Disusun Oleh :
Vina Izzatul Marifah (2023010092)
Galuh Nugrahani (2023010093)
Kelompok : 12
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian pengertian pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
b. Jenis-jenis pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
c. Faktor yang menyebabkan terjadinya pengembangan Lembaga Pendidikan Islam.
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum lembaga pendidikan Islam sebelum masa madrasah disebut juga
masa klasik diklasifikasikan menurut isi kurikulumnya. Dalam hal ini programnya
meliputi ilmu agama dan ilmu umum. Berdasarkan hal tersebut, lembaga pendidikan
Islam masa klasik menurut Charles Michael Stantom digolongkan menjadi dua
bentuk, yaitu lembaga pendidikan formal, yang pertama mengajarkan ilmu agama dan
kedua mengajarkan ilmu umum termasuk filsafat. Lembaga pendidikan Islam baik
formal maupun informal mempunyai pengaruh yang besar terhadap eksistensi
pendidikan Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Organisasi ini tampaknya
didirikan oleh orang-orang yang tertarik pada pendidikan Islam. Kekhawatiran
mereka bermula dari dinamika pemikiran mereka, khususnya dampak tekanan pihak
luar agama atau kekhawatiran terhadap penyebaran syariat Islam. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan Islam sangatlah penting.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengembangan lembaga pendidikan islam?
2. Apa jenis- jenis pengembangan lembaga pendidikan islam?
3. Bagaimana faktor yang menyebabkan terjadinya pengembangan lembaga
pendidikan islam?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian pengembangan lembaga pendidikan islam.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis pengembangan lembaga pendidikan islam.
c. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya pengembangan
pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pengembangan pendidikan lembaga islam
Lembaga menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah bakal dari sesuatu, asal mula
bakal menjadi sesuatu, bentuk, wujud, rupa, acuan, ikatan, badan atau organisasi yang
mempunyai tujuan jelas terutama dalam bidang keilmuan. Pendidikan menurut UU
SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dan
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya dan
masyarakat. Islam adalah agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. sebagai nabi
dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.¹
Secara terminology lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah, atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan Islam, lembaga pendidikan itu mengandung konkirit
berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang abstrak, dengan adanya norma- norma
dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri.
1. Al-Kuttab
Al-kuttab merupakan lembaga pendidikan islam yang terlama. Nampaknya al-kuttab
ini didirikan oleh orang arab pada masa Abu Bakar dan Umar, yaitu sesudah mereka lakukan
penaklukan-penaklukan dan sesudah mereka mempunyai hubungan dengan bangsa-bangsa
yang telah maju. Diseluruh negeri islam al-kuttab pada umumnya, merupakan tempat utama
untuk mengajarkan Al-Qur’an bagi anak-anak.
Al-Kuttab ini memegang peranan penting dalam kehidupan islam karena mengajarkan
Al-Qur’an bagi anak-anak di anggap satu hal yang dianggap sangat perlu, sehingga
kebanyakan para ulama berpendapat mengajarkan Al-Qur’an bagi anak-anak semacam fardhu
kifayah, di samping itu Nabi sendiri menyatakan bahwa belajar itu sangat perlu, sehingga
beliau mewajibkan tiap-tiap tawanan orang islam sebagai ganti tebusan perang. Prof. Khuda
Bakhsh mengatakan bahwa pendidikan dasar atau pendidikan di al-kuttab berkembang secara
biasa tanpa campur tangan pemerintah.
Karena baca tulis semakin terasa perlu, maka kuttab sebagai tempat belajar membaca
dan menulis terutama bagi anak-anak, berkembang dengan pesat. Pada mulanya, di awal
perkembangan islam, Kuttab tersebut dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan,
dan yang diajarkan adalah semata-mata menulis dan membaca. Sedangkan yang
ditulis/dibaca adalah syair-syair yang terkenal pada masanya. Dalam hal ini, ahmad salabi
dalam sejarah pendidikan islam memberikan penjelasan sebagai berikut.
Rencana pelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama saja dengan
rencana pelajaran pada kuttab-kuttab, hanya di tambah atau dikurangi menurut kehendak para
pembesar yang bersangkutan, dan selaras dengan keinginan untuk menyiapkan anak tersebut
secara khusus untuk tujuan-tujuan dan tanggung jawab yang akan dihadapinya dalam
kehidupan nanti.
Walaupun sebelumnya, rumah bukanlah tempat yang baik untuk tempat memberikan
pelajaran. Namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
islam, banyak juga rumah-rumah para ulama’ dan para ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat
belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini pada umumnya disebabkan para ulama’
dan ahli yang bersangkutan tidak mungkin memberikan pelajaran di masjid, sedangkan
pelajar banyak yang berminat untuk mempelajari ilmu pengetahuan dari padanya.
