Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KAJIAN ISLAM NUSANTARA


“PERAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM NUSANTARA”
DOSEN PENGAMPU : WAWAN SAPUTRA, M.Pd

COVER

OLEH :
1. AULA SALSABILA 2286208253

2. INDAH AYU LESTARI 2286208255

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM QAMARUL HUDA BAGU
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Dan Perkembangan Pendidikan

Islam Nusantara” dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini penulis tidak

terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Wawan

Saputra, M.Pd. selaku dosen Pengampu mata kuliah Kajian Islam Nusantara, dan

semua pihak yang telah membantu dalam penyelesian penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para

pembaca pada umumnya.

Bagu, 22 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Peran Pendidikan Islam Nusantara...............................................................3
B. Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara.............................................5
1. Pendidikan Islam Nusantara Klasik..........................................................5
2. Pendidikan Islam Nusantara Modern......................................................12
BAB III..................................................................................................................21
PENUTUP..............................................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejarah pendidikan Islam hakikatnya sangat berkaitan dengan

sejarah Islam sehingga periodesasi sejarah pendidikan Islam berada dalam

periode-periode sejarah Islam itu sendiri. yaitu periode klasik, pertengahan,

dan modern. Di Nusantara, periode tersebut dapat dibagi dikelompokkan ke

dalam: fase datangnya Islam, fase perkembangan dan berdirinya kerajaan

Islam, fase kedatangan orang Barat, fase penjajahan Jepang, fase

kemerdekaan, dan fase pasca kemerdekaan. Dalam setiap fase itu, pendidikan

Islam berkembang dengan ciri yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pada

setiap fase perkembangan pendidikan Islam tersebut, corak dakwah atau

Islamisasi senantiasa melekat yang berfungsi - mempertahankan dan

mentransformasi nilai-nilai keislaman di dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan Islam merupakan usaha dan kegiatan yang

dilaksanakan dalam rangka menyampaikan seruan agama dengan berdakwah,

menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat,

memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung

pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim. 1 Dasar terpenting dari

pendidikan Islam adalah Alquran, hadis, dan ijtihad.2 Menetapkan Alquran

dan hadis sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya karena kebenaran dari

perspektif keimanan semata, melainkan juga kebenaran keduanya telah dapat

dibuktikan oleh akal berdasarkan sejarah dan pengalaman manusia. Sejarah

1
pendidikan Islam hakikatnya sangat berkaitan dengan sejarah Islam. Oleh

karena itu, periodesasi sejarah pendidikan Islam berada dalam periode-

periode sejarah Islam itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Pendidikan Islam Nusantara?

2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Nusantara?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Peran Pendidikan Islam Nusantara

2. Untuk mengetahui Perkembangan Pendidikan Islam Nusantara

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Peran Pendidikan Islam Nusantara

Peran pendidikan Islam di Nusantara sangat beragam dan mencakup


berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, baik dari sisi agama, budaya,
maupun sosial. Berikut adalah beberapa peran utama yang dimainkan oleh
pendidikan Islam Nusantara:

1. Penanaman Nilai Agama dan Moral

Pendidikan Islam Nusantara berperan dalam menanamkan nilai-


nilai agama dan moral kepada peserta didik. Melalui kurikulum yang
mencakup pembelajaran Al-Qur'an, Hadis, fiqh, akhlak, dan disiplin ilmu
agama lainnya, pendidikan Islam membantu membentuk karakter dan
perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu, nilai-nilai seperti
kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab juga diajarkan dalam pendidikan
Islam.

2. Pelestarian Tradisi dan Budaya

Pendidikan Islam Nusantara memiliki peran penting dalam


melestarikan tradisi dan budaya lokal yang telah beradaptasi dengan ajaran
Islam. Pesantren, misalnya, sering kali menjadi pusat pembelajaran yang
juga melestarikan tradisi, seperti kesenian Islami, sastra, dan kearifan
lokal. Melalui pendekatan ini, pendidikan Islam Nusantara berkontribusi
pada keberlanjutan warisan budaya Indonesia.

3. Pembentukan Identitas dan Komunitas

Pendidikan Islam Nusantara memainkan peran penting dalam


membentuk identitas keislaman yang khas, yang mencerminkan
keragaman budaya dan tradisi di Indonesia. Pesantren dan madrasah

3
berfungsi sebagai lembaga yang membantu menguatkan rasa kebersamaan
dalam komunitas Muslim dan membentuk identitas Islam yang moderat
dan inklusif. Pendidikan Islam juga menjadi tempat di mana peserta didik
dapat mengembangkan identitas mereka sebagai bagian dari umat Islam
yang lebih besar.

4. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Kritis

Pendidikan Islam Nusantara juga mendorong pengembangan ilmu


pengetahuan dan pemikiran kritis. Selain ilmu agama, banyak institusi
pendidikan Islam yang juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum, seperti
matematika, sains, dan teknologi. Pendekatan ini memungkinkan peserta
didik untuk memiliki keterampilan yang dibutuhkan di dunia modern dan
berkontribusi pada kemajuan masyarakat.

