islam adalah
agama yang damai dan setiap muslim hendaknya menjaga
perdamaian.
Aslama artinya taat, berserah diri. Maksudnya seorang muslim
hendaknya berserah diri pada Allah dan mengikuti ajaran Islam
dengan taat.
Istaslama artinya berserah diri.
Saliim artinya bersih dan suci. Maksud dari kata ini merupakan
gambaran dari hati seorang muslim yang bersih, suci, jauh dari
sifat syirik atau menyekutukan Allah.
Salaam artinya selamat, keselamatan. Islam adalah agama yang
penuh keselamatan. Jika seorang muslim menjalankan ajaran Islam
dengan baik, maka Allah akan menyelamatkannya baik di dunia
maupun akhirat.
Dalam Al-Qur'an sendiri, kata Islam sebagai agama disebutkan dalam
surat Al Maidah ayat 3, yang artinya
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam
itu jadi agama bagimu."
Selain itu, surat Ali Imran ayat 9 juga menyebutkan agama Islam,
yang artinya:
"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam."
Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai kesejahteraan dunia
dan akhirat hanya akan dapat dipahami, diyakini, dihayati, dan diamalkan
dengan baik melalui pendidikan. Islam memiliki ajaran yang sangat
komplit, tidak ada satupun hal yang luput dari pembahasannya, termasuk
5
. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
hllm 32.
9
masalah pendidikan, sehingga islam dapat diangkat sebagai alternatif
paradigm ilmu pendidikan. Sebagai agama yang sempurna Islam juga
sangat memperhatikan pendidikan.
Pedidikan islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki
ciri islam. Pendidikan Islam adalah salah satu pendidikan yang sangat
Spasinya beda
dengan yang atas penting ditanamkan kepada peserta didik sejak usia dini. Alasannya adalah
dan bawah (ini spasi pendidikan ini merupakan awal dari pengetahuan-pengetahuan dasar yang
harus dimiliki oleh para peserta didik.
Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk
hidupnya sesuai dengan ajaran islam. Pendidikan islam tersebut mengacu
pada perkembangan hidupnya sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan
Islam tersebut mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa
depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islami yang diamanahkan oleh
Allah kepada manusia. Sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan
dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.6
Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik
yang bisa menghasilkan manusia berbudaya tinggi, maka pendidikan
berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa
tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan
yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia. Tujuan
dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup masing-
masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karenanya perlu
dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran
pendidikan Islam.
Pengertian ini mengandung arti bahwa dalam proses pendidikan
Islam terdapat usaha memengaruhi jiwa anak didik melalui proses,
setingkat demi setingkat, menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu
menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga
terbentuklah manusia
9
6
Abdul Haris Pito, ‘’Metode Pendidikan Islam’’ Andragogi Jurnal Diklat Teknis, no. 1
(Januari – Juni 2019), 113-114.
9
yang berkepribadian dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah suatu system
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
olehhamba Allah. sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh
aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.7
Jadi Pendidikan Islam merupakan usaha yang diberikan oleh orang
tua atau pendidik kepada anak atau peserta didik yang bersumber dari Al-
quran dan As-sunnah agar anak atau peserta didik tersebut tumbuh
menjadi insan-insan yang mulia serta membawa dampak postif terutama
bagi agama Islam.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Manusia adalah mahluk yang sadar tujuan, dalam arti setiap
aktivitasnya senantiasa disadari dan dimiliki tujuan yang hendak
dicapainya. Tujuan adalah sesuatu yang dicita-citakan dimasa yang akan
datang dan ingin diwujudkan dengan berbagai daya dan upaya.
Rumusan tujuan pendidikan Islam biasanya digambarkan dalam
dua perspektif, yaitu perspektif manusia (pribadi) ideal dan perspektif
masyarakat (mahluk sosial) ideal. Perspektif manusia ideal digambarkan
seperti: “insan kamil”, “insan cita”, “manusia paripurna”, “manusia
bertakwa”, “manusia berkualitas”, “manusia dewasa”, “manusia
bersyukur”, “khalifah al-rabb fi al-ardl”, “kematangan dan integritas
pribadi”, “manusia yang ber-imtak dan ber-iptek” dan lain sebagainya.
