Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN KELUARGA ATAU PONDASI SEBUAH BANGSA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Islam

Dosen: Aji Faujiana Ridwan, M.Pd

Disusun Oleh:
AHMAD REZA MUSTOPA (2161210004)
EVA YUNIAR (2161210003)

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS MANDIRI
SUBANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah " pendidikan keluarga atau pondasi sebuah bangsa ".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Seminar Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat
berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Subang, D e s e m b e r 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
A. Pengertian Keluarga...............................................................................................4
B. Bahasa Ibu Penguat Karakter Bangsa.....................................................................5
C. Dasar Pendidikan Keluarga....................................................................................6
D. Tujuan Pendidikan Keluarga..................................................................................7
E. Metode Dalam Pendidikan Keluarga......................................................................8
F. Pendidikan Islam sebagai Pendidikan Karakter....................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah sebuah negara yang sangat besar dan luas dengan
jumlah penduduk terbanyak nomor 4 didunia (economy.okezone.com) dengan
kemajemukan sosial budaya yang beraneka ragam. Karenanya bangsa Indonesia
memiliki modal dan peluang yang sangat besar untuk menjadi negara yang maju,
berdaulat, bermartabat, adil dan makmur.
Kemajuan dan karakteristik suatu negara dan bangsa yang maju dan bernilai
positif disetiap lini kehidupan masyarakat harus ditopang dengan kualitas karakter
dan moral rakyatnya. Semakin buruk moral suatu bangsa walaupun itu adalah
negara maju maka akan semakin hancur dan terpuruk negara tersebut dan semakin
baik kualitas moral suatu negara walau negara tersebut adalah negara yang sedang
berkembang, maka negara itu akan menjadi suatu negara yang maju dan
berperadaban tinggi dengan kualitas terbaik. Hal itu bisa dilihat dari sejarah
Andalusia diabad ke 7 sampai abad 13 di saat pendidikan dan nilai-nilai islam
diterapkan di dalam keluarga dan masyarakat sebagai perekat universal dengan
saling menghargai serta nilai toleransi yang telah diajarkan oleh rasulullah dan
sahabat- sahabatnya, maka Andalusia yang saat itu terjajah akhirnya berubah
menjadi negara adidaya yang maju pesat dan menjadi referensi pertama dalam
kemoderenisasian ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat ini.
Sejarah Andalusia adalah kisah tentang kegemilangan kaum muslim yang
berhasil menaklukkan wilayah benua eropa yang kemudian mengisinya dengan
tinta emas kejayaan dan keunggulan perdabannya. Jejak-jejak kecemerlangan
peradaban kaum muslim menjadi rujukan bangsa- bangsa eropa. Banyak ilmuan
dan ulama yang ahli dalam berbagai bidang, yang kemudian menjadi pionir ilmu
pengetahuan serta menjadi acuan ilmuwan-ilmuan barat sampai kurang lebih 800
tahun lamanya. (As-Sirjani, 2013).
Begitu juga dengan kondisi Indonesia yang dulu begitu agamis, damai, aman,
tentram, selalu terdengar suara orang yang mengaji membaca al- qur’an selepas
shalat maghrib dan penuh kebaikan dalam tiap kehidupan yang ada, sekarang