5. Mendorong Perdamaian dan Toleransi

Islam Nusantara dikenal dengan pendekatan toleransi dan


inklusivitasnya, dan pendidikan Islam berperan dalam mempromosikan
nilai-nilai ini. Melalui pengajaran yang menekankan pada sikap saling
menghormati, toleransi, dan perdamaian, pendidikan Islam membantu
membentuk masyarakat yang lebih harmonis dan menghargai perbedaan.
Hal ini juga menjadi bagian penting dalam mengatasi tantangan
ekstremisme dan radikalisme.

6. Pembentukan Kepemimpinan dan Keterampilan Sosial

Pendidikan Islam di Nusantara juga berperan dalam membentuk


keterampilan sosial dan kepemimpinan. Banyak pesantren yang
mengajarkan peserta didik tentang kerja sama, tanggung jawab, dan
kepemimpinan. Melalui pendekatan ini, pendidikan Islam membantu
menghasilkan pemimpin masa depan yang memiliki dasar moral yang kuat
dan kemampuan untuk memimpin dengan integritas.

4
7. Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Sosial

Pendidikan Islam Nusantara berperan dalam pemberdayaan


masyarakat dan pembangunan sosial. Banyak pesantren dan lembaga
pendidikan Islam yang juga berfungsi sebagai pusat pemberdayaan
ekonomi dan pengembangan masyarakat. Lembaga-lembaga ini membantu
masyarakat sekitar dalam meningkatkan keterampilan, membuka peluang
kerja, dan berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.

B. Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara


1. Pendidikan Islam Nusantara Klasik
Pendidikan Islam sebelum tahun 1900 masih bersifat tradisional,
dengan menggunakan metode halaqah dan sorogan. Pada masa itu
Pendidikan Islam masih berfokus pada pengajaraan ilmu agama tidak ada
campuran dengan ilmu-ilmu umum. Lembaga pendidikan Islam pada masa
sebelum 1900-an adalah sebagai berikut:
a. Surau sebagai lembaga pendidikan Islam di Minangkabau
Secara bahasa surau berarti “tempat” atau “tempat
penyembahan” menurut Azyumardi Azra mengutip dari RA. Karn.
Menurut pengertian asalnya, surau adalah bangunan kecil yang dibangun
untuk penyembahan arawah nenek moyang. Pengertian surau menurut
Ensiklopedi Islam yaitu suatu bangunan kecil tempat shalat yang
digunakan juga sebagai tempat mengaji Al-Qur’an dan belajar dasar-dasar
pengetahuan agama bagi anak-anak. Surau juga sering disebut langgar atau
mushala.1 Surau memiliki karakteristik yang unik karena pengaruh
sosiokultural sebagai ciri khas masyarakat Minangkabau.surau sebagai
tempat pendewasaan anak-anak Minangkabau karena dulu anak laki-laki
tidak memilki kamar di rumahnya maka ia harus tidur di surau. Setelah
kedatangan Islam, fungsi surau tidak jauh berbeda hanya saja berkaitan
dengan fungsi untuk keagamaannya semakin penting yang pertama kali

1
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara(Jakarta: Kencana, 2013)hal. 7.

5
diperkenalkan oleh Syekh Burhanuddin di Ulakan, Pariaman. Pada masa
ini selain sebagai tempat shalat surau juga digunakan untuk mengajarkan
ajaran Islam.2
a. Pendidik (Tuanku Syekh) dalam Surau.
Sebagai lembaga pendidikan, di surau terdapat guru tertinggi yang
biasanya dipanggil Tuanku Syekh. Sementara ynag lainnya adalah
guru-guru biasa. Apabila Tuanku Syekh meninggal maka akan
digantikan oleh anak laki-laki kandungnya jika mampu, namun jika
tidak mampu akan digantikan oleh menantu laki-lakinya yang
dianggap mampu.
Pada mulanya “syekh” menyampaikan pelajaran kepada murid
dilakukan sendiri, namun pada perkembangannya surau semakin ramai
dengan murid-murid yang belajar ilmu agama, maka “syekh”
mengangkat guru tua (senior) dan murid yang sudah dianggap pintar
untuk membantunya. Para guru tua selain memberikan pelajaran lebih
terperinci juga bertugas mengawasi dengan mengajar urang siak
(murid) untuk menghafal pelajaran yang diterimanya.3
Menurut Mahmud Yunus, tingkat “Syekh” atau “alim” sama
kedudukannya dengan “guru besar” atau “professor” pada era modern.
Untuk mencapai gelar “syekh”, seorang murid harus melalui tahapan-
tahapan tetentu yang cukup panjang dan tidak mudah. Keududukan
murid sebagai guru bantu (guru tua) tersebut dikenal dengan sistem
asisten pada era modern.
Siswa-siswa yang telah menamatkan pelajaran ilmu fikih dan tafsir
kemudian diangkat menjadi guru bantu surau untuk beberapa waktu
lamanya. Apabila guru bantu telah dianggap mampu, baik dalam
penguasaan materi maupun memecahkan permasalahan dalam sebuah

2
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 56-57.
3
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 61.