Sedang dalam perspektif manusia sebagai makhluk sosial, tujuan
pendidikan dirumuskan dalam bentuk citra masyarakat ideal seperti:
“warga masyarakat, warga negara atau warga dunia yang lain serta
khalifah-Nya” (Nazali Shaleh Ahmad), “terciptanya masyarakat madani
(civil society)”, “al-mujtama al-fadlillah” (al-Farabi), “masyarakat utama”
(Muhamadiyah), dan lain sebagainya.8
7
. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 8.
8
. Tobroni, Pendidikan Islam, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), hlm. 112 - 113
1
Menurut Al-Ghazali bahwa tujuan pendidikan itu ada tiga macam,
yaitu: pertama, tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk
ilmu pengetahuan saja; kedua, tujuan pendidikan adalah membentuk
akhlak; ketiga, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagian dunia
dan akhirat. 9
9
. Heri Gunawan, Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 325.
10
. Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 20.
11
. Ahmad Suradi, "Sistem Pendidikan Anak Usia Dini dalam Konsep Islam," Al-Athfal
Jurnal Pendidikan Anak 04, no. 01 (2018), hlm. 64.
1
perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun
mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6)
Didalam buku Ahmad Susanto berjudul “Pendidikan Anak Usia
Dini” menjelaskan Definisi anak usia dini menurut National
Association for the Education Young Chilidren (NAEYC) menyatakan
bahwa anak usia dini atau “early childhood” merupakan anak yang
berada pada usia nol sampai dengan delapan tahun. Pada masa tersebut
merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek dalam rentang kehidupan manusia. Proses pembelajaran
terhadap anak harus memerhatikan karakteristik yang dimiliki dalam
tahap perkembangan anak.12
Depdiknas telah menjelaskan bahwa usia dini merupakan
periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang
tentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Masa
ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamental dalam
kehidupan anak yang akan mempengaruhi sampai periode akhir
perkembangannya.13
Sedangkan anak usia dini merupakan usia yang paling penting,
karena pada usia ini merupakan awal bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak yang membawa ke arah kehidupan selanjutnya.
Pendidikan usia dini khususnya pendidikan agama islam akan
memberikan dampak positif dan bekal bagi anak untuk menghadapi
permasalahan kehidupan di dunia ini.
Proses pendidikan yang selama ini diselenggarakan di sekolah-
sekolah formal tidak cukup hanya dengan meningkatkan dimensi
kognitif dan psikomotorik saja, namun dimensi afektif seperti
penanaman nilai-nilai keagamaan bagi peserta didik terutama pada usia
emas antara 0-6 tahun menjadi kebutuhan yang fundamental karena
. Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), hlm. 1.
12
1
fungsi dan tujuan pendidikan yang terpenting adalah nilai moral bukan
kecerdasan.
Hakikat pendidikan berpandangan bahwasanya pendidikan
merupakan sebuah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengubah
prilaku manusia kearah dewasa dan kematangan. Ada sebagian hal
yang memperlukan kerja sama dalam pembaruan pendidikan ialah
unsur manusia. Dalam hal ini dianggap sangat penting dan mendasar
pola pikir yang berkembang, dan bias untuk dikembangkan (di didik).
Selaku makhluk budaya, tergambar dan terampil pada tindakannya,
tingkah laku individu sebagai makhluk budaya, dalam kehidupan
masyarakat. Yang berpijak pada pembakuan dan norma yang berjalan:
melalui proses belajar, manusia sebagai peserta didik dapat menjadikan
individu yang manusiawi dan individu yang sepenuhnya.14
Adapun tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohaani anak
sehingga memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yag lebih
lanjut.15Secara umum pendidikan anak usia dini adalah memberikan
stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar
mejadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif,
mandiri, percaya diri, dan mejadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.16
Pendidikan anak usia dini dimulai dari keluarga sampai
masyarakat yang berwujud interaksi sosial sesama dalam bingkai
persaudaraan. Keluarga dapat dikatakan tempat anak berkembang
sesuai dengan didikan oleh orang tua. Orang tualah menjadi benteng
utama yang bertanggung jawab atas keberhasilan anak di masa
yang akan
14
. Ihsan Dacholfany dan Uswatun Hasanah, Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Konsep
Islam, Jakarta: Amzah, 2018), hlm 2.
