Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENTINGNYA PENDIDIKAN ISLAM DI KAWULA MUDA

“PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCETAK SIFAT


AKHLAKUL KARIMAH DI GENERASI MUDA”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

1. DITA FITRI (64210746)


2. MUHAMMAD RAMDHANI NUGRAHA (64210596)
3. ANNISA SHETY (64210705)
4. RINI ANGGRAINI (64210450)
5. DELISA PUSPITASARI (64210669)
6. SARI CIPTA NINGRUM (64210702)
7. PUTRI INDAH LESTARI (64210716)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Semesta Alam
Karena atas izin dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya, tanpa kurang satu apa pun. Semua itu tidak terlepas
berkat tuntunan Allah SWT, dalam kehidupan kami. Tak lupa penulis haturkan
Selawat serta Salam Kepada Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Pendidikan Agama Islam Universitas Bina Sarana Informatika yang mempunyai
Tema PENTINGNYA PENDIDIKAN ISLAM DI KAWLA MUDA . Dalam
makalah yang telah kami susun ini berjudul “ PERAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DALAM MENCETAK SIFAT AKHLAKUL KARIMAH DI
GENERASI MUDA”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Khotimah Herliana, M.PD.I


selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikan-nya makalah
ini. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan keterbatasan dan minim-nya pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan
masukan bahkan kritikan sebagai umpan balik dari berbagai pihak. Kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan dalam
dunia pendidikan, terlebih dalam dunia Pendidikan Agama Islam.

Depok, 30 Maret 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Cover .....................................................................................................................

Kata Pengantar ....................................................................................................

Daftar Isi ...............................................................................................................

BAB I Pendahuluan .............................................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................................


B. Rumusan Masalah ......................................................................................
C. Tujuan ........................................................................................................
D. Ruang Lingkup............................................................................................

BAB II Pembahasan ............................................................................................

A. Pengertian Agama Islam ............................................................................


B. Tujuan Pendidikan Agama .........................................................................
C. Pengertian Akhalakul Kharimah.................................................................
D. Dasar-Dasar Akhlak ...................................................................................
E. Macam-Macam Akhlak...............................................................................
F. Tujuan Akhlak.............................................................................................
G. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak...................
H. Hambatan Dalam Membentuk Akhlak dan Cara Mengatasi nya................

BAB III Penutup ..................................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Pendidikan ialah proses


pengubahan sikap dan tata laku seseorang ataupun kelompok dalam upaya
mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan
merupakan salah satu hal yang sangatlah dibutuhkan, tanpa adanya Pendidikan
maka sama saja nol besar, terlebih manusia membutuhkan Pendidikan yang lebih
sebagai acuan untuk melanjutkan kehidupan di dunia maupun akhirat.

Pendidikan dikawla muda sangatlah penting, mengapa demikian? Karena


apabila tanpa adanya Pendidikan maka tidak akan jadi apa-apa. Terlebih dimasa
kini Pendidikan keagamaan bertujuan untuk terbentuknya manusia yang bisa
memahami dan mengamalkan ajaran agama islam menjadi agama yang
berwawasan luas, kritis, kreatif, dan inovatif, serta dinamis dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan mempunyai sifat
akhlakul karimah yang baik.

Pendidikan menjadi prioritas utama bagi setiap individu yang mau atau ingin
menjadi pribadi yang lebih baik. Ditambah lagi, islam memandang bahwa
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting yang harus dimiliki
oleh setiap muslim. Sebab itu dalam hadis baginda nabi berdoa: “menuntut ilmu
adalah kewajiban bagi setiap muslim.” (HR Ibnu Majah no.220).

Gelombang globalisasi akan mendorong kontak budaya semakin bebas.


Tidak semua orang bisa melepaskan berhubungan dengan Negara, Budaya,
Bahasa, Suku, dan Agama lain. Pendidikan Multikultural disebut juga dengan
pendidikan Multikultural. Menurut H.A.R Tilaar, Multikulturalisme adalah
budaya jenis dan keberadaan pendidikan Multikultural berarti pendidikan
menghargai keragaman budaya. Karena itu, maka memerlukan pembangunan
sistem pendidikan yang dapat memperkuat dan mengembangkan budaya mereka
sendiri dan menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual untuk menghadapi
perubahan zaman.