6
kitab, maka ia kemudian diangkat menjadi guru muda (engku mudo),
kemudian labay dan kemudian syekh.4
b. Terminologi murid yang menuntut ilmu di surau
Setelah Islam masuk di Minangkabau, beberapa istilah murid yang
mencari ilmu muncul seperti urang siak, faqih dan faqir. Menurut
Azyumardi Azra, urang siak berarti orang dari Siak yaitu sebuah
wilayah di bagian Timur Sumatra Tengah yang sekarang masuk ke
dalam Provinsi Riau. Kecenderungan ini dilandasi pada sebuah teori
bahwa Islam datang ke Minangkabau dari Pesisir Timur Tengah,
persisnya wilayah Siak. Sementara faqih berasal dari bahasa Arab yang
artinya orang yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman atas
sesuatu. Dalam perkembangannya kata faqih memiliki arti yang lebih
luas yaitu seorang ahli teologi, ahli syariat dan ahli dalam bidang fiqh.
Faqir sendiri juga berasal dari bahasa Arab yang artinya orang yang
sangat membutuhkan, baik secara fisik maupun spiritual. Istilah yang
paling sering digunakan adalah murid yang berarti orang yang belajar
di surau setelah usainya perang Padri.5

Orang Siak dalam lembaga surau tidka dipungut biaya apapun


seperti uang sekokah, uang asrama, maupun uang makan. Oleh karena
itu urang Siak jarang memberi uang kepada syekh, jika diberikan
adalah dari keluarga secara ikhlas. Biaya hidup urang Siak sendiri
berasal dari masyarakat kampung yang berdekatan entah dengan cara
menjemputnya sendiri atau diantar. Selain itu Robbin juga berpendapat
bahwa murid membantu gurunya untuk mengurus sawah atau kebun
bahkan sampai diliburkan jika pekerjaan kebun sedang sibuk. Untuk
kebutuhan makanan dan pakaian mereka biasanya para murid di surau
besar yang memiliki hubungan dengan aktivitas pasar melakukan

4
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 62.
5
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 63-64.

7
perdagangan jenis tanaman atau buah-buahan yang tumbuh di sekitar
surau.6

Snouck mengatakan seperti dikutip Amirsyah, para murid di surau


setelah memperoleh pengetahuan yang cukup terutama pengetahuan
tentang bahasa Arab, selanjutnya mereka harus mempelajari kitab
aliran Syafi'i. Materi yang diajarkan adalah tentang kebersihan, ibadah,
zakat, puasa, haji, dan hukum pernikahan.7

c. Metode dan Kurikulum Pendidikan Surau


Menurut Amirsyah ada dua metode belajar yang diterapkan dalam
sistem pendidikan surau, yaitu: metode sorogan dan metode halaqah.
Metode sorogan yaitu murid secara perseorangan dengan guru atau
dikenal juga dengan metode individual. Adapun metode halaqah yaitu
seorang guru memberikan pelajarannya dikelilingi oleh murid-murid
yang dikenal juga dengan metode kolektif. Metode halaqah yaitu guru
membacakan dan menerangkan pelajaran, sedangkan para murid hanya
mendengarkan saja. Namun pada sisi lain, dipakai metode ceramah
(saat ini dikenal dengan metode kuliah/ekspositori), khusunya dalam
menerangkan materi akhlak. Mahmud Yunus mengungkapkan bahwa
untuk materi akhlak diajarkan melalui cerita-cerita dan tiru teladan. 8
Kurikulum pengajaran dalam pendidikan surau di Minangkabau
dibedakan berdasarkan jenjang pendidikan yang terdapat di dalamnya,
mulai dari pengajaran Al-Qur’an, pengajaran kitab dan tarekat.
Pengajaran Al-Qur’an terdiri dari dua tingkatan yaitu pendidikan
tingkat rendah dan pendidikan tingkat atas. Kurikulum pengajaran
tingka rendah meliputi: pemahaman ejaan huruf Al-Qur’an, membaca
Al-Qur’an, cara berwudhu dan tata cara shalat, menghafal sifat dua

6
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 64.
7
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 65.
8
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 65-66.