15
. Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 37.
16
. Ihsan Dacholfany, Op. Cit.
1
datang. Orang tua membimbing, memberi contoh teladan, dan
mewariskan nilai-nilai kehidupan untuk anak, interaksi antara orang
tua dengan anak dalam keluarga dapat dilakukan dengan bercerita,
bercanda, berkomunikasi, dan berbagi informasi.
Kebanyakan anak rusak karena ulah orang tua yang
mengabaikan pendidikan dan pembinaan rasa keagaamaan anak pada
usia dini. Setelah anak-anak sudah mulai beranjak dewasa barulah
orang tua tersadar akan pentingnya pendidikan dan pembinaan rasa
keagaaman pada usia dini. Itulah gunanya mengapa pendidikan Islam
anak usia dini sangat penting untuk dipelajari karena anak-anak adalah
inventasi orang tua menuju surga-Nya
Allah SWT.
2. Nilai-Nilai Agama Islam Yang Diajarkan Pada Anak Usia Dini
Pertama, Nilai Keimanan. Anak mulai mengenal Tuhan melalui
mulai halaman
sampai ke halama interaksi sosial di sekelilingnya, ia dapat melihat perilaku orang yang
ukuran spasinya mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Namun mereka belum
sem mempunyai pemahaman dalam menjalankan ajaran agama Islam, di
sinilah peran dan fungsi orang tua dalam memperkenalkan dan
atur ulang
membiasakan anak dalam melakukan tindakan-tindakan agama
aturan
sekalipun sifatnya hanyak meniru.
sudah di
dalam Kedua, Nilai Ibadah. Dalam pendidikan keluarga, orang tua
yaitu Spasi harus memahami bahwa anak yang masih kecil lebih senang dengan
kegiatan- kegiatan ibadah yang mengandung gerak, sedangkan ajaran
agama belum dapat dipahaminya karena ajaran agama yang abstrak
tidak menarik perhatiannya.
Ketiga, Nilai Akhlak. Apabila anak dibesarkan dengan
bimbingan akhlak yang mulia dari orang tua dan lingkungan yang
kondusif maka ia akan memiliki banyak figur untuk diteladani dan
membantu dalam pembentukan pribadi yang Islami pada diri anak.
Menurut Omar Mohammad at-Toumy, metode pendidikan dapat
dikatakan baik jika memenuhi ciri-ciri berikut:
1) Metode tersebut bersumber dari ajaran dan akhlak Islam.
2) Bersifat luwes, dan dapat berubah menyesuaikan dengan keadaan
dan suasana proses pembelajaran.
3) Senantiasa berupaya mengkoneksikan antara teori dan praktik,
antara proses belajar dan amal, antara hafalan dan pemahaman
secara terpadu.
1
4) Menghindari metode yang bersifat meringkas, karena hal itu dapat
merusak kemampuan ilmiah.
5) Mendorong peserta didik untuk berdiskusi, berdebat, dan berdialog
dengan cara yang sopan dan saling menghormati.
6) Memberi kebebasan pendidik untuk memilih metode yang sesuai
dengan materi dan peserta didiknya.17
17
Tian Wahyudi, “Strategi Pendidikan Akhlak Bagi Generasi Muda di Era Disrupsi”,
Jurnal Studi Pendidikan Islam, vol. 3, no. 2, Juli 2020, hlm. 157 & 159.
