PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...……ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..………………4
A.Latar Belakang………………………………………………...……………4
B.Rumusan Masalah……………………………………………..……………6
C.Tujuan………………………………………………………………………6
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………...……………7
A.Kesimpulan……………………………………………………..…………28
B.Saran……………………………………………………………….………29
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..………31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2
siswapun semakin kurang terkontrol dalam bersikap terhadap guru dan terhadap
sebayanya, oleh karena itu untuk meningkatkan nilai-nilai karakter siswa dari
pihak sekolah mengadakan sebuah program untuk membenahi nilai-nilai
karakter siswa yang semakin hari semakin menyusut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemunduran pendidikan islam?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkannya?
3. Masa pembaharuan Pendidikan islam
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui tentang kemunduran pendidikan islam
2. Mengetahui factor yang menyebabkan kemunduran baik dari faktor
eksternal maupun faktor internal.
3. Mengetahui masa pembaharuan Pendidikan islam
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
ilmu filosofis, termasuk ilmu pengetahuan. Rasionalismepun kehilangan
peranannya, dalam arti semakin dijahui. Kedudukan akal semakin surut. Dengan
dicurigainya pemikiran rasional, daya penalaran umat islam mengalami kebekuan
sehingga pemikiran kritis, penelitian, dan ijtihad tidak lagi dikembangkan.
Akibatnya, tidak ada lagi ulama’-ulama’ yang menghasilkan karya-karya
intelektualisme yang mengagumkan. Mereka lebih senang mengikuti pemikiran-
pemikiran ulama’ terdahulu daripada berusaha melakukan penemuan-penemuan
baru. Keterpesonaan terhadap buah pikiran masa lampau, membuat umat islam
merasa cukup dengan apa yang sudah ada. Mereka tidak mau berusaha lebih keras
lagi untuk memunculkan gagasan-gagasan keagamaan yang cemerlang. Usaha yang
mereka tempuh hanyalah sebatas pemberian syarah atau ta’liqah pada kritik-kritik
ulama’ terdahulu yang bertujuan memudahkan pembaca untuk memahami kitab-
kitab rujukan dengan menjelaskn kalimat-kalimat secara semantik, atau menambah
penjelasan dengan mengutip ucapan-ucapan para ulama’ lain.
Diantara sebab-sebab kemacetan pemikiran dan kemunduran umat islam adalah
lenyapnya metode berpikir rasional, ynag pernah dikembangkan oleh mu’tazilah.
Pemikiran rasional mu’tazilah, yang talah menimbulkan peristiwa “mihnah”, telah
mengundang antipati umat islam bukan saja terhadap aliran mu’tazilah, tetapi juga
terhadap metode berpikir rasional. Sejak saat itu, masyarakat tidak mau mendalami
ilmu-ilmu sains dan filosofis. Pemikiran logis dan ilmiah tidak lagi menjadi budaya
berpikir masyarakat muslim sampai akhirnya pola berpikir mereka didominasi oleh
superstisi, Tahayyul dan kajumudan.
Antipati terhadap mu’tazilah menyebabkan pengawasan yang ketat terhadap
kurikulum. Jatuhnya paham mu’tazilah mengangkat posisi kaum konservatif
menjadi kuat. Untuk mengembalikan paham ahlussunnah sekaligus
memperkokohkannya, ulama’-ulama’ melakukan kontrol terhadap kurikulum
dilembaga-lembaga pendidikan. Karena ulama’ dianggap sebagai kaum terpelajar
dan memiliki otoritas keagamaan dan masalah hukum islam. Ulama’-ulama’ ini
menganut paham konservatif dan fundamental bahwa wahyu merupakan inti segala
5
macam pengetahuan. Oleh karena itu, mereka hanya mengedepankan ilmu-ilmu
keagamaan dilembaga pendidikan islam.
Kondisi demikian diperburuk lagi oleh jatuhnya kerajaan abbasiyah oleh
serangan orang-orang tartar dan mongol pada masa pertengahan abad ke 13 M.