8
puluh, akhlak. Kuikulum pengajaran tigkat atas meliputi: membaca Al-
Qur’an dengan lagu, qasidah, barzanji, tajwid dan kitab perukunan.9
Jenjang pendidkan selanjutnya adalah penghajaran/pengajian kitab.
Kuikulum pengajaran pada jenjang pendidikan ini meliputi ilmu saraf
dan nahwu, ilmu fiqh, ilmu tafsir dan ilmu-ilmu lainnya. Setelah murid
mampu melewati kedua jenjang pendidikan surau di atas (pengajaran
Al-Qur’an dan kitab), barulah mereka dapat mengikuti pendidikan
tarekat dengan mengkaji ilmu-ilmu tasawuf.
Cara penyampaian materi pelajaran dalam pendidikan surau dapat
dilihat dari beberapa materi pelajaran berikut:10
1) Cara mengajar Al-Qur’an adalah dengan mengajarkan nama-nama
huruf hijaiyah terlebih dahulu kemudian mengenal tanda-tanda
huruf seperti titik-titik yang ada pada huruf hijaiyah, tanda-tanda
baca atau harakat fathah, kasrah, dhomah, tanwin dan cara
membacanya. Setelah mengetahui huruf-huruf hijaiyah kemudian
adalah pengajaran juz amma dimulai dari Al-Fatihah, An-nas, Al-
Falaq, Al-Ikhlas hingga Ad-Dhuha. Setelah itu murid-murid
dipindahkan pada mushaf Al-Qur’an mulai dari surat Al-Baqarah
sampai tamat. Semua ini dilakukan secara individual sehingga
memerlukan waktu bertahun-tahun.
2) Cara mengajarkan ibadat adalah dengan amaliah yang diawali
dengan hafalan bacaan shalat, dilakukan secara berjamaah
kemudian individual pada tingkat atas. Materi ibadat ini diajarkan
kitab perukunan yang menerangkan tentang tentang thaharah dan
kaifiyat shalat yang dilagukan. Untuk tingkat atas diberikan oleh
guru sementara untuk anak cukup menghafal pelajaran itu dengan
lagu.

9
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 66.
10
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 69-71.

9
3) Cara mengajar akhlak adalah dengan menceritakan kisah-kisah
para Nabi dan orang-orang saleh serta contoh suri teladan secara
langsung yang diberikan oleh guru kepada murid setiap hari
menggunakan metode ceramah.
4) Cara mengajar keimanan yaitu dengan melakukan hafalan dan
dilagukan. Seperti sifat wajib, mustahil, jaiz yang harus dihafalkan
terlebih dahulu. Menurut Mahmud Yunus, untuk menanamkan
keimanan dalam hati siswa adalah dengan mengamati tanda-tanda
kekuasaan Allah seperti penciptaan langit dan bumi, tumbuhan,
bulan, bintang, matahari dll.
b. Pesantern sebagai tempat pendidikan Islam
Secara etimologi pesantren berasal dari kata dasar santri
yang diberi awalan “pe” dan akhiran “an” yang artinya adalah “tempat
tinggal santri”. Ada juga anggapan bahwa santri berasal dari kata
“sant” (manusia baik) dengan suku kata “ira” (suka menolong),
sehingga kata pesantren diartikan tempat pendidikan manusia baik-
baik. Professor John berkata bahwa santri berasal dari bahasa Tamil
yang berarti guru mengaji. Sedangkan CC Berg berpendapat bahwa
istilah tersebut berasal dari bahasa India Shastni yang berarti orang-
orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana
ahli kitab suci agama Hindu. 11
Ditinjau dari sisi historisnya pesantren sudah dikenal jauh
sebelum Indonesia merdeka bahkan sebelum Islam masuk ke Indonesia
sebab lembaga serupa sudah ada sejak jaman Hindu dan Buddha. Dari
pemaparan para ahli maka dapat dikatakan bahwa pesantren adalah
lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki kekhasan tersendiri dan
berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya dalam menyelenggarakan
sistem pendidikan dan pengajaran agama.12

11
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 87.
12
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal. 87.

10
Pesantren muncul pertama kali muncul pada abad ke-16
bersamaan dengan berdirinya kerajaan Demak. Zamakhsari Dhofier
mengidentifikasi elemen-elemen pesantren terdiri dari kiai, santri,
kitab-kitab klasik dan masjid. Dari seluruh elemen itu kiai memiliki
posisi sentral dalam seluruh dinamika pesantren mulai dari imam salat,
memimpin do’a, menjadi guru, meminta barokah, kebijakan pesantren
dan sebagainya.13
a) Segi mata pelajaran dan metode pengajaran
Pelajaran (kurikulum dalam arti sempit) pondok pesantren
salafiyah berbeda dengan lembaga pendidikan lain yaitu
mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, seperti: tafsir, ilmu tafsir,
fiqh, ilmu ushul fiqh, tauhid, tasawuf, nahwu, sharaf, badi’,
ma’ani, balaghah, dan sebagainya. Semua mata pelajaran tersebut
merujuk kepada kitab-kitab berbahasa Arab yang biasanya disebut
kitab kuning. Sementara metode pengajaran yang digunakan di
pondok pesantren pada umumnya adalah metode wetonan atau
bendongan dan sorogan atau hafalan.
b) Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan atau tingkatan pendidikan yang dipakai
dalam pesantren tidak dibatasi. Kenaikan tingkat seorang santri
ditandai dengan tamat (khatam) atau bergantinya kutab yang
dipelajari. Bila seorang santri telah menguasai suatu kitab atau
beberapa kitab yang lulus imtihan (ujian) dan diuji oleh Kiai, maka
diperbolehkan pindah ke kitab yang lain yang bahasannya lebih
luas dan lebih dalam dari kitab sebelumnya. Kenaikan tingkat pada
pondok pesantren Salafiyah, tidak ditandai dengan kenaikan kelas
seperti pada pendidikan formal melainkan ditandai dengan kitab