Diantara rumah para ulama’ terkenal yang menjadi rumah belajar adalah rumah ibnu sina,
al ghazali, ali ibnu Muhammad al fasihi, ya’qub ibnu kilis, wazir kholifah al aziz billah al
fatimi, dan lainnya. Selanjutnya ahmad salabi mengemukakan bahwa dipergunakannya
rumah-rumah ulama’ dan para ahli tersebut, adalah karena terpaksa (dalam keadaan darurat),
misalnya rumah alghazali, setelah tidak mengajar lagi di madrasah nidamiyyah dan menjalani
kehidupan sufi. Para pelajar terpaksa datang ke rumahnya karena kehausan akan ilmu
pengetahuan dan terutama karena pendapatnya yang sangat menarik perhatian mereka. Sama
halnya dengan al ghazali, adalah ali ibnu Muhammad al fasihi, yang dituduh sebagai seorang
syi’ah kemudian dipecat dari mengajar di madrasah nidamiyyah, lalu mengajar di rumahnya
sendiri. Beliau-beliau dikenal sebagai guru dan ulama yang kenamaan maka kelompok
pelajar tetap mengunjunginya di rumahnya untuk meneruskan pelajaran.
4. Perpustakaan
Pada zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam, buku
mempunyai nilai yang sangat tinggi. Buku adalah merupakan sumber informasi berbagai
macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh para ahlinya. Orang dengan
mudah dpt belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang telah tertulis dalam buku.
Dengan demikian buku merupakan sarana utama dalam usaha pengembangan dan penyebaran
ilmu pengetahuan.
Para ulama dan sarjana dari berbagai macam keahlian, pada umumnya menulis buku-
buku dalam bidangnya masing-masing dan selanjutnya untuk diajarkan atau disampaikan
kepada para penuntut ilmu. Bahkan para ulama dan sarjana tersebut memberikan kesempatan
kepada para penuntut ilmu untuk belajar di perpustakaan pribadi mereka.
Menurut sejarah islam masjid yang pertama-tama dibangun Nabi adalah At-Taqwa di
Quba pada jarak perjalanan kurang lebih 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi berhijrah dari
Mekkah. Hal ini di sebutkan di dalam kitab suci Al-Qur’an :
“… Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba) sejak hari pertama
adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang
ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” ( At-Taubah, 108).
Semenjak berdirinya di zaman nabi Muhammad SAW masjid telah menjadi pusat
kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muslimin. Ia menjadi tempat
bermusyawarah, tempat mengadili perkara, tempat menyampaikan penerangan agama dan
informasi-informasi lainnya dan tempat menyelenggarakan pendidikan, baik bagi ank-anak
maupun orang dewasa. Kemudian pada masa bani umayyah, berkembang fungsinya sebagai
tempat pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang bersifat keagamaan, para ulama
mengajarkan ilmu di masjid, tetapi majlis khalifah berpindah ke masjid atau ke tempat
tersendiri.
Lembaga pendidikan ini didirikan berkat jalannya usaha dan bantuan dari orang-orang
yang memegang pimpinan dalam pemerintahan, dan jumlahnya sangat kecil dan usianya pun
pendek, jika di bandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan islam yang lain, dan juga ia
tidak begitu meluas kenegeri-negeri islam yang lain, ia terbatas dalam beberapa negeri saja,
seperti negeri Persia, Iraq dan mesir saja.
8. Madrasah
Madrasah adalah salah satu jenis yang lain dari lembaga pendidikan tinggi , dan ia
mulai muncul pada akhir abad ke IV Hijrah. Berkembangnya madrasah-madrasah dalam
waktu yang cepat itu merupakan satu manifestasi yang bertujuan untuk melawan golongan
syi’ah yang telah kuat dan berkembang di seluruh pelosok dunia islam pada abad ke IV
Hijriyah.
Madrasah merupakan isim makna dari darasa yang berarti tempat untuk belajar.
Istilah madrasah kini telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan (terutama
perguruan islam). Akan tetapi, menurut karel A. Steenbrink istilah madrasah dan sekolah di
bedakan, karena keduanya mempunyai ciri yang berbeda. Namun demikian, pada bahasa kali
ini penulis cendrung menyamakan arti madrasah dan sekolah. Madrasah sebagai lembaga
pendidikan islam muncul dari penduduk nisapur, tetapi tersiarnya melalui menteri saljuqi
yang benama Nizam al-mulk yang mendirikan madrasah Nizamiyah (tahun 1065 M).
Selanjutnya, Gibb dan kramers menuturkan bahwa pendiri madrasah tersebar setelah Nizam
al-mulk adalah shalah ai-din al-ayyubi.
Di antara madrasah yang terkenal adalah madrasah nuriyah kubra di damaskus, yang
didirikan oleh Naruddin Zanki di samping banyak madrasah yang lainnya. Dan di dalam
madrasah tersebut tidak diajarkan ilmu kedokteran secara luas, karena hal itu menuntut
adanya rumah-rumah sakit khusus. Akibatnya pendidikan kedokteran berpindah ke
bimaristan (semacam rumah sakit).
Ditinjau dari banyak segi lembaga-lembaga ini lebih banyak menyerupai monastery
dan hermitage, karena pelajar-pelajar mengasingkan diri mereka untuk belajar dan beribadah
di lembaga-lembaga ini, sebagaimana basanya disediakan untuk mistik atau orang tasawuf.