1
menjadi suatu bangsa yang begitu mengundangan keprihatinan yang mendalam.
Dimulai dari maraknya pergaulan bebas, narkoba, korupsi, peredaran video porno,
sex bebas yang menjangkiti pergaulan remaja, bullying di dunia pendidikan saat
masa orientasi, games online yang marak dengan kekerasan dan aksi porno,dan lain
sebagainya yang secara langsung maupun tak langsung bagi anak-anak bangsa
sedikit banyak memberikan pengaruh negative terhadap hasil pendidikan mereka
sebagai asset masa depan bangsa. Kenyataan tersebut sangat menyesakkan dada
dan seolah mengiris hati setiap orang yang mengetahuinya. Kondisi seperti ini
yang harus menutut setiap orang di negara Indonesia harus memberikan perhatian
lebih pada pendidikan karakter anak bangsa.
Bangsa Indonesia mempertaruhkan kehidupan negara ini di tangan anak-anak
bangsa dengan karakter yang kini mereka miliki. Oleh karena itu, pendidikan
karakter yang berkesinambungan, terarah dan bertahap menjadi sangat penting
sebagai bagian dari usaha untuk mempersiapkan mereka menjadi generasi penerus
bangsa yang kompetitif selain pendidikan agama dan peran serta keluarga sangat
diperlukan.
Negara Indonesia akan seperti apa masa depannya dapat dilihat dari seberapa
bagus kualitas anak bangsanya. Dalam hal ini khususnya para pemuda yang harus
mampu mengembangkan kemampuan diri dengan skill, teknologi, pembentukan
karakter diri dan pendidikan agama sehingga Indonesia memiliki prinsip dan jati
diri tanpa harus terombang ambing dengan masalah dan terbawa arus tantangan
akhir zaman yang semakin buruk.
Dunia yang semakin mengglobal di era digital ini memunculkan sebuah
fenomena bahwa hubungan manusia sudah mendunia dengan sangat cepat yang
ditandai dengan minimnya batas negara secara teknologi. Era Globalisasi yang
kebablasan bisa jadi akan sangat banyak membawa pengaruh dalam mengikis
moral & akhlaq anak bangsa zaman now sehingga dengan sangat mudah mengikuti
tren-tren yang ada tanpa disaring terlebih dahulu, selain juga bisa jadi mampu
menggulung karakter bangsa dan budaya suatu negara yang mampu mengubah tata
nilai dan cara pandang seseorang dalam mensikapi sesuatu yang sedang terjadi.
Melihat kondisi diatas maka perlu disiapkan generasi muda anak bangsa yang
berjiwa nasionalis dan patriotis, cerdas dan religious melalui pendidikan karakter

2
Islami yang mampu menjunjung tinggi nilai- nilai norma, etika dan budaya sebuah
bangsa dan negara. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tulisan ini layak
dijadikan acuan untuk mengulas pembangunan karakter anak bangsa melalui
pendidikan Islam dan keluarga.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Keluarga?

2. Seperti apa Bahasa Ibu Penguat Karakter Bangsa?

3. Bagaimana Dasar Pendidikan Keluarga?

4. Apa Tujuan Pendidikan Keluarga?

5. Bagaimana Metode Dalam Pendidikan Keluarga?

6. Seperti apa Pendidikan Islam sebagai Pendidikan Karakter?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Keluarga

2. Bahasa Ibu Penguat Karakter Bangsa

3. Dasar Pendidikan Keluarga

4. Tujuan Pendidikan Keluarga

5. Metode Dalam Pendidikan Keluarga

6. Pendidikan Islam sebagai Pendidikan Karakter

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan pondasi pertama dan utama bagi pendidikan karakter
anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya,
maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah)
untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan
berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu,
setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung
pada pendidikan karakter anak di rumah.

Pada haikatnya salah satu fungsi dari keluarga adalah sebagai pondasi dalam
pendidikan. Karena melalui keluarga semua aktivitas individu dapat
terarah.Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk
menanamkan nilai-nilai kehidupan. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan
kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-
kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain untuk
memperbaiki kegagalan-kegagalannya.

Keluarga juga merupakan salah satu komponen utama demi tercapainya


pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang disusun
pada konfrensi pembangunan berkelanjutan PBB tahun 202 dan disepakati secara
international di tahun 2015, kekuatan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh
kekuatan keluarga. Masa depan bangsa sesungguhnya dibangun di atas kekuatan
fondasi keluarga. Melalui institusi keluargalah, pembangunan manusia yang
sesungguhnya dilakukan. Karena itulah, pembangunan keluarga yang kokoh dan
tangguh merupakan kebutuhan mendasar suatu Negara. Halini sejalan agenda
prioritas pembangunan yang disebut dalam Nawa Cita, khususnya agenda nomor 5,
yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan “pendidikan” sebagai
kuncinya.