13
Suyadi, Metamorfosa Pendidikan Islam Nusantara, Nuansa. Vol. VIII, No. 1, Juni
2015, hal. 11.

11
yang dipelajari santri tersebut, dari kitab-kitab yang paling rendah
sampai ke kitab-kitab tingkat tinggi.14
c) Prinsip pendidikan pesantren
Mastuhu menjelaskan ada dua belas prinsip yang menajdikan
pendidikan pesantren beda dengan pendidikan lain yaitu:15
1) Prinsip Theosentris, yaitu pandangan yang menyatakan bahwa
semua kejadian berasal, berproses, dan kembali pada
kebenaran Tuhan.
2) Prinsip sukarela dalam pengabdian
3) Prinsip kearifan
4) Prinsip kesederhanaan
5) Prinsip kolektivitas (kebersamaan)
6) Prinsip mengatur, kegiatan Bersama
7) Prinsip kebebasan terpimpin
8) Prinsip kemandirian
9) Prinsip pesantren adalah tempat mencari ilmu dan pengetahuan
10) Prinsip mengamalkan ajaran agama
11) Prinsip belajar di pesantren bukan untuk mencari ijazah
12) Prinsip restu kiai, artinya semua perbuatan yang dilakukan
setiap warga pesantren sangat bergantung pada kerelaan dan
do’a kiai.
Bila dianalisis secara mendalam ternyata kedua belas prinsip
tersebut mengacu pada pembentukan moral.
2. Pendidikan Islam Nusantara Modern
Mulai dari tahun 1931, lembaga pendididikan Islam di Indonesia
memasuki warna baru yang oleh Mahmud Yunus disebut tahun di mana
dimulainya modernisasi pendidikan Islam di Indonesia. Lembaga-lembaga
pendidikan yang didirikan sebelumnya baru berinteraksi dengan orang-
14
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal.117.
15
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal.117.

12
orang Timur-Tengah baik yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan
Islam maupun orang-orang Indonesia yang menuntut ilmu ke Makkah.
Pada tahun 1931 Mahmud Yunus membawa pengaruh bagi pendidikan
Islam di Indonesia melalui jabatannya sebagi pemimpin KMI di Padang. Ia
memasukkan pengetahuan umum ke dalam pendidikan yang ada di
Indonesia.16
Pada awal abad ke-20 muncul ide-ide pembaruan pendidikan
Islam di Indonesia. Ide ini muncul sebab sudah banyak orang yang tidak
puas dengan sistem pendidikan yang berlaku saat itu. Oleh karena itu perlu
ada pembaharuan terhadap materi, metode dan manajeman serta
administrsi pendidikan.17 Dari situlah kemudian muncul berbagai lembaga
yang mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.
a. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam
Madrasah sebagai salah satu institusi pendidikan baru muncul
pada awal abad ke-20 dan berkembang pada akhir abad ke-20. Ada
pula yang mengatakan bahwa orang pertama yang mengubah
pendidikan dari sistem surau ke sistem madrasah adalah Syekh H
Sulaiman ar-Rasuli. Madrasah pada masa awal merupakan lembaga
pendidikan alternatif bagi orang tua sebagai wadah pendidikan bagi
putra-putri mereka. Pada akhir abad ke-20 jumlah madrasah di
beberapa daerah semakin meningkat dari tahun ke tahun.18
Dalam konteks “kekinian”, istilah madrasah berasal dari bahasa
Arab yang merupakan isim makan dari fiil madhi “darasa” yang artinya
tempat duduk untuk belajar, yaitu tempat atau wahana untuk
mengenyam proses pembelajaran secara formal dan memiliki konotasi
spesifik. Lahirnya madrasah didasari atas ketidakpuasan terhadap
sistem pesantren yang semata-mata menitikberatkan agama, dilain
pihak sistem pendidikan umum ketika itu justru menghiraukan agama.
16
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam(Jakarta: Rajawali Pers, 2004)hal. 197.
17
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan Islam(Jakarta:
Kencana, 2007)hal. 2.
18
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal.254.

13
Dengan demikian, madrasah dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
memberlakukan secara berimbang antara ilmu agama dengan ilmu
pengetahuan umum dalam kegiatan pendidikan di kalangan umat
Islam.19
Gerakan pembaruan Islam di Indonesia muncul pada awal abad
ke-20 yang ditandai dengan kemunculan madrasah diprakarsai oleh
beberapa tokoh intelektual agama Islam yang selanjutnya
dikembangkan oleh organisasi-organisasi Islam. pada masa awal
dibentuknya pesantren sebelum kemerdekaan ia menjadi lembaga
pendidikan yang bertentangan dengan sekolah yang didirikan
pemerintah Belanda. Hal tersebut karena madrasah menggunakan
kurikulum agama Islam, sementara sekolah-sekolah yang didirikan
Belanda lebih fokus pada agama Nasrani, Protestan dan Katholik,
karena salah satu tujuan penjajahan adalah untuk memperluas agama
Nasrani..
Pasca kemerdekaan madrasah mulai diperhatikan oleh badan
pekerja komite national Indonesia Pusat (BPKNIP) dalam
pengumumannya tanggal 22 Desember 1945 (Berita RI tahun II
Nomor 4 dan 5 halaman kolom 1) yang antara lain menganjurkan
“Dalam memajukan pendidikan dan pengajaran sekurang-kurangnya
diusahakan agar pengajaran di langgar-langgar dan madrasah berjalan
terus dan dipercepat”. Kemudian pada tanggal 27 Desember 1945
BPKNIP menyarankan agar madrasah dan pondok pesantren mendapat
perhatian dan bantuan.20 Pada perkembanagn selanjutnya Madrasah
dikelola oleh Kementrian Agama sebagi wujud perhatian pemerintah
terhadap upaya peningkatan mutu dan kualitas masyarakat Islam
khususnya.
b. Lembaga Pendidikan Tinggi Islam (IAIN)

19
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal.259.
20
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal.276.