Dalam pendidikan Islam Multikultural, khususnya di lembaga Pendidikan


(sekolah dan madrasah) dapat dilihat dari cara melindungi nilai-nilai lintas budaya
seperti Norma, Dasar, Motivasi dan pengenalan diri dalam semua kegiatan yang
diselenggarakan di Sekolah atau Medersa. Pada tingkat Madrasah Tsanawiyah
perlu adanya memelihara, melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai ini
melalui bervariasi tergantung pada tugas dan perkembangan anak. Yang seperti itu
Madrasah menjadi ladang subur untuk bercocok tanam dan bercocok tanam
karakter atau sikap Multikultural, yaitu sikap yang dicirikan oleh saling
menghormati, menghargai, kasih sayang, saling mendukung, pertama cinta damai,
karena negara indonesia majemuk dan ada banyak Suku, Agama, Budaya,
Bahasa, Suku dan dan lain-lain.

Hal-hal dapat dilihat dari keberadaan berbagai bidang juga dapat dilihat
Rutinitas bahasa sehari-hari dan bea cukai dilakukan dan setiap hari. Jadi perlu
memiliki sedikit penanaman multikultural Terutama sebagai pendidik selalu
mencoba untuk mengetahui Cara mengembangkan semua potensi orang sehingga
dapat dipasang dardatul Baldah,.

Pentingnya Pendidikan dan Budidaya Multikultural ini adalah Terukir sikap


dalam, rasa hormat, evaluasi dan berempati dalam Agama dan Budaya.
Pengetahuan, tergantung pada tingkat kapasitas dan permintaan, sebagai
Mempersiapkan pendidikan reguler di tingkat yang lebih tinggi dan Masyarakat
Muslim hidup. Saat ini, dapat diamati bahwa masih banyak Siswa mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dan berintegrasi dengan teman rekan kerja, guru,
masyarakat dan lingkungan karena keragaman daerah asal, perbedaan suku dan
bahasa sehari-hari.

Dalam hal ini, Pendidikan Multikulturalisme harus mampu menjembatani


keragaman ini. Tidak hingga arus globalisasi melahirkan generasi penerus egois,
memiliki kecenderungan egois tanpa menyadarinya kebutuhan orang lain,
kurangnya sikap peduli terhadap teman rekan-rekan mereka, tidak mengerti arti
suasana hati dan kurang peka terhadap perasaan orang. Bahkan beberapa dari
mereka kurang empati untuk yang lain.

Hal ini menjadi sangat penting, karena tingkat pendidikan Ini adalah masa
transisi yang dialami siswa periode dari masa kanak-kanak hingga remaja. Kali ini
adalah waktunya pencarian identitas. Oleh karena itu, ini adalah momen yang
sangat penting untuk kesan karakter di kalangan mahasiswa sebagai penerus
negara dimulai dari jenjang pendidikan pertama seperti taman kanak-kanak,
sekolah dasar,perguruan tinggi setara dengan madrasah tsanawiyah, sekolah
pendidikan menengah hingga universitas.

Potensi penuh siswa harus didorong untuk membiarkannya berkembang


sesuai rencana, untuk Alasan keberadaan Multikultural ini adalah dapat
memfasilitasi siswa untuk mengetahui dan memahami perbedaannya suku bangsa
khususnya di Indonesia. Penentu Keberhasilan menanamkan nilai lintas budaya
pada siswa melalui pembelajaran Akidah Akhlak, yang ditempati oleh subjek
Akidah Akhlak banyak untuk mengidentifikasi siswa, Pendidikan dirancang untuk
sepenuhnya mengubah lingkungan pendidikan kepada siswa dari berbagai
kelompok ras dan etnis memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai hasil
perubahan perilaku perilaku yang baik. Multikulturalisme memiliki kontribusi
yang besar terhadap membentuk pemikiran dan sikap siswa.