Ketika kota bagdad sebagai pusat ilmu dan kebudayaan hancur sama sekali. Sekitar
800.000 penduduk bagdad dibunuh. Perpustakaan dihancurkan, ribuan rumah
penduduk diratakan. Dalam peristiwa tersebut, umat islam kehilangan lembaga-
lembaga pendidikan dan buku-buku ilmu pengetahuan yang sangat berharga
nilainya bagi pendidikan islam. Musnahnya beribu-ribu buku, baik buku-buku
tentang keagamaan maupun ilmu-ilmu sains dan filsafat, mempengaruhi
perkembangan intelektualisme islam, apalagi yang menyangkut kelestarian ilmu-
ilmu pengetahuan dan filsafat dalam islam. Berbagai literatur ilmu sains dan filsafat
telah lenyap. Sedangkan dikalangan masyarakat yang bebas dari bencana kaum
mongol tidak ada yang menguasai berbagai bidang sains dan filsafat. Inilah salah
satunya yang mempersulit umat islam untuk mengembalikan kekayaan intelektual
yang berharga seperti pada masa kejayaan semula.
Kehancuran abbasiyah membuka kesempatan bagi orang-orang turki untuk
naik ke panggung sejarah politik islam. Keturunan hulagu mendirikan kerajaan turki
didaerah-daerah yang mereka kuasai. Timur lenk, keturunan jengis khan,
membentuk dinasti timur lenk didaerah samarkand setelah menakhlukkannya pada
1369 M. Diasia kecil, seorang keturunan kepala suku turki, usman, membangun
dinasti yang dinamai usmaniyyah. Selain asia kecil, dinasti usmani mencapai sukses
besar dalam mengembangkan wilayah kekuasaannya sehingga meliputi asia kecil,
armenia, irak, suria, libia, tunis, aljazair, bukgaria, yaman, yugoslavia, albania,
rumania. Penguasa-penguasa turki tersebut mengerahkan segenap perhatian mereka
untuk kebesaran dan kejayaan politik. Mereka kurang begitu memperhatikan
pemikiran dan ilmu pengetahuan. Memang mereka menyemarakkan pelaksanaan
pengajaran dan pendidikan islam, namun mereka juga terbawa oleh kondisi dunia
islam pada umumnya yang tidak peduli terhadap keadaan intelektual islam. Diirak
6
juga bediri kerajaan besar, yaitu kerajaan syafawi. Sedangkan diindia terdapat
kerajaan islam yang besar seperti halnya kerajaan syafawi dan kerajaan usmani.
Akan tetapi, kerajaan-kerajaan besar tersebut kurang antusias terhadap kehidupan
pemikiran islam. Meski mereka mempunyai kejayaan terutama dalam bentuk
literatur, seperti diungkapkan oleh harun nasution, namun bobot dan jumlahnya
tidak mengagungkan seperti pada masa sebelumnya. Perhatian pada ilmu
pengetahuan kurang sekali. Kurangnya perhatian penguasa-penguasa terhadap
kehidupan intelektualisme menambah umat islam semakin tidak bergairah untuk
melahirkan karya-karya intelektual sehingga ilmu pengetahuan islam mengalami
stagnasi .
Kemunduran pendidikan dan intelektualisme terus mencekam masyarakat
muslim, apalagi berkembangnya sikap hidup fatalistik dalam masyarakat. Keadaan
frustrasi seperti disebutkan zuhairini menyebabkan orang islam hanya bergantung
dan mengembalikan segala keuntungan dan penderitaan kepada tuhan. Seseorang
yang frustasi dan fatalis tidak lagi percaya kepada kemampuannya untuk maju atau
mengatasi problem keagamaan dan kemasyarakatan. Mereka lari dari kenyataan dan
hanya mendekatkan diri kepada tuhan. Untuk itu, mereka masuk ketarekat-tarekat
sehingga tarekat sangat berpengaruh dalam hidup umat islam. Dengan berfikir dan
berdo’a sebanyak-banyaknya mereka berharap semoga allah menghapus
penderitaan mereka dan mengembalikan kejayaan yang pernah dicapai umat islam.