14
Kebutuhan Pendidikan Tinggi Agama Islam sudah sangat
mendesak untuk mendidik tenaga ahli dalam ilmu keagamaan Islam
dan sebagai pusat pengembangan intelektualisme agama Islam di
Indonesia. Keinginan tersebut berhasil ddirelisasikan di Minangkabau
dengan didirikannya Sekolah Islam Tinggi oleh Persatuan Guru-Guru
Agama Islam (PGAI) di Padang. Sekolah Islam Tinggi, merupakan
perguruan tinggi Islam pertama yang didirikan di Indonesia dan
diresmikan pada 9 Desember 1940. Lembaga ini memiliki dua fakultas
yaitu Syari’ah dan Pendidikan serta bahasa Arab. Tujuannya adalah
untuk mencetak ulama-ulama yang handal dan berwawasan luas.
Namun perguruan tinggi ini hanya berjalan dua tahun karena
kedatangan Jepang hanya memperbolehkan madrasah hingga tingkat
menengah saja. Tindakan lebih lanjut di Sumatra Barat didirikan
Sekolah Islam Tinggi (SIT) dan Yogyakarta berdiri Sekolah Tinggi
Islam Islam (STI) tahun 1945, yang kemudian menjadi cikal bakal
Universitas Islam Indonesia (UII), UII memiliki Fakultas Agama,
Hukum dan Ekonomi serta Pendidikan. 21
Pada perkembangan selanjutnya fakultas agama UII diambil
alih oleh Kementrian Agama dan menjadi Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) dan menjadi cikal bakal IAIN melalui PP
Nomor 34 Tahun 1950.
Pada perkembangannya hingga saat ini pesoalan perguruan
tinggi yang diajukan yaitu pertama mendirikan perguruan Tinggi Islam
(PTI) adalah untuk mendidik dan menghasilkan muballiq yang
berpengetahuan luas yang ingin mengambil bibitnya dari sekolah-
sekolah Barat,yaitu Mulo dan HBS. Kedua, mendirikan STI di Solo
model Barat tetapi dengan dasar Islam yang diambil dari sekolah Barat
A.M.S. Ketiga, mendirikan STI di Surabaya untuk menampung para
lulusan pesantren. Tujuan dari ketiga model perguruan tersebut adalah

21
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal.335.

15
pendidikan dualistis, yaitu mengintegrasikan ilmu pengetahuan Barat
dengan Ilmu-Ilmu Islam tradisional.22
c. Sekolah Islam Terpadu
a) Asal Mula Lahirnya Sekolah Islam Terpadu
Sekolah Islam Terapadu muncul pada tahun 1990-an berawal
dari diskusi serius (ijtihad) sekelompok orang (Eri Masruri,
Mujidin, Sukamto, Muhaimin, Sunardi Syahuri, dll) yang
menyadari perlunya transformasi pendidikan Islam. Wal hasil,
pada tahun 1993 berdirilah TKIT di Yogyakarta dan berkembang
pesat menjadi SDIT, SMPIT dan SMAIT di kota-kota besar
lainnya.23 Ada yang mengatakan Pada dekade akhir tahun 1980-an,
Sekolah Islam Terpadu mulai bermunculan. Diawali oleh para
aktivis dakwah kampus yang tergabung dalam Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas
Indonesia (UI), dan beberapa universitas ternama lainnya yang
tergabung dalam komunitas Jamaah Tarbiyah yang memiliki
keprihatinan terhadap kondisi pendidikan di Indonesia.
Mereka adalah para aktivis Islam kampus yang berperan
penting dalam menyebarkan ideologi Islam kepada para
mahasiswa. Kalangan pemuda menjadi target utama dari gerakan
ini karena mereka percaya bahwa para pemuda akan menjadi agen
perubahan sosial yang sangat penting dalam melakukan islamisasi
seluruh masyarakat Indonesia.4 Tugas untuk menyiapkan generasi
muda Muslim yang punya komitmen dakwah diyakini akan lebih
efisien jika melalui pendidikan. Dalam konteks ini, mereka
mendirikan Sekolah Islam Terpadu (SIT) Nurul Fikri dari tingkat
Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)
yang telah menginspirasi berdirinya Sekolah-Sekolah Islam
22
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
hal.339.
23
Suyadi, “Metamorfosa Pendidikan Islam Nusantara”, Nuansa. Vol. VIII, No. 1, Juni
2015, hal.12. diakses tanggal 22 April 2024.