Penguatan peran keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki fungsi


sebagai penguat perkembangan kepribadian anak, pendidikan anak di rumah, dan

4
pendukung pendidikan di sekolah. Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara
maksimal, orang tua harus memiliki kualitas yang memadai, sehingga anak-anak
akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya, orang tua harus memahami
hakikat dan peran orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu
tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani
anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam
menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan
kepribadian anak yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa


dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

B. Bahasa Ibu Penguat Karakter Bangsa

Bahasa Indonesia dibentuk dari berbagai bahasa daerah di tanah air,


maka jangan sampai bahasa Indonesia ditinggal oleh orang-orang Indonesia.
Bahasa ibu (daerah) dan bahasa Indonesia ditinggal sama artinya bangsa ini bubar
dalam kesatuan. Lihatlah contohnya Jepang, negara maju, modern, kaya, namun
tetap santun dalam berinteraksi dengan orang lain, bangsa lain, mengapa ? Jepang
mampu mempertahankan bahasa nasionalnya dalam berinteraksi dengan orang
lain, baik di dalam negerinya maupun di luar negeri. Siapapun ke Jepang
wajib bisa berbahasa Jepang. Itulah kekuatan Jepang untuk mempertahankan
kelanggengan bahasanya, karena diyakini mengandung nilai-nilai luhur untuk
kehidupan.

Karaketer bangsa harus terlahir dari bangsa itu sendiri. Indonesia sebagai
bangsa yang besar harus memiliki karakter Indonesia, bukan karakter lain. Maka
penegakkan hukum, melestarikan bahasa (daerah dan Indonesia), mentaati ajaran
agama mutlak dilakukan untuk revolusi mental masyarakat Indonesia. Tentu
dimulai dari lembaga-lembaga pendidikan, lembaga atau organisasi-organisasi
kemasyarakatan, pemerintah pada lembaga-lembaga, dan semua pihak warga
negara Indonesia tanpa kecuali. Konsisten menerapkan aturan, sistem, dan ajaran

5
agama. Karakter bangsa akan terwujud dengan sendirinya sebagai bangsa yang
besar dan kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tinggal memoles
dengan pendidikan yang benar, berdasarkan kepribadian Indonesia, maka akan
menghasilkan tenaga kerja dan pekerja yang berkarakter Indonesia. Sementara ini
menjadi tidak jelas karakter Indonesia itu, karena terjadi kekacauan dalam
berbahasa, berbudaya, dan bahkan pembangunan. Pembangunan yang tetap
mengedepankan filosofi-filosofi Indonesia, sehingga tidak hanya terbentuk
bangunan, seni, hasil karya namun tetap berkarakter, karena mengikuti aturan
filosofi Indonesia. Semua itu hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan
keluarga yang kokoh.

Keluarga adalah lembaga alami untuk pendidikan karena ada hubungan


darah antara guru dan murid, menjadikannya sebagai lingkungan pendidikan
informal karena tidak memiliki kurikulum formal. Bersama ibu dan ayah, ada
anak-anak di dalamnya yang diasuh oleh orang tua. Unit tempat tinggal terendah
dalam masyarakat yang lebih utuh adalah keluarga (Taubah, 2016: 112).

Keluarga merupakan salah satu dari tiga fokus pendidikan, bersama dengan
sekolah dan masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro.
Orang tua melakukan upaya sadar untuk mendidik keluarganya karena mereka
biasanya merasa (secara naluriah) bertanggung jawab untuk membimbing,
mengajar, mempersiapkan, dan mengembangkan pengetahuan nilai dan
keterampilan bagi anak-anaknya sehingga mereka siap menghadapi masalah
kehidupan di masa depan (Srifariyati, 2016: 230).

C. Dasar Pendidikan Keluarga


Islam sangat menjunjung tinggi pembentukan keluarga. Ayat Alquran dan
hadits Nabi Muhammad SAW memberikan beberapa aturan syariah tentang
kehidupan keluarga. Banyak bagian dalam Alquran berbicara tentang
pendidikan keluarga. Namun penulis lebih fokus pada kajian tafsir Surat At-
Tahrim Ayat 6 karena keterbatasan ruang yang tersedia untuk artikel ini.
Sebagaimana firman Allah swt:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka….” (QS. At-Tahrim ayat 6).

6
Ayat ini menjelaskan bahwa orang tua bertugas melindungi anak-anak
mereka dari murka neraka. Tafsir al-Misbah dari ayat ini menyatakan bahwa
pendidikan harus dimulai dari rumah. Meskipun tajuk ditujukan kepada pemimpin
keluarga (ayah), namun juga ditujukan untuk perempuan (ibu), tidak hanya laki-
laki. Ini menyiratkan bahwa kedua orang tua—ayah dan ibu—bertanggung jawab
atas keturunan dan pasangan mereka (Shihab, 2012: 327).