Kembangkan nilai-nilai Multikulturalisme dalam pembelajaran Akidah Akhlak


sangat penting untuk dipelajari, Apakah pembelajaran telah berhasil dan
menciptakan kenyataan yang nyata? multikultural atau sebaliknya. Dengan
membangun kesadaran diri menerapkan standar perilaku disiplin diri, keindahan,
keadilan, kebenaran, dan akibat mengikat semua orang dan berhak
diimplementasikan dan juga dipertahankan.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian agama islam?
2. Tujuan pendidikan agama?
3. Pengertian akhlakul kharimah?
4. Dasar-dasar akhlak?
5. Macam-macam akhlak?
6. Tujuan akhlak?
7. Peran pendidikan agama islam dalam pembentukan akhlak?
8. Apa saja hambatan dalam pembentukan akhlak dan bagaimana cara
mengatasinya?

C. Tujuan Tugas
1. Mengetahui peran apa saja yang bisa membentuk akhlakul Karimah.
2. Memahami betapa pentingnya pendidikan Agama Islam di era milenial
atau kawula muda.
3. Memahami alur pendidikan islam di masa kini.
4. Dapat memahami secara lebih dalam mengenai pentingnya Pendidikan
islam untuk membentuk sifat akhlakul karimah.

D. Ruang Lingkup

Penyusunan makalah ini dengan menggunakan data sekunder meliputi


beberapa aspek dari media online.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah sebuah program pendidikan yang berusaha


untuk menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pendidikan dan pelatihan
untuk siswa mampu memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Ada beberapa pendapat tentang pengertian Pendidikan agama Islam,
menurut Chabib Toha dan Abdul Mu`thi (1998: 180) mendefinisikan pendidikan
agama Islam sebagai upaya sadar untuk mempersiapkan siswa meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam melalui
kegiatan pengajaran dan pengajaran atau berlatih memperhatikan instruksi tentang
menghormati agama lain.

Menurut Zuhairini (1995:152) mengatakan bahwa Pendidikan Islam adalah


upaya menuju Membentuk kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam.
Selanjutnya, pendidikan agama Islam menurut Zakiyah Daradjat (1996: 86),
bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha bagi siswa agar nantinya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan menjadikannya sebagai perspektif
hidup. Pendidikan agama islam adalah pendidikan melalui ajaran Islam melalui
nasehat dan urus siswa sampai selesai sekolah nanti pendidikan yang dapat dia
pahami, hargai, dan mengamalkan ajaran Islam sebagai visi hidupnya untuk
keselamatan dan kebahagiaan kehidupan di dunia ini dan di masa depan.

Menurut Nur Uhbiyati, (1998:11) pendidikan Islam jika dari sudut pandang
kehidupan budaya umat Islam, itu adalah merupakan salah satu alat dari proses
encoding. manusia, sebagai alat, pendidikan dapat bekerja mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan orang (sebagai individu dan sebagai
masyarakat) Poin kemampuan optimal untuk mendapatkan kemakmuran
kehidupan di dunia dan akhirat.
B. Tujuan Pendidikan Agama

Tujuan pendidikan agama tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam
Islam. Hal ini untuk menciptakan pribadi hamba Tuhan yang selalu takut akan
Tuhan dan dapat menggunakan agama baik di dunia ini dan di masa depan untuk
menjalani kehidupan yang bahagia. Untuk memahami, menghargai dan
mengamalkan diri sendiri, bukan hanya untuk lingkungan. Menurut Profesor
Muhammad Yunus, tujuan pendidikan agama Islam adalah mempersiapkan anak
untuk bekerja di dunia dan akhirat di masa dewasa sehingga lahir kebahagiaan di
akhirat. Sedangkan Hasan Langgulung telah menetapkan tujuan akhir pendidikan
agama Islam sebagai berikut:

 Persiapan masa depan


 Aktualisasi diri sejalan dengan pandangan Islam
 Mempersiapkan diri menjadi warga negara yang baik.