16
Terpadu di seluruh wilayah Indonesia.5 Hingga saat ini, ada sekitar
1.000 Sekolah Islam Terpadu yang tergabung dalam Jaringan
Sekolah Islam Terpadu (JSIT) yang kepengurusannya telah
tersebar di seluruh wilayah Indonesia,6 dan ada sekitar 10.000
Sekolah Islam Terpadu yang secara struktural tidak bergabung di
bawah JSIT.24
b) Kurikulum sekolah islam terpadu
Kurikulum yang diterapkan oleh Sekolah Islam Terpadu pada
dasarnya adalah kurikulum yang diadopsi dari kurikulum
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan berbagai
modifikasi di sana-sini. Jika melihat struktur kurikulumnya,
Sekolah Islam Terpadu merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan nasional. Sekolah Islam Terpadu menerima seluruhnya
mata pelajaran dari kurikulum nasional. Kurikulum yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang kemudian
dijadikan sebagai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 22 tahun 2006, terdapat 8 mata pelajaran untuk siswa Sekolah
Dasar ditambah dengan muatan lokal dan pengembangan diri, 10
mata pelajaran untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah ditambah muatan lokal dan pengembangan diri, 15
mata pelajaran untuk Sekolah Menengah Umum/ Madrasah Aliyah
ditambah dengan muatan lokal dan pengembangan diri.
Perpaduan antara mata pelajaran umum dan mata pelajaran
keagamaan menjadi cirikhas dalam struktur kurikulum Sekolah
Islam Terpadu. Sekolah Islam Terpadu tidak memisahkan
keduanya menjadi mata pelajaran keagamaan yang fardhu ‘ain
untuk dipelajari dan ilmu umum yang fardhu kifayah untuk
dipelajari,.

24
Suyatno, “ Sekolah Islam Terpadu; Filsafat, Ideologi, dan Tren Baru Pendidikan Islam
di Indonesia”, Jurnal Pendidikan Islam :: Volume II, Nomor 2, Desember 2013/1435, hlm 357
diakses tanggal 22 April 2024.

17
Sekolah Islam Terpadu ingin mengimplementasikan konsep
integrasi ilmu dalam kurikulumnya. Dalam aplikasinya, Sekolah
Islam Terpadu memang merupakan sekolah yang menerapkan
pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan
umum dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum.
Sekolah Islam Terpadu juga menekankan keterpaduan dalam
metode pembelajaran sehingga dapat mengoptilmalkan ranah
kognitif, afektif, dan konatif. Sekolah Islam Terpadu juga
memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah, dan jasadiyah. Dalam
penyelengga-raannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif
lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah, dan masyarakat.
Kurikulum Sekolah Islam Terpadu bertujuan tidak hanya
mengembangkan ilmu pengetahuan dan melengkapi mereka
dengan skill-skill kejuruan namun yang lebih penting bagi mereka
adalah menanamkan nilai-nilai moral keagamaan dan memperkuat
keyakinannya terhadap agama Islam sehingga mereka
berkomitmen untuk berdakwah. Inilah yang diklaim sebagai
manifestasi dari kata “terpadu” dalam sistem sekolah, yang
dipercaya sebagai pondasi untuk membentuk kepemimpinan
muslim.
c) Konsep Muwasafat Sebagai Ideologi Pendidikan Sekolah Islam
Terpadu
Selain sebagai upaya reintegrasi keilmuan dalam pendidikan
Islam, kurikulum Sekolah Islam Terpadu juga merupakan bagian
dari ideologi pendidikan yang diadopsi dari Ikhwanul Muslimin.
Hal ini tampak dalam sepuluh konsep .
Muwasafat yang menjadi tujuan dalam pendidikan yan
diselenggarakan Sekolah Islam Terpadu. Secara spesifik,
kurikulum Sekolah Islam Terpadu merupakan kurikulum yang
berisi target yang harus dicapai secara berkala dalam beberapa
jenjang yang meliputi jenjang muda, madya, dan dewasa.

18
d) Peran Pendidik Sebagai Murabby
Peran guru juga dianggap sangat penting dalam mewujudkan
visi dan misi Sekolah Islam Terpadu. Sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab dalam mengajarkan mata pelajaran umum
maupun mata pelajaran keagamaan, guru dianggap sebagai kunci
atas suksesnya proses pendidikan di Sekolah Islam Terpadu.. Lebih
dari sekedar menyampaikan mata pelajaran umum maupun mata
pelajaran agama, para guru dituntut berperan sebagai pendidik dan
sekaligus sebagai pemandu moral (murabby) yang bertugas untuk
menanamkan nilai-nilai moral keagamaan kepada siswa. Karena
itu, mereka memperlakukan siswa tidak hanya sebagai seorang
murid, namun juga sebagai partner untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan menyampaikan pesan-pesan dakwah.25
d. Boarding school
a) Pengertian boarding school
Boarding school merupakan kata yang berasal dari bahasa
Inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu boarding dan school.
Boarding berarti asrama dan school berarti sekolah.21 Menurut
Oxford Dictionary “Boarding School is school where pupils live
during the term.”22 Artinya adalah : sekolah berasrama adalah
lembaga pendidikan yang mana siswanya belajar dan tinggal
bersama selama kegiatan pembelajaran.
Kemudian Maksudin berpendapat “Boarding school adalah
lembaga pendidikan di mana para siswa tidak hanya belajar, tetapi
mereka bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut.
Boarding school mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di
institusi sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan
diajarkan agama serta pembelajaran beberapa mata pelajaran”
Pendidikan ini dilakukan di asrama, berlangsung selama 24 jam
setiap hari, dengan jadwal yang terprogram secara konkret dan