Berpikir ilmiah dan naturalis (berdasarkan sunnah allah) tidak lagi diterapkan. Oleh
karena itu, berkembanglah tahayyul dan kurafat. Mereka percaya pada kekuatan
syeikh-syeikh dan benda-benda kermat, sebagaimana yang telah digambarkan oleh
ahmad yamin mengutip dari muhammad bin abd al-wahhab:
....ُ َو َه ِذ ِه االَض ِْر َحة.لى الن ْف ِع َوالض ِر َ ع َ َ َويَ ْعت َ ِقد ُْونَ اَن ُه ْم قاَد ُِر ْون،فَ َه ُؤالَءِ االَ ْولِيا َ ُء يُ َح ُّج اِلَ ْي ِه ْم َوتُقَدُّ ُم لَ ُه ْم النُّذُ ْو ُر
ب َ طلُب ُْونَ مِ ْنها َ َج ْل ْ َاس اِلَيْها َ ِر َحالَ ُه ْم َويَت َ َمس ُح ْونَ ِبها َ َويَتَذَلل ُونَ ِبها َ َوي
ُ ًّشدُّ الن ُ َ ي،ِاره ِ ط َ فى َجمِ ي ِْع ا َ ْق ِ تُقا َ ُم،َعداَدَ لَها َ َال
ٌّ ففى ُك ِل ْبلدَ ٍة َو ِل
ى ا ُ ْو ا َ ْولِيا َ َء ِ ال َخي ِْر لَ ُه ْم َودَ ْف َع الشر ع ْن ُهم...
7
.....para wali itu didatangi dan dijadikan tempat bernazar. Banyak orang islam yang
percaya bahwa wali-wali itu mampu mendatangkan kebaikan dan bahaya. Kuburan-
kuburan tidak terbilang jumlahnya, yang dibangun diseluruh daerah islam. Orang-
orang datang kesana, meminta berkah, merendahkan diri dihadapannya, dan
meminta untuk mendapatkan kebaikan dan dijauhkan dari kesulitan. Disetiap negri
terdapat satu atau beberapa wali....
فَ َه ُؤالَءِ ا َ ْه ُل بَ ْلدةٍ " َم ْنفُ ْو َخ ٍة.ِت َوال َجماَد ِ َ َّللا َحتى النبا ِ بَ ْل اَس َْر ُك ْوا َم َع، َ"بَ ْل َواَسْفا َ ْه؟ َل ْم يَ ْكتَفِ ال ُم ْس ِل ُم ْونَ ِبذَلِك
فىِ ت لِعاَمِ ها َ َوهَذا َ الغا َ ُر َ ع ِج ْي َبةٌ َم ْن َق
ْ صدَها َ مِ نَ ال َع َوان ِِس ت َزَ و َج َ ٌ فى ن َْخلَ ٍة ُهنَاكَ اَن لَها َ قُد َْرة
ِ َ َي ْعت َ ِقد ُْون،ِِبال َيما َ َمة
"َ فى ُك ِل بَ ْلدَةٍ مِ نَ البِالَ ِد ا ِال ْسالَمِ ي ِة مِ ثْ َل هَذا ُ َالد ْرعِيةِ" يَحِ ُّج اِلَ ْي ِه النا.
ِ َو، ٍس ِلتَبَ ُّرك
Tetapi, sesungguhnya kaum muslimin belum cukup dengan hal tersebut. Bahkan,
mereka menyekutukan allah dengan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati.
Mereka, adalah penduduk suatu negri (yang percaya terhadap tahayyul). Mereka
percaya kepada pohon kurma yang ada disana yang memiliki keajaiban, dimana
wanita-wanita berdatangan untuk meminta jodoh. Dan ada gua didar’iyyah yang
didatangi oleh orang-orang untuk mencari berkah. Disetiap negri didunia islam,
dilanda hal semacam itu.
Demikian gambaran umat islam yang mengalami kemunduran tidak hanya
dibidang pendidikan dan pemikiran tetapi juga pada aspek lainnya, seprti
keagamaan, kemasyarakatan, politik, dan ekonomi. Umat islam menjadi statis,
jumut dan terbelakang.