1
6) Teknologi sudah memasuki gelombang internet of things.18
Disrupsi secara bahasa berarti mengganggu, disrupsi bermakna
gangguan. Revolusi indutri menjadi pencetus lahirnya disrupsi sehingga
disrupsi sering diartikan dengan mengubah tatanan yang sudah mapan. Brian
Stauffer mengilustrasikan disrupsi sebagai teori perubahan atas kepanikan,
kecemasan dan bukti yang akan dijadikan alternatif dalam dunia pendidikan.
Adapun permasalahan yang akan diungkap adalah bagaimana trend dan
dampak pendidikan agama Islam di era disrupsi dan dampaknya.
Rekontruksi dan reformasi pendidikan agama Islam diperlukan agar
tidak tergilas dengan perubahan zaman. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan
di antaranya:
1) Melakukan telaah kritis dan menyeluruh baik yang normatif maupun
historis.
2) Adanya integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum.
3) Perlunya revolusi pembelajaran pendidikan agama Islam.
4) Diperlukan reformulasi dan reformasi materi-materi pembelajaran.
5) Diperlukan transformasi dan internalisasi nilai-nilai agama pada subyek
didik dan yang
6) Diperlukan pendidik yang berkualitas.19
Meliani dan Andreas mengutip tulisan Waruwu, istilah era disrupsi ini
dipakai untuk menunjukkan perkembangan keadaan saat ini sebagai dampak
dari revolusi industri yang bermula ketika perkembangan teknologi terus
melakukan berbagai inovasi dan berpotensi merubah sistem lama kepada
sistem baru yang berteknologi digital. Menurut Renald Kasali, era ini adalah
suatu era peralihan dimana informasi apapun dapat tersebar dengan mudah di
sosial media, menyebabkan pembaharuan informasi dapat dilakukan secara
kilat dan tidak disadari telah sangat berpengaruh bagi manusia. Era peralihan
ini telah membawa perubahan pola hidup manusia sehingga berbeda dibanding
era sebelumnya, Kasali juga mengemukakan lebih lanjut dalam buku “Self
Disruption” bahwa era disrupsi merupakan perubahan nyata yang terjadi
sebagai dampak dari kehadiran masa depan (future) ke dalam masa kini
(present).20
Era disrupsi tidak bisa dihindari, tetapi harus diadaptasi dengan benar
oleh semua individu. Perubahan zaman yang begitu cepat ini telah
memberikan tantangan tersendiri bagi keluarga dalam mendidik anak-anak.
Pola hidup anak telah berubah dibandingkan orang tuanya terdahulu. Boiliu
menegaskan fakta
18
Tian Wahyudi, “Strategi Pendidikan Akhlak Bagi Generasi Muda di Era Disrupsi”,
Jurnal Studi Pendidikan Islam, vol. 3, no. 2, Juli 2020, hlm. 157.
19
Fitri Rahmawati, “Kecenderungan Pergeseran Pendidikan Agama Islam di Indonesia
Pada Era Disrupsi”, Jurnal Tadris, vol. 13, no. 2, Desember 2018, hlm. 242 & 252.
20
Meliani, Andreas Fernando, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga di Era
Disrupsi Berdasarkan 2 Timotius 3:15-17, Jurnal Teologi Kristen, vol. 1, no. 2, 2021, hlm. 131.
1
tersebut dengan mengatakan bahwa pola hidup anak-anak telah menyatu
dengan pola digital saat ini. Anak memiliki kesempatan untuk mengakses
pelajaran atau pengetahuan secara digital dan dimanjakan dengan berbagai
kenikmatan hasil dari perkembangan teknologi yang pesat. Namun selain
kemudahan tersebut di atas ternyata dampak negatif pun muncul sebagai
ancaman. Berbagai perilaku buruk pada anak termasuk anak usia dini dapat
muncul akibat penggunaan teknologi yang salah, seperti kecanduan tontonan
tertentu, kecanduan game online, termasuk pornografi yang berpotensi
merusak mental, dan masih banyak lainnya.21 Oleh karena itu, sangat penting
menjunjung tinggi pendidikan Islam pada remaja di era disrupsi, terutama
untuk anak usia dini yang merupakan generasi emas dikarenakan anak usia
dini merupakan usia emas. Pendidikan yang diterima oleh anak usia dini
adalah penentu awal bagi masa depan karakter dan kepribadiannya pada usia
dewasa kelak.