Semua guru agama mengatakan bahwa pendidikan agama tidak hanya


bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan
anak-anak untuk beribadah, tetapi juga untuk membentuk kepribadian mereka
sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan agama dalam Islam juga memiliki tujuan
sebagai berikut:

 Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum. Kata-kata tersebut


umum dan merinci tujuan pendidikan suatu negara yang berkembang lebih
lanjut di setiap tingkat pendidikan.
 Mengenalkan kepada generasi penerus keyakinan Islam, prinsip-prinsip
ajaran Islam, asal usul ibadah, dan cara mengamalkannya dengan benar.
 Menumbuhkan generasi muda dengan kesadaran beragama yang benar,
termasuk prinsip dan keyakinan moral yang luhur.
 Meningkatkan pengetahuan tentang adat dan agama serta menumbuhkan
minat generasi muda untuk mengikuti hukum agama dengan cinta dan
motivasi.
 Menumbuhkan rasa optimis, percaya diri, tanggung jawab, menghormati
komitmen, kebaikan dan ketakwaan, serta pertolongan cinta kasih.
 Mendidik naluri, motivasi dan keinginan generasi muda, memberdayakan
mereka dengan keyakinan dan nilai-nilai, menekan motivasi mereka,
mengatur emosi dan mendidik mereka tentang cara membimbing mereka
dengan baik.

C. Pengertian Akhalakul Karimah

Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk jamak dari
kata khulqun` yang berasal dari kata “khaluqayakhluqukhuluqun”, dengan bentuk
jamak “akhlaqun” yang berarti watak, tabiat, tingkah laku atau kebiasaan.

Konstruksi akal budi muncul sebagai sarana yang memungkinkan terjalinnya


hubungan yang baik antara khaliq dan makhluq.

Ibnu Atsir menjelaskan bahwa: “hakikat khuluq yang berarti, adalah citra diri
manusia (yaitu jiwa dan esensinya), sedangkan khalqun adalah citra luar (wajah,
warna), kulit, pinggang, dan tubuh bagian bawah. , dll.).

Dalam Al-Mu’jam Al-Wasit disebutkan Pengertian akhlak sebagai berikut:

‫ﺷﺮ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺣﺎﺟﺔ‬


ّ ‫اﻟﺨﻠﻖ ﺣﺎل ﻟﻠﻨﻔﺲ راﺳﺨﺔ ﺗﺼﺪر ﺗﻨﻬﺎ اﻷﻋﻤﺎل ﻣﻦ ﺧﻴﺮ أو‬

‫إﻟﻰ ﻓﻜﺮ وروﻳﺔ‬


Artinya:

“Akhlak ialah sifat yang ternama dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-
macam perbuatan baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.”
Pengertian Akhlak menurut beberapa tokoh:

1. Menurut Imam Ghazali: “Moralitas adalah sifat yang tetap dalam jiwa,
yang dengan mudah menimbulkan berbagai tindakan tanpa perenungan
lebih lanjut”.
2. Dalam Ensiklopedia Pendidikan dikatakan bahwa akhlak adalah: “perilaku
etis (etika dan akal budi) adalah perbuatan baik yang merupakan hasil
sikap jiwa yang nyata terhadap dengan kholiqnya dan dengan manusia
lainnya”.
3. Menurut Abu Bakar Aceh: “Moralitas adalah sikap berorientasi budi yang
menimbulkan perbuatan dan perbuatan manusia terhadap Tuhannya dan
terhadap manusia lain terhadap dirinya”.

Dari pengertian di atas, kita dapat memahami bahwa moralitas bukan hanya
aturan atau standar perilaku yang mengatur hubungan antar manusia, tetapi juga
norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan dengan alam
semesta.

Moralitas adalah kekuatan (alami) yang tertanam dalam jiwa, yang


mendorong tindakan spontan tanpa refleksi. Oleh karena itu, moralitas adalah
sikap yang melekat pada diri manusia dan secara spontan diekspresikan dalam
perilaku atau tindakan.