Peran ayah adalah membimbing anaknya menuju kebenaran,


mengajarkannya pelajaran, dan menjauhkannya dari bencana, hal ini sesuai
dengan tafsir an-Nur (Ash- Shidieqy, 2000: 320). Tafsir Maraghi lebih lanjut
menjelaskan bahwa ungkapan “menjaga diri dan keluarganya dari api neraka”
mengacu pada istri, anak, budak, serta laki-laki dan perempuan. Keluarga dalam
ayat ini wajib mendapatkan petunjuk berupa informasi tentang kewajiban-
kewajiban yang terkait dengan mengamalkan keimanannya (Al- Maraghi, 2007:
162).

Kemudian yang tidak kalah paling penting adalah memberikan pendidikan


yang utuh agar anak memiliki pola pikir yang baik, bisa membedakan mana
perbuatan yang harus dan tidak boleh dilakukan. Dengan pendidikan juga akan
membuat keimanan semakin mantap, karena mengetahui hikmah yang terkandung
dalam setiap ibadah. Mengajarkan kepada seseorang ada dalam tanggung
jawabnya ini adalah suatu bentuk kewajiban seorang muslim (Srifariyati, 2016:
231).

D. Tujuan Pendidikan Keluarga


Institusi masyarakat yang paling bertahan lama adalah keluarga karena di
dalam keluargalah seseorang mengembangkan kemanusiaannya. Menurut pasal
27, keluarga dan lingkungannya menyelenggarakan kegiatan pendidikan informal
dalam bentuk kegiatan belajar mandiri, oleh karena itu disebut sebagai lembaga
pendidikan informal.
(Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, 2003). Setiap orang tua diamanatkan untuk mendidik anak-anaknya dan
bertanggung jawab atas pengasuhannya oleh Allah swt dalam firman-Nya.

7
Menurut Alquran, ada beberapa tujuan pendidikan keluarga diselenggarakan, di
antaranya: (Srifariyati, 2016: 234)
a. Memberikan pendidikan karakter dasar, seperti standar sikap hidup,
meskipun masih dalam bentuk yang paling dasar.
b. Memberi anak pendidikan sosial dasar yang mengajarkan mereka cara
bergaul dengan orang lain dan lingkungannya.
c. Menawarkan instruksi intelektual mendasar, seperti mengajar anak-anak
bahasa yang tepat dan sopan santun percakapan.
d. Membangun landasan pembentukan kebiasaan, yaitu mendorong
berkembangnya kepribadian yang baik dan berakal sehat dengan secara
bertahap memperkenalkan kepada anak-anak cara hidup bersih, tertib,
disiplin, dan rajin. Ini dilakukan tanpa menggunakan paksaan.
e. Menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan yang mendasar, yaitu
menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air, serta menjunjung
tinggi kemanusiaan dan tanah air.

Jika orang tua menjadi guru utama bagi anak-anak mereka dan menanamkan
tauhid dalam diri mereka, tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai dengan
sukses. Jika anak muda menerima pendidikan agama dari awal, maka seorang
anak akan bisa membentengi dirinya sendiri dari pengaruh negatif perkembangan
sosial dan lingkungan sekitar serta terhindar dari pengaruh buruk globalisasi dan
gaya hidup yang hedonis, sehingga anak- anak tidak akan terjerumus pada
kehancuran dan kebobrokan moral.

Selain itu, pendidikan akhlak harus diberikan kepada anak didik secara
terencana dan sistematis, sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan
dalam ajaran syariat Islam (Astuti & Sujati, 2020: 143). Keluarga sebagai lembaga
pendidikan utama, tentunya diharapkan dapat menjadi motor pengerak dalam
proses pendidikan. Hal ini berarti, orientasi utama dalam keluaraga seyogiyanya
mencerminkan nilai-nilai pendidikan, sehingga seluruh rutinitas dalam keluarga
tersebut, akan berdampak pada proses pemanusian manusia (Humanisasi), sebagai
tujuan utama dalam proses pendidikan (Labaso, 2018: 53).