Bersamaan dengan perkembangan globaliasasi yang ditandai dengan
teknologi terus berkembang pesat hampir di semua bidang kehidupan, maka
lingkungan yang tidak kondusif bagi anak dapat memengaruhi perkembangan
psikologis dan sosiologis anak. Dari sisi sosiologis, anak-anak pada masa kini
memiliki kecenderungan lebih individualis dan egois akibat kurang
berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal ini dikarenakan anak lebih suka
beraktifitas dengan teknologi seperti menonton televisi global, bermain games
online, sosial media dan tayangan youtube. Perubahan besar-besaran yang
terjadi saat ini harus diantisipasi dengan tepat oleh para pendidik, khususnya
para orang tua dalam mendidik anak mereka dengan pendidikan yang sebaik-
baiknya, terutama pendidikan Islam.
Adapun langkah-langkah yang dapat diupayakan dalam mendidik dan
membina generasi muda yang khas saat ini, yaitu dengan:
1) Memberikan pemahaman yang komperhensif tentang konsep akhlak itu
sendiri;
2) Memberikan dan menunjukan keteladanan;
3) Mencegah peserta didik larut dalam kesenangan dan kemewahan materi-
alime yang semu;
4) Memperkuat hubungan antara pendidik dengan peserta didik;
5) Menggunakan beragam metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik
serta;
6) Membangun dan mengotrol lingkungan peserta didik (lingkungan sekitar
dan pengaruh media online). 22
Dengan mengupayakan langkah-langkah tersebut, harapannya akan
terbentuk pribadi-pribadi Islamiyah dan berakhlak yang siap menghadapi
tantangan zaman.
21
Ibid., hlm. 132.
22
Tian Wahyudi, Strategi Pendidikan…, hlm. 159.
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1
Jadi sudah jelas bahwa pendidikan Islam bagi anak usia dini itu
penting disebabkan pendidikan Islam memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan pendidikan lain pada umumnya, Pendidikan Agama Islam
bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan siswa dan siswi kepada Allah
SWT. Pendidikan Islam memiliki tujuan yang sejalan dengan misi Islam
yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak pada diri manusia sehingga
mencapai akhlak mulia. Hal itu sangat penting dalam menghadapi
perubahan tatanan kehidupan begitu cepat, atau yang dikenal dengan era
disrupsi.
B. Saran
Dalam menghadapi era disrupsi yang semakin melesat, sebaiknya
Pemerintah harus lebih giat lagi mempersiapkan lembaga-lembaga
pendidikan agama bagi anak dan untuk para orang tua atau pendidik harus
berusaha selalu menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada anak di
sekolah dan rumah pada kehidupannya sehari-hari.
1
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haris Pito, ‘’Metode Pendidikan Islam’’ Andragogi Jurnal Diklat Teknis,
no. 1, Januari – Juni 2019.
Meliani, Andreas Fernando, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga di Era
Disrupsi Berdasarkan 2 Timotius 3:15-17, Jurnal Teologi Kristen, vol. 1,
no. 2, 2021.
Tian Wahyudi, “Strategi Pendidikan Akhlak Bagi Generasi Muda di Era Disrupsi”,
Jurnal Studi Pendidikan Islam, vol. 3, no. 2, Juli 2020.
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.
Ahmad Suradi, "Sistem Pendidikan Anak Usia Dini dalam Konsep Islam," Al-
Athfal Jurnal Pendidikan Anak 04, no. 01, 2018.
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017.
Ihsan Dacholfany dan Uswatun Hasanah, Pendidikan Anak Usia Dini Menurut
Konsep Islam, Jakarta: Amzah, 2018.
2
Mohannad Al-Toumy Al-Syaibaniy, Falsafah Al- Tarbiyah Al-Islamiyah, Terj,
Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
sukses