Selanjutnya menurut Abdullah Dirroz, tindakan menghubungkan orang dapat


dianggap sebagai ekspresi moralitas seseorang, jika dua syarat terpenuhi, yaitu:

1. Tindakan tersebut dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama,


sehingga menjadi kebiasaan.
2. Tindakan tersebut dilakukan karena desakan jiwanya, bukan karena
tekanan dari luar.

Kedua definisi moralitas di atas, meskipun berbeda dari segi kata, namun
tidak jauh berbeda maknanya, bahkan dekat satu sama lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu keadaan
atau fitrah yang telah merasuk dan mendarah daging dalam jiwa dan menjadi
suatu kepribadian yang darinya segala macam perbuatan muncul secara spontan
dan mudah, mudah tanpa dilakukan dan tanpa berpikir. Dan pendidikan akhlak
adalah upaya pendidik terhadap peserta didik untuk mengarahkan fisik dan
mentalnya menuju kebiasaan yang baik dan luhur.

Akhlak karimah adalah kalimat kepada Allah, mencintai dan beriman kepada-
Nya, beriman kepada malaikat, kitab, rasul, hari akhir, takdir, ketaatan beribadah,
selalu menepati janji, beriman, santun dalam perkataan dan perbuatan, qona 'ah,
tawakal, sabar, syukur, tawadhu, dan segala amal shaleh menurut ukuran
pandangan Islam.

D. Dasar-Dasar Akhlak

Kita tahu bahwa etika Islam adalah sistem etika berdasarkan Islam yang
merupakan titik awal keyakinan yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi/Rasul
dan kemudian diteruskan kepada umatnya.

Akhlak Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menyempurnakan akhlak


manusia disebut akhlak Islami karena bersumber dari wahyu Allah yang kini ada.

Dalam AlQur'an, merupakan sumber utama agama dan ajaran Islam. Firman
Allah dalam surat Al-Ahzab: 21

‫ﻟﻘﺪ آﺎن ﻟﻜﻢ ﻓﻲ رﺳﻮل اﷲ أﺳﻮة ﺣﺴﻨﺔ ﻟﻤﻦ آﺎن ﻳﺮﺟﻮ اﷲ واﻟﻴﻮم اﻵﺧﺮ‬
‫ﻓﺬآﺮ اﷲ آﺜﻴﺮا‬
Artinya: “Sesungguhnya talah ada pada (diri) Rasulullah itu suritauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
Ayat di atas memberikan nasehat dan mengingatkan manusia bahwa pada diri
Nabi sendiri terdapat suri tauladan yang agung. Jika dinyatakan dalam Al-Qur'an,
berarti dapat diikuti dan diamalkan oleh semua orang. Bagian dari triknya adalah
mengikuti perintahnya dan mencintainya.

Soal "akhlak" dalam Islam sebagian besar terkandung dalam Al-Qur'an dan
Hadits, yang asal-usulnya merupakan batasan dalam tindakan manusia sehari-hari.
Etika Islam karena merupakan sistem etika yang didasarkan pada keyakinan
kepada Tuhan, oleh karena itu tentunya sejalan dengan akar agama itu sendiri.

Jadi sumber fundamentall etika Islam adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits adalah
sumber utama agama Islam, karena sumber/dasarnya adalah bagian dari
bangunan yang merupakan sumber kekuatan dan kekokohan untuk konstruksi
bangunan. Demikian juga etika dalam Islam harus memiliki asal atau dasar yang
kokoh.

Al-Qur'an dan Al-Hadits merupakan sumber dari segala sumber hukum Islam,
oleh karena itu Al-Qur'an dan Al-Hadits dijadikan sebagai dasar untuk mengukur
perilaku seseorang dalam hal kebaikan dan keburukan. Apa yang baik menurut Al-
Qur'an dan Al-Hadits, perbuatan itu baik, dan sebaliknya apa yang menurut Al-
Qur'an dan Al-Hadits buruk, perbuatan itu buruk dan harus ditinggalkan. Dalam
Islam, landasan pendidikan akhlak adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits. Dengan kata
lain, dasar-dasar lainnya selalu dikembalikan ke sumbernya, jika relevan maka
diterima, jika tidak ditolak.