Sepanjang sejarahnya sejak awal dalam pemikiran terlibat dua pola yang saling
berlomba mengembangkan diri, dan mempunyai pengaruh besar dalam
pengembangan pola pendidikan umat islam. Dari pemikiran yang bersifat
tradisional, yang selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian berkembang
menjadi pola pemikiran sufiistik dan mengembangkan pola pendidikan sufi. Pola
8
pemikiran ini sangat memperhatikan aspek-aspek batiniah dan akhlak atau budi
pekerti manusia.sedangkan dari pola pemikiran yang rasional, yang mementingkan
akal pikiran, menimbulkan pola pendidikan empiris rasional. Pola pendidikan
bentuk kedua ini sangat memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan
material.
Pada masa jayanya pendidikan islam, kedua pola pendidikan tersebut
menghiasi dunia islam pun yang berpadu dan saling melengkapi. Akan tetapi ketika
pola pemikiran rasional diambil alih oleh eropa dan dunia islam pun meninggalkan
pola berfikir tersebut. Sehingga tinggal pola pemikiran sufistik yang sifatnya
memang sangat memperhatikan kehidupan batin yang akhirnya mengabaikan dunia
material. Dari aspek inilah dikatakan bahwa pendidikan dan kebudayaan islam
mengalami kemunduran.
9
2. Perang salib yang terjadi dari tahun 1096-1270, dan serangan mongol dari tahun
1220-1300an. “perang salib” menurut Bernand Lewis, “pada dasarnya
merupakan pengalaman pertama imperilialisme barat yang ekspansionis, yang
dimotifasi oleh tujuan materi agama sebagai medium psikologisnya.
3. Hilangnya perdagangan islam internasional dan munculnya kekuatan barat.
Pada tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulia
petualangannya. Dalam mencari rute ke India ia menempuh jalur yang melewati
negara-negara islam. Pada saat yang sama Portugis juga mencari jalan ke Timir
dan melewati negara-negara islam. Disaat itu ke kekuatan umat islam baik di
Laut atau di Darat telah memudar. Akhirnya pos-pos perdagangan itu dengan
mudah dikuasai mereka.
4. Meskipun barat muncul sebagai kekuatan baru, umat muslim bukanlah
peradaban yang seperti peradaban kuno yang tidak dapat bangkit lagi.
Peradaban islam terus dan bahkan berkembang secara berlahan-lahan dan
bahkan dianggap sebagai ancaman barat. Akan tetapi Kolonialis melihat
bahawa kekuatan islam yang selama itu berhasil memperhasilkan berbagai
kultur, etnik, ras, dan bangsa dapat dilemahkan yaitu dengan cara adu domba
dan teknik divide et impera sehingga konflik intern terjadi tak terhindarkan dan
akibatnya negara-negara islam terfragmentasi menjadi negara-negara kecil.
10
dengan filsafatnya menuju kearah yang bertentangan dengan Al-Ghazali. Maka
Ibnu Rusyd dengan filsafatnya menuju jurang materialisme.
2. Umat islam, terutama para pemerintahnya (khalifah, sultan, amir-amir)
melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan tidak memberi kesempatan
untuk berkembang.
3. Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan
dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran yang mengakibatkan
berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di
dunia islam.
11
hukum dan ilmu intelektual, khususnya yang pertama. Ilmu-ilmu intelektual, yakni
teologi dan pemikiran keagamaan. Sangat mengalami kemunduran dan menjadi
miskin karena pengucilan mereka yang disengaja dari intelektualisme sekuler dan
karene kemunduran yang disebut terakhir ini, khususnya filsafat, dan juga
pengucilan dari bentuk-benyuk pemikiran keagamaan seprti yuang bibawa oleh
sufisme.
Kemunduran dan kemerosotan mutu pendidikan dan pengajaran pada masa
ini, tampak jelas dengan sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran pada
umumnya madrasah-madrasah yang ada, disamping itu juga telah menyempitnya
bidang-bidang ilmu pengetahuan umum dan terbatasnya ilmu-ilmu keagamaan.