25
Ibid. hlm 370

19
jelas dari waktu ke waktu. Dengan jadwal yang ketat dan
terstruktur dengan baik Jadi, dapat disimpulkan bahwasannya
sistem pendidikan boarding school adalah sebuah sistem
pendidikan dalam suatu lembaga sekolah yang mana proses
pembelajaran berlangsung selama 24 jam setiap harinya yang
melibatkan peserta didik dan para pendidiknya bisa berinteraksi
secara langsung serta para siswanya tinggal di asrama yang telah di
sediakan oleh sekolah tersebut.
b) Tujuan Pendidikan boarding school
Tujuan adalah sesuatu (keinginan atau cita-cita) yang hendak
dicapai. Tujuan termasuk kunci keberhasilan pendidikan,
disamping faktor-faktor lain yang terkait: pendidik, peserta didik,
alat pendidikan dan lingkungan Pendidikan.
c) Kurikulum sistem Pendidikan boardingschool
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada sistem boarding school
kurikulum yang digunakan adalah kurikulum terpadu (terintegrasi).
Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang memadukan antara
kurikulum dari KEMENDIKBUD (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan) dengan kurikulum KEMENAG (Kementrian
Agama), ataupun kurikulum dari lembaga pendidikan yang
bersangkutan26

26
Maksudin, Sistem Boarding School SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta :
Transformasi dan Humanisme Religius, Jurnal Cakrawala Pendidikan, ...diakses tanggal 22 April
2024.

20
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan Islam Nusantara memiliki peran yang sangat luas dan

mendalam dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menanamkan

nilai-nilai agama dan moral, melestarikan tradisi, membentuk identitas,

mendorong perdamaian, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, pendidikan

Islam berkontribusi signifikan pada pembentukan masyarakat yang lebih baik

dan beradab. Selain itu, pendidikan Islam juga membantu membentuk

pemimpin masa depan yang memiliki dasar nilai-nilai Islam yang kuat dan

mampu menghadapi tantangan dunia modern.

Perubahan lemabaga-lembaga pendidikan Islam, baik klasik maupun

modern; mulai dari rumah, masjid, pesantren, madrasah, sekolah islam

terpadu, boardingschool dan Universitas Islam merupakan metamorfosa

kelembagaan pendidikan Islam di nusantara. Yang didalamnya mengajarkan

nilai-nilai keislaman. Yang awalnya hanya mengandung ilmu-ilmu akhirat

atau keislaman, hingga sampai sekarang Lembaga-lembaga Pendidikan islam

sudah mulai memadukan antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal ini baik

karena dapat membentuk peserta didik yang berlandaskan ilmu keislaman dan

menjadi manusia yang moderat. Hal ini tidak lepas dari peran seorang guru,

dimana dalam Pendidikan islam guru bukan hanya menympaikan materi

namun memberikan contoh langsung tentang sikap-sikap seorang muslim

yang benar.

21
DAFTAR PUSTAKA
Akhiruddin, (2015), “Lembaga Pendidikan Islam Di Nusantara”, Jurnal Tarbiya

Daulay, Haidar Putra.2007.Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan


Islam.Jakarta: Kencana.

Fauziah, Nurul. 2018. Perkembangan Pendidikan Islam dan Kearifan Lokal di Indonesia,

“Al-Furqan” Jurnal Studi Pendidikan Islam,VI(2).

Maksudin. 2020. Sistem Boarding School SMP Islam Terpadu Abu Bakar

Yogyakarta : Transformasi dan Humanisme Religius, Jurnal Cakrawala


Pendidikan, ... http://digilib.uinsby.ac.id/16401/5/Bab%202.pdf. Diakses
tanggal 22 April 2024.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern,

Postmodern, dan Poskolonial.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nata, Abuddin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Nizar, Samsul, 2013 Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam
di Nusantara, Kencana.

Rahman, Kholilur. 2018. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam, Tarbiyatuna. 2(1).

Suyadi. 2015. “Metamorfosa Pendidikan Islam Nusantara”, Nuansa. III(1).

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/nuansa/article/download/
356/306. Diakses tanggal 22 April 2024.

Suyatno,(2013) “ Sekolah Islam Terpadu; Filsafat, Ideologi, dan Tren Baru

Pendidikan Islam di Indonesia”, Jurnal Pendidikan Islam :: Volume II,


Nomor 2,
Desember1435,http://ejournal.uinsuka.ac.id/tarbiyah/index.php/JPI/
article/download/1151/1047/. Diakses tanggal 22 April 2024.

22

Anda mungkin juga menyukai