Adapun di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung nilai-nilai akhlak adalah:


‫إن اﷲ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﻟﻌﺪل واﻹﺣﺴﺎن وإﻳﺘﺎء ذى اﻟﻘﺮﺑﻰ وﻳﻨﻬﻰ ﻋﻦ اﻟﻔﺨﺸﺂء‬

‫واﻟﻤﻨﻜﺮ واﻟﺒﻐﻲ ﻳﻌﺬآﻢ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺬآﺮون‬


Artinya: ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Ia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran“. (QS. An-Nahl: 90)
Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah SWT memerintahkan
manusia untuk hidup saleh dan berbuat baik kepada sesama manusia dan Allah
SWT melarang manusia untuk berbuat jahat, bermusuhan, dan untuk selalu
bersabar dalam menghadapi kesulitan.
Maka dalam momen kehidupan ini seseorang tidak boleh sombong, apalagi
melupakan Allah SWT. Tapi dia harus sopan, tidak kasar, hati yang mulia disertai
dengan sopan santun dan kelembutan.
Berbuat baik kepada Allah SWT dan manusia sangat penting untuk memiliki
kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di ukhrawi. Dan merupakan salah
satu akhlak mahmudah.
Landasan moral kedua adalah Al-Hadits, untuk memahami Al-Qur'an secara
lebih rinci, umat Islam wajib mengikuti ajaran Nabi, karena perilaku Nabi adalah
contoh nyata yang dapat dilihat dan dipahami orang.
Hadist adalah sumber kedua setelah Al-Qur’an. Berikut ini dikemukakan hadist-
hadist tentang akhlak karimah :

‫ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل واﷲ ﻻ‬
‫ واﷲ ﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﻗﻴﻞ ﻣﻦ ﻳﺎرﺳﻮل اﷲ ؟ ﻗﺎل اﻟﺬي ﻻ ﻳﺆﻣﻦ‬،‫ واﷲ ﻻﻳﺆﻣﻦ‬، ‫ﻳﺆﻣﻦ‬
‫ﺟﺎرﻩ ﺑﻮاﺋﻘﻪ‬
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata: Bahwa Nabi Saw. Bersabda: Demi
Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.

Ditanya: Siapakah ya Rasulullah? Jawab Nabi: ialah orang yang tetangganya tidak
merasa aman dari gangguannya”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dibayangkan bahwa kita sebagai manusia


harus saling menghormati agar tercipta suasana damai. Kewajiban menghormati
bukan hanya kita membutuhkan bantuan dan dukungannya, atau karena dia telah
membantu dan mendukung kita, tetapi kita hidup berdampingan dengan mereka.

Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa akhlak harus dilakukan
sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan Hadist, yang diterapkan oleh Nabi yang
dianggap sebagai orang pertama yang mengenal akhlak yang terkandung dalam
Al-Qur'an. 'an dan seseorang adalah suri tauladan (uswah) dan ikutan (qudwah)
bagi seluruh umatnya.
Dan sebagai manusia, kita harus memiliki keutamaan yang luhur dan mampu
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh rasa dan tanggung
jawab.

E. Macam-Macam Akhlak

Ada dua jenis akhlak utama, yaitu: akhlak Mahmudah (fadhilah) dan akhlak
Mazmumah (qobihah). Selain istilah tersebut, Imam Al Ghazali juga memberikan
istilah 'munjiyat' untuk akhlaq mahmudah dan 'muhlikhat' untuk mazmumah.
Yang dimaksud dengan akhlaq mahmudah adalah segala macam sikap dan
perilaku yang baik (terpuji).

Di sisi lain, segala macam sikap dan perilaku tercela disebut Mazmumah
Akhlak. Akhlak mahmudah tentunya lahir dari hakekat mahmudah yang
terpendam dalam jiwa manusia, demikian juga akhlaq mazmumah lahir dari fitrah
mazmumah. Jadi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sikap dan perilaku
yang muncul adalah cermin/cermin dari sifat/perilaku batiniah.