12
Jika dilihat secara umum, pengertian pembaharuan dalam konteks ini
disamakan dengan inovasi meskipun pada esensinya antara inovasi dan
pembaharuan punya pengertian yang sedikit berbeda, di mana biasanya pada
inovasi perubahan-perubahan yang terjadi hanya menyangkut aspek-aspek
tertentu dalam arti sempit dan terbatas, sedangkan pembaharuan biasanya
perubahan yang terjadi adalah menyangkut berbagai aspek bahkan tidak menutup
kemungkinan terjadi perubahan secara total atau keseluruhan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa arti pembaharuan pada esensinya lebih luas dari pada
inovasi.
13
Secara umum dengan didasarkan pada teori-teori di atas dapat di simpulkan
bahwa pembaharuan pendidikan adalah suatu kegiatan pembaharuan yaitu
pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengadakan perubahan dalam bidang
pendidikan dengan tujuan untuk memperoleh hal atau sesuatu (pendidikan) yang
lebih baik.
1. Kondisi internal dunia pendidikan Islam pada zaman tersebut, termasuk kondisi
muslim pada umumnya.
2. Terjadinya kontak antara Islam dengan Barat.
14
Pembaharuan pendidikan Islam Di Indonesia menurut Karel A Steenbrink
dilatar belakangi oleh:
15
dan penjajah Barat atas dunia Islam dapat dienyahkan. Tentang dunia Nasrani,
al-Afgani berpendapat, sekalipun mereka berlainan keturunan dan kebangsaan,
namun mereka bersatu dalam menghadapi dunia Islam. Mereka sengaja
menghalang-halangi kebangkitan umat Islam dan apa yang dikatakan
nasionalisme dan patriotisme serta cinta tanah air bagi dunia Barat tetapi untuk
dunia Islam mereka katakan sebagai fanatisme, ekstrimisme dan chauvinisme.
Oleh sebab itu tidak ada jalan lain bagi umat Islam kecuali bersatu melawan
penjajahan Barat Nasrani tersebut.
Salah satu yang menarik adalah perkumpulan Jamiat Kheir yang didirikan
di Batavia pada tahun 1901 sebagai organisasi sosial yang membawa semangat
tolong menolong. Jamiat Kheir dibentuk dengan tujuan utama mendirikan satu
model sekolah modern untuk para pemuda Arab. Perkumpulan ini lebih
menitikberatkan semangat pembaharuan melalui lembaga pendidikan modern,
karena memang lebih memungkinkan bagi umat Islam untuk mengembangkan
semangat yang lebih progresif, lagi pula pembaharuan melalui pemurnian ajaran
Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits adalah suatu hal yang tidak
16
mungkin. Menurut Jamaluddin Al-Afgani, pemurnian ajaran Islam dengan
kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits dalam arti yang sebenarnya, tidaklah
mungkin kalau ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang
dibawa perubahan zaman dan perubahan kondisi, penyesuaian dapat diperoleh
dengan mengadakan interpretasi baru ajaran-ajaran Islam seperti tercantum
dalam Al-Qur’an dan Hadits. Untuk interpretasi itu diperlukan ijtihad dan
karenanya pintu ijtihad harus dibuka.
Antara tahun 1903 dan 1915, atas inisiatif Jamiat Kheir banyak sekolah
Arab-Islam modern yang berdiri, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Sekolah ini juga menarik banyak para siswa dari masyarakat pribumi dan mereka
cenderung untuk masuk sekolah secara bergantian, hal ini terpaksa dilakukan
karena keterbatasan pengajar dan tempat. Masyarakat pribumi memasukkan
anaknya ke sekolah Arab modern dengan pertimbangan agar anak mereka
mendapatkan pendidikan modern, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian
kalangan elite Arab. Pada awalnya, sebagian besar masyarakat Arab menentang
inovasi bidang pendidikan. Meskipun demikian arus sekolah yang modern terus
menekan yang lama kelamaan masyarakat dapat menerimanya dan akhirnya
17
masyarakat Arab menyadari pentingnya institusi ini dalam memperkuat identitas
dan posisi sosial ekonomi mereka.