Nampaknya al-khawanik ini lebih tersebar luas dan lebih berperan dari Az zawaya dan Ar-
Rabth Al-Maqrizi mengatakan tentang salah satu dari al-khawanik yang disana telah diatur
beberapa mata pelajaran, di antaranya adalah empat mata pelajaran untuk fuqaha empat
Smazhab beberapa mata pelajaran hadits Nabi, beberapa mata pelajaran untuk membaca Al-
Qur’an dalam tujuh buah riwayat. Adapun zawiyah menyerupai khanqah dari segi tujuan.
akan tetapi zawiyah ini lebih kecil dari khanqah, dan dibangun untuk orang-orang tasawuf
yang faqir supaya mereka dapat belajar dan beribadat..
10. Al-Bimaristan
Orang-orang islam mendirikan al-bimaristan untuk mengobat orang-orang sakit
dengan cara gratis dan untuk mempelajari ilmu kedokteran secara praktis. Menurut
keterangan dari Al-Maqrizi orang yang mula-mula membangun al-Bimaristan dan rumah
sakit adalah Al-Wahid bin Abdul Malik pada tahun 88 H.
13. Zawiyah
Kata zawiyah berarti sudut masjid, yang digunakan untuk I’tikaf (diam) dan beribadah
yang berasal dari kata “inzawa, yanzawi”. Yang berarti “mengambil tempat tertentu”, atau
“sudut tertentu” dari sudut-sudut masjid untuk menjalankan I’tikaf dan mensyi’arkan urusan
agama. Pengertian zawiyah sering dikatakan perlu sebagai asrama atau pondok dimana
beberapa tarikat tasawuf dikembangkan seperti tarikat al-Qadiriyah, al-Tijaniyah, As-
sanusiah, As-Syadziliyah dan al-Chulwatiyah. Di wilayah Al-Maghribi “zawiyah” di bangun
untuk kepentingan lain, yaitu sebuah masjid khusus untuk sekelompok kaum sufi atau tempat
pemakaman slah seorang wali. Tetapi di wilayah maghribi yang lain, “zaiyah” lebih dikenal
sebagai madrasah diniyah dan sebagai tempat tinggal untuk menjamu tamu-tamu asing.
Ketika pemerintah Islam di Andalusia (spanyol) telah mengalami keguncangan dan
kemunduran karena serangan dari musuh-musuh Islam, maka fungsi zawiyah menjadi
tempat-tempat untuk melawan kaum nasrani di Andalusia dan tempat penggemblengan
mereka. Oleh karena itu zawiyah merupakan tempat untuk menegakkan syi’ar agama dan
menyebarkan ilmu pengetahuan dalam rangka mempertahankan kaum muslimin di dunia.
Maristan dikenal sebagai lembaga ilmiah yang paling penting dan sebagai tempat
penyembuhan dan pengobatan pada zaman keemasan islam di dalamnya para dokter
mengajar ilmu kedokteran dan mereka secara tekun mengadakan studi penelitian secara
menyeluruh. Di antara dokter yang paling terkenal kemampuan dan kemasyhurannya di dunia
islam dan di Negara barat ialah Mohammad bin Zakaria Ar-razi, di mana beliau pernah
dipercaya untuk memimpin maristan di bagdad pada masa khalifah i-muktafa pada tahun 311
hijriah. Dalam ilmu kedokteran telah dikenal tradisi yang masyhur yang di praktikkan oleh
Ar-Razi dalam mendidik murid-muridnya.
15. Pesantren
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an yang
berarti tempat tinggal santri (Dhofier, 1984:18). Dengan nada yang sama soegarda
poerbakawatja menjelaskan pesantren asal katanta adalah santri, yaitu seorang yang belajar
agama islam, sehingga dengan demikian, pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul
untuk belajar agama islam (poerbakawatja, 1976:233).
Mengelola sarana dan prasarana madrasah dibutuhkan suatu proses sebagaimana yang
terdapat dalam manajemen pada umumnya, yaitu dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan, dan pengawasan. Tujuan dari pengelolaan
sarana dan prasarana madrasah adalah memberikan layanan secara profesional berkaitan
dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berjalan efektif dan
efisien. Dalam pengelolaan sarana dan prasarana, terdapat sejumlah prinsip yang perlu
diperhatikan agar tujuan dapat dicapai secara maksimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai seorang muslim dan pelajar sebaiknya lebih meningkatkan semangat belajar
dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan bagi pengajar supaya lebih
meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam untuk membentuk karakter siswa yang intelektual, religius dan berprestasi baik
imtaq maupun iptek dibidang akademik maupun non akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat Zakiyah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
Drs. Huzairin, Sejarah Pendidikan Islam, bekerja sama dengan Direktorat Jendral Pembinaan
Agama Islam Depag, Bina Aksara, Jakarta, Cet. III, tahun 1992
Mujib Abdul dan Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group,2008)