8
E. Metode Dalam Pendidikan Keluarga
Pola atau metode pendidikan agama dalam Islam pada dasarnya mencontoh
pada perilaku Nabi Muhammad SAW dalam membina keluarga dan sahabatnya.
Karena segala apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan
manifestasi dari kandungan Alquran. Adapun dalam pelaksanaannya, Nabi
memberikan kesempatan pada para pengikutnya untuk mengembangkan cara
sendiri selama cara tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan
pendidikan yang dilakukan oleh Nabi (Taubah, 2016: 122).
Orang tua harus memerhatikan perkembangan jasmani, akal, dan ruhani
anak- anaknya, dengan tujuan agar anak dapat berkembang secara maksimal. Perlu
disadari pula bahwa anak dilahirkan dengan membawa bakat, potensi, kemampuan
serta sikap dan sifat yang berbeda. Untuk itu orang tua sebagai pendidik dalam
keluarga perlu memahami perkembangan jiwa anak, agar dapat menentukan
metode yang sepatutnya diterapkan dalam mendidik dan membimbing anak-
anaknya. Orang tua harus bersikap lemah lembut serta tidak boleh memaksakan
metode yang tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak (Taubah, 2016: 115).
Penanaman nilai-nilai keagamaan kepada anak usia dini dapat dengan
menggunakan beberapa metode, antara lain: pembiasaan dan keteladanan.
Abdurrahman Al-Nahlawi dalam bukunya Ushulu al-Tarbiyah al-Islamiyah wa
Ashalibiha mencoba mengembangkan metode pendidikan Qurani, yang disebut
metode pendidikan Qurani ialah salah satu metode pendidikan yang berdasarkan
kandungan Alquran dan sunah. Dalam hal ini, segala bentuk upaya pendidikan
didasarkan kepada nilai-nilai yang terdapat dalam Alquran dan sunah (Syahiddin,
2005: 59).

F. Pendidikan Islam sebagai Pendidikan Karakter

Anak bangsa saat ini hidup pada zaman dengan kondisi ilmu pengetahuan
dan kebebasan teknologi yang sangat tinggi yang mampu mengubah sendi-sendi
budaya dan kehidupan sosial masyarakat bangsa secara fundamental. Durasi
perubahan besar dalam kehidupan berlangsung sangat cepat karena faktor-faktor
pengubahnya bekerja simultan dan cepat seperti kilat yang berefek timbulnya
disorientasi dalam dunia pendidikan dan sosial bermasyarakat sehingga mampu

9
mengubah karakter suatu bangsa jika tidak cepat dikendalikan.

Cepatnya faktor pengubah sendi-sendi kehidupan dalam bangsa terlihat


dengan banyaknya orang dalam masyarakat khususnya orang tua yang tidak
punya kendali atas zaman yang kelak akan dilalui anak bangsa ke depan. Bahkan
bisa jadi sebagai orang tua sudah tiada disaat mereka mengalami perubahan-
perunahan besar itu. Melihat begitu cepatnya perubahan dalam kehidupan , maka
anak bangsa membutuhkan pegangan hidup yang bersifat permanen yang tidak
ikut berubah dalam perubahan-perubahan itu, yaitu keyakinan dan nilai- nilai
agama Islam. Agama Islam mengajarkan kepada manusia tentang hakikat besar
kehidupan, tentang asal usul mereka, tujuan hidup, dan nilai-nilai yang harus
dipegang dalam menjalani kehidupan. Apabila anak bangsa memahami semua itu
dengan benar, maka akan tumbuh dalam kehidupan yang maju berperadaban
tinggi dengan nilai moral dan etika yang bagus.

Pendidikan Islam merupakan salah satu pilar pendidikan karakter yang


paling utama. Pendidikan karakter akan tumbuh dengan baik jika dimulai dari
tertanamnya jiwa keberagamaan pada anak. Dalam Islam terdapat nilai utama,
yaitu akhlak, adab dan keteladanan. Akhlaq merujuk kepada tugas dan tanggung
jawab selain syari’ah dan ajaran agama secara umum. Sedangkan term adab
merujuk kepada sikap yang dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Dan
keteladanan merujuk kepada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang
yang baik yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad Saw. ketiga nilai ini
yang menjadi pilar pendidikan karakter dalam Islam.