Beberapa perbuatan baik itu antara lain pergaulan yang baik, perbuatan
mulia, kata-kata manis, kebaikan, memberi makan, menebar salam, menjenguk
muslim yang sakit baik yang terpuji maupun yang keji. atau kafir. Hormati orang
tua, tanggapi ajakan makan dan doakan mereka, maafkan, rujuk umat Islam,
dermawan, buka salam, menahan amarah dan memaafkan kesalahan dll.

Jauhi hal-hal yang dilarang dalam Islam seperti bermain, berbuat jahat,
berbohong, gosip, keserakahan, penipuan, pemalsuan, dukungan, kekeluargaan
yang buruk, memutuskan ikatan persahabatan, kesombongan, kesombongan,
kerendahan, iri hati, ramalan, pemberontakan, permusuhan dan ketidakadilan, dll.

Tentang akhlak atau sifat mahmudah seperti yang dikemukakan oleh para ulama
akhlak, antara lain:

1. AlAmanah (setia, amanah)


2. AlWafa` (Menduduki)
3. AlSabru (sabar)
4. AlIkha` (persaudaraan)
5. AlSidqu (kejujuran, kejujuran)
6. AlIfafah (pemeliharaan diri)
7. ArRahmah (pengasih)
8. AlIslah (damai)
9. AlIqtisad (hemat)
10. AlHaya` (malu)
11. AlAdl (kebenaran)
12. AlIhsan (berbuat baik)
13. AsSakha`u (dermawan)
14. AsSyajaah (berani)
15. AlAfwu (pemaaf)
16. AlMuru`ah (berbudi tinggi)
17. AtTa`awun (tolong menolong)
18. AlQuwwah (kuat)
19. AlAlifah (disenangi)

Sedangkan penyertaan akhlak mazmumah antara lain:

1. AlBakhl (sengat)
2. AlFawahisy (dosa besar)
3. AlBukhtan (kebohongan)
4. Alkhianah (khianat)
5. ArRiba (makan riba)
6. Al kazbu (bohong)
7. AzZulmu (penganiayaan)
8. AlHiqdu (balas dendam)
9. AlHasd (iri hati)
10. AlIsraf (berlebihan)
11. AnNamumah (saling memusuhi)
12. Al Makru (menipu)
13. AlGibah (mengumpat)
14. AsSirqah (mencuri)
15. ArRiya (ingin dipuji)
16. AtTabzir (memboroskan)
17. AlIstikbar (sombong)
18. AlJubn (pengecut)
19. AlGaddab (moderat)

F. Tujuan Akhlak

Segala sesuatu yang dilakukan orang selalu terprogram dan berdasarkan


berbagai pertimbangan, dan diakhiri dengan harapan agar tercapainya tujuan
sesuai dengan keinginannya.

Demikian juga etika memiliki tujuan yang ingin dan ingin dicapainya.
Sebagaimana dikemukakan Barmawie Umary, tujuan pendidikan akhlak adalah
“membiasakan melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, dan menjauhi yang
munkar, munkar, hina, dan hina”. garis antara yang baik dan yang jahat serta dapat
menempatkan sesuatu pada tempatnya, yaitu meletakkan sesuatu pada proporsi
yang tepat, irsyad, taufiq dan nasehat, insya Allah bahagia dunia dan akhirat.

Pak Ali Hufli mengatakan bahwa tujuan moralitas adalah: “Bergantung pada
moralitas yang mulia adalah untuk mempraktikkan kebajikan, memiliki keadilan
yang tinggi, menciptakan cinta dan kedamaian dan mendahulukan orang lain
dengan membuat kebajikan, dan meningkatkan ketakwaan.

G. Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak

Pembentukan moral dapat dipahami sebagai tindakan serius dalam kerangka


pembinaan anak, dengan menggunakan perangkat dan kerangka pendidikan yang
terprogram dengan baik dan dilaksanakan secara ketat dan konsisten. Pelatihan
etika ini didasarkan pada asumsi bahwa moralitas adalah hasil dari upaya
pelatihan dan tidak terjadi dengan sendirinya. Potensi spiritual yang ada dalam
diri manusia, antara lain akal, amarah, keinginan, fitrah, hati nurani, persepsi dan
intuisi, dibina secara optimal dengan pendekatan yang tepat.