18
Dalam pelaksanaan program pendidikannya, Jamiat Kheir telah melakukan
beberapa langkah pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam. Pertama,
pembaharuan dalam bidang organisasi dan kelembagaan. Hal ini tampak pada
perlunya dan semacam organisasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Kelengkapan itu semakin jelas ketika terbentuknya yayasan pendidikan Jamiat
Kheir, yang sekaligus mengesahkan sistem pengajaran klasikal seperti bangku,
papan tulis dan tentunya ruang belajar yang menyamai kelengkapan sarana
sekolah-sekolah pemerintah ketika itu. Kedua, pembaharuan dalam aspek
kurikulum dan metode mengajar. Saat-saat institusi pendidikan Islam masih
menerapkan sistem pengajaran pesantren dan surau, Jamiat Kheir mulai
melangkah ke sistem pengajaran klasikal (sekolah). Kurikulum yang digunakan
merupakan perpaduan antara kurikulum sekolah pemerintah (mata pelajaran
umum) dan kurikulum agama (mata pelajaran agama).
19
a) Aspek kebebasan, antara lain dalam usaha memperjuangkan cita-cita
pembaharuannya, Muhammad Abduh memperkecil ruang lingkupnya,
yaitu Nasionalisme Arab saja dan menitikberatkan pada pendidikan.
b) Aspek kemasyarakatan, antara lain usaha-usaha pendidikan perlu
diarahkan untuk mencintai dirinya, masyarakat dan negaranya. Dasar-
dasar pendidikan seperti itu akan membawa kepada seseorang untuk
mengetahui siapa dia dan siapa yang menyertainya.
c) Aspek keagamaan, dalam masalah ini Muhammad Abduh tidak
menghendaki adanya taqlid, guna memenuhi tuntutan ini pintu ijtihad
selalu terbuka. Dalam artian umum ijtihad adalah upaya intelektual yang
sungguh-sungguh untuk mencapai satu pandangan tertentu tentang
agama.
d) Aspek pendidikan antara lain, Al-Azhar mendapatkan perhatian
perbaikan, demikian juga bahasa Arab dan pendidikan pada umumnya
cukup mendapat perhatiannya.
Rasyid Ridha adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada
tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh
dari kota Tripoli (Suria). Ia berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi
Muhammad SAW. Oleh karena itu ia memakai gelar Al-sayyid depan
namanya. Semasa kecil ia dimasukkan ke madrasah tradisional di Al-
Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca Al-Qur’an di
tahun 1882, ia melanjutkan pelajaran di Al-Madrasah Al-Wataniah Al-
Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli.[19]
20
Pokok pikiran Rasyid Ridha menitik beratkan kepada pembaharuannya
yang berpangkal dari segi keagamaan, tuntutan adanya kemurnian ajaran
Islam, baik dari segi akidahnya maupun dari segi amaliyahnya. Dalam
hubungannya dengan akal pikiran, Rasyid ridha berpendapat bahwa derajat
akal itu lebih tinggi akan tetapi hanya dapat dipergunakan dalam masalah
kemasyarakatan saja, tidak dapat dipergunakan dalam masalah ibadah.
Keistimewaan akal tergantung pada keistimewaan instrinsik ilmu, artinya
oleh karena ilmu itu secara instrinsik adalah sesuatu yang istimewa, maka
segala sesuatu yang memfasilitasi pengembangan ilmu adalah juga
istimewa.Diantara aktivis beliau dalam bidang pendidikan antara lain
membentuk lembaga yang dinamakan dengan “al-dakwah wal irsyad” pada
tahun 1912 di Kairo.
Aspek-Aspek Pembaharuan
21
pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam.
Atas dasar demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan
kejayaan umtat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut
harus dikuasai kembali.
b) Teosentris atau berorientasi pada sistem ajaran Islam yang murni.
Pendapat bahwa Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan
perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri
sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada hakikatnya mengandung
potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan
bagi umat manusia. Dalam hal ini Islam telah membuktikan pada
masa-masa kejayaannya.
c) Teo-antrosentris atau yang berorientasi pada Nasionalisme. Rasa
Nasionalisme muncul bersamaan dengan perkembangan pola
kehidupan modern dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat
mengalami rasa kemajuan nasionalisme yang kemudian menimbulkan
kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri.