Pendidikan akhlaq merupakan salah satu dimensi penting dalam Pendidikan


Islam. namun perlu dipahami bahwa pendidikan akhlaq dalam Islam lebih mulia
dibanding dengan pendidikan karakter secara umum, karena akhlaq memiliki
dimensi ilahiyah sedangkan karakter hanya berbicara pada lingkup baik dan buruk
menurut manusia tanpa perlu menyertakan Tuhan (Tafsir, 2016).

Terlepas adanya perbedaan konsep antara karakter dengan akhlaq, agar


terjadi kombinasi yang saling terhubung dalam menciptakan generasi yang
berkualitas maka diperlukan gabungan keduanya yaitu pendidikan karakter

10
berbasis al-quran dan sunnah.

Dalam pandangan Islam, akhlak memang merupakan satu-satunya ukuran


dan menjadi garis pemisah antara perbuatan baik perbuatan buruk. Artinya,
prilaku manusia disebut berkualitas, jika prilaku tersebut disertai dengan akhlak
yang baik, sebaliknya jika suatu perbuatan tidak dibarengi dengan akhlak baik,
maka perbuatan itu merupakan perbuatan yang hina dan tidak berkualitas.

Sehingga jika ditinjau dari sisi pendidikan, tidak dapat dipungkiri bahwa
pendidikan akhlaq merupakan prasyarat keberhasilan pendidikan lainnya, dan dari
sisi social maka pendidikan karakter dalam hal ini akhlaq berperan penting dalam
membangun kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga merupakan sistem sosial terkecil dalam masyarakat, yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan
utama bagi anak. Maknanya bahwa keluarga sebagai peletak dasar-dasar
pendidikan dalam pembentukkan karakter anak. Anak sebagai generasi penerus
kehidupan keluarga kelak, sehingga anak sering dipandang sebagai cerminan
keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dalam keluarga menjadi sangat
penting mendapatkan perhatian dari anggota keluarga yang lebih dewasa.
B. Saran
Kehidupan keluarga yang harmonis menghasilkan anak-anak bangsa
yang bermoral dan berakhlak mulya. Orangtua tidak bisa tergantikan oleh
siapapun, dan juga apapun. Dengan berakhirnya kehidupan keluarga yang
harmonis, maka hilang pulalah pendidikan anak yang berkarakter dalam keluarga
tersebut. Orangtua diharapkan tidak mengedepankan egonya dalam memecahkan
permasalahannya. Mengedepankan pendidikan anak, kebutuhan anak, dan
kepentingan anak, karena anak itulah generasi keluarga dan bangsa ini. Martabat
keluarga pembentuk bangsa dapat diukur dan terlihat dari moral generasi
mudanya. Keluarga yang mendidik anak-anaknya dengan baik akan
menghasilkan generasi bangsa yang baik pula. Maka kondisi bangsa ini juga
tercermin dari keharmonisan kehidupan keluarga-keluarga dalam masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. A. (2023). KONSEP KELUARGA QURANI DAN AKTUALISASINYA
MELALUI PENDIDIKAN INFORMAL. EL-SANADI, 1(1), 1-11.
https://jurnal.unupurwokerto.ac.id/index.php/elsanadi/article/view/121

Anwar, D. M., Sitasi, C., & DM, A. (2019). Membangun Karakter Anak Bangsa
Melalui Pendidikan Islam Dan Keluarga. Jurnal Humaniora-Cakrawala, 19(2).
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=1215009&val=10512&title=Membangun%20Karakter%20Anak
%20Bangsa%20Melalui%20Pendidikan%20Islam%20%20Keluarga

Munif, M. (2018). Membangun fondasi keluarga sakinah dengan pendidikan. Jurnal Al-
Murabbi, 4(1), 23-38. file:///C:/Users/USER/Downloads/1288-File%20Utama
%20Naskah-3781-1-10-20190105-1.pdf

Raghib As-Sirjani. (2013). Bangkit dan Runtuhnya Andalusia. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.

Raghib As-Sirjani. (2016). Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar.

Rahmat Rosyadi. (2013). Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia
Dini (konsep dan Praktik PAUD Islam). Jakarta: Rajawali

13

Anda mungkin juga menyukai