Dalam pendidikan agama, khususnya dalam Islam, pendidikan diartikan


sebagai usaha sadar untuk mengembangkan intelektualitas dalam arti tidak hanya
meningkatkan kecerdasan, tetapi mengembangkan semua aspek kepribadian,
termasuk aspek iman, moral atau akal, perilaku, dan lain-lain. di atas.
Perkembangan kepribadian atau seluruh jiwa hanya dapat dibentuk oleh pengaruh
lingkungan, khususnya pendidikan.

H. Hambatan Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah dan Cara


Mengatasinya
1. Hambatan
Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh dari media online,
hambatan yang dianggap cukup penting dalam pembentukan etika yang baik
adalah sebagai berikut:
 Pengaruh lingkungan sebenarnya kurang menguntungkan karena kurang
harmonisnya antara warga.
 Orang tua kurang memperhatikan perkembangan mental anak, termasuk
akhlak anak, karena kesibukan kerja, anak tidak terawasi dengan baik.
2. Cara Mengatasi

Upaya mengatasi masalah dan hambatan pembentukan moral antara lain


sebagai berikut:

 Meningkatkan pemahaman tentang perlunya pendidikan tata krama


dalam orientasi hidup, karena dengan landasan moral yang kokoh, akan
memiliki akhlak yang baik, ketenangan, dan keberanian dalam mengatur
kehidupan.
 Menjaga hubungan baik dengan orang tua dan mendidik mereka tentang
pentingnya menjaga anak-anak mereka termasuk merawat mereka agar
tidak terjerumus ke dalam perilaku buruk seperti yang dikatakan Imam
Al-Gazali dalam bukunya yang berjudul Halal Haram menurut hukum
Islam, dikutip dari Hadits Nabi, persahabatan dapat membawa banyak
makanan, hidup diperpanjang di luar itu hidup menjadi berkah.

BAB 3
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Hanik, E. U., Naviroh, S. D., Novita, E., & Wahyuni, S. (2021). Penerapan
Pendidikan Karakter Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SD Al
Ma'some. Arus Jurnal Pendidikan, 1(3), 103-108.

Aladdiin, Hisyam Muhammad Fiqyh, and Alaika M. Bagus Kurnia Ps. "Peran
Materi Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam Membentuk Karakter
Kebangsaan." Jurnal Penelitian Medan Agama 10.2 (2019).

Nuraini, S. (2020). Penguatan Subtansi Pendidikan Agama Islam Dalam


Menumbuhkan Attitude/Akhlaq Mahasiswa Di Masa Pandemi Covid 19 Di STAI
Muhammadiyah Blora. Jurnal Pedagogy, 13(1), 95-112.

Fawaid, A. (2020). PENINGKATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MELALUI TERAPI SPIRITUAL ISLAM DI PP. RIYADUS SHOLIHIN LADEN
PAMEKASAN. Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman, 6(2), 275-290.

Mustofa, A., & Kurniasari, F. I. (2020). KONSEP AKHLAK MAHMUDAH DAN


MADZMUMAH PERSPEKTIF HAFIDZ HASAN AL-MAS’UDI DALAM
KITAB TAYSIR AL-KHALLAQ. Ilmuna: Jurnal Studi Pendidikan Agama
Islam, 2(1), 48-68.

EKO PURNOMO, E. K. O. (2020). PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KARAKTER RELIGIUS SISWA DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 (STUDI PADA SMP YAYASAN PENDIDIKAN
SOROWAKO LUWU TIMUR) (Doctoral dissertation, INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI PALOPO).

Buna’i, S. A. M. (2021). PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Jakad Media Publishing.

Permadi, Yohanes Andik, et al. Pengantar Pendidikan. Yayasan Kita Menulis,


2021.

Anda mungkin juga menyukai