Secara garis besar terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam
yaitu:
22
yang pernah berkembang di dunia Islam. Atas dasar demikian maka untuk
mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan
kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Dalam hal ini usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan
mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik sistem maupun isi
pendidikannya. Di samping itu pengiriman pelajar-pelajar ke dunia Barat
terutama ke Prancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern
tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai negeri Islam.
23
Pola pembaharuan ini di rintis oleh Mohammad bin Abd Al-Wahab, kemudian
dicanangkan kembali oleh Jamaludin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Menurut Jamaludin al-Afghani, pemurnian ajaran agama Islam dengan kembali
ke Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam arti yang sebenarnya tidaklah mungkin. Ia
berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai dengan semua bangsa, semua zaman
dan semua keadaan.
24
Ide kebangsaan atau nasionalisme inilah yang pada tahap perkembangan
berikutnya mendorong timbulnya usaha-usaha merebut kemerdekaan dan
mendirikan pemerintahan sendiri di kalangan bangsa-bangsa pemeluk Islam.
Dalam bidang pendidikan umat Islam yang telah membentuk pemerintahan
nasional tersebut mengembangkan sistem dan pola pendidikan nasionalnya
sendiri-sendiri`
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemunduran pendidikan islam disebabkan merosotnya mutu
pendidikan dan pengajaran dilembaga-lembaga pendidikan islam. Materi
pelajarannya, sangat sederhana. Materi yang diajarkan hanyalah materi-materi
dan ilmu-ilmu keagamaan. Lembaga-lembaga pendidikan tidak lagi
mengajarkan ilmu-ilmu filosofis, termasuk ilmu pengetahuan.
Rasionalismepun kehilangan peranannya, dalam arti semakin dijahui.
Kedudukan akal semakin surut. Dengan dicurigainya pemikiran rasional, daya
penalaran umat islam mengalami kebekuan sehingga pemikiran kritis,
penelitian, dan ijtihad tidak lagi dikembangkan. Akibatnya, tidak ada lagi
ulama’-ulama’ yang menghasilkan karya-karya intelektualisme yang
mengagumkan. Mereka lebih senang mengikuti pemikiran-pemikiran ulama’
terdahulu daripada berusaha melakukan penemuan-penemuan baru.
Keterpesonaan terhadap buah pikiran masa lampau, membuat umat islam
merasa cukup dengan apa yang sudah ada. Mereka tidak mau berusaha lebih
keras lagi untuk memunculkan gagasan-gagasan keagamaan yang cemerlang.
Usaha yang mereka tempuh hanyalah sebatas pemberian syarah atau ta’liqah
pada kritik-kritik ulama’ terdahulu yang bertujuan memudahkan pembaca
untuk memahami kitab-kitab rujukan dengan menjelaskn kalimat-kalimat
secara semantik, atau menambah penjelasan dengan mengutip ucapan-ucapan
para ulama’ lain.
Pembaharuan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknakan
dengan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari hal yang sudah
ada atau hal yang sudah dikenal sebelumnya dari gagasan, metode atau alat.
Makna yang dimaksud adalah suatu perubahan yang baru yang bersifat
kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan
26
untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu
dalam pendidikan. Hal-hal baru yang dimaksud dalam pengertian di atas adalah
apa saja/apapun yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si
penerima pembaharuan meskipun hal itu bukan merupakan hal yang baru lagi
bagi orang lain. Sementara kualitatif yang dimaksudkan di atas adalah bahwa
pembaharuan tersebut potensial atau memungkinkan adanya reorganisasi atau
pengaturan kembali pada unsur-unsur yang ada dalam pendidikan.
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), hal. 72.
http://walidrahmanto.blogspot.com/2011/06/sejarah-pendidikan-islam-pada-
masa.html, diakses pada 18 oktober 2013.
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga
Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga 2005), hal. 233.
28